5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Harapan Pada..., Agita Pramita, F.PSI UI, 2008

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Harapan (Hope) Definisi Harapan Willpower, Waypower, Universitas Indonesia

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang

LAMPIRAN A PEDOMAN OBSERVASI DAN WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan peralihan antara masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari

BABI PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak ditemukan berbagai penyakit kelainan darah, salah

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fase perkembangannya memiliki keunikan tersendiri. Papalia (2008) menyebutkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Thalassaemia merupakan penyakit kelainan sel darah merah yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam hal yang tidak pernah diketahui sebelumnya. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga menurut Lestari (2012) memiliki banyak fungsi, seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HARAPAN (HOPE) PADA REMAJA PENYANDANG THALASSAEMIA MAYOR (HOPE IN ADOLESCENTS WITH THALASSAEMIA MAJOR)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pada masa remaja, seorang individu banyak mengalami perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diharapkan oleh kelompok sosial, serta merupakan masa pencarian identitas untuk

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

2015 HUBUNGAN ANTARA BOD Y IMAGE D ENGAN PERILAKU D IET PAD A WANITA D EWASA AWAL D I UPI

BAB I PENDAHULUAN. berjenis kelamin wanita disebut lesbian, dan homoseksual yang berjenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. Mengakhiri abad ke-20 dan mengawali abad ke-21 ini ditandai oleh

bersalah, dan kematian. Penderitaan bisa berupa kesulitan-kesulitan. Hal yang paling mendasar

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harapan

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN. Manusia terlahir di dunia dengan kekurangan dan kelebihan yang berbedabeda.

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

PENGEMBANGAN INSTRUMEN KONSEP DIRI PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perubahan gaya hidup menyebabkan terjadi pergeseran penyakit di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dirawat di Rumah Sakit minimal selama 1 bulan dalam setahun. Seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dimulai pada tugas perkembangan masa dewasa awal, yaitu fase

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang bahagia. Kebahagiaan menjadi harapan dan cita-cita terbesar bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN

Bab V. Kepedulian Kesehatan Remaja Putri. Perubahan yang terjadi pada tubuh (pubertas) Perubahan yang membawa kehidupan lebih baik

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dapat dikatakan stres ketika seseorang tersebut mengalami suatu

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

6. KESIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang, seiring harapan untuk memiliki anak dari hasil pernikahan.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya

1. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran (Undang-Undang

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu

BAB I PENDAHULUAN. Bandung. Rumah sakit X merupakan rumah sakit swasta yang cukup terkenal di

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Dari hasil analisa utama bab 4 dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial teman

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi hampir bersamaan antara individu satu dengan yang lain, dan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sudah menjadi masalah emosi yang umum. Depresi merupakan salah satu

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya.

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. gambaran harga diri (self esteem) remaja yang telah melakukan seks di luar nikah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu perubahan yang dialami oleh individu dalam masa emerging

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gambaran Kepuasan..., Dini Nurul Syakbani, F.PSI UI, 2008

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat

PP No 19 Tahun 2005 (PASAL 19, AYAT 1)

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepercayaan diri tentu saja mengalami pasang surut, seseorang mungkin merasa percaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sumber kebahagiaan bagi sebagian besar keluarga sejak di

PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa keempat subyek memiliki karakteristik individu yang memiliki harapan tinggi. Namun, karakteristik yang muncul pada setiap subyek berbeda-beda, tergantung pada tujuan yang dimiliki oleh masing-masing subyek. Berdasarkan hasil analisis, karakteristik yang terlihat pada keempat subyek adalah optimisme, self-esteem, dan afek positif dalam mencapai tujuan. Keempat subyek merasakan optimisme, yaitu keyakinan bahwa mereka mampu untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Selain itu, mereka juga memiliki self-esteem yang tinggi dengan memandang diri mereka positif dan mampu mencapai tujuan. Keempat subyek juga memiliki perasaan semangat dan antusiasme dalam menjalankan usaha untuk mencapai tujuan yang mereka miliki. Persepsi terhadap kontrol hanya dimiliki oleh dua orang subyek. Mereka tidak tergantung kepada orang lain dan memiliki tanggung jawab pribadi untuk menentukan cara untuk mencapai tujuan mereka. Sebanyak dua orang subyek memiliki daya saing yang baik, yaitu bersaing dan mendapatkan prestasi dalam bidang akademis. Sebagai penderita Thalassaemia Mayor, keempat subyek memiliki beberapa tujuan yang ingin mereka capai beberapa tahun ke depan. Tujuan tersebut tentunya berbeda-beda bagi masing-masing subyek. Namun, diantara tujuan-tujuan yang mereka miliki terdapat tujuan yang sama pada keempat subyek, yaitu membahagiakan orangtua walaupun mereka mendefinisikan cara yang berbeda-beda untuk mencapai tujuan tersebut. Dua orang subyek ingin membahagiakan orangtua dengan cara berprestasi. Satu orang subyek ingin membahagiakan orangtua dengan cara mencari pekerjaan yang memberikan penghasilan lebih baik. Satu orang subyek lainnya ingin membahagiakan orangtua dengan cara mengubah perilaku buruk. Tujuan lain yang ingin mereka capai adalah mencapai pendidikan yang lebih baik. Dalam hal ini, dua orang subyek memiliki keinginan untuk meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi di Fakultas Kedokteran. Selain itu, tujuan lain yang umumnya ingin mereka capai berkaitan 100

dengan kondisi kesehatan. Dua orang subyek memiliki tujuan ingin menjaga kondisi tubuhnya agar tetap sehat. Keempat subyek memiliki willpower yang berbeda-beda. Bagi masingmasing subyek pun willpower tersebut berbeda untuk setiap tujuan yang mereka miliki. Sebagian besar subyek memiliki willpower yang tinggi untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Berdasarkan hasil penelitian, dari empat orang subyek, dua orang subyek, yaitu subyek 2 dan 3 memiliki willpower tinggi untuk semua tujuannya. Dua orang subyek lainnya memiliki willpower yang tinggi dalam mencapai beberapa tujuan yang mereka miliki. Keempat subyek memiliki willpower yang tinggi untuk membahagiakan orangtua. Selain itu, sebanyak dua orang subyek memiliki willpower tinggi untuk menjaga kondisi fisik agar tetap sehat. Namun, mereka juga memiliki willpower yang rendah pada beberapa tujuan lain yang mereka ingin capai. Dua orang subyek tidak merasa yakin bahwa mereka dapat meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi. Waypower yang dimiliki keempat subyek pun berbeda-beda, tergantung pada setiap tujuan yang dimiliki masing-masing subyek. Sebagian besar dari mereka memiliki waypower yang rendah dalam mencapai tujuan mereka. Hambatan yang dialami oleh keempat subyek adalah keterbatasan fisik akibat penyakit Thalassaemia Mayor yang mereka derita. Keempatnya mengaku bahwa mereka tidak dapat terlalu banyak melakukan aktivitas fisik karena mudah lelah. Dari empat orang subyek, hanya satu orang subyek, yaitu subyek 3, yang memiliki waypower tinggi pada semua tujuannya. Walaupun memiliki hambatan fisik, subyek 3 dapat mencari cara-cara agar tujuan yang ia inginkan dapat tercapai. Tiga orang subyek lainnya tidak dapat mencari jalan keluar untuk mengatasi hambatan fisik yang mereka hadapi. Dari ketiga orang subyek, sebanyak dua orang subyek tidak memiliki cara lain untuk mencapai tujuan mereka meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi. Satu orang subyek lainnya mengalami kesulitan untuk mencari pekerjaan dan membina hubungan dengan lawan jenis. 101

