MONITORING SUMUR-SUMUR EKSPLORASI LAPANGAN PANAS BUMI MATALOKO, KABUPATEN NGADA, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
MONITORING SUMUR-SUMUR EKSPLORASI LAPANGAN PANAS BUMI MATALOKO, KABUPATEN NGADA, NTT TAHUN

MONITORING SUMUR-SUMUR EKSPLORASI LAPANGAN PANAS BUMI MATALOKO, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Dahlan, Eddy M., Anna Y.

PENGUJIAN UAP/MONITORING SUMUR PANAS BUMI MATALOKO, NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2006

Pengujian Uap/Monitoring Sumur Panas Bumi MT-2, MT-3, dan MT-4 Mataloko Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur Tahun 2005

MONITORING SUMUR EKSPLORASI PANAS BUMI MT-2 MATALOKO KABUPATEN NGADA, NUSA TENGGARA TIMUR (TAHAP 1-6), 2004 Oleh: Bangbang Sulaeman dan Dedi Kusnadi

BAB V KIMIA AIR. 5.1 Tinjauan Umum

BAB IV GEOKIMIA AIR PANAS

BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR

BAB VI INTERPRETASI DATA GEOKIMIA

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB I PENDAHULUAN

BAB IV KARAKTERISTIK AIR PANAS DI DAERAH TANGKUBAN PARAHU BAGIAN SELATAN, JAWA BARAT

PENYELIDIKAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI TAMBU KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH

PATIR - BATAN. Satrio, Wibagiyo, Neneng L., Nurfadhlini

BAB IV GEOKIMIA AIR PANAS DI DAERAH GUNUNG KROMONG DAN SEKITARNYA, CIREBON

BAB IV MANIFESTASI PANAS BUMI DI GUNUNG RAJABASA

BAB 3 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA

KARAKTERISTIK KUALITAS SUMBERDAYA AIR KAWASAN PANAS BUMI STUDI KASUS DIENG DAN WINDU WAYANG

MONITORING SUMUR UJI PANAS BUMI MT-2 MATALOKO, KABUPATEN NGADA, NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa (Busur Sunda) merupakan daerah dengan s umber daya panas

BAB III METODE PENELITIAN. panasbumi di permukaan berupa mataair panas dan gas. penafsiran potensi panasbumi daerah penelitian.

BAB IV MANIFESTASI PERMUKAAN PANASBUMI DI DATARAN TINGGI DIENG DAN SEKITARNYA

Bab IV Sistem Panas Bumi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI GERAGAI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI

Karakterisasi Temperatur Bawah Permukaan Daerah NZU : Integrasi Data Geotermometer, Mineral Alterasi dan Data Pengukuran Temperatur Bawah Permukaan

EVALUASI POTENSI SILICA SCALING PADA PIPA PRODUKSI LAPANGAN PANASBUMI LAHENDONG SULAWESI UTARA

KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT

KATA PENGANTAR. Penelitian dengan judul Pendugaan Suhu Reservoar Lapangan Panas. Bumi X dengan Metode Multikomponen dan Pembuatan Model Konseptual

BAB I PENDAHULUAN. dan perekonomian. Data Kementerian ESDM (2014) menyatakan bahwa

BAB 5 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOKIMIA

BAB IV STUDI KHUSUS GEOKIMIA TANAH DAERAH KAWAH TIMBANG DAN SEKITARNYA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan Geologi Lapangan Panas Bumi Kamojang

KONDISI LINGKUNGAN PASCA PENGEBORAN SUMUR EKSPLORASI AT-1 DAN AT-2 DI LAPANGAN PANAS BUMI ATADAI, LEMBATA, NUSA TENGGARA TIMUR

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Zona Bogor (Van Bemmelen, 1949). Zona Bogor sendiri merupakan antiklinorium

BAB IV MANIFESTASI PANAS BUMI CIMANDIRI

BAB 4 PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perkembangan Neraca Listrik Domestik Indonesia [2].

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

ABSTRAK. Kata kunci : Panas bumi, reservoar, geotermometer, Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi.

Aplikasi Teknik Isotop dan Geokimia untuk Karakterisasi Reservoir Panasbumi Medium Enthalpy dalam rangka Percepatan Pembangunan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pada akhir Desember 2011, total kapasitas terpasang pembangkit listrik di

SURVEI PENDAHULUAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA PANAS BUMI KABUPATEN BANGGAI DAN KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen.

