PUBLIC RELATIONS: SEBUAH PENGANTAR. Oleh Ashadi Siregar

dokumen-dokumen yang mirip
KOMUNIKASI DAN KORPORASI: STRATEGI PENGEMBANGAN MANAJEMEN KOMUNIKASI PERUSAHAAN

PROFESIONALISME WARTAWAN DAN UPAYA MEMBANGUN INSTITUSI PERS

TANTANGAN RRI MENGHADAPI ERA MASYARAKAT INFORMASI

EKONOMI POLITIK KOMUNIKASI DALAM INDUSTRIALISASI DI INDONESIA

KODE ETIK, PELAKSANAAN DAN EFEKTIFITAS PENGAWASANNYA

Tipe-tipe komunikasi. Puri Kusuma D.P

BAB I PENDAHULUAN. Dasar-Dasar Komunikasi, Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, IPB, hal:

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. Informasi sudah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan.

KEBEBASAN WARTAWAN DALAM INDUSTRI PERS NASIONAL. Oleh Ashadi Siregar

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Komunikasi tidak saja dilakukan antar personal, tetapi dapat pula

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perkembangan dunia televisi di Indonesia menunjukkan. tersebut, tidak bisa dilepaskan dari dunia iklan.

PETA PERMASALAHAN KOMUNIKASI DAN INFORMASI DI INDONESIA

Komunikasi massa dan efek media terhadap individu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA (KPI) Nomor 240/SK/KPID-SS/03/2018 TENTANG

RADIO SIARAN SWASTA NASIONAL MENYONGSONG ERA INFORMASI

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Investor Relations Pemerintah Kabupaten Kendal

RUBRIK SMS WARGA SEBAGAI RUANG INTERAKSI

BAB II LANDASAN TEORI

INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION

Teknik Reportase dan Wawancara

Saya lebih takut menghadapi tiga surat kabar daripada seribu ujung bayonet. (Napoleon)

BAB I PENDAHULUAN. Public Relations (PR) berperan dalam menentukan seorang sosok brand ambassador

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di

Jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya jurnal (journal), artinya laporan atau catatan, atau jour dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya komunikasi adalah unsur pokok dalam suatu organisasi karena

BAB I PENDAHULUAN. menganalisis, dan mengevaluasi media massa. Pada dasarnya media literasi

Modul ke: Komunikasi Massa. Bidang Kajian Komunikasi Massa. Radityo Muhammad, SH.,MA. Fakultas FIKOM. Program Studi Public Relations

BAB 1 PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi kepada

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

BAB I PENDAHULUAN. semua kebutuhan dan keinginan yang dikehendaki manusia. Hingga manusia pun

BAB V PENUTUP. A. Komunikasi dengan masyarakat umum (khalayak) pendidikan melalui seni budaya, diskusi yang melibatkan stakeholder, klinik

Unsur-unsur, sifat, dan fungsi komunikasi

I. PENDAHULUAN. Perubahan zaman yang semakin modern diiringi dengan teknologi yang semakin

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. banyak yang mengundang Pro dan Kontra dikalangan pakar maupun Praktisi.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. turut merubah peradaban manusia. Bukan hanya itu, teknologi juga merubah

MEDIA MASSA DAN MASYARAKAT KONSUMEN. Oleh Ashadi Siregar

BAB I PENDAHULUAN. orang yang satu dengan orang yang lain untuk saling mengisi. Manusia juga

BAB I PENDAHULUAN. luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 15 TAHUN 2010

BAB II URAIAN TEORITIS. manusia, salah satunya adalah komunikasi massa. Konsep komunikasi massa itu

BAB I PENDAHULUAN. ruang publik, sebagai Public Service atau pelayanan publik. Hal ini tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

TUGAS AKHIR PENCIPTAAN KARYA

Manusia sebagai Makhluk Sosial

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok

Komisi Penyiaran Indonesia PEDOMAN

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 15 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEHUMASAN DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PENUTUP. Hasil penelitian tentang penerapan model humas di Pimpinan Pusat. Aisyiyah (PPA) ini menemukan bahwa pada periode pra

