PENGARUH PEMBERIAN RANSUM LENGKAP FERMENTASI MENGANDUNG KADAR PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN KONVERSI RANSUM DOMBA LOKAL BETINA

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

PENAMPILAN DOMBA LOKAL YANG DIKANDANGKAN DENGAN PAKAN KOMBINASI TIGA MACAM RUMPUT (BRACHARIA HUMIDICOLA, BRACHARIA DECUMBENS DAN RUMPUT ALAM)

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Evaluasi Kecukupan Nutrien pada Sapi Perah Laktasi... Refi Rinaldi

Pengaruh Pemberian Probiotik dalam Pakan terhadap Pertambahan Bobot Badan Kambing Kacang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

Penambahan Putih Telur Pada Mineral Blok Dengan Level Yang Berbeda Terhadap Performans Domba Lokal Jantan Lepas Sapih. Aziz Husein Rangkuti

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

I. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH JANGGEL JAGUNG TERAMONIASI DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMAN DOMBA. (The Effect of Amoniated Corn Cob in a Ration on the Performance of Sheep)

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

T. Setiawati, P. Sambodho, dan A. Sustiyah Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN

EFEK LAMA WAKTU PEMBATASAN PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING FINISHER

RESPONS KOMPOSISI TUBUH DOMBA LOKALTERHADAP TATA WAKTU PEMBERIAN HIJAUAN DAN PAKAN TAMBAHAN YANG BERBEDA

Gandhi Prasetyo catur pamungkas, Kusmartono, dan Hermanto. Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya. Malang ABSTRACT

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINGKAH LAKU MAKAN KAMBING KACANG YANG DIBERI PAKAN DENGAN LEVEL PROTEIN-ENERGI BERBEDA

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

PENGARUH PENAMBAHAN KONSENTRAT DENGAN KADAR PROTEIN KASAR YANG BERBEDA PADA RANSUM BASAL TERHADAP PERFORMANS KAMBING BOERAWA PASCA SAPIH

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PAKAN KOMPLIT DENGAN KADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA PADA PENGGEMUKAN DOMBA LOKAL JANTAN SECARA FEEDLOT TERHADAP KONVERSI PAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22

PENGARUH PEMBERIAN RUMPUT RAJA (Pennisetum purpupoides) DAN TEBON JAGUNG TERHADAP PERFORMANS SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) BETINA

PENGARUH PENGGUNAAN KONSENTRAT DALAM PAKAN RUMPUT BENGGALA ( Panicum Maximum ) TERHADAP KECERNAAN NDF DAN ADF PADA KAMBING LOKAL

PERFORMANCE AND CARCASS PERCENTAGE OF BRAHMAN CROSS STEER SUPLEMENTED BY DIFFERENT IN PREMIX CONCENTRATE ABSTRACT

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2016, VOL.16, NO.1

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

PENAMPILAN PRODUKSI KERBAU LUMPUR JANTAN MUDA YANG DIBERI PAKAN AMPAS BIR SEBAGAI PENGGANTI KONSENTRAT JADI

UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH MENGGUNAKAN SUPLEMEN KATALITIK

Pengaruh Jarak Waktu Pemberian Pakan Konsentrat dan Hijauan Terhadap Produktivitas Kambing Peranakan Etawah Lepas Sapih

DEPOSISI PROTEIN PADA DOMBA EKOR TIPIS JANTAN YANG DIBERI PAKAN HIJAUAN DAN KONSENTRAT DENGAN METODE PENYAJIAN BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

RESPON PENGGANTIAN PAKAN STARTER KE FINISHER TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAN PERSENTASE KARKAS PADA TIKTOK. Muharlien

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul... Dede Yusuf Kadasyah

Penampilan Produksi Sapi PO dan PFH Jantan yang Mendapat Pakan Konsentrat dan Hay Rumput Gajah

HASIL DAN PEMBAHASAN. P2 * hari hari hari

Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan

PENGARUH KUALITAS RANSUM TERHADAP KECERNAAN DAN RETENSI PROTEIN RANSUM PADA KAMBING KACANG JANTAN

Animal Agriculture Journal, Vol. 2. No. 1, 2013, p Online at :