PENYELIDIKAN PENDAHULUAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI KABUPATEN BONE DAN KABUPATEN SOPPENG, PROVINSI SULAWESI SELATAN

GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH BANDA NEIRA DAN HUBUNGANNYA TERHADAP SISTEM PANAS BUMI KEPULAUAN BANDA

BAB III PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III APLIKASI TERMODINAMIKA PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI

BAB III ALTERASI HIDROTERMAL BAWAH PERMUKAAN

Penyelidikan Pendahuluan Panas Bumi Kabupaten Nunukan, Kabupaten Bulungan, dan Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Timur

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. fosil, seperti minyak dan gas bumi, merupakan masalah bagi kita saat ini. Hal ini

SISTEM PANAS BUMI DAERAH WANAYASA, BANJARNEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Komplek vulkanik Dieng di Jawa Tengah memiliki sistem panas bumi

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menghasilkan energi listrik. Beberapa pembangkit listrik bertenaga panas

Analisis Geokimia Fluida Manifestasi Panas Bumi Daerah Maribaya

BAB I PENDAHULUAN I.1

V.2.4. Kesetimbangan Ion BAB VI. PEMBAHASAN VI.1. Jenis Fluida dan Posisi Manifestasi pada Sistem Panas Bumi VI.2.

PENENTUAN TIPE FLUIDA SUMBER MATA AIR PANASDI KECAMATAN GUNUNG TALANG, KABUPATEN SOLOK

ABSTRAK. : Panas bumi, Geokimia, Reservoar panas bumi, Geoindikator Cl-HCO3-SO4, Geotermometer Silika, Binary Cycle

BAB I PENDAHULUAN. pembentuk tanah yang intensif adalah proses alterasi pada daerah panasbumi.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

Tanggapan Laporan Masyarakat Kepulan Asap dari dalam Tanah di Gedangsari GunungKidul

Jurnal Fisika Unand Vol. 4, No. 4, Oktober 2015 ISSN

TEKANAN FLASHING OPTIMAL PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI SISTEM DOUBLE-FLASH

PENGELOLAAN RESERVOIR GEOTERMAL UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN BERWAWASAN LINGKUNGAN. Nenny Saptadji

SUMBER DAYA PANAS BUMI: ENERGI ANDALAN YANG MASIH TERTINGGALKAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai potensi sumber daya alam dengan jumlah yang

Sistem Hidrothermal. Proses Hidrothermal

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI LAINEA, KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROVINSI SULAWESI TENGGARA

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK. PROSES SINKRON GENERATOR PADA PEMBANGKIT di PT. GEO DIPA ENERGI UNIT I DIENG

Gambar 2.2 Flow Diagram PLTP Kamojang

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

SURVEI PENDAHULUAN PANAS BUMI GEOLOGI DAN GEOKIMIA

PENYELIDIKAN GEOKIMIA PANAS BUMI DAERAH LOMPIO KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH Oleh: Dedi Kusnadi, Supeno, dan Sumarna SUBDIT PANAS BUMI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber panas bumi yang sangat

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD-ON DAERAH PANAS BUMI SEMBALUN, KABUPATEN LOMBOK TIMUR - NTB

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. yang diambil dari beberapa manifestasi yang tersebar di sekitar area lapangan panas

BAB I PENDAHULUAN. serta alasan penulis memilih obyek penelitian di PT. X. Setelah itu, sub bab

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

ARTIKEL TUGAS INDUSTRI KIMIA ENERGI TERBARUKAN. Disusun Oleh: GRACE ELIZABETH ID 02

SURVEI PENDAHULUAN DAERAH PANAS BUMI KABUPATEN MAHAKAM HULU DAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

KAJIAN SILICA SCALING PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (GEOTHERMAL)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1. Skema produksi panas bumi dan lokasi pengambilan sampel kerak silika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dapat juga digunakan sebuah metode yang lebih sederhana: Persentase kehilangan panas yang disebabkan oleh gas kering cerobong

STUDI GEOKIMIA AIR PANAS AREA PROSPEK PANASBUMI GUNUNG KENDALISODO KABUPATEN SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH. Yoga Aribowo*, Heri Nurohman**)

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD ON DI DAERAH PANAS BUMI SAMPURAGA, MANDAILING NATAL SUMATERA UTARA

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

BAB V PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOKIMIA

Jurnal Einstein 2 (2) (2014): Jurnal Einstein. Available online

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TEKNIK SAMPLING GAS PANAS BUMI DI SUMBER MATA AIR PANAS. Neneng Laksminingpuri Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi

