PENGUJIAN UAP/MONITORING SUMUR PANAS BUMI MATALOKO, NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2006

dokumen-dokumen yang mirip
Pengujian Uap/Monitoring Sumur Panas Bumi MT-2, MT-3, dan MT-4 Mataloko Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur Tahun 2005

MONITORING SUMUR EKSPLORASI PANAS BUMI MT-2 MATALOKO KABUPATEN NGADA, NUSA TENGGARA TIMUR (TAHAP 1-6), 2004 Oleh: Bangbang Sulaeman dan Dedi Kusnadi

MONITORING SUMUR-SUMUR EKSPLORASI LAPANGAN PANAS BUMI MATALOKO, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Dahlan, Eddy M., Anna Y.

MONITORING SUMUR UJI PANAS BUMI MT-2 MATALOKO, KABUPATEN NGADA, NUSA TENGGARA TIMUR

MONITORING SUMUR-SUMUR EKSPLORASI LAPANGAN PANAS BUMI MATALOKO, KABUPATEN NGADA, NTT TAHUN

MONITORING SUMUR-SUMUR EKSPLORASI LAPANGAN PANAS BUMI MATALOKO, KABUPATEN NGADA, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2015

BAB V KIMIA AIR. 5.1 Tinjauan Umum

KONDISI LINGKUNGAN PASCA PENGEBORAN SUMUR EKSPLORASI AT-1 DAN AT-2 DI LAPANGAN PANAS BUMI ATADAI, LEMBATA, NUSA TENGGARA TIMUR

PENYELIDIKAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI TAMBU KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB I PENDAHULUAN

BAB IV SISTEM PANAS BUMI DAN GEOKIMIA AIR

BAB IV GEOKIMIA AIR PANAS

BAB IV KARAKTERISTIK AIR PANAS DI DAERAH TANGKUBAN PARAHU BAGIAN SELATAN, JAWA BARAT

PENYELIDIKAN PENDAHULUAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI KABUPATEN BONE DAN KABUPATEN SOPPENG, PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB VI INTERPRETASI DATA GEOKIMIA

PATIR - BATAN. Satrio, Wibagiyo, Neneng L., Nurfadhlini

BAB IV MANIFESTASI PANAS BUMI DI GUNUNG RAJABASA

BAB III METODE PENELITIAN. panasbumi di permukaan berupa mataair panas dan gas. penafsiran potensi panasbumi daerah penelitian.

KARAKTERISTIK KUALITAS SUMBERDAYA AIR KAWASAN PANAS BUMI STUDI KASUS DIENG DAN WINDU WAYANG

PENYELIDIKAN GEOKIMIA PANAS BUMI DAERAH LOMPIO KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH Oleh: Dedi Kusnadi, Supeno, dan Sumarna SUBDIT PANAS BUMI

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Jawa (Busur Sunda) merupakan daerah dengan s umber daya panas

BAB 3 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA

PENYELIDIKAN GAYA BERAT DAERAH PANAS BUMI LOMPIO, KABUPATEN DONGGALA, PROPINSI SULAWESI TENGAH

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI MASSEPE, KABUPATEN SID- RAP, PROVINSI SULAWESI SELATAN. Mochamad Nur Hadi, Suparman, Arif Munandar

Tanggapan Laporan Masyarakat Kepulan Asap dari dalam Tanah di Gedangsari GunungKidul

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI LAINEA, KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

SURVEI PENDAHULUAN DAERAH PANAS BUMI KABUPATEN MAHAKAM HULU DAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB IV GEOKIMIA AIR PANAS DI DAERAH GUNUNG KROMONG DAN SEKITARNYA, CIREBON

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI POTENSI SILICA SCALING PADA PIPA PRODUKSI LAPANGAN PANASBUMI LAHENDONG SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. dan perekonomian. Data Kementerian ESDM (2014) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Klasifikasi Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia

PENYELIDIKAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI MASSEPE KABUPATEN SINDENRENG RAPPANG PROVINSI SULAWESI SELATAN

KATA PENGANTAR. Penelitian dengan judul Pendugaan Suhu Reservoar Lapangan Panas. Bumi X dengan Metode Multikomponen dan Pembuatan Model Konseptual

GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI GERAGAI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DI DAERAH PANAS BUMI SONGA WAYAUA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, PROVINSI MALUKU UTARA

Jurnal Einstein 2 (2) (2014): Jurnal Einstein. Available online

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB IV MANIFESTASI PERMUKAAN PANASBUMI DI DATARAN TINGGI DIENG DAN SEKITARNYA

BAB IV STUDI KHUSUS GEOKIMIA TANAH DAERAH KAWAH TIMBANG DAN SEKITARNYA

SURVEI PENDAHULUAN PANAS BUMI GEOLOGI DAN GEOKIMIA

Analisis Geokimia Fluida Manifestasi Panas Bumi Daerah Maribaya

Survei Terpadu AMT dan Gaya Berat daerah panas bumi Kalawat Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara

SURVEI TERPADU GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH PANAS BUMI SAJAU KABUPATEN BULUNGAN, PROVINSI KALIMANTAN UTARA

PENYELIDIKAN GEOKIMIA PANAS BUMI LAU SIDEBUK-DEBUK KABUPATEN KARO SUMATERA UTARA. Juliper Nainggolan ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kimia airtanah dipengaruhi oleh faktor geologi dan faktor antropogen.

GEOLOGI DAN GEOKIMIA DAERAH BANDA NEIRA DAN HUBUNGANNYA TERHADAP SISTEM PANAS BUMI KEPULAUAN BANDA

BAB I PENDAHULUAN. Zona Bogor (Van Bemmelen, 1949). Zona Bogor sendiri merupakan antiklinorium

BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS

KAJIAN SILICA SCALING PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (GEOTHERMAL)

BAB III PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA

Karakterisasi Temperatur Bawah Permukaan Daerah NZU : Integrasi Data Geotermometer, Mineral Alterasi dan Data Pengukuran Temperatur Bawah Permukaan

ABSTRAK. Kata kunci : Panas bumi, reservoar, geotermometer, Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi.

KESADAHAN DAN WATER SOFTENER

Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

BAB 4 PENENTUAN POTENSI PANAS BUMI

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI AMPALLAS KABUPATEN MAMUJU, PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1. Skema produksi panas bumi dan lokasi pengambilan sampel kerak silika

TEKNIK SAMPLING GAS PANAS BUMI DI SUMBER MATA AIR PANAS. Neneng Laksminingpuri Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan

Posisi geologi Indonesia yang berada di jalur vulkanik aktif dunia. membuat Indonesia memiliki potensi sumber daya mineral dan energi yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik kimiawi air danau kawah Gunung Api Kelud, Jawa Timur pasca letusan tahun 1990

Bab IV Sistem Panas Bumi

SISTEM PANAS BUMI DAERAH WANAYASA, BANJARNEGARA

BAB II TEORI DASAR 2.1. Metode Geologi

BAB 5 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOKIMIA

SURVEI ALIRAN PANAS (HEAT FLOW) DAERAH PANAS BUMI AMOHOLA KABUPATEN KONAWE SELATAN, PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PENYELIDIKAN GEOLISTRIK DAN HEAD-ON DAERAH PANAS BUMI SEMBALUN, KABUPATEN LOMBOK TIMUR - NTB

KARAKTERISTIK MATA AIR PANAS DAERAH PANAS BUMI DESA AKESAHU GAMSUNGI KECAMATAN JAILOLO TIMUR KABUPATEN HALMAHERA BARAT PROPINSI MALUKU UTARA

Penyelidikan Pendahuluan Panas Bumi Kabupaten Nunukan, Kabupaten Bulungan, dan Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Timur

KAJIAN POTENSI SILICA SCALING PADA PIPA PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (GEOTHERMAL)

V.2.4. Kesetimbangan Ion BAB VI. PEMBAHASAN VI.1. Jenis Fluida dan Posisi Manifestasi pada Sistem Panas Bumi VI.2.