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

PENGARUH MANIPULASI RANSUM FINISHER TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PAKAN DALAM PRODUKSI BROILER

RESPONS SAPI PO DAN SILANGANNYA TERHADAP PENGGUNAAN TUMPI JAGUNG DALAM RANSUM

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KETELA RAMBAT (Ipomea Batatas L) SEBAGAI SUMBER ENERGI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING FASE FINISHER

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci

PENGARUH PEMBERIAN SILASE KLOBOT JAGUNG DALAM RANSUM TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN. Oleh: PURWANTO H

PENGARUH PEMBERIAN TINGKAT PROTEIN RANSUM PADA FASE GROWER TERHADAP PERTUMBUHAN PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMAKAIAN ONGGOK FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMA AYAM BURAS PERIODE PERTUMBUHAN

PENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

Gambar 6. Pemberian Obat Pada Domba Sumber : Dokumentasi Penelitian

K. A. P. Hartaja, T. H. Suprayogi, dan Sudjatmogo Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

SUHU FERMENTOR TERHADAP NILAI GIZI PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PRODUK FERMENTASI BUNGKIL KELAPA SAWIT

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

TINJAUAN PUSTAKA. Domba

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

FEED COST PER GAIN DOMBA YANG DIGEMUKKAN SECARA FEEDLOT DENGAN PAKAN DASAR JERAMI PADI DAN LEVEL KONSENTRAT BERBEDA

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

PENINGKATAN BOBOT BADAN DOMBA LOKAL DI PROVINSI BANTEN MELALUI PENAMBAHAN DEDAK DAN RUMPUT

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

PENGARUH TINGKAT PEMBERIAN AMPAS TAHU DALAM RANSUM TERHADAP PERFORMANS ENTOK (Muscovy duck) PADA PERIODE PERTUMBUHAN

PRODUKTIVITAS SAPI PERANAKAN ONGOLE JANTAN PADA BERBAGAI TINGKATAN BOBOT BADAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

STUDI KOMPARATIF METABOLISME NITROGEN ANTARA DOMBA DAN KAMBING LOKAL

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

Jurnal Zootek ( Zootek Journal ) Vol. 37 No. 1 : (Januari 2017) ISSN

Penampilan Kelinci Persilangan Lepas Sapih yang Mendapat Ransum dengan Beberapa Tingkat Penggunaan Ampas Teh

PENGARUH METODE PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKTIVITAS DOMBA EKOR TIPIS

TINJAUAN PUSTAKA. dengan lingkungan maupun kultur masyarakat Indonesia. Beberapa kelebihan. banyak mengkonsumsi jenis pakan hijauan.

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Betina Silangan... Henry Geofrin Lase

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

Transkripsi:

PENGARUH PEMBERIAN RANSUM LENGKAP FERMENTASI MENGANDUNG KADAR PROTEIN BERBEDA TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN KONVERSI RANSUM DOMBA LOKAL BETINA THE EFFECT OF FERMENTED COMPLETE FEED CONTAINED DIFFERENT LEVEL PROTEIN ON BODY WEIGHT GAIN AND FEED CONVERSION OF LOCAL EWES Abstrak Denny Setiadi*, Siti Nurachma**, Tidi Dhalika** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Unpad Tahun 2016 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Unpad e-mail: denny.setiadi17@gmail.com Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ransum lengkap fermentasi mengandung protein berbeda terhadap pertambahan bobot badan dan konversi ransum domba lokal betina. Penelitian ini menggunakan domba lokal betina sebanyak 20 ekor umur dibawah satu tahun bobot badan sekitar 21,4 ± 4,8 kg. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan, yaitu ransum dengan kandungan protein kasar berturut-turut 11 %, 13%, 15%, dan 17%. Peubah yang diamati adalah konsumsi bahan kering ransum, pertambahan bobot badan, dan konversi ransum. Hasil analisis ragam menunjukan tidak berbeda nyata (P>0,05). Kesimpulan penelitian menunjukan bahwa pengunaan protein sampai 17% pada ransum lengkap fermentasi untuk domba betina umur 10-12 Bulan tidak berpengaruh terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan konversi ransum. Kata Kunci:, Domba lokal, Fermentasi, Protein, Ransum ABSTRACT The purpose of this study was to determine the influence of fermented complete feed containing different level of protein on body weight gain and feed conversion of local ewes. This study was use twenty Local ewe lambs an average body weight of 21,4 ± 4,8 kg. The research was designed to completely randomized design (CRD) with 4 treatments, i.e. complete feed containing 11%, 13%, 15%, and 17% protein. Variables measured are feed intake, body weight gain, and feed conversion. The result showed not significant effect (P > 0.05) for body weight gain and feed conversion. The conclusion is the use of protein up to 17% on fermented complete feed for Local ewe lambs had no effects on feed intake, body weight gain, and feed conversion. Keywords : Complete Feed, Fermentation, Local Ewes, Protein. PENDAHULUAN Dewasa ini kebutuhan daging untuk konsumsi manusia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kesadaran masyarakat akan kebutuhan protein asal ternak khususnya ruminansia kecil. Daging asal ruminansia kecil mempunyai pasar