5.2. Diskusi Keempat subyek yang merupakan remaja penderita Thalassaemia Mayor memiliki karakteristik individu yang memiliki harapan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa karakteristik yang umumnya muncul adalah optimisme, self-esteem, dan afek positif dalam mencapai tujuan. Papalia, et. al. (2007) mengatakan bahwa selama masa remaja, self-esteem semakin meningkat. Hal tersebut bertentangan dengan penelitian yang menunjukkan bahwa remaja yang menderita penyakit kronis mengalami berbagai masalah seperti self-esteem, kecemasan, depresi, perasaan tidak berdaya, dan rendahnya harapan masa depan mereka. Individu yang merasakan ketidakberdayaan dalam kehidupannya akan mempersepsikan sedikit kontrol mengenai kehidupan mereka, dan percaya bahwa hal-hal baik tidak akan terjadi. Dalam hal ini, kurangnya harapan menyebabkan individu tidak akan mampu untuk mencapai tujuan pribadinya (Shorey, et. al., 2003). Berdasarkan hal yang tersebut di atas, ada beberapa faktor yang mempengaruhi harapan individu. Self-esteem dalam mencapai tujuan tersebut terutama diperoleh karena adanya keterkaitan dengan orang lain. Faktor dukungan sosial merupakan faktor yang berpengaruh, terutama hubungan dengan orangtua dan hubungan dengan teman sebaya (Santrock, 1990). Hal tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian yang mengatakan bahwa harapan berkaitan erat dengan dukungan sosial (Weil, 2000). Penelitian dari Sarafino (1998) dan Taylor (1999) menyatakan bahwa adanya dukungan sosial pada umumnya menolong pasien menghadapi penyakit mereka. Individu yang tinggal sendiri dan memiliki sedikit teman atau memiliki hubungan kurang baik dengan orang lain yang hidup bersama mereka hidup dengan kecenderungan penyesuaian yang buruk untuk kondisi kesehatan kronis. Keempat subyek dalam penelitian ini juga menyatakan bahwa hal yang dapat meningkatkan harapan mereka adalah adanya dukungan dari orang-orang terdekat, terutama orangtua mereka. Hal tersebut juga menjadi salah satu hal yang menyebabkan mereka memiliki karakteristik positif individu dengan harapan tinggi walaupun menderita Thalassaemia Mayor. Keempatnya juga mengatakan bahwa dukungan dari orang-orang terdekat dapat meningkatkan harapan mereka dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai. 102

Pencarian akan identitas diri merupakan salah satu fokus utama dalam kehidupan remaja (Papalia, et. al., 2007). Oleh sebab itu, remaja akan lebih menyibukkan diri dengan pencapaian tujuan dan impian masa depannya. Pada keempat orang subyek yang berusia remaja, mereka pada umumnya tidak memiliki kesulitan untuk mendefinisikan masing-masing tujuan yang ingin mereka capai. Masa remaja merupakan masa dimana individu lebih banyak mempertimbangkan tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan usia mereka, yaitu merencanakan tujuan masa depan yang berkaitan dengan pendidikan, pekerjaan (karir), dan berkeluarga (Shorey, et. al., 2003). Penelitian lain dari Tuominen, et. al. (2004) juga menunjukkan bahwa pada umumnya, tujuan pribadi yang ingin dicapai oleh remaja berkaitan dengan pendidikan, pekerjaan di masa depan, dan hubungan sosial. Penelitian tersebut sesuai dengan penelitian ini dimana keempat subyek memiliki tujuan yang terfokus pada tugas perkembangan pada masa remaja. Tujuan yang umumnya dimiliki oleh keempat subyek adalah berprestasi dalam bidang akademis, melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, mencari pekerjaan yang baik, dan membina hubungan serius dengan lawan jenis. Selain tujuan yang berkaitan dengan tugas perkembangan remaja, keempat subyek juga memiliki tujuan yang berkaitan dengan harapan terhadap penyakit Thalassaemia Mayor yang mereka derita. Hal tersebut sesuai dengan penelitian dari Feldman & Snyder (2005) yang menyatakan bahwa jika individu yang memiliki harapan menderita penyakit secara fisik, maka mereka akan memusatkan pikiran mereka secara efektif untuk melakukan hal-hal yang membuat keadaan mereka membaik. Berdasarkan hasil penelitian, kombinasi willpower dan waypower yang dimiliki oleh keempat subyek adalah willpower tinggi dan waypower rendah, willpower dan waypower rendah, serta willpower dan waypower tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa keempat subyek meyakini bahwa diri mereka memiliki persepsi bahwa mereka mampu mencapai tujuan yang mereka inginkan. Walls & Little (2005) mengatakan bahwa willpower yang tinggi memiliki hubungan positif dengan sikap yang positif dan self-esteem pada remaja. Berdasarkan hasil analisis, keempat subyek dalam penelitian ini memiliki salah satu karakteristik individu dengan harapan tinggi, yaitu self-esteem. Subyek yang 103

