IV. GAMBARAN UMUM KANTOR PEMASARAN BERSAMA (KPB) PTPN JAKARTA. Sejarah pengelolaan perkebunan dan pemasaran hasil-hasilnya sebenarnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PROFIL PT. KHARISMA PEMASARAN BERSAMA NUSANTARA (KPBN) CABANG MEDAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II PROFIL PT. KPBN CABANG MEDAN. s/d XIV dibentuk berdasarkan hasil kesepakatan bersama Direksi PN/PTP

BAB II PROFIL PT. KHARISMA PEMASARAN BERSAMA NUSANTARA (KPBN) CABANG MEDAN. Indonesia terutama di Pulau Sumatera dan Jawa. Tetapi pengelolaannya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Harga CPO Fob MDEX Malaysia ( )

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Sejarah Singkat dan Keadaan Umum Desa Rejosari

KEADAAN UMUM Sejarah

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi harus berhubungan dengan pihak dari luar,baik sesama instansi

BAB II PROFIL PT. KHARISMA PEMASARAN BERSAMA NUSANTARA (PT.KPBN) CABANG MEDAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah PT Perkebunan Nusantara IX (Persero)

MENTERI HUKUM DAN HAM R.I REPUBLIK INDONESIA

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. yang pada masa itu mendukung Indonesia menjadi bagian dari perdagangan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.16/Menhut-II/2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 1996 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II PROFIL INSTANSI / LEMBAGA. 1. Sejarah Ringkas PT. Perkebunan Nusantara III Medan

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. PT Perkebunan Nusantara III merupakan salah satu dari 14 Badan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Sejarah PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) penataan kembali (Restrukturisasi / Konsolidasi) BUMN Sub Sektor

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1996 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) pabrik kopi Banaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya

PENDAHULUAN. integral pembangunan nasional. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas

BAB II PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN. PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Holding merupakan Badan Usaha Milik

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEGIATAN PRIORITAS PENGEMBANGAN PERKEBUNAN TAHUN Disampaikan pada: MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN NASIONAL Jakarta, 31 Mei 2016

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Sejarah berdirinya Pabrik Gula Lestari (PG. Lestari) tidak lepas dari

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Kementerian Hukum dan HAM. Kewarganegaraan. Bentuk Formulir. Pengurusan.

BAB I PENDAHULUAN. dicapai. Ketiga tujuan tersebut antara lain: laba perusahaan yang maksimal,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1996 TENTANG

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PTPN VII (Persero) dahulu merupakan perkebunan pada masa penjajahan

BAB II PROFIL PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III MEDAN. No. 2 Medan. PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perkebunan merupakan salah satu sektor yang menjadi. andalan lndonesia untuk rnengail devisa dari luar dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. seperti saat ini, maka setiap perusahaan dituntut dapat mengelola perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan devisa. PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) adalah satu Badan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA PT PERKEBUNAN NUSANTARA III

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II GAMBARAN UMUM PG. DJOMBANG BARU. sejarahnya PG. Djombang Baru ini mempunyai dua periode yaitu periode

BAB I PENDAHULUAN. dengan sebutan Tembakau Deli, yang ditanam di wilayah Sumatera Timur.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 31 TAHUN 2004 T E N T A N G

BAB III METODE PENELITIAN. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya. Data

Lembaran Daerah Kota Depok Tahun 2002 Nomor 09 Seri B Peraturan Daerah Kota Depok Nomor 06 Tahun 2002 Tentang Wajib Daftar Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar diberbagai. meningkatkan perekonomian adalah kelapa sawit. Gambar 1.

