TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. protein hewani bagi manusia. Untuk mencapai tujuan-tujuan itu, produk-produk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan dan

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian kredit telah diatur dalam undang-undang yang berlaku di Indonesia

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lebih dari dua per tiga permukaan bumi tertutup oleh samudera. Ekosistem

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. daya alam ini salah satunya menghasilkan ikan dan hasil perikanan lainnya. Oleh

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

tambahan bagiperekonomian Indonesia (johanes widodo dan suadi 2006).

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

PERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik

1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

TINJAUAN PUSTAKA. antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Sumberdaya Perikanan

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kesejahteraan penduduk dapat dilakukan apabila

BAB I PENDAHULUAN. Trilogi pembangunan yang salah satunya berbunyi pemerataan pembangunan

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut faktor sosial seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi,

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

BAB I PENDAHULUAN. udang, kakap, baronang, tenggiri, kerang, kepiting, cumi-cumi dan rumput laut yang tersebar

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena. pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. besar dan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu mereka yang bertempat tinggal

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1990 TENTANG USAHA PERIKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Prinsip Dasar Ekonomi Sumber Daya Ikan. Ikan merupakan salah satu komoditi yang berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

C E =... 8 FPI =... 9 P

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Provinsi Jambi memiliki sumberdaya perikanan yang beragam dengan jumlah

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap Definisi perikanan tangkap Permasalahan perikanan tangkap di Indonesia

7. PRODUKSI DAN PENDAPATAN PERIKANAN TANGKAP SIMPING

II. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian Terdahulu. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Saskia (1996), yang menganalisis

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimasukan kedalam kelompok Negara mega-biodiversity yang merupakan dasar dari

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

BAB 18 REVITALISASI PERTANIAN

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

5.5 Status dan Tingkat Keseimbangan Upaya Penangkapan Udang

BAB I PENDAHULUAN. Produksi dari suatu usaha penangkapan ikan laut dan perairan umum sebahagian

III. KERANGKA PEMIKIRAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi pasca krisis ekonomi saat ini, sub sektor perikanan merupakan

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Sehingga banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ekonomi yang rendah, dan hal ini sangat bertolak belakang dengan peran

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri

Bab 6 ISU STRATEGIS DAN PERMASALAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai negara kepulauan yang dikelilingi laut, Indonesia mempunyai

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

19 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Perikanan adalah suatu kegiatan ekonomi. Tujuan pembangunannya untuk Indonesia adalah sebagai devisa negara, sumber pendapatan nelayan dan sumber protein hewani bagi manusia. Untuk mencapai tujuan-tujuan itu, produk-produk perikanan biasanya harus mengalami perpindahan pemilikan dari nelayan atau petani ikan sebagai produsen kepada penduduk sebagai konsumen. Perpindahan pemilikan yang dimaksud terjadi karena adanya pasar. Sebab itu pemasaran adalah mata rantai yang penting dalam suatu pembangunan perikanan. (Evi,2001). Produksi ikan bersifat musiman, terutama ikan laut. Dengan demikian, pada suatu saat produksi ikan sangat melimpah, banyak ikan yang tidak dimanfaatkan sehingga menjadi busuk. Hal ini sangat merugikan bagi nelayan atau pengusaha yang berkecimpung dalam dunia bisnis Perikanan. (Daniel, 2002) Ikan merupakan salah satu sumber zat gizi penting bagi proses kelangsungan hidup manusia. Manusia telah memanfaatkan ikan sebagai bahan pangan sejak beberapa abad yang lalu. Sebagai bahan pangan, Ikan mengandung zat gizi utama berupa protein, lemak, vitamin, dan mineral. (Junianto, 2003) Perikanan masih mendominasi hasil produksi dan perolehan devisa di sektor perikanan, pada tahun 2003 produksi ikan dari hasil penagkapan ikan di laut 5,179 juta ton pertahu Jumlah ini masih relatif rendah di bandingkan dengan yang tersedia (Yaqin dkk, 2003).