memiliki self-esteem tinggi dalam mencapai tujuan yang mereka miliki juga memiliki willpower yang tinggi untuk mencapai tujuan tersebut. Namun, ada dua orang subyek yang memiliki willpower yang rendah untuk mencapai tujuan mereka. Hal tersebut disebabkan karena rendahnya persepsi mereka terhadap kemampuan akan kontrol pribadi yang mereka miliki. Berbeda dengan dua orang subyek lainnya yang memiliki persepsi akan kontrol dalam mencapai tujuan, mereka tidak memiliki keyakinan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mewujudkan keinginan yang mereka miliki. Menurut Venning, et. al. (2007) willpower berkaitan dengan self-efficacy individu. Hal tersebut menunjukkan bahwa kedua subyek memiliki self-efficacy yang rendah. Selanjutnya, menurut Venning, et. al. (2007) rendahnya self-efficacy yang dimiliki oleh penderita penyakit kronis menyebabkan menurunnya persepsi individu akan kontrol pribadi yang dimiliki untuk mencapai tujuan. Sebagai penderita Thalassaemia Mayor, keempat subyek mengakui bahwa mereka banyak mengalami hambatan dalam mencapai tujuan mereka. Keempat subyek memiliki hambatan yang sama, yaitu memiliki kondisi fisik yang lemah jika melakukan aktivitas fisik terlalu berlebihan. Hambatan yang dialami tersebut dapat mempengaruhi waypower yang dimiliki oleh individu. Menurut Snyder (1991), waypower yang dimiliki individu juga berkaitan dengan kemampuan pemecahan masalah individu tersebut. Thomas, Peterson & Goldstein (1997) mengatakan bahwa kemampuan untuk pemecahan masalah berkaitan dengan usia. Penelitian menunjukkan bahwa perbedaan usia mempengaruhi kemampuan individu untuk mencari beberapa solusi untuk mengatasi masalah. Hal tersebut disebabkan karena kemampuan pemecahan masalah berkaitan dengan semakin meningkatnya kemampuan berpikir individu untuk mencari berbagai cara alternatif ketika dihadapkan oleh suatu masalah. Penelitian tersebut bertentangan dengan hasil penelitian ini. Penelitian ini menunjukkan bahwa subyek 3 adalah subyek yang memiliki waypower lebih tinggi daripada tiga orang subyek lainnya. Padahal subyek 3 berusia tiga tahun lebih muda daripada subyek 4 dan lima tahun lebih muda daripada subyek 2. Berdasarkan hasil penelitian, hanya satu orang subyek, yaitu subyek 3, yang memiliki baik willpower maupun waypower yang tinggi untuk semua tujuan 104