BAB V PENUTUP 5.1. KESIMPULAN. Praktik jurnalisme kloning kini menjadi kian populer dan banyak

HAK PUBLIK MEMPEROLEH INFORMASI DAN KEBEBASAN PERS Oleh Ashadi Siregar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. informasi-informasi, baik berupa berita maupun hiburan masyarakat. Pers di

Saya lebih takut menghadapi tiga surat kabar daripada seribu ujung bayonet. (Napoleon)

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. dan dampaknya bagi perusahaan adalah semakin beragam pilihan jenis media

Desain Komunikasi Visual Fakultas Ilmu Pemerintahan & Budaya Universitas Indo Global Mandiri Palembang. Yosef Yulius, S.Sn., M.Sn

BAB V PENUTUP. Pemkab Sragen, dalam hal ini Disparbudpor, telah melaksanakan komunikasi

TEKNOLOGI KOMUNIKASI. Wenny Maya Arlena, MSi

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi. Berita mengenai sesuatu yang terjadi di

Oleh : Endar Widodo (EWI KR)

PENDAHULUAN Latar Belakang

MERANCANG DAN MENGELOLA KOMUNIKASI PEMASARAN TERPADU MANAJEMEN PEMASARAN LANJUTAN

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV

BAB I PENDAHULUAN. lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota suatu

BAB I PENDAHULUAN. jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia, maka kebutuhuhan jasa

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

INTEGRATED MARKETING COMMUNICATIONS - II

...,"'..,II'IIMSM' Bab 1 Literasi Media Massa. Bab 4 Majalah. Bab 2 Buku. Bab 5 Sound Recording. Bab 3 Koran. Bab 6 Film

Disampaikan pada WORKSHOP STRATEGI PENGELOLAAN TELEVISI KAMPUS, Fakultas Seni Media Rekam Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Yogyakarta 18 Juli 2005

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan, untuk mendukung berbagai aktifitas sosialisasi di kehidupan para remaja

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal

BAB I PENDAHULUAN. Yaitu, media massa dijadikan sebagai institusi ekonomi. massa ialah penggabungan media-media dalam kepemilikan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan konsumen. Sehingga memaksa perusahaan untuk selalu melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang, dunia pemasaran sudah semakin ketat, disini

ANALISIS ISI PROGRAM TELEVISI LOKAL BERJARINGAN DI BANDUNG (STUDI PADA PROGRAM KOMPAS TV, TVRI, DAN IMTV)

MODUL SOSIOLOGI KOMUNIKASI. (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. dengan munculnya The Wireless Telegraph Company yang didirikan oleh seorang

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antar sesama dan senantiasa menjaga hubungan tersebut dengan sebaikbaiknya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dunia seni saat ini semakin banyak jumlah dan beragam bentuknya.

BAB I. Pendahuluan. baik itu lingkungan rumah, sekolah, kampus maupun lingkungan kerja 1.

MARKETING PUBLIC RELATIONS

IKLAN-LINI-ATAS DAN IKLAN-LINI-BAWAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lakukan, baik di masa kini maupun masa depan, dengan satu tujuan yaitu

Transkripsi:

1 PUBLIC RELATIONS: SEBUAH PENGANTAR Oleh Ashadi Siregar 1. Hubungan sosial dan komunikasi Kehidupan manusia ditandai dengan upaya menjalin hubungan sesamanya, sehingga berada dalam lingkup kehidupan sosial. Seluruh pola hubungan ini ada yang bersifat mikro, yaitu berupa hubungan antar individu; dan ada yang bersifat makro, yaitu hubungan bersifat struktural. Hubungan bersifat mikro tercipta atas dasar ikatan sosial yang didasarkan kepada status bersifat hirakhis maupun horizontal, seperti anak-orang tua, pimpinan-bawahan, suami-isteri, karyawan-karyawan, dsb. Seluruh perikatan hubungan ini terjalin bersifat tetap, atas dasar konvensi (yuridis, kultural, manajemen) yang berlaku dalam kehidupan sosial dima-na pihak-pihak yang berhubungan ada di dalamnya. Hubungan bersifat makro berlangsung antar institusi. Pada dasar-nya manusia berada dalam institusi tertentu, dan menjalankan hubungan yang menjadikan suatu institusi memiliki hubungan dengan institusi lainnya, dan dalam interaksi inilah struktur sosial terbentuk. Hubungan mikro dan makro ini tak dapat dipisahkan, sebab institusi hanya ada melalui tindakan-tindakan berpola yang dijalankan secara inndividual. Tetapi tindakan individual ada yang bersifat pribadi (personal), dan ada yang membawa konsekuensi terhadap institusi dimana ia berada. Selain hubungan bersifat tetap yang ditentukan oleh status masing-masing pihak, manusia juga berusaha memelihara hubungan itu secara aktif, yaitu dengan menggunakan informasi. Setiap kegiatan manusia dengan menggunakan informasi ini biasa disebut komunikasi, tak lain dari upaya dalam memelihara hubungan baik mikro maupun makro. 2. Karakteristik Media Komunikasi dianggap sebagai manifestasi kebutuhan manusia. Untuk itu dikenal berbagai tipe komunikasi, secara sederhana digolongkan atas : KOMUNIKASI ATAS DASAR SITUASI: SITUASI CARA KOMUNIKASI PRIBADI TATAP MUKA -------------------------------------------------------- BERPERANTARA/MEDIATED KOMUNIKASI TERPUBLIKASI TATAP MUKA BERHIMPUN --------------------------------- TIDAK BERHIMPUN Bahan ceramah disampaikan pada KURSUS MANAJEMEN PERKEBUNAN, Lembaga Pendidikan Perkebunan, Kampus Yogyakarta, 10 Juni - 9 Agustus 1996

2 KOMUNIKASI ATAS DASAR PERANGKAT PERANGKAT SASARAN FISIK PERSON ANTAR PERORANGAN ---------------------------------------------------- KELOMPOK TEKNOLOGI ANTAR PERORANGAN ---------------------------------------------------- KELOMPOK MASSA Setiap sel dalam matriks di atas merupakan pola komunikasi yang memiliki karakteristik yang khas. Kajian komunikasi dilakukan dengan perbedaan karakteristiknya, baik dalam penggunaan maupun dampak dalam kehidupan sosial. Penggunaan dan dampak ini dilihat secara mikro (individual) maupun makro (struktural). Setiap kegiatan komunikasi memiliki fungsi sosial. Artinya, informasi yang disampaikan memiliki makna/signifikansi bagi kehidupan, baik individual maupun kolektif (sistem sosial). Dari sini gejala komunikasi dalam masyarakat dapat dilihat sebagai proses normal dalam masyarakat, dan juga sebagai indikator sosial yang bersifat simtomatis. Sebagai proses, gejala komunikasi dapat diidentifikasi mulai dari sumber, media, pesan, sasaran dan tujuannya. Komunikasi dalam masyarakat apakah dalam proses normal ataukah simptomatis, dapat disederhanakan sebagai berikut: NORMAL SIMTOMATIS SUMBER Teridentifikasi tidak teridentifikasi MEDIA Terindentifikasi tidak terindentifikasi PESAN Fungsional disfungsional SASARAN Intern komunikatas ekstern komunikatas TUJUAN Konstruktif sistem destruktif sistem Gejala komunikasi dapat dilihat sebagai proses, dan juga sebagai simptom sosial. Komunikasi dalam kehidupan sosial atau suatu komunitas sebagai masalah simptomatis, dapat dilihat dari indikasi: Sumber: apakah dapat dideteksi? Media : apakah dalam kontrol? Pesan : apakah menyangkut orang atau sistem dalam kehidupan sosial? Sasaran: apakah untuk lingkungan intern komunitas sosial? Tujuan: apakah menguntungkan bagi komunitas? Dengan identifikasi ini dapat dideteksi apakah dalam suatu komunitas ada masalah, sehingga lebih dini dapat dilakukan diagnosis sosial. Tetapi selain diagnosis