Transkripsi:

MONITORING SUMUR-SUMUR EKSPLORASI LAPANGAN PANAS BUMI MATALOKO, KABUPATEN NGADA, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2015 Anna Yushantarti, Nizar Muhamad Nurdin, dan Muhammad Kholid Kelompok Penyelidikan Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi SARI Lapangan panas bumi Mataloko terletak di kabupaten Ngada, provinsi NTT, secara geografis terletak antara koordinat 121 03'32" BT - 121 09'09" BT dan 08 49'55" LS- 08 55'33 LS. Ada empat sumur eksplorasi dan satu sumur injeksi yang dilakukan monitoring untuk mengetahui data mengenai sifat fisik dan kimia fluida sumur Mataloko dalam rangka pengembangan lapangan panas bumi Mataloko. Pada monitoring periode 2012-2015, setelah sumur belum digunakan untuk produksi lagi, terpantau kondisi tekanan kepala sumur (TKS) yang ada relatif stabil. Pada sumur MT-2 tidak terbaca, dengan temperatur pada bleeding line berkisar 91-93 o C; sumur MT-3 TKS sebesar 4,2 6,2 barg dengan temperatur fluida pada separator berkisar antara 93 110 o C; sumur MT-4 TKS sebesar 9,6 10,5 barg dengan temperatur berkisar antara 99 112 o C; dan sumur MT-5 TKS sebesar 3,3 6,8 barg dengan temperatur berkisar antara 95 112 o C. Konsentrasi sampel steam condensat dan separated water pada umumnya rendah, komponen non condensable gases relatif stabil untuk sumur MT-3 sekitar 0,5-4% mol; sumur MT-4 sekitar 0,4-3,2% mol; dan sumur MT-5 sekitar 0,5-1 % mol. Penyebaran manifestasi baru di sekitar sumur panas bumi Mataloko cenderung meningkat dibanding tahun 2012, namun cenderung sama dengan tahun 2013. PENDAHULUAN Lapangan panas bumi Mataloko yang terletak di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, merupakan lapangan panas bumi yang siap untuk dikembangkan di wilayah Indonesia Timur. Penyelidikan geosain di daerah ini telah dimulai pada tahun 1984, yang dilanjutkan dengan pengeboran sumur eksplorasi MT-2 pada koordinat 121º03 45 BT dan 08º50 09 LS, kedalaman 180,02 m; sumur MT-3 pada koordinat 121º03 44 BT dan 08º50 07 LS, kedalaman 613,60 m; sumur MT-4 pada koordinat 121º03 35 BT dan 08º50 01 LS, kedalaman 756,80; sumur MT-5 pada koordinat 121º03 44 BT dan 08º50 08 LS, kedalaman 378,20 m; dan sumur injeksi MT-6 pada koordinat 121º03 24 BT dan 08º50 01 LS, kedalaman 123,20 m. Dalam rangka memantau kondisi lapangan panas bumi Mataloko, khususnya terkait kondisi fluida sumur dan aktivitas manifestasi di sekitarnya, dilakukan kegiatan monitoring sumur MT-2, MT-3, MT-4, MT-5 dan sumur injeksi MT-6 Mataloko, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur. METODOLOGI Kegiatan monitoring dilakukan dengan memonitor kondisi fisik dan kimia fluida sumur eksplorasi panas bumi Mataloko. Pengamatan sifat fisik dengan mengamati parameter tekanan kepala sumur, temperatur fluida sumur, dan kondisi lingkungan. Pengamatan sifat kimia dilakukan dengan pengambilan sampel fluida sumur berupa gas, uap yang dikondensasikan (steam condensate), dan air separasi. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan menggunakan separator mini pada tekanan tertentu. Pengambilan gas dilakukan dengan menggunakan tabung Giggenbach yang telah diisi larutan NaOH 25%. Aliran fluida fasa gas keluar separator dimasukkan ke dalam tabung tersebut. Sementara sampel kondensat dilakukan dengan mengalirkan uap yang keluar dari separator dalam kondenser