Tebu Jombang di Kancah Gula Nasional

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM MUKADDIMAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1964 TENTANG PEMBENTUKAN GABUNGAN PERUSAHAAN SEJENIS PERKEBUNAN BESAR

1 PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2014) Gambar 2 Perkembangan Produksi CPO Indonesia

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KATA PENGANTAR. Samarinda, September 2015 Kepala, Ir. Hj. Etnawati, M.Si NIP

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II. GAMBARAN UMUM PT. (Persero) PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN. A. Sejarah dan Perkembangan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang tangguh dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

I. PENDAHULUAN. sawit terbesar di Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan dalam Yusuf

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix

Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

KEADAAN UMUM Sejarah Berdirinya Pusat Penelitian Kelapa Sawit

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat akan berdampak pada ketatnya

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. PT Perkebunan Nusantara III (Persero) merupakan salah satu dari 14 Badan Usaha

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat di segala

I. PENDAHULUAN. Kondisi krisis perekonomian yang berlanjut pada kr~sis multi dimens~ di

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan

BAB III DESKRIPSI INSTANSI

BAB I PENDAHULUAN. dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN. PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) atau PTPN XI adalah badan usaha

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. terutama dengan adanya globalisasi bisnis, yang semakin mempermudah transaksi

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Tahun

BAB I PENDAHULUAN. kapur barus dan rempah-rempah, jauh sebelum bangsa Barat datang ke Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kelompok orang yang bekerja secara terpimpin dan terkendali dalam

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

KEADAAN UMUM Sejarah Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB V GAMBARAN PERKEMBANGAN USAHA TEH PTPN

BAB I PENDAHULUAN. antar perusahaan yang semakin tinggi. Persaingan tersebut menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor terbesar yang mendorong

BAB 3 OBJEK PENELITIAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

IV. GAMBARAN UMUM KANTOR PEMASARAN BERSAMA (KPB) PTPN JAKARTA 4.1 Sejarah dan Perkembangan KPB PTPN Sejarah pengelolaan perkebunan dan pemasaran hasil-hasilnya sebenarnya telah dimulai sejak masa penjajahan Belanda dimana masuknya VOC (Verenigdee Oost Indische Compagnie) dengan sistem tanam paksa (cultuur stelsel) sehingga sistem usaha kebun rakyat menjadi sumber eksploitasi komoditi perdagangan untuk pasaran Eropa yang berlanjut hingga masa pemerintahan Hindia Belanda. Sejarah pengelolaan pemasaran hasil (khususnya CPO) perusahaan perkebunan milik negara (BUMN) dan berdirinya Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN dimulai sejak pengambil-alihan atau nasionalisasi perusahaan perkebunan milik Belanda pada tahun 1957 yang disahkan oleh presiden Soekarno melalui UU Nomor 86 tahun 1958 tentang Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda. 4.1.1 Periodisasi Sejarah dan Perkembangan KPB PTPN Tahun 1958 1961 Pada rentang tahun 1958 sampai dengan 1961 terdapat 2 (dua) Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) yang melaksanakan fungsi pemasaran secara sendiri oleh masing-masing Badan Pimpinan Umum Perusahaan Perkebunan Negara (BPU-PPN), kedua PPN tersebut adalah: PPN Lama yang merupakan perusahaan perkebunan yang diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia dari perusahaan perkebunan milik pemerintah Belanda.

41 PPN Baru adalah perusahaan perkebunan hasil nasionalisasi oleh pemerintah Republik Indonesia terhadap perusahaan perkebunan swasta milik Belanda. Tahun 1961 1963 Seiring dengan tumbuh kembangnya Perusahaan Perkebunan Negara, maka pada periode ini dibentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan Perkebunan Negara (BPU-PPN) yang memiliki fungsi sebagai pengelola seluruh perusahaan perkebunan yang telah diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia dalam hal ini PPN Lama dan PPN Baru beserta kebun-kebun yang dimiliki. Sebagai konsekuensi dari hal tersebut maka pemasaran komoditas hasil perkebunan dilaksanakan oleh direksi BPU-PPN beserta kantor-kantor yang dimiliki di beberapa wilayah di Indonesia. Tahun 1963 1968 Pemerintah Republik Indonesia membagi BPU-PPN menjadi 5 (lima) badan hukum. Hal ini dilakukan demi tercapainya peningkatan efektifitas dan efisiensi pada bidang produksi komoditas hasil perkebunan. Pada periode ini fungsi pemasaran dilakukan oleh masing-masing BPU-PPN yang terdiri dari: BPU-PPN Karet, BPU-PPN Aneka Tanaman, BPU-PPN Gula, BPU-PPN Tembakau, dan BPU-PPN Serat. Tahun 1968 1990 Pada periode ini pemerintah Republik Indonesia membubarkan seluruh BPU-PPN dan membentuk 28 Perusahaan Negara Perkebunan (PNP). Berlandaskan Peraturan Pemerintah (PP) No. 3 tahun 1983 dilakukan pembenahan status