3 sosial untuk menanggulangi masalah tersebut, komunikasi dapat ditempatkan sebagai proses yang independen, sebagai sarana untuk mempengaruhi komunitas. Dengan cara lain, seluruh kegiatan komunikasi dapat pula dirumuskan mencakup 5 (lima) komponen, yaitu pesan, alat/format pesan, media, sasaran dan efek. Kelima komponen ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Pesan adalah materi/ide yang akan disosialisasikan, alat dan format adalah perangkat dan bentuk teknis yang dipilih, media adalah perangkat yang digunakan dalam penyampaikan ide, dan sasaran adalah kalayak yang dituju dan diharapkan dukungannya, serta efek adalah akibat yang terjadi, baik yang menjadi tujuan maupun menyimpang. Kelima komponen inilah biasanya menjadi dasar strategi suatu komunikasi sosial umumnya dalam komunikasi massa khususnya. Secara sederhana dapat dirangkum sebagai berikut: KOMPONEN SPESIFIKASI PESAN Materi proses - Materi tujuan ALAT DAN FORMAT Kata - Gambar - Audio - Visual - Kombinasi MEDIA Sosial - Perangkat massal - Interaktif SASARAN PERSON Individu - Kelompok EFEK Fungsional - Disfungsional Kerangka berpikir ini direntang dari pesan ke efek, dan setelah itu dilihat hubungannya secara bertingkat antar komponen. Artinya, seorang perancang komunikasi, dalam merumuskan pesan dengan tujuan efek tertentu, akan mempertimbangkan sasarannya sebagai dasar dalam pengwujudan alat dan format pesan tersebut, serta media yang akan digunakannya. Dengan demikian dalam perencanaan komunikasi, komponen-komponen dimaksud dilihat saling berkaitan. Pesan Pesan-pesan yang dilancarkan dalam komunikasi massa diwujudkan dalam dua macam materi, yaitu berkaitan dengan proses sosialisasi, atau tujuan yang dicapai dalam proses sosialisasi. Kedua hal ini dapat diwujudkan melalui dua macam tema, pertama yang menyangkut tema besar, yaitu inti (core) berupa tema pokok yang bertolak dari budaya massa. Sementara yang kedua adalah tema kecil atau tema periferal dapat ditarik dari tema inti. Baik perencanaan pesan maupun evaluasi (monitoring) pesan komunikasi bertolak dari tema inti dan periferal tersebut dengan mengaitkan terhadap efeknya. Dengan kata lain, unit-unit analasis terhadap pesan bertolak dari rumusan tematik yang standar, berasal dari perencanaan sebelumnya. Setiap pesan dirancang dengan mengantisipasi efek. Efek yang sesuai dengan yang direncanakan, disebut fungsional, tetapi dalam komunikasi sering pula terjadi efek yang bersifat disfungsional. Selain itu pesan juga menjadi landasan dari alat dan format yang akan digunakan. Alat dan format Alat-alat berkomunikasi mulai yang bersifat asli organ manusia maupun mekanis, pada dasarnya diwujudkan dengan kata, gambar, kesan telinga dan kesan mata, serta variasi kombinasinya. Format teknis dari pesan ini dapat berupa berita, features, potret, lukisan, musik, peragaan (sandiwara) dsb. Setiap format teknis memiliki standar baku, yang sudah dikenali oleh khalayak luas. Daya tarik dan efektivitas suatu pesan sangat ditentukan oleh kualitas format yang sesuai standar. Dengan kata lain, pesan betapapun