sehingga uap terkondensasi dan berubah menjadi fasa cair. HASIL MONITORING Sifat Fisik sumur Pada periode monitoring tahun 2012-2015, kondisi tekanan kepala sumur (TKS) pada sumur MT-2 tidak terbaca, dengan temperatur pada bleeding line berkisar 91-93 o C; sumur MT-3 TKS sebesar 4,2 6,2 barg dengan temperatur fluida pada separator berkisar antara 93 110 o C; sumur MT-4 TKS sebesar 9,6 10,5 barg dengan temperatur berkisar antara 99 122 o C; dan sumur MT-5 TKS sebesar 3,3 6,8 barg dengan temperatur berkisar antara 95 112 o C. Sifat Kimia Fluida Pada monitoring 2012-2015 sumur MT-2 tidak dapat diperoleh sampel fluida karena kondisi sumur yang tidak memungkinkan untuk pengambilan sampel. Sampel air kondensat dan air separasi MT-3 daya hantar listriknya 29-58 μs/cm, ph 4,3-5,6; pada MT-4 daya hantar listriknya 23-54 μs/cm, ph 4,2-5,3; dan pada MT-5 daya hantar listriknya 15-61 μs/cm, ph 3,8-5,7. Hasil analisis air menunjukkan nilai konsentrasi yang kecil terutama untuk senyawa dan ion-ion utama seperti SiO 2, B, Cl -, Na +, Fe 3+, dan K +.. Konsentrasi ion terbesar adalah SO 4, HCO 3, NH 4+, dan baik dari steam condensat (SCS) dan separated water (SPW) sumur MT-3, MT-4, dan MT-5 yaitu sebesar 3-10 mg/liter. Kondisi tersebut berbeda dengan fluida sumur panas bumi pada umumnya yang mempunyai kandungan silika 100 s.d. 300 mg/l, klorida <10 hingga 100.000 mg/l, dan Sodium 200-300 mg/l. Konsentrasi senyawa kimia yang relatif kecil pada fluida dari sumur MT-3, MT-4 dan MT-5 lapangan Mataloko dibandingkan fluida sumur panas bumi di lapangan panas bumi lain di Indonesia (Tabel 2) diperkirakan berkaitan dengan keberadaan zona-zona produksi di sekitar sumur-sumur tersebut. Fluida yang berasal dari reservoir dominasi uap akan memiliki konsentrasi senyawa kimia yang lebih rendah dibandingkan dengan dari reservoir dominasi air. Hal ini disebabkan senyawa tersebut merupakan senyawa yang larut dalam air tetapi tidak larut dalam fasa uap sehingga ketika terjadi boiling di reservoir, senyawa tersebut akan tinggal dalam fasa air dan tidak terikut pada fasa uap. Dengan kandungan senyawa kimia yang rendah maka tidak akan terjadi scalling apabila fluida dari sumur-sumur Mataloko, terutama sumur MT-3 dan MT-5, diproduksikan. Hal ini dikarenakan konsentrasi senyawa seperti SiO 2 dan Ca 2+ masih berada dibawah nilai kelarutannya. Hasil analisis gas menunjukkan bahwa konsentrasi CO 2 dan H 2S pada fluida sumur MT-2, MT-3, MT-4, dan MT-5, dominan dibanding gas-gas lainnya sebesar 75-93 % mol untuk CO 2 dan 2-21% mol untuk H 2S. Gas H 2S tertinggi pada sumur MT-4 mencapai 21 %mol. Manifestasi baru dan Lingkungan Manifestasi baru merupakan manifestasi yang muncul setelah adanya sumur-sumur eksplorasi. Sejak tahun 2006 sudah terpantau manifestasi baru di sekitar sumur MT-2. Pada tahun 2013 manifestasi tersebut masih ada dan muncul manifestasi baru di sebelah barat daya Wai Beli yang sudah terpantau sejak tahun 2011. Manifestasi baru yang muncul pada umumnya berupa uap panas yang berbentuk lubang-lubang kecil berdiameter bervariasi kurang lebih 50 titik. Uap panas tersebut bercampur dengan air hujan sehingga membentuk kubangan lumpur panas. Suhu uap rata-rata >90 o C. Air permukaan yang terperangkap akan membentuk bualan air panas dan lumpur panas. Banyak muncul pula zona-zona alterasi baru. Pada tahun 2015 kondisi relatif sama terpantau seperti tahun 2013.