20 Pertumbuhan yang amat cepat dari jumlah nelayan ternyata mempunyai dampak negatif bagi produktifitas nelayan termasuk juga menurunnya volume ikan yang di tangkap. Ini berarti bahwa mungkin motorisasi yang berjalan cukup cepat mengakibatkan segera tercapai MSY (Maximum suistanable yield) sehingga sumberdaya milik bersama ini perebutkan oleh lebih banyak nelayan. Menurunnya produksi dan produktifitas sebagai akibat motorisasi di sebabkan oleh dua faktor sebagai berikut : 1. Dengan motorisasi, ikan-ikan yang sebelumnya dapat ditangkap oleh nelayan tradisional akan disedot oleh nelayan dengan kapal-kapal modren bermesin dengan alat-alat yang berdaya tangkap besar. Apabila masih banyak nelayan tradisional, maka dapat terjadi kenaikan tingkat produktifitas beberapa orang pedagang menerapkan teknologi baru, terkalahkan dengan menurunnya tingkat produktifitas dan karena menurunnya sumber hidup di tarik masuk oleh trwl,trwl mini, kapal besar bermini dan lain-lain kapal bermesin. 2. Karena Faktor-Faktor alamiah, kenaikan produksi hanya terjadi sementara, tetapi diikuti oleh penurunan segera setelah tercapai MS (Mubyarto,1989). Kegiatan usaha penangkapan produksi ikan akan terus berkembang pada masa sekarang dan yang akan datang seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi perikanan. Daerah operasi nelayan yng semula hanya berada di sepanjang pinggiran pantai, berubah ke perairan laut yaitu kesuatu daerah penangkapan yang lebih jauh lagi, bahkan mencapai daerah lain, propinsi atau berbatasan dengan mancanegara. Keadaan semacam ini sering kali menyebabkan rawan konflik antar nelayan pendatang dengan nelayan setempat, walaupun pada

21 dasarnya laut tidak bisa di bagi-bagi karena merupakan satu kesatuan yang utuh (Tribawono, 2002). Daerah penangkapan ikan di laut berkembang dari perairan dekat pantai hingga laut lepas,terdapat zona penangkapan menurut surat Menteri Pertanian tahun 2000, yakni jalur I hingga jalur III (Effendi dan Oktoriza,2006). Dalam pembangunan untuk perikanan nasional ada lima tujuan yang harus di capai yaitu : 1. Pemenuhan kebutuhan konsumsi produk perikanan untuk dalam negeri. 2. Peningkatan perolehan devisa. 3. Peningkatan perolehan perikanan sesuai dengan potensi lestari dan daya lingkungan. 4. Pemeliharaan kelestarian stok ikan dan daya dukung lingkungannya. 5. Peningkatan kesejahteraan nelayan dan petani ikan (Mulyadi, 2005). Tinjauan Ekonomi Prinsip ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam seharusnya dapat memberikan gambaran bagaimana mengambil keputusan penggunaan sumber daya alam yang terbatas baik yang bersifat dapat diperbaharui maupun tidak dapat diperbaharui, mampu memberikan informasi yang baik dan berguna untuk mengambil keputusan baik perorangan, maupun kelembagaan, meberikan kerangka pengelolaan sumber daya alam. Yang bersifat dapat diperbaharui dan terbatas secara berkelanjutan. Selain itu juga prinsip ekonomi dapat memberikan alternatif cara penggunaan sumber daya alam yang habis terpakai secara tepat waktu dan sebagai masukkan bagi pengambilan keputusan dalam membuat perencanaan yang berkaitan dengan sumber daya alam.

22 Landasan Teori Produksi penangkapan ikan yang beroperasi di perairan Indonesia terutama pada periran pantai masih didominasi (85%) oleh armada penangkapan yang relatif kecil atau tradisional. Beberapa informasi dan data juga menyebutkan bahwa jumlah kapal yang beroperasi di perairan Indonesia oleh kapal-kapal asing yang diketahui tanpa surat izin beroperasi semakin meningkat, akibat lemahnya pengawasan dan penegakan hukum dilaut dalam kekuasaan untuk kelautan Indonesia (Mulyadi, 2005). Daerah untuk menghasilkan ikan bagi nelayan tergantung pada besar kecilnya kapal, alat tangkap dan jenis ikan laut yang akan di tangkap. Nelayan yang mengunakan kapal tanpa motor umumnya menangkap ikan laut di pinggir pantai sekitar pantai, sedangkan nelayan yang menggunakan kapal motor < 5 GT melakukan menangkap ikan setelah kapal berlayar kearah tengah laut sejauh 100 m dari pantai dan daerah penangkapan dengan rata-rata sejauh 5760 m. Nelayan yang menggunakan kapal motor > 5 GT menangkap ikan setelah kapal bergerak ke tengah laut sejauh 500 m dari pantai dan daerah menangkap ikan dengan ratarata sejauh 30.000 m (Simanjuntak, 2002). Ongkos produksi dalam usaha nelayan terdiri dari dua kategori, yaitu ongkos berupa pengeluaran nyata (actual cost) dan ongkos yang tidak merupakan pengeluaran nyata (inputed cost) Dalam hal ini pengeluaran- pengeluaran kontan adalah bahan Bakar, dan oli, bahan pengawet (es dan garam), pengeluaran untuk makanan /konsumsi awak, pengeluaran untuk reparasi, pengeluaran untuk retribusi dan pajak. Pengeluaran-pengeluaran yang tidak kontan adalah upah / gaji