4 luhur dan bernilainya, tidak akan berfek jika tidak dapat diantarkan dalam format yang tepat, yaitu yang atraktif. Pilihan terhadap alat dan format ini dengan sendirinya ditentukan oleh ketersediaan media dan kecenderungan sasaran. Sasaran dan media yang digunakannya tidak bisa dipisahkan, sebab setiap khalayak pada dasarnya memiliki budaya media yang khas. Ketersediaan media di tengah masyarakat kiranya menjadi faktor yang penting dalam menentukan alat dan format teknis komunikasi. Media Kita mengenal 3 tipe media, yaitu media sosial, media massa dan media interaktif. Media sosial adalah yang bersifat asli dalam kehidupan sosial, sehingga setiap kode komunikasi diwujudkan dengan perangkat fisik manusiawi. Media sosial ada yang bersifat antar perorangan, ada yang bersifat kelompok (forum). Setiap komunitas berdasarkan budayanya memiliki pola media sosial yang khas. Media massa adalah komunikasi yang menggunakan perangkat perantara yang ditujukan kepada massa. Ciri massa ini tidak diidentifikasi secara individual maupun kelompok, sedang media yang digunakan terdiri atas media cetak, dan elektronik. Komunikator dalam media ini bersifat institusional, karenanya, meskipun di antara komunikator ada yang dapat dikenali secara individual, tetapi dia tidak boleh menjalankan kepentingan pribadinya. Penyebaran media massa bersifat massal, tetapi sasarannya sebenarnya individual. Pada sejumlah masyarakat yang belum biasa dengan media massa, biasanya pesan diagregasikan melalui media sosial yang bersifat kelompok (forum), agar nilai kolektif dapat ikut mendukung perubahan kecenderungan psikologis yang sifatnya individual. Media interaktif pada dasarnya menjadikan mesin komputer sebagai sentrum dalam komunikasi, ada yang bersifat jaringan dan ada yang bersifat tunggal: ada yang bersifat tertutup dan ada yang bersifat terbuka. Apapun sistemnya, kesemuanya bertolak dari program komputer sebagai pengatur keluarnya pesan pada monitor. Sistem bersifat jaringan didukung oleh telekomunikasi, sedang yang bersifat tunggal hanya dengan komputer dan program. Sistem tertutup pengguna harus memiliki akses (dengan password), sementara yang terbuka asalkan pengguna dapat menjalankan keyboard dan memahami instruksi program. Sasaran Khalayak yang menjadi sasaran suatu komunikasi dapat dilihat dalam posisinya sebagai individu dan kelompok. Sebagai individu, motivasinya bertolak dari kecenderungan psikologis, sedang sebagai kelompok selain kecenderungan psikologis, juga bersifat sosiografis (nilai kolektif). Dengan demikian analisis terhadap sasaran dapat dimulai dari posisi geografis, dengan dasar kecenderungan psikografis dan nilai sosiografis/demografis. Faktor geografis (desa-kota) ikut menjadi faktor dalam penerimaan seseorang atas suatu pesan. Ini berkaitan erat dengan kecenderungan psikologis, yaitu motivasi yang bersifat individual dan otentik yang ada pada seseorang, seperti tingkatan kebutuhan (needs) konsep populer dari Maslow. Begitu pula kecenderungan yang bertolak dari nilai sosiografis seperti status, ikut menjadi dasar dalam motivasi berkomunikasi. Efek