yang sangat spesifik tetapi juga membutuhkan jumlah ternak yang tidak sedikit. Kontribusi daging domba pada konsumsi daging nasional sebesar 1,6 persen (Ditjennak, 2013). Kebutuhan daging domba sebagian besar dipasok dari domba betina prodiuktif, sehingga mempengaruhi keseimbangan populasi ternak domba, apabila dibiarkan akan menghambat peningkatan populasi domba nasional. Disisi lain untuk meningkatkan produksi daging diperlukan peningkatan produksi ternak itu sendiri. Faktor yang sangat menentukan produksi yaitu dengan efesiensi pemanfaatan pakan dan nilai gizi pakan yang dikonsumsi. Namun perkembangan peternakan dirasakan terkendala oleh penyediaan pakan. Langkanya sumber pakan pada musim kemarau sehingga ketersediaan hijauan sumber bahan pakan utama berkurang. Kondisi ini menuntut adanya teknologi yang dapat mengatasi permasalahan pakan. Pengolahan pakan dengan komposisi yang cukup mengandung zat makanan untuk ternak dalam tingkat fisiologis berbeda, dan diberikan sebagai satu-satunya pakan yang mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok serta produksi bisa menjadi solusi yang baik. Selain itu dalam upaya penyelamatan domba betina produktif maka perlu adanya ternak pengganti, dengan pengalihan dari domba betina produktif ke domba betina yang tidak memenuhi persyaratan sebagai bibit sebesar 10 % dapat dikeluarkan sebagai domba afkir seperti dituangkan pada Peraturan Menteri Pertanian No. 102/Permentan/OT.140/7/2014. Untuk mencapai produktifitas yang optimal perlu adanya peningkatan asupan pakan yang berkualitas, sehingga mampu menghasilkan produksi yang diharapkan, dengan demikian kebutuhan daging asal domba dapat terpenuhi tanpa mengorbankan keberlanjutan populasi domba dimasa yang akan datang. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah domba lokal betiana sebanyak 20 ekor dengan umur sekitar 10-12 bulan pada bobot badan 21,4 ± 4,8 kg. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental denagan Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri atas 4 perlakuan yaitu ransum dengan kandungan protein kasar sebesar 11 % (R1), protein kasar sebesar 13 % (R2), protein kasar sebesar 15 % (R3), dan protein kasar sebesar 17 % (R4). Masing-masing perlakuan diulang 5 kali sehingga didapat 20 unit percobaan. Untuk melihat pengaruh perlakuan, dilakukan uji sidik ragam (ANOVA). Apabila hasil yang diperoleh signifikan, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji polynominal.