42 perusahaan secara bertahap dari Perusahaan Negara (PN) menjadi Perseroan Terbatas (PT) maka pada saat itulah Perusahaan Perkebunan Negara (PNP) berubah menjadi Perseroan Terbatas Perkebunan (PTP). Dalam rangka mencegah timbulnya persaingan harga diantara PTP yang ada, pada saat itu dibentuklah Kantor Pemasaran Bersama (KPB) dengan tujuan mengelola pemasaran komoditas hasil perkebunan yang dihasilkan oleh kelompok PTP yang berada dalam 1 (satu) wilayah ditambah dengan Asosiasi Pemasaran Bersama Perkebunan (APBP). Pembagian kantor pemasaran bersama PTP dan kantor administrasi hasil gula berdasarkan wilayah regional tersebut adalah sebagai berikut: 1. KPB PTP I PTP IX di Medan 2. KPB PTP X, XI, XII, XIII dan XVIII di Jakarta 3. KPB PTP XIX, XXIII, XXVI, XXVII, dan XXIX di Surabaya 4. KAH Gula PTP XIV, XV XVI, XVII, XX, XXI, XXII dan XXIV XXV Tahun 1990 Bertepatan dengan tanggal 26 Februari 1990 berdasarkan kesepakatan bersama Direksi PNP/PTP I - XXIX tanggal 26 Februari 1990 yang kemudian disetujui oleh Menteri Pertanian melalui Surat Keputusan Nomor: 166/Kpts/OT.210/3/1990 tanggal 8 Maret 1990 tentang Persetujuan Pembentukan Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN dimana KPB Jakarta, KPB Surabaya, KPB Medan, Kantor Administrasi Hasil Gula (KAH Gula) ditambah Asosiasi Pemasaran Bersama Perkebunan (APBP) dilebur menjadi satu menjadi KPB PT Perkebunan yang terpusat di Jakarta. Tujuan pembentukan KPB terpusat pada tahun 1990 ini adalah

43 untuk dapat lebih meningkatkan efisiensi dan efektifitas kegiatan pemasaran PTP secara terpadu sehingga dapat menciptakan daya tawar yang mantap untuk menghadapi pembeli maupun para spekulan. Tugas KPB PTPN berdasarkan kesepakatan bersama Direksi PN/PT Perkebunan I XXIX tanggal 26 Februari 1990 adalah sebagai berikut: 1. Melaksanakan kebijakan pemasaran. 2. Mengelola seluruh persediaan produksi siap jual. 3. Mengumpulkan informasi, menganalisa dan melakukan pengembangan pasar. 4. Melakukan transaksi penjualan baik langsung maupun melalui kerjasama dengan perwakilan KPB di luar negeri. 5. Menyelesaikan dan melaksanakan pembayaran klaim. 6. Mengkaji dan mengevaluasi antara lain: - Data produksi dan konsumsi komoditas perkebunan dan saingannya di dalam maupun luar negeri. - Informasi harga dalam dan luar negeri serta situasi perkembangan pasar. 7. Mengadakan promosi. 8. Mengadakan pelayanan dan sarana teknis. 9. Melakukan hal-hal lain yang menunjang aktivitas dan pengembangan pemasaran. Tujuan pembentukan KPB: 1. Memperkuat bargaining power PTP terhadap pembeli. 2. Memperkuat daya saing pasar.