(Gambar 10-11). Pemunculan manifestasi baru selain di sekitar sumur MT-2 dan MT- 1 bisa dikarenakan kondisi tekanan dan temperatur di bawah permukaan, fluida di reservoir yang bersifat dinamis akan muncul sebagai manifestasi melalui zonazona permeabilitas yang cukup bagus di sekitarnya. Monitoring gas-gas H 2S dan CO 2 diperlukan untuk mengidentifikasi zona lingkungan yang perlu diperhatikan karena kedua gas tersebut dapat beracun (National Institute for Occupational Safety and Health), kedua gas tersebut lebih berat daripada udara di sekitarnya sehingga bisa terakumulasi di area yang lebih rendah. H 2S dapat terkonsentrasi di area bawah permukaan yang mendidih, seperti fumarol dan lumpur panas. Pengaruh gas H 2S ke lingkungan sekitar bergantung dari topografi lokal, arah angin, dan penggunaan lahan. Gas H 2S mempunyai bau yang tidak sedap, membuat korosi pada alat-alat logam, mengakibatkan iritasi mata dan kerusakan pada saluran pernapasan. Berdasarkan hasil analisis gas H 2S pada 2012-2014, (berdasarkan Rolfe (1980) dan Safety, mining and eng. (1999) dalam Gunnlaugsson (2003), konsentrasi H 2S di lingkungan mencapai 10-20 ppm mengeluarkan bau yang tidak sedap, bisa mengakibatkan iritasi langsung pada mata, dan bisa menyebabkan batuk, untuk manusia hanya boleh berada di lingkungan tersebut sekitar 10 menit atau harus memakai masker gas. Gas CO 2 merupakan gas yang tidak berwarna, kurang berbau, tidak mudah terbakar. Batas konsentrasi yang diperbolehkan di udara luar adalah sampai 5000 ppm (www.mass.gov), konsentrasi gas CO 2 di lingkungan sekitar manifestasi masih bisa ditolerir. Kondisi PLTP Pada awal tahun 2011, pembangkit dioperasikan sebesar 1,8 MW, namun pada saat monitoring tahun 2011 dilakukan, telah terjadi penurunan daya listrik yang dihasilkan yaitu hanya sebesar 1,182 MW. Pada tahun 2012 sampai monitoring periode ketiga-oktober 2014, PLTP Mataloko tidak dioperasikan karena beberapa kerusakan. Pada monitoring tahun 2012 sejak November 2012 terjadi kerusakan pada alat Digital Control System di PLTP Mataloko, sehingga pasokan uap dari sumur MT-3 dan MT-5 dihentikan. Pada monitoring tahun 2013, kondisi yang sama masih terjadi sampai bulan November 2013 alat tersebut sudah selesai diperbaiki, tetapi terjadi kerusakan pada turbin sehingga PLTP Mataloko belum bisa dioperasikan. Pada periode pertama (April) sampai kedua (Agustus) 2014, turbin masih rusak dan diperbaiki, kemudian pada periode 3 (Oktober) turbin sudah ada di Mataloko namun belum dirangkaikan di PLTP. Pada tahun 2012 sampai monitoring pertama Mei 2015, PLTP Mataloko tidak dioperasikan karena beberapa kerusakan, periode kedua ini PLTP Mataloko dioperasikan kembali sebesar sekitar 1,3 MWe, namun pada periode ketiga terjadi kerusakan pada aki regulatornya sehingga PLTP tidak dioperasikan Sumur MT-3 dan MT-5 dalam kondisi di-bleeding, fluida tidak dialirkan menuju ke PLTP Mataloko karena kerusakan tersebut, adapun sumur MT-2 dan MT-4 dalam keadaan dimatikan dan hanya di-bleeding. Sumur MT-6 juga nantinya difungsikan untuk menampung air sisa proses kondensasi di menara pendingin. PEMBAHASAN Hasil monitoring sumur panas bumi Mataloko tahun 2012-2015 menunjukkan tekanan kepala sumur relatif stabil. Kestabilan tekanan ini merupakan faktor yang sangat penting mengingat tekanan sangat mempengaruhi jumlah uap dapat digunakan memutar turbin pada pembangkit listrik tenaga panas bumi. Pada sumur MT-2 tidak terbaca, dengan temperatur pada bleeding line berkisar 91-