yang ia miliki. Salah satu faktor yang mempengaruhi willpower dan waypower menurut Snyder (1994) adalah pengalaman keberhasilan akan pencapaian di masa sebelumnya. Subyek 3 memang memiliki pengalaman yang cukup baik dalam berkompetisi. Walaupun menderita Thalassaemia Mayor, penyakit tersebut bukan merupakan suatu penghalang untuk memperoleh keberhasilan. Pengalaman akan keberhasilannya tersebutlah yang membuat subyek 3 menyadari bahwa dirinya mampu untuk mencapai kesuksesan walaupun harus menghadapi beberapa hambatan. Selain itu, penelitian dari Thomas, Peterson & Goldstein (1997) menunjukkan bahwa terdapat faktor lain yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah individu, yaitu gaya pengasuhan orangtua dan latar belakang demografis (tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi). Woolfolk (2004) mengatakan bahwa individu yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi menengah ke atas memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dan mempunyai berbagai fasilitas yang dapat menunjang kemampuan anak. Dari keempat subyek, subyek 3 merupakan subyek yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi menengah ke atas. Selain itu, ia juga satu-satunya subyek yang mendapatkan kemudahan belajar melalui fasilitas yang diberikan orangtuanya, seperti mengikuti les pelajaran, bahasa, dan musik. Dari keempat subyek, subyek 4 merupakan subyek yang memiliki waypower paling rendah dibandingkan dengan ketiga subyek lainnya. Menurut Baumrind (1991, dalam Shorey, et. al., 2003), faktor lain yang dapat mempengaruhi pandangan individu mengenai masa depan dan bagaimana mereka menghadapi tantangan dalam kehidupan adalah pola asuh orangtua. Penelitian lain dari Prasomsuk, et. al. (2007) menunjukkan bahwa penderita Thalassaemia cenderung diperlakukan overprotektif atau dimanjakan dan diberikan perhatian yang berlebihan oleh orangtua mereka. Sebagai akibatnya penderita Thalassaemia mengalami proses pengembangan diri yang lebih lambat. Menurut Baumrind (1968, dalam Berns, 1997) pola asuh orangtua tersebut termasuk ke dalam pola asuh orangtua yang permisif. Orangtua yang permisif memperbolehkan anaknya untuk mengatur aktivitas mereka sendiri sebanyak yang mereka mau, menghindari adanya kontrol dan tidak mendorong anak untuk mematuhi standar eksternal. Menurut Baumrind (1991, dalam Shorey, et. al., 105

2003) pola asuh permisif menyebabkan anak tidak dapat menghasilkan sesuatu yang positif, seperti memiliki kemampuan rendah untuk mencapai prestasi dan tidak kompeten. Hetherington & Parke (1999) juga mengatakan bahwa anak dengan pola asuh permisif tidak memiliki tujuan dan hanya sedikit melakukan kegiatan yang bertujuan. Berdasarkan hasil wawancara, subyek 4 seringkali mendapatkan perhatian yang berlebihan dari orangtuanya karena orangtuanya sering mencemaskan keadaan anak mereka. Orangtuanya juga terlalu melindunginya jika ia mendapat kesulitan. Sebagai akibatnya, Subyek 4 mengatakan bahwa jika mengalami masalah, ia tidak menghadapi masalah itu sendiri. Namun, ia seringkali mengadu kepada orangtuanya agar menyelesaikan masalah tersebut. Hal tersebut menyebabkannya sangat tergantung kepada orangtua hampir dalam semua hal. Selain itu, subyek 4 juga mengatakan bahwa keluarganya selalu membebaskannya dalam melakukan segala hal. Keluarganya juga tidak pernah memberikan larangan apapun jika ia ingin melakukan sesuatu walaupun perilakunya tersebut kurang baik. 5.3. Saran Berdasarkan penelitian ini, ada beberapa saran yang dapat dilakukan sehubungan dengan harapan pada remaja dengan Thalassaemia Mayor, yaitu: Saran Metodologis: 1. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan literatur mengenai penyakit Thalasaemia Mayor yang berasal dari jurnal penelitian pada remaja penderita Thalassaemia Mayor di luar negeri. Hal tersebut disebabkan karena literatur tentang penyakit tersebut yang berasal dari Indonesia tidak ditemukan. Bahkan, jurnal penelitian yang membahas tentang Thalassaemia di Asia cukup jarang. Padahal Thalassaemia merupakan penyakit yang banyak ditemukan di Asia. Dalam penelitian selanjutnya hendaknya digunakan penelitian terdahulu yang meneliti tentang Penderita Thalassaemia Mayor pada remaja di Indonesia. 2. Dalam penelitian ini, konsep harapan yang digunakan mengacu pada teori Snyder (1994). Dalam teorinya, Snyder (1994) menitikberatkan harapan 106