,

Penurunan Bikarbonat Dalam Air Umpan Boiler Dengan Degasifier

TANAH. Apa yang dimaksud dengan tanah? Banyak definisi yang dapat dipakai untuk tanah. Hubungan tanah dan organisme :

EVALUASI PENANGGULANGAN PROBLEM SCALE PADA FLOWLINE SUMUR TLJ-XXX DI PT. PERTAMINA EP ASSET II FIELD PRABUMULIH SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan

BAB IV MANIFESTASI PANAS BUMI CIMANDIRI

I. PENDAHULUAN. menghasilkan energi listrik. Beberapa pembangkit listrik bertenaga panas

ABSTRAK. : Panas bumi, Geokimia, Reservoar panas bumi, Geoindikator Cl-HCO3-SO4, Geotermometer Silika, Binary Cycle

LATIHAN SOAL IKATAN KIMIA

Aplikasi Teknik Isotop dan Geokimia untuk Karakterisasi Reservoir Panasbumi Medium Enthalpy dalam rangka Percepatan Pembangunan Daerah

Jurnal Fisika Unand Vol. 4, No. 4, Oktober 2015 ISSN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2000 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI UNTUK PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Panas Bumi (Geothermal) di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Week 9 AKIFER DAN BERBAGAI PARAMETER HIDROLIKNYA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2000 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI UNTUK PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN I.1

SURVEI MAGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI LIMBONG KABUPATEN LUWU UTARA, SULAWESI SELATAN. Oleh: Wiwid Joni 1), Muhammad Kholid 1)

6.2. G. AMBANG, SULAWESI UTARA

STUDI AWAL REVERSE OSMOSIS TEKANAN RENDAH UNTUK AIR PAYAU DENGAN KADAR SALINITAS DAN SUSPENDED SOLID RENDAH

BAB 6 PEMBAHASAN POTENSI PANAS BUMI DAERAH PENELITIAN

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

SURVEI PENDAHULUAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA PANAS BUMI KABUPATEN BANGGAI DAN KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN PROVINSI SULAWESI TENGAH

KONVERSI ENERGI PANAS BUMI HASBULLAH, MT

Transkripsi:

PENGUJIAN UAP/MONITORING SUMUR PANAS BUMI MATALOKO, NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN Dahlan, Soetoyo Kelompok Program Penelitian Panas Bumi ABSTRAK Dalam rangka pengembangan lanjut lapangan panas bumi Mataloko, diperlukan data mengenai sifat fisik dan kimia fluida dari masing-masing sumur. Data-data tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan monitoring sumur panas bumi, yang meliputi pengamatan sifat fisis sumur berupa tekanan dan temperatur fluida di kepala sumur, analisis sifat fisis dan kimia fluida sumur, serta pemantauan terhadap lingkungan di sekitar sumur. Secara geografis, lapangan panas bumi Mataloko terletak pada 11 3'3" BT - 11 9'9" BT dan 8 9'55" LS - 8 55'33 LS. Selama tahun, kondisi uap di keempat sumur Mataloko menunjukkan kontinuitas yang baik. Tekanan Kepala Sumur (TKS) sumur MT- berkisar antara,5 5,8 barg dengan temperatur 19, 13,5 o C, TKS sumur MT-3 antara, 5, barg dengan temperatur 99,7 11, o C, TKS sumur MT- stabil pada 8 barg dengan temperatur 11,9 13 o C, dan TKS sumur MT-5 antara 1,75-1 barg dengan temperatur 99, 18 o C. Secara umum, sampel kondensat (SCS) sumur Mataloko memperlihatkan konsentrasi kimia yang rendah, dengan daya hantar listrik μmhos/cm pada keempat sumur dengan ph,1,7 pada sumur MT-, ph,3 5,1 pada sumur MT-3, ph 3,8, pada sumur MT-, dan ph 3,8,9 pada sumur MT-5. Konsentrasi H O pada uap sumur > 97 %mol dengan gas CO, H S dan keseluruhan gas lainnya kurang dari 3 %mol, kecuali pada sumur MT-3 dengan konsentrasi H O sekitar 9 % mol. Penyebaran manifestasi di sekitar sumur panas bumi Mataloko selama monitoring tahun, menunjukkan penyebaran manifestasi yang relatif sama dibandingkan dengan periode sebelumnya. Konsentrasi gas dari manifestasi dan sumur, masih di bawah ambang batas pada ketinggian 1 meter dari permukaan manifestasi. 1. PENDAHULUAN Berdasarkan data potensi yang ada, Indonesia merupakan salah satu negara terkaya akan cadangan energi panas bumi. Daerah prospek panas bumi ini umumnya berada pada daerah vulkanik yang sudah tidak aktif, salah satunya terdapat di daerah Mataloko, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur. Di daerah Mataloko, sampai saat ini telah dibor tujuh buah sumur yaitu sumur landaian suhu MTL-1 (telah ditutup), sumur eksplorasi MT-1 (telah ditutup), sumur MT-, MT-3, MT-, MT-5 dan sumur injeksi MT-. Secara geografis lokasi sumur MT-, MT-3, MT-, MT-5 dan sumur injeksi MT- terletak antara koordinat dan 11 3'3" BT - 11 9'9" BT dan 8 9'55" LS-8 55'33 LS. Sumur MT- terletak pada posisi (UTM) X = 899.91 mt dan Y = 9739.93 mu, dengan ketinggian 95.859 m dpl., dan kedalaman sumur 18. m. Lokasi sumur MT-3 berada pada posisi (UTM)X=8878.89 dan Y=985., dengan ketinggian 9.5 meter diatas permukaan laut dan kedalaman 13 m. Sumur MT- terletak posisi (UTM) : X = 81.1 ; Y = 931.1 dengan ketinggian 983,98 m diatas permukaan laut dan kedalaman sumur 75 m. Lokasi sumur MT-5 berada disebelah barat laut sumur MT- di antara MT-3 dan MT-, dengan posisi UTM : X = 8881,591 dan Y = 981,119. Adapun lokasi sumur injeksi MT- berada pada posisi UTM: X = 8758,99 dan Y = 995,5. Guna mengetahui kestabilan dan karakteristik fluida sumur, perlu dilakukan pengujian uap/monitoring sumur-sumur eksplorasi sebagai salah satu bahan pertimbangan teknis dalam penentuan program pengembangan selanjutnya. Metoda monitoring sumur panas bumi yang dilakukan di lapangan dan di laboratorium meliputi beberapa parameter yaitu pengamatan dan pengukuran sifat fisis sumur, analisis sifat fisis dan kimia fluida sumur, perawatan instalasi