Prosedur kerja yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Tahap Persiapan, kegiatan yang dilakukan adalah persiapan peralatan, pembersihan kandang, pengadaan materi dan bahan percobaan. 2) Tahap Pendahuluan, dilakukan selama 2 minggu dengan rincian kegiatan yaitu: adaptasi bahan pakan penelitian pada ternak percobaan sehingga ternak bisa beradaptasi dengan pakan baru. Pakan disusun untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Selain itu pada periode ini dilakukan pengacakan materi penelitian dan penempatannya di dalam kandang. Pada akhir periode pendahuluan dilakukan penimbangan bobot badan untuk mengetahui bobot badan awal domba penelitian. 3) Tahap Penelitian, pada periode ini domba mendapatkan pakan sesuai dengan perlakuan yang diterapkan dan diberikan untuk kebutuhan ternak pada bobot badan 25 kg yaitu; 0,77 kg berdasarkan bahan kering (BK) dengan potensi pertambahan bobot badan harian sebesar 150 g/hari. Domba diberikan ransum lengkap fermentasi selama 2 bulan, pemberian 2 kali/hari, yaitu pada pukul 07.00 dan pukul 15.00 WIB. Air minum diberikan secara ad libitum. Penimbangan bobot badan dilakukan setiap 1 bulan sekali untuk mengetahui pertambahan bobot badan dan konversi ransum. HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering Ransum Hasil penelitian tentang pengaruh pemberian ransum lengkap fermentasi mengandung kadar protein berbeda terhadap rataan konsumsi bahan kering masing-masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rataan Konsumsi Bahan Kering Masing-masing Perlakuan Per Ekor Per Hari Selama Penelitian Perlakuan Rataan Konsumsi Bahan Kering Ransum 1 2 3 4 5 Rerata --------------------------------gram---------------------------------- R1 605.3 651.6 605.4 620.8 R2 625.8 584.6 706.5 698.3 653.8 R3 467.8 650.4 432.5 542.3 737.5 566.1 R4 482.0 615.2 519.5 354.0 550.8 504.3 Keterangan : R1 = Kandungan protein kasar (PK) sebesar 11 % R2 = Kandungan protein kasar (PK) sebesar 13 % R3 = Kandungan protein kasar (PK) sebesar 15 % R4 = Kandungan protein kasar (PK) sebesar 17 %

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh jumlah konsumsi bahan kering dari yang tertinggi sampai yang terendah berturut-turut adalah R2 (653.8 g), R1(620.8 g), R3 (566.1 g), dan R4 (504,3 g). Hasil analisis ragam menunjukan bahwa pemberian ransum lengkap fermentasi yang mengandung kadar protein berbeda tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konsumsi bahan kering. Hal tersebut diduga kebutuhan zat makanan terutama protein untuk mensuplai kebutuhan biologisnya sudah tercukupi, pemberian kadar protein yang terlalu tinggi diduga tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh ternak percobaan, karena pada dasarnya ternak ruminansia kecil tidak memerlukan protein yang terlalu tinggi. Menurut Kearl (1982) domba betina dengan bobot badan 20 kg hanya membutuhkan 44 gram protein atau 8% dari bahan kering dengan total bahan kering 550 gram/ekor/hari untuk memenuhi kebutuhan hidup pokoknya. Sedangkan menurut Ranjhan (1981) kebutuhan protein kasar (PK) dan total digestible nutrients (TDN) untuk domba yang digemukkan adalah 10,90 12,70% dan 55 60%. Teknologi proses seperti fermentasi turut berperan dalam banyaknya konsumsi ransum, dikarenakan kandungan zat makanan hasil fermentasi mengalami peningkatan teutama kandungan protein. Menurut Umiasih dan Wina (2008), fermentasi biasanya akan meningkatkan nilai zat makanan atau nilai kecernaan bahan kering suatu bahan serta dapat pula menyebabkan bahan menjadi lebih palatabel. Lebih lanjut Winarno dan Fardiaz (1980), menyatakan bahwa bahan pakan yang mengalami fermentasi dapat meningkatkan nilai gizinya jika dibandingkan dengan bahan asalnya. Setelah kebutuhan hidup pokok terpenuhi ternak akan mengkonsumsi ransum untuk kebutuhan produksinya, namun ada faktor pembatas yaitu kapasitas tampung rumen yang tidak mendukung sehingga konsumsi pakan akan terhenti. Keadaan ini sesuai dengan NRC (1987) konsumsi pakan ternak ruminansia dikontrol oleh faktor kebutuhan fisiologis, karena kebutuhan untuk hidup pokok dan produksi di atas kapasitas lambungnya. Lebih lanjut Pond dkk. (1995) menyatakan bahwa kapasitas lambung merupakan kontrol awal dari konsumsi ransum, pada saat kapasitas lambung penuh, maka ternak akan berhenti mengkonsumsi makanan walaupun kebutuhan zat makanan belum terpenuhi. Ransum lengkap hasil fermentasi dengan kandungan protein 15% (R2) menunjukan hasil paling dominan dengan rata-rata konsumsi 653.8 gram/ekor/hari, hal tersebut diduga karena pada ransum R2 mengandung rumput lebih banyak dibandingkan perlakuan yang lain, sehingga pada hakikatnya rumput lebih palatabel bagi ternak domba. Sebaliknya ransum R4 dengan proporsi rumput paling sedikit menunjukan hasil terendah yaitu 504,3 gram/ekor/hari. Keadaan ini sesuai dengan pendapat Cheeke (1999) bahwa konsumsi pakan dipengaruhi oleh