93 o C; sumur MT-3 TKS sebesar 4,2 6,2 barg dengan temperatur fluida pada separator berkisar antara 93 110 o C; sumur MT-4 TKS sebesar 9,6 10,5 barg dengan temperatur berkisar antara 99 112 o C; dan sumur MT-5 TKS sebesar 3,3 6,8 barg dengan temperatur berkisar antara 95 112 o C. Temperatur uap juga merupakan faktor yang penting dari kualitas suatu sumur panas bumi. Semakin tinggi temperatur uap semakin baik kualitasnya. Dari hasil pengamatan selama periode 2012-2015 temperatur uap cukup stabil untuk masing-masing sumur. Analisis laboratorium terhadap sampel kondensat (SCS) sumur, MT-3, MT-4, dan MT-5 menunjukkan bahwa kandungan anion dan kation relatif stabil pada 2012-2015. Konsentrasi silika pada fluida sumur masih jauh berada di bawah kelarutan silika pada temperatur di atas 100 o C, namun tetap harus diperhatikan perkembangannya. Peningkatan rasio Sulphate/Chloride bisa mencirikan masuknya air hasil pemanasan uap ke dalam reservoir. Dari gambar 6 terlihat perbandingan SO 4/Cl dalam SCS dari tahun 2012 sampai periode 1 2014, MT-3 dan MT-5 relatif mengalami peningkatan rasio SO 4/Cl sementara MT-4 rasio SO 4/Cl meningkat tajam pada periode satu 2014. Ini bisa berkaitan dengan proses kondensasi di sumur Mataloko. Tetapi pada monitoring kedua Agustus 2014 komposisi ini turun kemudian naik kembali pada monitoring ketiga Oktober 2014. Hasil analisa SO 4 dari 2012 sampai periode 1 tahun 2014 untuk MT-4 cenderung mengalami peningkatan, untuk MT-5 cenderung turun dan stabil pada akhir 2012 sampai 2013 kemudian meningkat di awal 2014, begitupula untuk MT-3. Pada monitoring 2015 kadar SO 4 kembali meningkat, dan menunjukkan MT-4 mempunyai kadar SO 4 yang lebih tinggi dibanding sumur lainnya. SO 4 bisa mengindikasikan kontribusi dari air yang terpanaskan oleh uap pada kedalaman yang dangkal yang terbentuk karena oksidasi S 2- (Malimo, 2013). Hal ini mengindikasikan peningkatan oksidasi fluida di sumur tersebut. Konsentrasi Cl dari 2012-2015 terlihat mencolok pada MT-4 di pertengahan tahun 2013 kemudian turun dan stabil sampai monitoring tahun 2015. Peningkatan konsentrasi Cl bisa dikarenakan proses-proses yang terjadi di reservoir, tekanan air tanah, evaporasi, pengenceran atau kontribusi dari air reservoir yang mempunyai kandungan Cl yang tinggi yang berhubungan dengan gasgas magmatik (Malimo, 2013). MT-4 mempunyai kandungan H 2S yang paling tinggi dibandingkan dengan MT-3 dan MT-5, meskipun pada monitoring periode 2 dan 3 tahun 2015 cenderung turun, akan tetapi secara keseluruhan relatif lebih tinggi dibanding sumur lainnya. Sumur MT-3 konsentrasi H 2S relatif paling rendah dan cenderung stabil dibanding sumur MT-4 dan MT-5. Pengkayaan H 2S ini mungkin terjadi pendidihan kembali dari fluida yang sudah mendidih di sumur MT-4. Gas CO 2 pada MT-3 relatif stabil dalam kurun waktu periode ini, sementara MT-4 dan MT-5 konsentrasi CO 2 cenderung naik sampai monitoring ketiga Oktober 2014, kemudian sedikit menurun pada monitoring 2015. Perbandingan CO 2 sebagai gas yang lebih sulit larut dalam air dibandingkan H 2S dapat digunakan untuk menunjukkan kondisi reservoir terkait denga pembentukan uap yg terjadi. Fluida MT-3 memiliki perbandingan CO 2/H 2S yang paling tinggi mengindikasikan bahwa pembentukan uap di sekitar dasar sumur MT-3 merupakan yang tertinggi, diikuti daerah di sekitar sumur MT-4 dan terakhir MT-5 (gambar 7). Hasil analisis kandungan gas pada sampel gas yang tak terkondensasi (NCG) sebagaimana terlihat pada gambar 8 menunjukkan bahwa kandungan gas dalam fluida sumur cukup stabil. NCG pada priode 2012 sampai periode 3/ 2014 NCG di MT-4 trennya menurun kemudian