5 Efek suatu komunikasi tentulah sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Dalam merancang komunikasi, biasanya ditentukan lebih dulu batas efek yang diharapkan, apakah pada tahap kognitif, afektif ataukah konatif. Tahap-tahap ini harus dilalui, dengan tipe pesan yang berbeda-beda. Tidak ada pesan yang bisa langsung berefek konatif. Selain efek yang sesuai dengan tujuan komunikasi, bisa pula terbentuk efek yang tidak diharapkan. Efek yang bersifat disfungsional ini adakalanya dapat dijadikan umpanbalik (feedback), atau malahan dapat dieksploitasi untuk tujuan komunikasi. 3. Mengenali Media Massa Media massa dapat dijabarkan sebagai berikut: MEDIA SPESIFIKASI MEDIA PERS Suratkabar Majalah - Berkala MEDIA REKAM Film - Elektronik MEDIA SIARAN ELEKTRONIK Radio - Televisi MEDIA INTERAKTIF Telepon - Internet Selain itu media massa dapat juga dilihat atas dasar spesifikasi penyebarannya, sebagai berikut: MODA PENYEBARAN MEDIA DISTRIBUSI FISIK Pers - Media rekam DISTRIBUSI SINYAL TERTUTUP Telepon Internet - Televisi kabel SIARAN SINYAL TERBUKA (BROADCAST) Radio - Televisi Keberadaan media massa dapat dilihat dalam pertaliannya dengan perkembangan masyarakat. Dengan kata lain, kondisi masyarakat menjadi faktor dalam pertumbuhan media massa. Untuk itu dapat dilihat dari kecenderungan berikut: TIPE MASYARAKAT KARAKTER MEDIA MASSA Agrikultur Media massa cetak searah Industrial Media massa elektronik searah Informasi Media interaktif bersifat demassif Dari matrik di atas dapat digambarkan bahwa masyarakat agraris didominasi oleh media massa cetak yang bersifat searah; masyarakat indutrial dengan media massa elektronik radio, film dan televisi; sementara masyarakat informasi terutama menggunakan media interaktif yang didukung oleh jaringan telekomonikasi, dan bersifat demassif dengan pengguna (users) mengakses informasi secara spesifik sesuai kebutuhannya. Untuk konteks Indonesia, seluruh tipe media sudah masuk ke masyarakat. Tetapi perkembangan media ini bersifat sporadis, dalam arti berkembang dalam enklave komunitas sesuai dengan kepentingan masing-masing. Sekelompok masyarakat menggunakan media massa cetak, lainnya menggunakan media massa elektronik dan media interaktif mulai dari yang lokal

6 sampai global. Kecuali media interaktif, faktor pemerintah sangat besar pengaruhnya dalam memformat ekonomi politik dari industri media massa cetak dan elektronik. Dengan menyebut adanya "pay-per Society", yaitu dengan kemajuan teknologi dapat diukur dan dipantau kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh masyarakat. Bagi kalangan bisnis ini menjadi dasar dalam memperoleh keuntungan dari penjualan informasi secara spesifik, sedang bagi pemerintah dapat dipakai sebagai perangkat pengendalian. Dengan bertumpu kepada kemajuan teknologi, dapat dilihat keberadaan informasi dalam konteks politik dan ekonomi. Media massa (swasta) dihidupi secara langsung oleh masyarakat melalui pembelian oplah dan ruang komersialnya. Oplah dibeli melalui eksemplar media karena adanya informasi jurnalistik yang memiliki sifat keterjualan ("salable"). Dengan terjualnya oplah secara luas, pemasang iklan mau menyewa ruangan untuk digunakan menyiarkan nformasi komersial. Maka keberadaan media media massa dalam kerangka ini berdasarkan hukum pasar, penawaran dan permintaan. Tentu saja hukum pasar ini tidak berlaku bagi media media massa yang tidak memerlukan dukungan pembelian dari masyarakat. Media media massa di negara-negara komunis, sebelum diberlakukannya hukum pasar, merupakan media pemerintah sepenuhnya. Sehingga eksistensinya tidak ditentukan oleh konsumennya. Di Indonesia, media media massa umumnya bersifat swasta, harus menghidupi dirinya sendiri, untuk itu sifat keterjualannya merupakan persyaratan yang penting. Untuk itu kerangka kerja yang berdasarkan orientasi terhadap pangsa pasar, perlu diperhatikan. Karakteristik pangsa pasar yang menjadi sasaran akan menentukan orientasi media. Orientasi media ditentukan oleh kecenderungan konsumen media. Pengelola media pada dasarnya menetapkan orientasi itu dengan melihat kecenderungan khalayak yang dituju sebagai sasaran media. Dengan kata lain, kecenderungan konsumen merupakan dasar dalam penentuan khalayak sasaran (target audience). Suatu pangsa pasar biasanya diisi oleh berbagai media yang masing-masing merebut konsumen. Untuk itu setiap media media massa perlu memiliki orientasi yang menyebabkan ada perbedaan ciri satu sama lain. Orientasi ini dibentuk oleh kerja seharihari seluruh komponen keredaksian dengan arahan pemred, melalui sistem dan standar kerja, dapat dihasilkan isi dan style keredaksian, yang pada akhirnya melahirkan ciri media. Dengan adanya ciri ini satu media dapat dibedakan dari media lainnya, sehingga konsumen membeli kekhasan tersebut. Seorang wartawan bekerja dalam suatu organisasi media. Secara lebih sempit ia berada dalam komponen keredaksian. Kegiatan komponen keredaksian melahirkan informasi jurnalistik yang kemudian diproduksi dan dipasarkan. Institusi media media massa bertolak dari landasan idealisme, yaitu pertanyaan untuk apa menghadirkan media tersebut. Wartawan bekerja secara kolektif dalam organisasi kerja yang memiliki sistem tertentu. Etos dan keterampilan wartawan dipadukan untuk menghasilkan keluaran yang sesuai dengan idealisme itu. Informasi merupakan produk komponen keredaksian. Tidak setiap fakta atau fenomena yang ada dalam masyarakat akan menjadi informasi pers Kriteria dalam memilih calon informasi bisa bermacam-macam. Mulai dari kriteria keamanan media, sampai keamanan negara. Tetapi kriteria yang pokok adalah kriteria jurnalisme, yaitu kelayakan berita (newsworthy). Dalam jurnalisme, secara universal ada

