iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang yang dapat dipaksakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dari sektor pajak diharapkan partisipasi aktif masyarakat dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada umumnya pajak merupakan pungutan wajib oleh negara kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pajak ialah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian pajak berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersaing dengan negara-negara lain. Dalam hal ini peran masyarakat Indonesia,

PERPAJAKAN LANJUTAN. by Ely Suhayati SE MSi Ak

Perpajakan 2 PPN & PPnBM

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK

BAB II LANDASAN TEORITIS. (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya

BAB 2 LANDASAN TEORI. undang-undang oleh pemerintah, yang sebagian dipakai untuk menyediakan barang

BAB II LANDASAN TEORI. yang berbeda tentang definisi dari pajak itu sendiri. Soemitro dalam bukunya Dasardasar

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI. memperoleh atau mendapatkan dana dari masyarakat. Dana tersebut digunakan untuk

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1) Menurut Rochmat Soemitro pajak adalah iuran rakyat kepada kas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ).

LANDASAN TEORI. dalam buku Perpajakan Indonesia karangan Waluyo (2008, h3),

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai primadona dalam membiayai pembangunan nasional. Pembangunan nasional

BAB III PEMBAHASAN TENTANG EFEKTIVITAS PENERAPAN E-FAKTUR ATAS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

PAPER. Dibuat Oleh: Annisa Pradita FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum kita mengetahui pengertian with holding system kita harus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin maupun

BAB II LANDASAN TEORI. dikemukakan para ahli sebagai berikut: a. Prof. Dr. Rochmat Soemitro SH (2002:1)

PERTEMUAN 12 By Ely Suhayati SE MSi Ak. PPN DAN PPnBM

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Pajak Pertambahan Nilai. yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak

BAHAN MATERI MATA PELAJARAN EKONOMI DAN BISNIS KOMPETENSI DASAR KETENTUAN PERPAJAKAN KELAS XI AP TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak menurut undang-undang dan pakar pajak sebagai berikut :

SANDINGAN UU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TAHUN 2000 DAN TAHUN 2009

Faktur pajak (tax invoice) merupakan sarana administrasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II LANDASAN TEORI. Apabila membahas pengertian pajak, banyak definisi atau batasan pajak yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) yang langsung dapat

BAB II TELAAH PUSTAKA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. dapat dipaksakan kepada mereka yang melanggarnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah BAB VI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

BAB III PEMBAHASAN TENTANG MEKANISME PENGAJUAN RESTITUSI ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang diperjualbelikan, telah dikenai biaya pajak selain dari pada harga pokoknya

Mengenal Lebih Dekat Pajak Pertambahan Nilai

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TELAAH PUSTAKA. pengertian yang sama. Beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang masih terus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143 TAHUN 2000 TENTANG

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPn BM)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi pajak berdasarkan undang-undang dan dari berbagai pakar pajak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH PPN dan PPnBM

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI

Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

Pajak. Definisi Pajak Pembagian Jenis Pajak Menurut Sifat Menurut Sasaran Menurut Pengelola

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi atau pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro (1990:5),

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah BAB VII FAKTUR PAJAK DAN PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP)

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan Negara dari sektor perpajakan merupakan sumber utama. untuk pembangunan nasional dan penyelenggaraaan pemerintahan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk kesejahteraan rakyat. Pajak merupakan salah satu penerimaan terbesar negara perlu terus

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KRITERIA BARANG YANG BISA DIKENAKAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2009

BAB III PAKAIAN BEKAS MENURUT UU NO. 42 TAHUN 2009 TENTANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi saat ini di negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan sumber pendapatan terbesar bagi Anggaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS. Untuk mengetahui lebih jauh mengenai perpajakan, penulis menyajikan

BAB II LANDASAN TEORI. definisi pajak menurut versinya masing-masing. Walaupun banyak pendapat mengenai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Kementrian Keuangan (2014)

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi atau pengertian pajak menurut Mardiasmo (2011:1), pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi pajak menurut Undang undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang undang Nomor 16 Tahun 2009, pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersiat memaksa berdasrkan Undang undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar besarnya kemakmuran rakyat. Dari pengertian pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur unsur yaitu : 1) Iuran dari rakyat kepada Negara. Yang berhak memungut pajak hanyalah Negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang) 7