44 3. Meningkatkan bonafiditas PTP di pasaran internasional. 4. PTP akan lebih sanggup menghadapi usaha kerjasama internasional. 5. Strategi pemasaran dapat dilakukan secara lebih terarah. 6. Mempermudah PTP memasuki berbagai sistem perdagangan internasional. 7. Mempermudah kerjasama berbagai industri hilir. 8. Mendayagunakan seoptimal mungkin sumberdaya manusia pemasaran yang ada. 9. Mempermudah penanganan dalam meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha-usahanya sesuai dengan kebijakan pemerintah mengenai BUMN. 10. Keterpaduan atas produksi dengan pemasaran secara nasional dan menyeluruh dapat ditingkatkan. 11. Menekan biaya-biaya pemasaran yang harus dipikul oleh PTP. Saat ini KPB PTPN menangani pemasaran/penjualan produk-produk PTPN yaitu molasses/tetes, kopi, kakao, karet, teh, dan Crude Palm Oil (CPO). 4.2 Organisasi KPB PTPN Jakarta Kantor Pemasaran Bersama PT Perkebunan Nusantara dibentuk berdasarkan Kesepakatan Bersama Direksi PN/PT Perkebunan I XXIX pada tanggal 26 Februari 1990. Pembentukan KPB PTPN telah disetujui oleh Menteri Pertanian (sebagai Kuasa Pemegang Saham) dengan Surat Keputusan No: 166/KPTS/OT.210/3/1990 tanggal 8 Maret 1990. Dalam melaksanakan tugasnya KPB PTPN Jakarta memiliki jaringan kantor cabang yang merupakan salah satu

45 elemen penting dalam mewujudkan tujuan organisasi untuk menjadi yang terdepan dalam meningkatkan layanan kepuasan pelanggan. Dengan dukungan jaringan kantor cabang, KPB PTPN diharapkan dapat menawarkan akses layanan yang mudah serta layanan terbaik kepada para pelanggan. Sampai dengan pertengahan 2009, KPB PTPN telah mengelola jaringan layanan yang meliputi 2 kantor cabang yang terletak di lokasi strategis pada kota-kota utama di Indonesia yaitu; Kantor KPB PTPN cabang Surabaya di Jalan Veteran No. 37 Surabaya 60175 dan KPB PTPN cabang Medan di Jalan Balai Kota No. 8 Medan 20111. Selain itu baru-baru ini KPB PTPN menambah 1 (satu) kantor cabang lagi guna melayani para pelanggan di luar negeri khususnya di kawasan timur tengah yang tepatnya terletak di kota Dubai, Uni Emirat Arab. Namun kantor cabang yang berada di Dubai ini hanya mengurusi pemasaran komoditas khususnya teh mengingat para pelanggan di kawasan tersebut memiliki permintaan yang cukup tinggi untuk komoditas teh sehingga menjadi pasar yang cukup menjanjikan bagi pemasaran teh KPB PTPN. 4.2.1 Landasan Pembentukan Organisasi 1. Kesepakatan Bersama Direksi PN/PT Perkebunan I XXIX tanggal 26 Februari 1990 jo. Surat Direktur Utama PTPN I XIV No.05/BMD PTPN/KPTS/1997 tanggal 22 Desember 1997 tentang Kesepakatan Mengenai Penyesuaian Nama Kantor Pemasaran Bersama PTPN I XIV. 2. Surat Keputusan Badan Musyawarah Direksi PT Perkebunan Nusantara I XIV No. 15/BMD PTPN/Kpts/XII/2001 tentang Perubahan atau Penyempurnaan Struktur Organisasi Kantor Pemasaran Bersama PT Perkebunan Nusantara I XIV.