23 awak nelayan, pengeluran pengeluaran yang tidak nyata ialah penyusutan dari boat/ sampan, mesin-mesin dan alat-alat penangkapan (Mulyadi,2005). Rincian jenis biaya tetap, dan biaya variabel bidang usaha perikanan untuk produksi ikan : 1. Biaya investasi terdiri dari : - kapal - Mesin - Alat tangkap - Alat bantu penangkapan produksi. 2. Biaya tetap terdiri dari : - Siup - Pas Biru - Biaya perawatan kapal,mesin alat tangkap - Biaya penyusutan 3. Biaya variabel terdiri dari : - Oli - Solar/bensin - Minyak tanah - Es - Garam - Bekal Melaut (Effendi dan Oktoriza, 2006). Dalam sistem bagi hasil, bagian yang dibagi ialah pendapatan setelah dikurangi ongkos-ongkos eksploitasi yang dilkeluarkan pada waktu beroperasi

24 ditambah dengan ongkos penjulan hasil, termasuk ongkos bahan bakar, oli, es dan garam, biaya lain yang masih termasuk ongkos eksploitasi seperti biaya reparasi seluruhnya tanggungan dari perikanan alat dan boat (Mulyadi, 2005). Permasalahan dalam pembangunan perikanan dalam hal ini, di defenisikan sebagai segenap perbedaan antara kondisi yang diinginkan dengan kenyataan yang terjadi. Kondisi (sosok dan profil) pembangunan perikanan Indonesia yang diinginkan adalah suatu pembangunan perikanan yang dapat dimanfaatkan sumberdaya perikanan beserta ekosisitem perairanya untuk kesejahterahan umat manusia, terutama nelayan dan petani ikan secara berkelanjutan (Mulyadi,2005). Permasalahan pokok yang dihadapi dalam pembangunan bidang perikanan dan kelautan dapat di kategorikan dalam empat aspek utama : 1. Aspek Fisik dan Prasarana 2. Aspek Ekonomi 3. Aspek Sosial Aspek Fisik dan Prasarana meliputi : 1. Kualitas dan kuantitas dan sarana prasarana bidang perikanan dan kelautan yang belum memadai dalam mendukung laju pembangunan bidang perikanan dan kelautan. 2. Belum adanya integrasi secara terpadu antara pembangunan wilayah yang satu dengan lainya karena pada prinsipnya terdapat keterpaduan dan keterkaitan antara pembangunan kota dengan pembangunan wilayah lainya yang terletak di sekitar wilayah kota khususnya wilayah utara Kota Medan yang saling mendukung satu sama yang lainnya.

25 3. Belum adanya pemanfaatan, pengelolaan,dan pengendalian tata ruang lahan yang dijalankan dengan baik antara pemangku dan kepentingan di daerah pesisir dan pantai sesuai undang-undang dan peraturan yang berlaku sehingga pemanfaatan dan pengelolaan wilayah pesisir/ pantai belum dapat dilaksanakan dengan baik. 4. Pemanfaatan sumber daya perikanan yang berlebihan mempercepat berkurangnya spesies tertentu, hal ini terjadi pada hasil produksi nelayan di Belawan secara jenis telah mengalami penurunan. Aspek Ekonomi : 1. Keterbatasan informasi pemasaran informasi produk perikanan dan kelautan, keterbatasan teknologi serta minimnya permodalan usaha merupakan faktor penghambat dalam bersaing dengan produk perikanan dan kelautan dengan sejenis dengan negara lain. 2. Kecenderungan terjadi konversi lahan dan pencemaran limbah menuju ke perairan laut yang mengakibatkan degradasi fisik di wilayah pesisir pantai, mengakibatkan penurunan produksi perikanan tangkap dan budidaya. 3. Sikap kewirausahaan masyarakat pesisir relatif sangant rendah sehingga mempengaruhi kengganan investor untuk berinvestasi mengakibatkan rendahnya iklim usaha dan mempengaruhi tingkat lapangan kerja.