7 kriteria yang berlaku dimana-mana bagi setiap media media massa. Tetapi setiap media punya kriteria yang khas, yaitu dengan mengembangkan kriteria yang universal itu dengan sudut pandang ("angle") yang sesuai dengan orientasinya. Untuk memilih informasi sesuai dengan kriteria yang khas itu dijalankan dengan kebijakan keredaksian. Setiap media media massa memiliki kebijakan keredaksian yang khas dan berbeda. 4. Paradigma dalam penyelenggaraan Media Massa Berbagai institusi yang ada dalam sistem sosial membawa fungsinya masingmasing. Institusi politik mengambil fungsi dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Fungsi ini ditandai oleh kesertaan dan ikut ambil bagian (sharing) dalam kekuasaan politik, sehingga dapat berperan dalam pengambilan keputusan. Institusi ekonomi mengambil fungsi dalam meningkatkan kesejahteraan materil. Sementara institusi sosial-kultural berfungsi untuk meningkatkan kehidupan masyarakat untuk lebih bermakna. Media massa menjalankan fungsinya melalui penyampaian informasi. Nilai informasi ini dapat dilihat dalam kaitan dengan keberadaannya dalam sistem sosial, sebagai keberadaan institusional. Untuk itu media massa dapat menjalankan fungsi politik, ekonomi, atau sosial-kultural. Sifat media massa sebagai institusi sosial dapat dilihat dari fungsinya dalam masyarakat. Fungsi ini di satu pihak bersifat intensional, yaitu bertolak dari keinginan pihak pengelola. Pada pihak lain adalah ekspektasi dari pihak lain, dalam hal ini khalayaknya. Peran media massa bertolak dari fungsi yang dijalankannya. Ada fungsi yang melekat karena tuntutan pihak lain, yang datang dari sektor politik, ekonomi atau sosial-kultural. Peran dalam pembangunan misalnya, dapat dirumuskan sesuai dengan harapan pemerintah. Tetapi tuntutan yang paling pokok adalah yang datang dari motivasi khalayaknya. Kesesuaian dengan motivasi khalayak inilah yang menjadikan suatu media fungsional atau disfungsional dalam masyarakat. Jika khalayaknya memang mengharapkan adanya informasi pembangunan, media media massa akan memilih informasi tersebut. Sifat keberadaan media massa juga ditentukan oleh paradigma yang dominan dalam suatu polity. Suatu paradigma yang bersifat top-down dan mengutamakan pertumbuhan ekonomi, akan menjadikan media massa sebagai institusi yang lebih dekat kepada kekuatan ekonomi daripada kepada kekuatan politik. Kedekatan dengan institusi politik hanya dikarenakan adanya kesamaan kepentingan, sedang dengan dengan institusi politik dikarenakan modal.