sumur serta pemantauan lingkungan di sekitar sumur. HASIL MONITORING.1 Sifat Fisis Sumur Tekanan kepala sumur (TKS) pada sumur MT- dalam kondisi bleeding selama monitoring tahun menunjukkan nilai,5 5,8 barg, dengan temperatur terukur pada bleeding line 19, 13,5oC. Pada monitoring tahap sebelumnya (tahun 5), TKS sumur MT- berkisar pada,3 5,3 barg. Kondisi ini menunjukkan bahwa sumur MT- cukup stabil. TKS sumur MT-3 menunjukkan nilai yang stabil pada, 5, barg dengan temperatur 99,7 11, o C, TKS sumur MT- stabil pada 8 barg dengan temperatur 11,9 13 o C, dan TKS sumur MT-5 pada 1,75-1 barg dengan temperatur 99, 18 o C.. Sifat Fisis dan Kimia Fluida Dari monitoring sumur MT-, MT-3, MT-, MT- 5 dan sumur injeksi MT-5 periode, diperoleh contoh air kondensat untuk setiap sumur (SCS) dan sedikit contoh fraksi air (SPW) untuk sumur MT-3 dan MT-5. Hal ini menunjukkan bahwa fluida yang keluar dari sumur MT-, MT-3, MT-, dan MT-5 mempunyai tingkat kebasahan yang kecil. Daya hantar listrik (DHL) SCS sumur MT- berkisar antara 3 μmhos/cm, dengan ph antara,1 -,7. Pada sumur MT-3, DHL SCS berkisar antara 1 μmhos/cm dengan ph antara,3-5,1, DHL SCS sumur MT- berkisar antara 18 3 μmhos/cm dengan ph antara 3,8 -,. Adapun pada sumur MT-5, DHL SCS berkisar antara 3 μmhos/cm dengan ph antara 3,8-5,. Nilai DHL yang kecil menunjukkan bahwa komposisi ion-ion terlarut dalam fluida relatif kecil. Hasil analisis gas di laboratorium menunjukkan komposisi gas sumur MT-, MT-3, MT-, dan MT-5 yang pada umumnya dominan seperti gasgas CO, H S, dan NH 3, konsentrasinya relatif rendah, kecuali konsentrasi gas CO pada sumur MT-3 yang masih relatif tinggi. Konsentrasi H O (uap air) untuk setiap sumur lebih besar dari 97% mol, kecuali pada sumur MT- untuk monitoring periode pertama dimana konsentrasinya hanya 9,9% mol, dan sumur MT-3 yang konsentrasinya antara 85,78-9,8% mol. Hal ini mengindikasikan bahwa kualitas steam/uap yang dihasilkan termasuk kelompok yang cukup baik. Komposisi kimia ion terlarut dalam fluida fase uap yang didapatkan melalui analisis SCS sumur MT- secara umum menunjukkan nilai yang rendah, terutama pada kation. Konsentrasi SiO yang mencapai nilai diatas % mol untuk sumur MT- pada monitoring periode pertama terlihat mengalami penurunan pada monitoring periode berikutnya. Dengan konsentrasi silika yang rendah, diharapkan tidak terjadi persoalan timbulnya kerak (scalling) silika pada pipa. Konsentrasi ion lain pada fluida sumur MT- yang nilainya diatas 1% mol yaitu NH + -, SO dan Cl -. Konsentrasi ion-ion pada fluida fase uap sumur MT-3 pada umumnya menunjukkan konsentrasi yang kecil, namun pada monitoring periode ketiga terjadi peningkatan konsentrasi Cl - yang cukup signifikan hingga mencapai % mol. Namun demikian pada umumnya konsentrasi Cl - pada uap sumur MT-3 hanya berkisar pada % mol. Adapun untuk silika, konsentrasinya relatif kecil yaitu di bawah 1% mol. Komposisi kimia anion dan kation dalam fluida fase uap sumur MT- pada umumnya menunjukkan konsentrasi yang kecil, namun untuk NH -, SO -, dan Cl - konsentrasinya relatif lebih besar dibandingkan dengan ion lainnya, namun nilainya masih dibawah,5% mol. Untuk konsentrasi silika dalam uap, konsentrasinya relatif kecil yaitu dibawah 1% mol. Namun demikian dari sisi ph, fluida sumur MT- mempunyai ph yang lebih asam dibandingkan dengan fluida sumur lain. Kondisi ini dapat juga dilihat dari komposisi gas dalam NCGS, dimana kandungan gas H S dalam sumur MT- relatif lebih besar dibandingkan dengan sumur yang lain. Komposisi kimia ion terlarut dalam fluida fase uap yang didapatkan melalui analisis SCS sumur MT-5 secara umum menunjukkan nilai yang rendah kecuali konsentrasi NH + -, SO dan Cl - yang nilainya diatas 3% mol. Konsentrasi SiO yang mencapai nilai diatas % mol pada monitoring periode pertama terlihat mengalami penurunan pada monitoring periode berikutnya. Dengan konsentrasi silika yang rendah, diharapkan tidak terjadi persoalan timbulnya kerak (scalling) silika pada pipa. Penurunan konsentrasi ini, tidak hanya terjadi pada silika tetapi juga pada ion SO - yang turun dari 7% mol pada monitoring periode pertama menjadi % mol pada periode kedua. Penurunan konsentrasi ini disebabkan karena semakin bersihnya uap sumur MT-5 seiring dengan dialirkannya uap dalam waktu yang cukup lama pada saat uji produksi setelah sekian lama sumur ditutup pasca pemboran.