46 3. Surat Keputusan Badan Musyawarah Direksi PT Perkebunan Nusantara No. 004/BMD PTPN/Kpts/VII/2004 tanggal 13 Juli 2004 tentang Direktur Pelaksana Kantor Pemasaran Bersama PTPN I XIV. 4. Surat Keputusan BMD PTPN No. 14/BMD PTPN/Kpts/1998 tanggal 8 Juli 1998 tentang Mekanisme Hubungan Kerja antara BMD PTPN, Dewan Pengawas dan Kantor Pemasaran Bersama PTPN I XIV. 4.2.2 Lokasi KPB PTPN Jakarta Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PT Perkebunan Nusantara Jakarta beralamat di Jalan Taman Cut Mutiah No. 11, Jakarta Pusat 10330. KPB PTPN dibentuk sebagai badan pemasaran terpusat PTPN yang ada di Indonesia, yaitu: 1. PT Perkebunan Nusantara I (Persero) yang terletak di Jl. Kebun Baru No. 85, Langsa, Aceh Timur, NAD 24551, Indonesia yang mengusahakan komoditi kelapa sawit, karet, dan kakao. Telp. 0641-21701, Fax. 0641-21700 (www.ptpn1.com). 2. PT Perkebunan Nusantara II (Persero) yang terletak di Jl. Tanjung Morawa KM 15, Po.Box 104 Medan 20362, Tanjung Morawa, Sumatera Utara, Indonesia yang mengusahakan komoditi kelapa sawit, karet, kakao, dan tanaman semusim tebu dan tembakau. Telp. 061-7940055, Fax. 061-7940233. 3. PT Perkebunan Nusantara III (Persero) yang terletak di Jl. Sei Batanghari, Medan 20122, Sumatera Utara, Indonesia yang mengusahakan komoditas kelapa sawit, karet, dan kakao Telp. 061-4154666, Fax. 061-4573117 (www.ptpn3.co.id).

47 4. PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) yang terletak di Jl. Letjend Suprapto No. 2, Medan, Sumatera Utara, Indonesia yang mengusahakan komoditi kelapa sawit, kakao, dan teh. Telp. 061-4154666, Fax. 061-4573117 (www.ptpn4.co.id). 5. PT Perkebunan Nusantara V (Persero) yang terletak di Jl. Rambutan No. 43, Pekanbaru, Riau 28294, Indonesia yang mengusahakan komoditi kelapa sawit, karet, dan kakao. Telp. 0761-66565,Fax. 0761-66558 (www.ptpn5.com). 6. PT Perkebunan Nusantara VI (Persero) yang terletak di Jl. Zainir Haviz No. 1, Jambi 36128, Indonesia yang mengusahakan kelapa sawit, karet, teh, dan kakao. Telp. 0741-445603, Fax. 0741-445500 (www.ptpn6.co.id). 7. PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) yang terletak di Jl. Teuku Umar No.300, Kedaton, Bandar Lampung 35141, Indonesia yang mengusahakan komoditi kelapa sawit, karet, teh, kakao, tebu, dan hortikultura. Telp. 0721-702233, Fax. 0721-702775 (www.ptpn7.co.id). 8. PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) yang terletak di Jl. Sindangsirna No. 4, Bandung 40152, Jawa Barat, Indonesia yang mengusahakan komoditi kelapa sawit, teh, karet, kina, dan kakao. Telp. 022-2038966, Fax. 022-2031455 (www.ptpn8.com). 9. PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) yang terletak di Jl. Mugas Dalam (Atas), Semarang 50243, Indonesia yang mengusahakan komoditi teh, karet, kopi, kakao, dan tebu.