palatabilitas, level energi, protein dan konsentrasi asam amino, komposisi hijauan, temperatur lingkungan, pertumbuhan dan laktasi dan ukuran metabolik tubuh. Menurut Arora (1989) palatabilitas merupakan sifat performa dari bahan-bahan pakan sebagai akibat dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan yang dicerminkan oleh organoleptik seperti kenampakan, bau, rasa, dan tekstur. Hal ini yang menumbuhkan daya tarik ternak untuk mengkonsumsinya. Lebih lanjut Forbes (2002) menyatakan bahwa palatabilitas suatu pakan akan menentukan proporsi banyaknya pakan yang dimakan, ternak akan memilih pakan sesuai dengan kebutuhan nutrisi serta karakteristik dari pakan, dan dipengaruhi oleh pengalaman dalam mengkonsumsi suatu bahan pakan yang diberikan, sehingga domba akan mencocokan pola makannya tergantung pada keadaan metabolismenya. Pertambahan Bobot Badan Rataan pertambahan bobot badan harian kisaran 55.3-67.2 gr/ekor/hari. dapat dilihat pada Tabel 2. Hasil analisis ragam menunjukan bahwa ransum lengkap fermentasi dengan kadar protein yang berbeda pada domba betina tidak berpengaruh nyata tehadap pertambahan bobot badan harian (P>0,05). Hal ini menunjukan bahwa peningkatan kadar protein diatas kebutuhan hidup pokok tidak meningkatkan pertambahan bobot badan ternak yang diharapkan. Tabel 2. Rataan Pertambahan Bobot Badan Masing-masing Perlakuan Per Ekor Per Hari Selama Penelitian Rataan Pertambahan Bobot Badan Perlakuan Rataan 1 2 3 4 5 R1 108.5 67.8 25.4 67.2 R2 69.5 45.8 110.2 30.5 64.0 R3 27.1 76.3 33.9 76.3 103.4 63.4 R4 15.3 71.2 52.5 44.1 93.2 55.3 Keterangan : R1 = Kandungan protein kasar (PK) sebesar 11 % R2 = Kandungan protein kasar (PK) sebesar 13 % R3 = Kandungan protein kasar (PK) sebesar 15 % R4 = Kandungan protein kasar (PK) sebesar 17 % Berdasarkan analisis ragam, perlakuan tidak memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobot badan, keadaan ini diduga akibat nilai zat makanan terutama protein yang dikonsumsi ternak tidak jauh berbeda. Kondisi demikian sejalan dengan pendapat NRC (2006) menyatakan bahwa pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain total protein yang diperoleh setiap harinya, jenis ternak, umur, keadaan genetis, kondisi setiap individu dan manajemen tata laksana. Menurut Siregar dkk. (1982) jumlah pakan yang