26 Aspek Sosial : Tingkat pendidikan,pengalaman melaut, jumlah tenaga kerja yang berpengaruh dalam membantu perkembangan produksi ikan dan mempengaruhi tingkat produktifitas sehari-hari. (Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Medan, 2006). Keadaan sosial ekonomi memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan kehidupan sehari-hari. Maka untuk menutupi kebutuhan ekonomi diperlukan kondisi sosial ekonomi yang memadai. Adanya perekonomian yang cukup, lingkungan material yang dihadapi keluarga akan mendapat kesempatan yang lebih luas untuk mengembangkan bermacam-macam. Status sosial ekonomi masyarakat yang telah memadai merupakan salah satu faktor dalam perkembangan sosial, tingkat status sosial ekonomi ini sangat berkaitan dengan tingkat pendapatan yang diperoleh seseorang atau anggota masyarakat (Mulyadi, 2005). Pembangunan perikanan masih jauh dari harapan. Dikatakan demikian karena nelayan dan petani ikan sebagian masih merupakan penduduk miskin, perolehan devisa yang relatif masih kecil, sumbangan terhadap PDB nasional yang masih rendah, sementara beberapa stok ikan di beberapa kawasan perairan sudah mengalami kondisi tangkap lebih. Hal tersebut dapat terjadi terutama pada pengelolaan pembangunan yang selama ini yang di terapkan kurang besar. Dengan kata lain, selama ini telah terjadi mis manajemen pada pembangunan nasional (Mulyadi, 2005). Dalam upaya meningkatkan laju pembangunan perikanan dan kelautan secara langsung ataupun tidak langsung membutuhkan dukungan yang aktif dari

27 masyarakat dan stake holder terkait di sekitarnya.untuk itu dalam pencairan di rumuskan kebijakan bidang perikanan dan kelautan yang mengarahkan bagaimana program dan kegiatan dapat berjalan sesuai dengan yang di rencanakan sebagai berikut: 1. Mendorong peningkatan produksi perikanan dan kelautan serta komoditi ekspor baik secara kualitatif maupun kuantitatif sehingga meningkatkan kesejahteraan nelayan, pembudidaya ikan dan pengolah ikan. 2. Mendorong terciptanya kualitas sumberdaya masyarakat perikanan dan kelautan dalam penguasaan IPTEK bidang perikanan dan kelautan. 3. Mendorong terselenggaranya pemafaatan,pengelola dan pengendali sumber daya hayati perikanan dan kelautan secara efisien, lestari dan berbasis kerakyatan. 4. Mendorong terselenggaranya pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana bidang perikanan dan kelautan. 5. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan ruang pesisir dan laut secara maksimal. 6. Mendorong peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) bidang perikanan dan kelautan. (Dinas Perikanan dan Kelautan Kota Medan, 2006). Istilah faktor produksi sering disebut sebagai Korbanan Produksi, karena faktor produksi tersebut dikorbankan untuk menghasilkan produksi. Dalam bahasa inggris faktor produksi disebut sebagai Input, macam faktor produksi ini perlu diketahui kualitasnya dan jumlahnya oleh produsen. Oleh karena itu untuk menghasilkan suatu produk maka diperlukan pengetahuan