2) Berdasarkan Undang undang. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang undang serta aturan pelaksanaannya. 3) Tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari Negara yang secara langsung dapat ditunjukkan. 4) Digunakan untuk membiayai pengeluaran pengeluaran Negara. 2.1.2. Pengelompokan Pajak Pengelompokan pajak sesuai dengan dasar pengelompokannya, pajak dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompokkan menjadi beberapa kelompok, seperti: 1) Menurut golongannya, pajak pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: a) Pajak langsung yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh : Pajak Penghasilan b) Pajak tidak langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai 2) Menurut sifatnya, pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu : a) Pajak subjektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: Pajak Penghasilan 8

b) Pajak Objektif yaitu pajak yang berpangkul pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri pajak Contoh : Pajak Pertambahan Nilai 3) Menurut lembaga pemungutannya a) Pajak Pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara. Contoh : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak penjualan atas Barang Mewah dan Bea Materai b) Pajak Daerah yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah terdiri dari: Pajak Provinsi, contoh : Pajak Kendaraan Bermotor dan pajak bahan bakar Kendaraan Bermotor. Pajak Kabupaten / Kota, contoh : Pajak Hotel, Pajak Restoran dan Pajak Hiburan. 2.1.3 Pajak Pertambahan Nilai Menurut Waluyo (2011), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi barang dan jasa didalam negeri (di dalam daerah pabean) oleh orang pribadi atau badan. Adapun karakteristik PPN adalah 1) PPN merupakan pajak tidak langsung 9

Suatu jenis pajak yang beban pajaknya dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Kedudukan penanggung jawab pemungut dan penyetor pajak dengan kedudukan pemikul beban pajak berbeda. 2) PPN merupakan pajak objektif Kewajiban perpajakan di bidang PPN sangat ditentukan oleh adanya objek. Karakteristik PPN sebagai pajak objektif menimbulkan dampak regresif. Untuk mengurangi regresivitas PPN, dikenallah PPn BM. 3) PPN bersifat multi stage level PPN dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi dan jalur distribusi barang kena pajak atau jasa kena pajak. Contoh : penyerahan benang oleh perusahaan industry benang ke perusahaan tekstil ke perusahaan garmen, perusahaan garmen ke pedagang besar, pedagang besar ke pedagang eceran dan akhirnya pedagang eceran ke konsumen akhir. 4) Perhitungan PPN menggunakan Indirect Substraction Method Nilai Tambah ( Value Added) adalah suatu nilai yang merupakan penjumlahan biaya produksi atau distribusi yang meliputi penyusutan, bunga modal, gaji yang dibayarkan, sewa telepon, listrik dan pengeluaran lainnya serta laba yang diharapkan. Nilai tambah sama dengan harga jual dikurangi harga beli. 5) PPN sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dilakukan atas konsumsi dalam negeri. 10

2.1.4 Dasar Hukum Undang undang yang mengatur pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn BM) adalah Undang undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana diubah terakhir dengan Undang undang Nomor 42 Tahun 2009. Undang undang ini desebut Undang undang Pajak Pertambahan Nilai 1984. 2.1.5 Objek Pajak Pertambahan Nilai Mardiasmo (2011) PPN dikenakan atas : 1) Penyerahan BKP didalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha. Syarat syaratnya adalah : a) Barang berwujud yang diserahkan berupa BKP b) Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan BKP tidak berwujud c) Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean dan d) Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya. 2) Impor BKP 3) Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha. Syarat syaratnya adalah : a) Jasa yang diserahkan merupakan JKP b) Penyerahan diloakukan didalam Daerah Pabean 11

c) Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya 4) Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean. 5) Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di adalam Daerah Pabean. 6) Ekspor BKP Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak. 7) Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak 8) Kegiatan Membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain 9) Penyerahan BKP berupa yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh PKP, kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan. 2.1.6 Pengusaha Kena Pajak (PKP) Menurut Mardiasmo (2011) Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan / atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang Undang PPN 1984. 1) Kewajiban Pengusaha Kena Pajak Pengusaha Kena Pajak berkewajiban, antara lain untuk: a) Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak b) Memungut PPN Dan PPn BM yang terutang 12

c) Menyetor PPN yang masih harus dibayar dalam hal Pajak Keluaran Lebih besar dari pada Pajak Masukan yang dapat dikreditkan serta menyetorkan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang d) Melaporkan penghitungan pajak 2) Pengecualian Kewajiban Pengusaha Kena Pajak Pengusaha yang dikecualikan dari kewajiban sebagai Pengusaha Kena Pajak adalah : a) Pengusaha Kecil b) Pengusaha yang semata mata menyerahkan barang dan atau jasa yang tidak dikenakan PPN 2.1.7 Dasar Pengenaan PPN Untuk mengetahui besarnya PPN dan PPn BM terutang perlu adanya Dasar Pengenaan Pajak (DPP). Yang menjadi Dasar Pengenaan PPN adalah : 1) Harga Jual Harga jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karenapenyerahan BKP, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut UU PPN 1984 dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak 2) Penggantian Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena pnyerahan JKP, ekspor JKP, atau 13