.3 Manifestasi Panas Bumi Manifestasi yang terbentuk di sekitar sumur MT- ini dapat dikelompokan menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama, yang terletak berdekatan dengan sumur MT-1 dan MT-, mengarah ke bagian barat. Sebagian dari manifestasi disini telah ditutup dengan semen sehingga manifestasi tersebut telah tertutup. Namun untuk manifestasi di bekas sumur MT-1 dari waktu ke waktu mengalami peningkatan baik dari suhu maupun luas manifestasi. Hal ini dimungkinkan sebagai akibat dari ditutupnya manifestasi di sebelah selatan sumur MT- dengan penyemenan. Perkembangan manifestasi ini harus selalu dipantau mengingat penambahan luasan cenderung ke arah barat dan mendekati sumur MT-. Kelompok kedua, terletak di bagian barat daya dari posisi MT-1, yaitu kelompok manifestasi yang telah ada sejak sebelum dilakukannya pemboran panas bumi di daerah tersebut, sedangkan kelompok ke tiga berada di sekitar lokasi MTL-1. Manifestasi di sekitar sumur MTL-1 ini sudah relatif mengering dan mulai dapat ditumbuhi rerumputan. Pemunculan manifestasi yang terdeteksi pada monitoring tahun ini merupakan manifestasi yang telah ada pada periode sebelumnya dan tidak ditemukan adanya manifestasi baru sebagai tambahan setelah monitoring tahap terakhir tahun 5. Dengan demikian yang terjadi hanyalah peningkatan suhu dan luas pada beberapa manifestasi dan juga pada manifestasi yang lain terjadi penurunan suhu. Pengukuran konsentrasi gas dengan menggunakan tube detector gas CO, H S, CO dan NH 3 terhadap delapan manifestasi didapatkan hasil sebagaimana terlihat pada Tabel 1. Secara umum, hasil pengukuran menunjukkan bahwa konsentrasi gas H S, CO dan CO masih berada di bawah nilai ambang batas. 3. PEMBAHASAN Hasil monitoring selama tahun menunjukkan tekanan kepala sumur pada tiap-tiap sumur stabil selama periode satu tahun. Selama tahun 5, TKS sumur MT-,3 5,3 barg sedangkan pada periode sebesar,5 5,8 barg. Pada sumur MT-3, pada periode 5 TKS berkisar antara,5, barg sedangkan pada periode sebesar, 5,. Adapun untuk sumur MT- tekanannya stabil pada 8 barg selama periode, begitu juga dengan sumur MT-5 yang baru selesai dibor pada akhir 5 menunjukkan tekanan yang stabil. Kestabilan tekanan ini merupakan faktor yang sangat penting mengingat tekanan sangat mempengaruhi jumlah uap dapat digunakan memutar turbin pada pembangkit listrik tenaga panas bumi. Temperatur uap juga merupakan faktor yang penting dari kualitas suatu sumur panas bumi. Semakin tinggi temperatur uap semakin baik kualitasnya. Dari hasil pengamatan selama periode, temperatur uap cukup stabil untuk masing-masing sumur. Adanya perbedaan suhu pada tiap periode monitoring lebih disebabkan perbedaan temperatur udara sekitar pada saat pengukuran. Analisis laboratorium terhadap sampel kondensat (SCS) sumur MT-, MT-3, MT- dan MT-5 menunjukkan bahwa kandungan anion dan kation relatif stabil dari periode 5 hingga. Namun untuk periode, konsentrasi silika pada fluida sumur MT- mengalami peningkatan hingga mencapai,5 mg/l. Konsentrasi tersebut sebenarnya masih jauh berada di bawah kelarutan silika pada temperatur di atas 1 o C, namun tetap harus diperhatikan perkembangannya. Monitoring periode pertama juga menunjukkan konsentrasi silika Sumur MT-5 cukup tinggi, namun pada monitoring selanjutnya telah mengalami penurunan. Hal ini seiring dengan dialirkannya uap sumur MT-5 pada waktu uji produksi. Hasil analisis kandungan gas pada sampel gas yang tak terkondensasi (NCGS) sebagaimana terlihat pada gambar 8 menunjukkan bahwa kandungan gas dalam fluida sumur cukup stabil. Hanya saja pada terdapat anomali pada monitoring tahap pertama tahun 5 dimana kandungan CO pada sumur MT- dan MT- cukup tinggi. Namun demikian pada monitoring selanjutnya sampai dengan periode terakhir, konsentrasi gas CO pada kedua sumur tersebut cukup stabil. Kandungan gas ini penting untuk diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap entalphi uap sehingga pada akhirnya berpengaruh pada jumlah energi yang dapat dibangkitkan. Hasil pemantauan terhadap manifestasi di sekitar sumur menunjukkan bahwa tidak ada manifestasi baru yang muncul di sekitar sumur Mataloko. Namun perkembangan manifestasi di bekas sumur MT-1 perlu diperhatikan perkembangannya.