48 Telp. 024-8414635, Fax. 024-8448276 (www.ptpnix.co.id). 10. PT Perkebunan Nusantara X (Persero) yang terletak di Jl. Jembatan Merah No. 3-5, Surabaya 60175, Jawa Timur, Indonesia yang mengusahakan komoditi tebu, tembakau, dan tanaman serat. Telp. 031-3523143, Fax. 031-3523167 (www.ptpn10.com). 11. PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) yang terletak di Jl. Merak No. 1, Surabaya 60175, Jawa Timur, Indonesia yang mengusahakan komoditi tebu. Telp. 6231-3524596, Fax. 6231-3532525 (www.ptpn-11.com). 12. PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) yang terletak di Jl. Rajawali 44, Surabaya 60175, Jawa Timur, Indonesia yang mengusahakan komoditi kopi, kakao, karet, teh, dan hortikultura. Telp. 031-3524893, Fax. 031-3534389 (www.ptpn12.com). 13. PT Perkebunan Nusantara XIII (Persero) yang terletak di Jl. Sultan Abdurrachman No. 11, Pontianak 78116, Kalimantan Barat, Indonesia yang mengusahakan komoditi kelapa sawit, karet, dan tebu. Telp. 0561-749367, Fax. 0561-766026 (www.ptpn13.com). 14. PT Perkebunan Nusantara XIV (Persero) yang terletak di Jl. Urip Sumohardjo Km. 4, PO BOX 1006, Makassar 90232, Sulawesi Selatan, Indonesia yang mengusahakan komoditi kelapa sawit, karet, kakao, kelapa hibrida, kelapa nias, pala, kopi, dan tebu. Telp. 0411-444610, Fax. 0411-444810 (www.ptpnxiv.com).

49 4.2.3 Usaha Pemasaran KPB PTPN Jakarta Beberapa usaha pemasaran yang dijalankan oleh KPB PTPN Jakarta diantaranya: 1. Jakarta Tea Auction, setiap hari Rabu pukul 10.00 WIB. 2. Tender CPO lokal, setiap hari Senin - Jumat pukul 15.00 WIB. 3. Tender CPO ekspor, setiap bulan sekali pada minggu pertama. 4. Tender karet, setiap hari Selasa pukul 14.30 WIB. 5. Tender molasses/tetes, awal musim giling (April - Oktober). Selain melakukan pemasaran keempat komoditi di atas, KPB PTPN juga melaksanakan fungsi market intelligence dalam upaya mencari dan menyampaikan informasi pasar bagi PTPN produsen komoditi lain yaitu gula, kopi, kakao, minyak goreng, stearin, fatty acid, palm kernel, palm kernel oil, dan palm kernel meal. 4.2.4 Struktur Organisasi KPB PTPN KPB PTPN dipimpin oleh seorang Direktur Pelaksana (Managing Director) setingkat Direktur Utama. Direktur Pelaksana dalam pelaksanaan tugas sehari-harinya dibantu oleh Wakil Direktur Pelaksana dan delapan kepala bagian yaitu Kepala Bagian SDM dan Umum; Kepala Bagian Pembiayaan; Kepala Bagian Pemasaran Teh, Kopi, dan Kakao; Kepala Bagian Pemasaran Minyak Sawit; Kepala Bagian Pemasaran Gula Pasir dan Tetes; Kepala Bagian Pemasaran Karet; Kepala Bagian Analisa dan Informasi Pasar; Kepala Bagian Satuan Pengawas Internal (SPI) serta masing-masing satu orang Kepala Kantor Cabang Medan dan Surabaya setingkat kepala bagian. Masing-masing kepala bagian dan

50 pejabat setingkat kepala bagian membawahi kepala urusan. Adapun struktur organisasi KPB PTPN secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9. Sebagai organisasi pemasaran, per 19 Agustus 2009, KPB PTPN memiliki tenaga kerja sebanyak 204 orang dengan berbagai keahlian dan pengalaman yang tersebar di kantor pusat Jakarta dan dua kantor cabang: Surabaya dan Medan. Berdasarkan tabel di bawah ini terlihat bahwa jumlah karyawan KPB PTPN Jakarta terdiri dari 128 orang, KPB Medan terdiri dari 53 orang dan KPB Surabaya terdiri dari 23 orang dengan tingkat pendidikan masing-masing strata-2, strata-1, sarjana muda dan diploma dan lain-lain (SLTA, SLTP, SD/SR). Tabel 4. Data Karyawan Menurut Pendidikan Formal No.urut Pendidikan Formal Jakarta Medan Surabaya Jumlah 1 S3 (Doktor) 0 0 0 0 2 S2 (Magister) 10 1 0 11 3 S1 (Sarjana) 46 15 12 73 4 Sarjana Muda 9 3 0 12 5 SLTA 46 27 8 81 6 SLTP 9 3 1 13 7 SD/SR 8 4 2 14 Jumlah 128 53 23 204 Sumber: KPB PTPN Jakarta, 2009. Jika kita melihat tabel di atas maka jumlah karyawan lulusan SLTA atau SMA merupakan jumlah yang terbanyak di masing- masing kantor pemasaran kecuali di kantor cabang Surabaya yang berjumlah 8 orang dari total 23 orang. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa diperlukan peningkatan kualitas karyawan dengan menjaring karyawan-karyawan baru yang minimal lulusan S1 (Sarjana) yang