ekspor BKP Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut UU PPN 1984 dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak atau nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa karena pemanfaatan JKP dan/atau oleh penerima manfaat BKP Tidak Berwujud karena pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean. 3) Nilai Impor Nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea masuk ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang undangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan cukai untuk impor BKP, tidak termasuk PPN dan PPn BM yang dipungut menurut UU PPN 1984 4) Nilai Ekspor Nilai ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir 5) Nilai lain sebagai DPP adalah nilai yang diterapkan oleh keputusan Menteri Keuangan, yang digunakan sebagai dasar perhitungan pajak yang terutang, seperti pemakaian sendiri Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak. 14

2.1.8 Saat Terutang PPN pada saat : Menurut Pasal 11 UU No. 42 Tahun 2009, terutangnya Pajak (PPN) terjadi 1) Penyerahan Barang Kena Pajak Terutangnya PPN atas penyerahan BKP dapat terjadi sebagai berikut ; a) Pada saat dilakukan penyerahan Barang Kena Pajak PPN terutang pada saat barang diserahkan oleh penjualan kepada pembeli, meskipun pembayaran atas penyerahan barang tersebut belum diterima atau belum sepenuhnya diterima, sehingga saat pemungutan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak atas Penjualan Barang Mewah menganut prinsi akrual 2) Impor Barang Kena Pajak Terutangnya impor BKP adalah saat impor BKP dilakukan, yaitu saat pemberitahuan impor Barang ditandatangani, sehingga saat pemungutan PPN dan PPn BM dilakukan oleh Direktorat Bea dab Cukai sesuai saat Pemberitahuan Impor Barang ditandatangani. 3) Penyerahan Jasa Kena Pajak Terutangnya PPN atas JKP adalah saat penyerahan JKP dilakukan, meskipun pembayaran atas penyerahan tersebut belum diterima atau belum sepenuhnya diterima, sehingga saat pemungutan PPN dan PPn BM menganut prinsip akrual. 15

4) Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean Terutang PPN atas BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabeandi dalam Daerah Pabean adalah pada saat BKP tidak berwujud tersebut dimanfaatkan oleh PKP, yaitu pada saat terjadinya penyerahan BKP tidak berwujud tersebut. 5) Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean Terutangnya PPN atas JKP dari luar Daerah Pabean didalam Daerah Pabean adalah pada saat pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean, yaitu pada saat terjadinya penyerahan JKP dari luar Daerah Pabean. 6) Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan Ekspor Jasa Kena Pajak. Terutangnya PPN pada ekspor adalah pada saat ekspor dilakukan, yaitu pada saat dokumen pemberitahuan ekspor barang ditandatangani. 2.1.9 Tarif PPN Menurut Pasal 7 UU No. 42 Tahun 2009, tarif Pajak Pertambahan Nilai yaitu; 1) Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10 % (sepuluh persen) 2) Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas : a) Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud b) Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud c) Ekspor Jasa Kena Pajak 16

3) Tarif Pajak Pertambahan Nilai tersebut dapat diubah menjadi paling rendah 5% (lima persen) dan paling tinggi 15% (lima belas persen) yang perubaha tarifnya diatur dengan Peraturan Pemerintah 2.1.10 Faktur Pajak Menurut Mardiasmo (2011) Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan BKP atau penyerahan JKP. Faktur Pajak dibuat pada : 1) Saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak 2) Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/ataupenyerahan Jasa Kena Pajak 3) Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahan pekerjaan 4) Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan 5) Untuk Faktur Pajak gabungan harus dibuat paling lama pada akhir bulan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jsa Kena Pajak Dalam Faktur Pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan BKP dan/atau JKP yang paling sedikit memuat : 1) Nama, alamat, dan NPWP yang menyerahkan BKP atau JKP 2) Nama, alamat, dan NPWP pembelian BKP atau penerima JKP 3) Jenis barang atau jasa, jumlah harga jual atau penggantian, dan potongan harga 17

4) PPN yang dipungut 5) PPn BM yang dipungut 6) Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak dan 7) Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak. 18