28 hubungan antara faktor produksi (Input) dan produk (Output). Hubungan antara input dan output ini disebut dengan faktor relationship (FR). Dalam rumus matematis, FR ini ditulis dengan : analisis statistik Uji Regresi linier berganda sebagai berikut : Y = f (X1,X2, X3, Xn) Dimana : Y = Produk atau variabel yang dipengaruhi oleh faktor produksi X X = Faktor produksi atau variabel yang mempengaruhi Y (Sudjana,1975). Dalam proses produksi perikanan, maka Y dapat berupa Produksi Perikanan dan dapat berupa Lama melaut, umur peralatan, jumlah tenaga kerja. namun demikian dalam praktek ketiga faktor produksi tersebut belum cukup untuk dapat menjelaskan Y. Faktor-faktor dalam produksi, dan lain-lain berperan dalam mempengaruhi tingkat produksi (Sudjana,1975). Pendapatan untuk produksi adalah selisih antara penerimaan dengan biayabiaya produksi. Pernyataan ini dapat di tuliskan sebagi berikut: Pd = TR TC Dimana : Pd = Pendapatan/ kuntungan (Rp) TR TC = Total Revenue / Total Penerimaan (Rp) = Total Cost / Total Biaya (Rp) Untuk mengukur sejauh mana tingkat keberhasilan suatu produksi ikan pada nelayan, harus dilihat input yang masuk dalam proses produksi. Dengan demikian akan dapat mengetahui tingkat efisiensi yaitu dengan melihat tingkat kenaikan ROI ( Return of invesment) dari masing-masing hasil produksi nelayan (Soekartawi, 1995 : 54-57).

29 Kerangka Pemikiran Perikanan merupakan sumber mata pencaharian utama penduduk di daerah penelitian yang terletak di pantai timur Sumatera Utara. Dalam menangkap ikan nelayan mengunakan kapal dengan berbagai macam jenisnya yang akan mempengaruhi jumlah tangkapan nelayan. Semakin besar kapal maka semakin sedikit jumlah tripnya dan semakin besar kapal maka semakin lama berada di laut. Peningkatan produksi dan hasil yang baik bergantung pada penggunaan faktor- faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi ikan. Laut adalah sebagai faktor produksi utama di samping faktor produksi yang lain seperti kapal, dan sarana dan prasarana seperti kapal motor,alat tangkap dan sebagainya sangat mempengaruhi terhadap produksi ikan terhadap nelayan, serta faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi seperti pengalaman melaut, jumlah tenaga kerja, modal jumlah tangkapan nelayan yang bersifat tidak tetap dan juga sangat bergantung kepada musim, dan faktor lain yang tidak dapat dikendalikan seperti cuaca. Besar kapal dan sarana produksi yang berbeda dalam menjalankan usaha untuk produksi ikan laut akan mempengaruhi jumlah produksi tangkapan nelayan. Nelayan dengan kapal yang lebih besar akan mempunyai jumlah tangkapan yang menghasilkan produksi akan lebih besar di bandingkan dengan kapal yang kecil, namun belum tentup roduktifitasnya baik, Produktifitas adalah perbandingan jumlah produksi yang dihasilkan nelayan denagn besarnya kapal. Perbedaan dalam pengguanaan faktor-faktor produksi yang tersedia mempengaruhi terhadap produksi ikan.

30 Hasil tangkapan yang di dapat nelayan dijual kepada konsumen untuk mendapatkan penerimaan. Biaya produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan nelayan untuk menjalankan hasil produksi ikan yang merupakan pengeluaran untuk memperoleh faktor- faktor produksi. Penerimaan dari hasil penjualan hasil produksi setelah dikurangi biaya produksi adalah pendapatan nelayan dari hasil produksi ikan laut yang di usahakan. Untuk tingkat keberhasilan suatu produksi ikan pada nelayan dapat dilihat input yang masuk dalam proses produksi. Dengan demikian akan dapat mengetahui tingkat efisiensi yaitu dengan melihat tingkat efisiensi kenaikan ROI ( Return of invesment) dari masing-masing hasil produksi terhadap nelayan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran berikut

31 Nelayan Jumlah trip Kapal yang di gunakan Produksi ikan tangkap Faktor mempengaruhi Sosial Ekonomi 1. Pengalaman melaut 2. Jumlah Tenaga Kerja 4. Modal Penerimaan Total Biaya Pendapatan Bersih Tingkat Efisiensi Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran keterangan... : Kurang : Saling berpengaruh

32 Hipotesis Penelitian : 1. Semakin besar kapal maka semakin rendah jumlah trip menangkap ikan di daerah penelitian. 2. Biaya produksi dan pendapatan bersih nelayan cukup besar di daerah penelitian 3. Ada pengaruh faktor sosial ekonomi ( pengalaman melaut, jumlah tenaga kerja, modal ) secara serempak dan parsial Terhadap Produksi Ikan tangkap di daerah Penelitian. 4. Tingkat Efisiensi usaha penangkapan ikan di laut cukup besar di daerah penelitian.