51 kemampuannya dapat lebih dibutuhkan dan diandalkan oleh Kantor Pemasaran Bersama (KPB) dan manajemen kantor pemasaran masing-masing. Berdasarkan kelompok usia maka data karyawan KPB PTPN dapat dilihat melalui tabel berikut ini. Tabel 5. Data Karyawan Menurut Kelompok Usia No.urut Kelompok Usia Jakarta Medan Surabaya Jumlah 1 Di atas umur 60 0 0 1 1 2 56 s/d 60 tahun 5 2 2 9 3 51 s/d 55 tahun 29 9 3 41 4 46 s/d 50 tahun 41 13 8 62 5 41 s/d 45 tahun 21 12 6 39 6 36 s/d 40 tahun 10 4 1 15 7 31 s/d 35 tahun 10 9 1 20 8 26 s/d 30 tahun 8 4 1 13 9 20 s/d 25 tahun 4 0 0 4 Jumlah 128 53 23 204 Sumber: KPB PTPN Jakarta, 2009. Jika kita melihat tabel di atas maka jumlah karyawan dengan kelompok usia di bawah 25 tahun hanya berjumlah 4 orang yang hanya terdapat di Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN Jakarta tapi untuk kelompok usia tersebut tidak ada di kantor cabang Medan dan Surabaya. Hal ini menjelaskan bahwa karyawankaryawan yang bekerja di Kantor Pemasaran Bersama merupakan orang-orang yang sudah cukup matang dan berpengalaman dalam bidang pekerjaan yang mereka geluti yang membutuhkan loyalitas dan kerja sama. Sedangkan berdasarkan pembagian golongan maka data karyawan KPB PTPN dapat dilihat melalui tabel berikut ini.

52 Tabel 6. Data Karyawan Menurut Golongan No.urut Golongan Jakarta Medan Surabaya Jumlah 1 Dir.PEL (Direktur Pelaksana) 0 0 0 0 2 Wk.D.P (Wakil Direktur Pelaksana) 1 0 0 1 3 IV D (Pembina Utama) 3 0 1 4 4 IV C (Pembina Madya) 2 0 0 2 5 IV B (Penata Utama) 5 1 1 7 6 IV A (Penata Madya) 10 3 3 16 7 III D (Pengatur Utama) 16 1 3 20 8 III C (Pengatur Madya) 14 3 3 20 9 III B (Pengatur Muda) 9 6 1 16 10 III A (Pengatur Pratama) 3 2 1 6 11 II D (Penyelia Utama) 7 5 1 13 12 II C (Penyelia Madya) 7 6 0 13 13 II B (Penyelia Muda) 5 3 3 11 14 II A (Penyelia Pratama) 9 5 2 16 15 I D (Juru Muda) 2 3 1 6 16 I C (Jura Pratama) 1 0 0 1 17 I B (Pelaksana Muda) 4 2 0 6 18 I A (Pelaksana Pratama) 3 6 0 9 19 Hon (Honorer) 23 7 2 32 Jumlah 124 53 22 199 Sumber: KPB PTPN Jakarta, 2009. Sejak tahun 2007 hingga saat ini, KPB PTPN Jakarta dipimpin oleh seorang Direktur Pelaksana yang merupakan Pelaksana Harian (PLH) yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Direktur Pelaksana KPB PTPN. Hal ini disebabkan karena Direktur Pelaksana sebelumnya dipindahtugaskan menjadi Direktur Utama PTPN XII pada tahun 2006.