kembali naik sampai periode 3/2014, untuk MT-5 relatif tidak mengalami perubahan signifikan, hanya di MT-3 kandungan NCG naik signifikan pada monitoring 3 tahun 2012 dan turun sampai monitoring ke-3 tahun 2013 kemudian naik lagi pada awal monitoring 2014 dan turun kembali di Agustus 2014 dan kembali naik di Oktober akhir monitorng 2014. Pada monitoring 2015 kembali turun. Penurunan kadar NCG di MT-4 dan beberapa periode di sumur Mataloko ini ada kemungkinan kondisi reservoir yang semakin intensif boiling, dimana banyak steam yang terbentuk di reservoir sehingga konsentrasi gas H 2S yang mudah terlarut akan jauh lebih meningkat, atau bisa pula karena pengenceran dari daerah recharge yang punya NCG lebih rendah. Apabila kadar NCG tinggi nantinya akan berpengaruh pada ketidakefisien pada geothermal power plant (PLTP) yang membuat naiknya konsumsi uap dan akan memakan biaya yang lebih tinggi. Temperatur reservoir Mataloko selama 2012-2014 (tidak ada massa dari reservoir yang digunakan untuk produksi PLTP) relatif stabil. Hasil plot pada geotermometer CO 2/Ar-H 2/Ar gas ratio grid (gambar 9), menunjukkan sampel yang diambil tahun 2012-2014 (selama sumur tidak diproduksikan untuk PLTP) berasal dari reservoir dengan temperatur berkisar 250-300 o C dan terplot di garis kesetimbangan liquid yang mewakili kesetimbangan untuk gas yang seluruhnya berada pada lingkungan cair. Tidak ada sampel yang terplot di atas garis kesetimbangan liquid yang mengindikasikan kesetimbangan di bawah kondisi vapour/steam, seperti di dalam steam cap, atau bisa juga karena kehilangan argon. Hasil studi magnetotelurik mengindikasikan bahwa puncak reservoir utama berada sekitar 600-800 m di bawah sekitar daerah manifestasi. Sementara kedalaman sumur MT-2 mencapai 180,02 m, MT-3 613,60 m, MT-4 756,80, MT-5 378,20 m; ada kemungkinan bahwa kedalaman sumur Mataloko baru mencapai zona uap yang dangkal, masih di zona clay cap dan belum mencapai reservoirnya (shallow feeding zones). Pada shallow feeding zones ini mungkin sangat dekat dengan zona kondensasi (berada di atas shallow feeding zone) dimana diindikasikan ph yang sedikit asam (ph 4-5), adanya peningkatan rasio Sulphate/Chloride bisa mencirikan masuknya air hasil pemanasan uap ke dalam shallow feeding zones. Hasil pemantauan terhadap manifestasi di sekitar sumur menunjukkan bahwa semakin aktifnya manifestasi baru yang muncul di sekitar sumur Mataloko. KESIMPULAN Hasil monitoring sumur panas bumi Mataloko tahun 2012-2015 menunjukkan tekanan kepala sumur relatif stabil. Kestabilan tekanan ini merupakan faktor yang sangat penting mengingat tekanan sangat mempengaruhi jumlah uap dapat digunakan memutar turbin pada pembangkit listrik tenaga panas bumi. Pada sumur MT-2, tekanan tidak terbaca, dengan temperatur pada bleeding line berkisar 91-93 o C; sumur MT-3 TKS sebesar 4,2 6,2 barg dengan temperatur fluida pada separator berkisar antara 93 110 o C; sumur MT-4 TKS sebesar 9,6 10,5 barg dengan temperatur berkisar antara 99 112 o C; dan sumur MT-5 TKS sebesar 3,3 6,8 barg dengan temperatur berkisar antara 95 112 o C. Konsentrasi sampel steam condensat dan separated water pada umumnya rendah, komponen non condensable gases relatif stabil untuk sumur MT-3 sekitar 0,5-4% mol; sumur MT- 4 sekitar 0,4-3,2% mol; dan sumur MT-5 sekitar 0,5-1 % mol. Penyebaran manifestasi baru di sekitar sumur panas bumi Mataloko cenderung meningkat dibanding tahun 2012, namun relatif sama dengan tahun 2013.