dikonsumsi akan menentukan pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas pakan (Thalib, 2004). Pertambahan bobot badan yang diperoleh dari hasil peneltian menunjukan bahwa kebutuhan hidup pokok domba sudah terpenuhi, selebihnya dimanfaatkan untuk kebutuhan produksi, keadaan ini sejalan dengan pendapat Williamson dan Payne (1993) bahwa pertambahan bobot badan terjadi apabila pakan yang dikonsumsi telah melebihi kebutuhan hidup pokok, maka kelebihan dari zat makanan akan diubah menjadi urat daging dan lemak. Kenaikan pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh faktor genetik. Kondisi ini sejalan dengan pendapat Devendra dan Burns (1994), ternak yang mempunyai potensi genetik pertumbuhan yang tinggi akan memiliki respon yang baik terhadap makanan yang diberikan dan memiliki efisiensi produksi yang tinggi. Menurut Wodzicka dkk. (1993), laju pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh umur, lingkungan dan genetik dimana berat tubuh awal fase penggemukan berhubungan dengan berat dewasa. Pendapat ini diperkuat oleh David (2007) bahwa tingkat pertumbuhan maksimum dibatasi oleh potensi genetik, faktor gizi dan kondisi fisiologis ternak. Lebih lanjut Fuller (2014) menyatakan bahwa pada dasarnya semua hewan memiliki potensi untuk tumbuh pada tingkat yang ditentukan oleh genetik tetuanya. Namun tingkat pertumbuhan potensial ini sering terkendala oleh satu atau lebih dari banyak faktor lingkungan, seperti kesehatan, pasokan pakan yang tidak memadai, atau suhu lingkungan terlalu tinggi. Konversi Ransum Hasil perhitungan pengaruh perlakuan terhadap konversi ransum disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Rataan Konversi Ransum Masing-masing Perlakuan Per Ekor Per Hari Selama Penelitian Konversi Pengunaan Ransum Masing-masing Perlakuan Perlakuan Per Ekor Per Hari Rerata 1 2 3 4 5 R1 5.6 9.6 23.8 13.0 R2 9.0 12.8 6.4 22.9 12.8 R3 17.3 8.5 12.8 7.1 7.1 10.6 R4 31.6 8.6 9.9 8.0 5.9 12.8 Keterangan : R1 = Kandungan protein kasar (PK) sebesar 11 % R2 = Kandungan protein kasar (PK) sebesar 13 % R3 = Kandungan protein kasar (PK) sebesar 15 % R4 = Kandungan protein kasar (PK) sebesar 17 %

Hasil analisis menunjukan bahwa bahwa pemberian ransum lengkap fermentasi yang mengandung kadar protein berbeda tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap konversi ransum. Hasil tersebut dikarenakan konsumsi ransum dan kenaikan pertambahan bobot badan memperoleh hasil yang sama, dengan demikin konversi pakan juga menunjukan hasil yang sama. Keadaan ini sejalan dengan North (1984) bahwa konversi ransum dipengaruhi oleh jumlah ransum yang dikonsumsi, bobot tubuh, aktifitas, musim dan temperatur kandang. Pendapat ini diperkuat oleh Martawidjaja (2001) yang menyatakan bahwa konversi ransum di pengaruhi oleh kualitas pakan, pertambahan bobot badan dan kecernaan. Lebih lanjut Pond dkk. (1995) menyatakan bahwa konversi ransum khususnya ternak ruminansia kecil dipengaruhi oleh kualitas ransum, nilai kecernaan dan efisiensi pemanfaatan zat gizi dalam proses metabolisme didalam jaringan tubuh ternak. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pemberian ransum lengkap fermentasi yang mengandung kadar protein berbeda pada domba lokal betina sampai 17% tidak berpengaruh terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan, dan konversi ransum. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada Ir. Siti Nurachma, MS., Ir. Tidi Dhalika MS. yang telah membimbing penulis hingga dapat menyelesaikan penelitian ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Ir. H. Dedi Rahmat, MS., Ir. Andiana Sarwestri, MS., dan Ir. Atun Budiman, M.Si., atas segala kritik dan saran yang menyempurnakan penelitian ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Keluarga Besar Kelompok Tani Saung Hanjuang, serta kepada Arif Hidayat, S.Hum., Rangga Yusnan Iqbal, Hanifah Nur Rahmawati, S.Pt., dan Jayanti Mega Rohani, atas segala bantuan dan kemudahan yang telah diberikan selama penelitian. Ucapan terima kasih yang sebesarbesarnya, dihaturkan kepada Ayahanda Atang Kuswaya R.(Alm), Yayan Mulyana dan Ibunda Saikah serta adikku Sri Cintami R. dan Naufal Apriliana yang selalu memberikan doa, dukungan, perhatian dan kasih sayang untuk penulis.