. SIMPULAN Hasil monitoring sumur MT-, MT-3, MT-, MT- 5 dan sumur injeksi MT- tahun, menunjukkan tekanan kepala sumur (TKS) sumur MT- yaitu,5 5,8 barg dengan temperatur terukur 19, 13,5 o C, stabil terhadap monitoring sebelumnya. Sedangkan pada sumur MT-3, TKS pada, 5, barg dengan temperatur 99,7 11, o C. Untuk sumur MT- tekanan pada kepala sumur (TKS) stabil pada 7.5 barg dengan temperatur uap berkisar 11,9 13 o C. TKS sumur MT-5 berkisar pada 1,75-1 barg dengan temperatur 99, 18 o C. Berdasarkan kandungan gas terutama pada contoh non condensable gas (NCGS), kandungan gas dominan seperti CO dan H S pada sumur MT- konsentrasinya relatif rendah, dengan konsentrasi gas secara keseluruhan kurang dari 3 % sedangkan konsentrasi H O lebih dari 97%, sebagai indikasi kualitas uap yang baik. Pada sumur MT-3, kandungan gas CO cukup tinggi pada monitoring periode pertama, tetapi turun pada monitoring periode berikutnya. Konsentrasi senyawa kimia terlarut dalam uap terkondensasi (SCS) dari sumur MT-, MT-3, MT- dan MT-5 menunjukkan bahwa kualitas uap sumur yang cukup baik diindikasikan dengan rendahnya konsentrasi SiO dan Ca, yang merupakan penyebab terjadinya kerak dan atau scaling pada pipa. Namun demikian pada sumur M- fluidanya relatif lebih asam dibandingkan fluida sumur lainnya. Pengamatan terhadap sebaran manifestasi menunjukkan tidak ada penambahan manifestasi baru di sekitar sumur MT-, baik berupa pemunculan tanah panas, bualan lumpur, fumarola, sublimasi belerang ataupun hembusan gas, namun terjadi peningkatan suhu dan luas pada manifestasi bekas MT-1 yang cenderung meluas ke arah sumur MT-. Disekitar sumur MT-3 dan MT- tidak dijumpai adanya manifestasi panas bumi setelah pasca pemboran sumur MT-3 dan MT-, tetapi perlu diperhatikan kemungkinan hembusan gas-gas yang relatif lebih tinggi konsentrasinya terutama H S di sekitar sumur MT-. DAFTAR PUSTAKA Fournier, R.O., (1981), Application of Water Geochemistry Geothermal Exploration and Reservoir Engineering, Geothermal System: Principles and Case Histories. John Willey & Sons, New York. Giggenbach, W.F., dan Goguel(1988), Methods for the collection and Analysis of Geothermal and volcanic water and gas sampels, Report No. CD 387 Chemistry Division Department of Scientific and Industrial Research, Petone, N.Z. Report No. CD 387. Koga, A.,(1978),Hydrothermal Geochemistry, A text for the 9 th International Group Training Course on Geothermal Energy heald at Kyushu University. Lawless, J., (1995), Guidebook An Introduction to Geothermal system, short course, Unocal Ltd., Jakarta. Mahon K., Ellis, A.J., (1977), Chemistry and Geothermal system, Academic Press, Inc. Orlando. Nanlohy, F., (1999), Laporan Pengeboran dan Pengujian Sumur Landaian Suhu, Daerah Panas bumi Mataloko, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, Dit. Vulkanologi, Unpublished. Dahlan, Bangbang S., (5), Laporan Monitoring Sumur MT-, MT-3 dan MT- Daerah Panas bumi Mataloko, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, Dit. Inventarisasi Sumber Daya Mineral