yang berkaitan dengan tujuan. Dalam penelitian selanjutnya, hendaknya harapan juga dikaitkan dengan kesejahteraan psikologis (well-being) yang dimiliki oleh subyek berdasarkan teori dari tokoh lain. 3. Penelitian dengan topik ini bersifat sangat pribadi bagi individu. Dengan adanya rapport yang baik, diharapkan subjek dapat merasa nyaman dan terbuka dalam mengungkapkan perasaan mengenai dirinya sendiri. Hal tersebut terutama dilakukan pada subyek yang berjenis kelamin laki-laki. Dalam wawancara, subyek yang berjenis kelamin laki-laki sering mengalami kesulitan untuk mengungkapkan perasaannya dibandingkan dengan subyek dengan jenis kelamin perempuan. Saran Praktis 1. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa sebagai penderita penyakit kronis, keempat subyek memiliki tujuan masa depan yang ingin mereka capai. Untuk dapat meningkatkan motivasi mereka dalam mewujudkan keinginan, Yayasan Thalassaemia sebaiknya lebih sering mengadakan kegiatan bersama yang melibatkan anggotanya. Hal tersebut berguna bagi anggotanya untuk dapat berbagi sehingga dapat meningkatkan harapan mereka dalam mencapai tujuan untuk bertahan hidup walaupun memiliki penyakit. 2. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa dukungan sosial merupakan faktor yang berpengaruh bagi subyek. Bagi masyarakat sebaiknya memberikan dukungan dengan tidak memberikan pandangan dan perlakuan negatif terhadap penderita Thalassaemia Mayor karena keempat subyek mengatakan bahwa mereka dipandang negatif oleh masyarakat karena memiliki penyakit yang jarang ditemukan. 3. Thalassaemia Mayor merupakan penyakit kronis dengan angka kematian cukup besar di Indonesia. Namun, nampaknya hanya sedikit masyarakat yang memiliki informasi tentang penyakit ini. Menurut salah satu subyek, sosialisasi yang dilakukan oleh Yayasan Thalassaemia hanya dilakukan satu tahun sekali. Sebaiknya, sosialisasi tentang penyakit Thalassaemia di masyarakat lebih sering diadakan. 107

4. Keempat subyek mengatakan bahwa orangtua mereka merupakan pembawa sifat Thalassaemia dan tidak mengetahui gen pembawa sifat tersebut sebelum menikah. Oleh sebab itu, disarankan bagi penderita Thalassaemia yang akan menikah agar memeriksa kondisi kesehatannya terlebih dahulu. Hal tersebut berguna setidaknya untuk mengurangi jumlah penderita Thalassaemia Mayor. 5. Bagi penderita Thalassaemia Mayor diharapkan untuk memeriksakan kondisi kesehatannya secara rutin, seperti memeriksakan kadar zat besi dan kondisi jantung atau limpa. Hal tersebut dilakukan agar segera diketahui jika ada penyakit lain yang timbul sebagai efek dari penyakit utama. Sebaiknya, pemeriksaan tersebut dilakukan minimal 3 bulan sekali. Pengobatan yang dilakukan secara rutin juga berfungsi untuk mempertahankan kondisi tubuh sehingga mereka dapat beraktivitas seperti orang lain yang tidak memiliki penyakit dan dapat mencapai tujuan-tujuan yang mereka inginkan dalam hidup. 108