DAFTAR PUSTAKA Agnes,C., Winter, J. Michael, and Clarkson. 2012. A Handbook for the Sheep Clinician 7 th Edition. School of Veterinary Science. University of Liverpool. UK Arora, S. P. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Diterjemahkan oleh Retno Murwani. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Cheeke, P. R. 1991. Applied Animal Nutrition. Feeds and Feeding. 2nd Edition. Departemen of Animal Science. Printice Hall, Inc. New Jersey. 265 275. David, G.H. 2007. Supplementary Feeding of Sheep and Beef Cattle 2nd. Landlinks Press. Collingwood Australia. Devendra, C. dan M. Burn, 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Diterjemahkan oleh: Idk Harya Putra. Penerbit ITB Bandung dan Universitas Udayana Bali. DITJENNAK. 2013. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta. Forbes, J.M. and R.W. Mayes. Food Choice. In: M. Freer, ed. Sheep Nutrition. CSIRO Plant Industry, Canberra. 51-70 Fuller, M.F. 2014. The Encyclopedia of Farm Animal Nutrition. Rowett Research Institute, Aberdeen, UK Kearl, L. C. 1982. Nutrition Requirements of Ruminants in Developing Countries. International feed stuff utah agriculture experiment station. 1 st Ed. Utah State university, Logan. Martawidjaja, 2001. Pengaruh Tingkat Protein Ransum Terhadap Penampilan Kambing Persilangan Boer dan Kacang Muda. Dalam : Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternaskan Daerah Veteriner. National Research Council. 1987. Predicting Feed Intake of Food-Producing Animals. National Academic Press. Washington, D.C.. 2006. Nutrient Requirements of Small Ruminants (Sheep, Goats, Cervids, and New World Camelids). National Academic Press. Washington, D.C. North, M.O. 1984. Commercial Chiken Production Manual Third edition Avi Publ Com. Inc. Wesport, Connecticut. PERMENTAN. 2014. Peraturan Menteri Pertanian No. 102/Permentan/OT.140/7/ 2014 Tentang Pedoman Pembibitan Kambing dan Domba yang Baik (Good Breeding Practice).Mentri Pertanian Republlik Indonesia. Jakarta. Pond, W. G., D. C. Church and K. R. Pond. 1995. Basic Animal Nutrition and Feeding. 4 th Edition. John Wiley and Sons Press, New York. Ranjhan, S.K. 1981. Animal Nutrition in Tropics. Second Revised Edition. Vikas Publishing House PVT LTD, New Delhi.

Saragih, B. 2000. Kebijakan pengembangan agribisnis di Indonesia berbasiskan bahan baku lokal. Bull. Peternakan. Edisi Tambahan. hal. 6 11. Thalib, A. 2004. Uji efektivitas saponin buah Sapindus rarak sebagai inhibitor metanogenesis secara in vitro pada sistem pencernaan rumen. JITV 9(3):164-171. Umiasih, U. dan, E. Wina. 2008. Penolahan dan nilai nutrisi limbah tanaman jagung sebagai pakan ternak ruminansia. Wartazoa Vol. 18 No. 3. Hal 127-136. Williamson, G. dan W. J. A Payne, 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Terjemahan oleh : IGN Djiwa Darmadja.Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Winarno, F.G., S. Fardiaz dan D. Fardiaz, 1980. Pengantar Teknologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Wodzicka, Tomaszewska, I.M. Mashka, A. Djajanegara, S. Gardiner dan T.P. Wiradarya. 1993. Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. UNS Press. Surakarta.