Tabel 1. Hasil kegiatan pengukuran gas pada manifestasi panas bumi sekitar sumur MT Mataloko, tahun No Lokasi HS (ppm) CO (ppm) CO (%) 1 L - 1 5. L - 5 1. 3 L - 3 1 5. L - 15 5. 5 L - 5 1 1. L - 5.5 7 L - 7 3 1.8 8 L - 8 15 5. Gambar 1. Peta lokasi monitoring sumur panas bumi MT-,MT-3, MT-, MT-5 dan sumur injeksi MT- Mataloko

5 Konsentrasi Ion dalam SCS Sumur MT- Konsentrasi (mg/l) 3 1 MT- ke1-5 MT- ke-5 MT- ke3-5 MT- ke-5 MT- ke5-5 MT- ke1- MT- ke- MT- ke3- SiO B Al Fe Ca Mg Na K Li As Parameter NH F SO Cl HCO3 Gambar. Konsentrasi kimia dalam kondensat sumur MT- selama tahun 5 dan 7 Konsentrasi Ion dalam SCS Sumur MT-3 Konsentrasi (mg/l) 5 3 1 MT-3 ke1-5 MT-3 ke-5 MT-3 ke3-5 MT-3 ke-5 MT-3 ke5-5 MT-3 ke1- MT-3 ke- MT-3 ke3- SiO B Al Fe Ca Mg Na K Li As Parameter NH F SO Cl HCO3 Gambar 3. Konsentrasi kimia dalam kondensat sumur MT-3 selama tahun 5 dan

8 Konsentrasi Ion dalam SCS Sumur MT- Konsentrasi (mg/l) 7 5 3 1 MT- ke1-5 MT- ke-5 MT- ke3-5 MT- ke-5 MT- ke5-5 MT- ke1- MT- ke- MT- ke3- SiO B Al Fe Ca Mg Na K Li As Parameter NH F SO Cl HCO3 Gambar. Konsentrasi kimia dalam kondensat sumur MT-3 selama tahun 5 dan 8 Konsentrasi Ion dalam SCS Sumur MT-5 Konsentrasi (mg/l) 7 5 3 1 MT-5 ke1- MT-5 ke- MT-5 ke3- SiO B Al Fe Ca Mg Na K Li As Parameter NH F SO Cl HCO3 CO3 Gambar 5. Konsentrasi kimia dalam kondensat sumur MT-3 selama tahun 5 dan

7 Konsentrasi Gas dalam NCGS Sumur MT- Konsentrasi Gas (% mol) 5 3 1 MT- ke1-5 MT- ke-5 MT- ke3-5 MT- ke-5 MT- ke5-5 MT- ke1- MT- ke- MT- ke3- H O + Ar N CH CO SO HS HCl NH3 Gas dalam NCGS Gambar. Konsentrasi gas dalam NCGS sumur MT- selama tahun 5 dan 1 Konsentrasi Gas dalam NCGS Sumur MT-3 Konsentrasi Gas (% mol) 1 1 1 8 MT-3 ke1-5 MT-3 ke-5 MT-3 ke3-5 MT-3 ke-5 MT-3 ke5-5 MT-3 ke1- MT-3 ke- MT-3 ke3- H O + Ar N CH CO SO HS HCl NH3 Gas dalam NCGS Gambar 7. Konsentrasi gas dalam NCGS sumur MT- selama tahun 5 dan

1 Konsentrasi Gas dalam NCGS Sumur MT- Konsentrasi Gas (% mol) 1 8 MT- ke1-5 MT- ke-5 MT- ke3-5 MT- ke-5 MT- ke5-5 MT- ke1- MT- ke- MT- ke3- H O + Ar N CH CO SO HS HCl NH3 Gas dalam NCGS Gambar 8. Konsentrasi gas dalam NCGS sumur MT- selama tahun 5 dan 1.8 Konsentrasi Gas dalam NCGS Sumur MT-5 Konsentrasi Gas (% mol) 1. 1. 1. 1..8... MT-5 ke1- MT-5 ke- MT-5 ke3-. 1 3 5 7 8 9 Gas dalam NCGS Gambar 8. Konsentrasi gas dalam NCGS sumur MT- selama tahun 5 dan

Gambar. 9 Peta Sebaran Manifestasi Baru di sekitar sumur panas bumi MT- Mataloko