DAFTAR PUSTAKA Gunnlaugsson,E.,2003, Environmental Monitoring, UNU-GTP, Iceland. Mahon, Toni, dkk., 2000, The Chemistry of Geothermal Fluids in Indonesia and Their Relationship to Water and Vapour Dominated Systems, Proceeding World Geothermal Congress, Kyushu, Japan. Malimo, S.J., 2003, Geochemical Monitoring Practices, UNU-GTP, Nicholson, K., 1993, Geothermal Fluids-chemistry and exploration technique, Springer Verlag, Inc. Berlin, ISBN: 3540560173 Pusat Sumber Daya Geologi, 2007, Laporan Hasil Kegiatan Eksplorasi Sumber Daya Panas Bumi Daerah Mataloko, Kab. Ngada, NTT (Ringkasan), tidak dipublikasikan Yushantarti, Anna, 2014, Laporan Monitoring Periode ke-3 Sumur MT-2, MT-3, MT-4, MT-5 dan MT-6 Daerah Panas Bumi Mataloko, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, Pusat Sumber Daya Geologi Yushantarti, Anna, 2015, Laporan Monitoring Periode ke-3 Sumur MT-2, MT-3, MT-4, MT-5 dan MT-6 Daerah Panas Bumi Mataloko, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, Pusat Sumber Daya Geologi http://www.mass.gov/eohhs/docs/dph/environmental/iaq/appendices/carbon-dioxide.pdf, diakses April 2014 9023100 MT4 PETA SITUASI PEMBORAN LAPANGAN PANAS BUMI MATALOKO KABUPATEN NGADA, NTT U 9023000 BANGUNAN PLN 0 m 25 m 50 m 75 m 100 m MT6 9022900 9022800 KETERANGAN Jalan Wall pad MT3 MT5 Pondasi bor Bak pembuangan gas 9022700 Sumur bor Saluran pipa Manifestasi baru MT2 MT1 286600 286700 286800 286900 287000 287100 Gambar 1. Peta Lokasi Lapangan Panas Bumi Mataloko

Tabel 1. Kondisi PLTP Mataloko Tahun 2012-2015 Tahun/periode pertama kedua ketiga 2012 Februari- September- November 2013 Maret- Agustus- November 2014-April- Agustus- Oktober 2015-Mei-Juli- September ada kerusakan di Digital Control System ada kerusakan di Digital Control System Turbin rusak AVR (Automatic Voltage Regulator) rusak ada kerusakan di Digital Control System ada kerusakan di Digital Control System Turbin rusak PLTP Mataloko beroperasi dengna daya sekitar 1,3 MWe ada kerusakan di Digital Control System Digital Control System selesai diperbaiki, Turbin rusak dikirim ke Surabaya untuk diperbaiki Turbin sudah ada di Mataloko, sedang dalam proses dirangkaikan di PLTP Mataloko terjadi kerusakan pada aki regulatornya sehingga PLTP tidak dioperasikan - Tabel 2. Data Kimia Fluida Sumur Beberapa Lapangan Panas Bumi (Toni Mahon, 2000) Parameter Kamojang Darajat Salak Wayang Windu 10 11 12 13 Temperatur C 100 100 100 100 Tanggal 1974 1985 1983 1996 ph 4-6 7.1 6.7 6.3 Li + (mg/l) 0.75 1.4 12.4 33 Na + (mg/l) 100 1460 3675 11250 K + (mg/l) 10 44 876 3060 Mg 2+ (mg/l) <0.1 4.9 1 0.6 Ca 2+ (mg/l) <0.1 22.5 268 885 Cl - (mg/l) 2 220 6810 22160 B (mg/l) 23.4 258 692 CO 2 (mg/l) 0-100 2680 37 <10 SO 4 2- (mg/l) 290 685 20 75 SiO 2 (mg/l) 415 255 495 355

Gambar 2. Perbandingan Hasil Analisis SCS MT-3 (2012-2015) Gambar 3. Perbandingan Hasil Analisis SCS MT-4 (2012-2015)

Gambar 4. Perbandingan Hasil Analisis SCS MT-5 (2012-2015) Gambar 5. Perbandingan Konsentrasi SO 4 dalam SCS (2012-2015)

Gambar 6. Perbandingan SO 4/Cl Dalam SCS (2012-2015) Gambar 7. Perbandingan CO 2/ H 2S Tahun 2012-2015

Gambar 8. Perbandingan NCG Tahun 2012-2015 (dalam %mol) Gambar 9. Geotermometer CO 2/Ar-H 2/Ar Gas Ratio Grid Tahun 2012-2014

Gambar 10. Peta Lokasi Sumur dan Penyebaran Manifestasi Baru Tahun 2013-2014 Gambar 11. Manifestasi Baru Sebelah Barat Daya MT-2 dari Google Earthtahun 2014

Gambar 12. Manifestasi Baru Sebelah Barat Daya MT-2 Periode-2 2014 Dikompilasikan Dengan Peta Daerah Prospek Mataloko (Modifikasi dari Pusat Sumber Daya Geologi) Gambar 13. TKS Mataloko Periode 2012-2015