Keterampilan Komunikasi Interpersonal Konselor dalam Terapi Pengobatan Rawat Jalan kepada Pasien di BNNP Jawa Timur

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Berdasarkan analisis deskriptif menunjukkan bahwa penilaian kualitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PENUTUP. semakin puas klien terhadap komunikasi yang dilakukan psikolog. kualitas komunikasi (X) terhadap kepuasan komunikasi (Y).

Felicia Setyono, Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Kristen Petra Surabaya

B A B I PENDAHULUAN. yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Dikatakan mendasar,

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang ditandai dengan tumbuh kembangnya organisasi atau perusahaan. Adanya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain. 36 Penelitian

BAB IV PENUTUP. Suatu perusahaan yang menyediakan pelayanan jasa untuk maysarakat

BAB I PENDAHULUAN. akar dalam pohon, dimana akar tersebut dijadikan sebagai penopang dasar untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PENUTUP. Dari analisis data hasil temuan lapangan dan interpretasi data berdasarkan

BAB III METODE PENELITIAN. pelayanan yang terdiri dari bukti fisik (tangibles), empati (empathy),

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN

Komunikasi Interpersonal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian dalam penulisan ini adalah penelitian Deskriptif

PENGARUH PELATIHAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DIVISI SUMBER DAYA MANUSIA DI HOTEL BOROBUDUR JAKARTA

Komunikasi Keluarga dalam Membangun Konsep Diri Mantan Pengguna Narkoba

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. 1) Variabel Terikat (Dependent): Konflik Kerja (Y)

BAB III METODE PENELITIAN

DUKUNGAN PSIKOSOSIAL KELUARGA DALAM PENYEMBUHAN PASIEN NAPZA DI RUMAH SAKIT JIWA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. kualitas pelayanan yang diberikan perusahaan kepada konsumen.

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana S-1 Ilmu Komunikasi DESY INTAN PERMATASARI L

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

GAMBARAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PEGAWAI MODERN RETAIL WIMODE (PT BAKRIE TELECOM)

HUBUNGAN KOMUNIKASI DOKTER DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM (RSU) ANUTAPURA PALU

Pengaruh Gaya Komunikasi Direktur terhadap Kepuasan Komunikasi Karyawan di PT. Sumarni Mustajab Batu

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PESERTA BPJS NON PBI (PENERIMA BANTUAN IURAN) TERHADAP PELAYANAN TENAGA KESEHATAN DI RUMAH SAKIT LABUANG BAJI MAKASSAR

BAB III METODE PENELITIAN. variabel bebas yaitu supervisi akademik pengawas sekolah (X 1 ), komunikasi. terikat kinerja guru dalam pembelajaran (Y).

LAPORAN HASIL SURVEY INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN SOEKARNO-HATTA SEMESTER I TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PESERTA BPJS NON PBI (PENERIMA BANTUAN IURAN) TERHADAP PELAYANAN TENAGA KESEHATAN DI RUMAH SAKIT LABUANG BAJI MAKASSAR

BAB III METODE PENELITIAN

Iklim Komunikasi Organisasi di Hotel Savana Malang

`BAB III METODE PENELITIAN. bimbingan kelompok dengan komunikasi antar pribadi siswa kelas VIII di

BAB III METODE PENELITIAN

Salsabila Khairani 1 ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh di lokasi penelitian. Adapun jenis penelitian ini dikategorikan sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pengamatan langsung terhadap obyek yang diteliti guna mendapatkan data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. telah menempatkan dokter dalam peran sebagai pelaku ekonomi, yakni sebagai

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Komunikasi merupakan aktifitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi,

III METODE PENELITIAN. sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Umumnya pengertian survey dibatasi. mewakili seluruh populasi Singarimbun, 1999:3)


Peranan Komunikasi Antarpersona Orang Tua terhadap Kemampuan Penyesuaian Sosial Siswa di Sekolah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebenarnya tentang gejala dari permasalahan yang timbul di lapangan. Kajiannya

AUDIT KOMUNIKASI ORGANISASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. didik kelas VII di SMP Negeri 2 Pariaman, maka dalam penelitian ini

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

LAPORAN HASIL SURVEY INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN SOEKARNO-HATTA SEMESTER II TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS BRINGIN KABUPATEN SEMARANG (Analisis Tingkat Kepuasan Masyarakat)

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. fenomena atau masalah penelitian yang telah diabstraksi menjadi suatu konsep

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif yaitu suatu metode dalam penelitian status kelompok manusia, suatu objek,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode survei deskriptif, yaitu suatu metode

GAMBARAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU MATA PELAJARAN DENGAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMPN 1 JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. seseorang menyampaikan dan mendapatkan respon. Terdapat lima kompenen

PENGARUH GAYA KOMUNIKASI CENTER DIRECTOR TERHADAP KEPUASAN KOMUNIKASI KARYAWAN MALANG TOWN SQUARE

KOMUNIKASI DOKTER PADA PASIEN GANGGUAN JIWA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pasien Gangguan Jiwa Di RSJ.Prof.Dr.Hb.

PENGARUH KUALITAS KOMUNIKASI UPWARD TERHADAP KEPUASAN KOMUNIKASI KARYAWAN DI PT. GRAHA FARMA SOLO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi sangat penting untuk proses keperawatan. Perawat

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan cross-sectional. Adapun teknik pengumpulan data. dengan menggunakan kuesioner, dimana peneliti menanyakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun alokasi waktu pengumpulan data penelitian ini telah

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Sesuai tujuannya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

BAB II LANDASAN TEORI Definisi Komunikasi Terapeutik

BAB III METODE PENELITIAN. disusun oleh peneliti untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan

SURVEI KEPUASAN KERJA GURU PEMBIMBING/ KONSELOR SEKOLAH SMP NEGERI DI KOTAMADYA JAKARTA TIMUR

III. METODE PENELITIAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA. Effendy,O.U Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. PT.Remaja Rosdakarya. Bandung.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam metode penelitian ini akan diuraikan mengenai identifikasi variable

PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP KINERJA KARYAWAN FRONT DESK HOTEL BUMI SENYIUR SAMARINDA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (instrumen) yang digunakan memenuhi syarat-syarat alat ukur yang baik sehingga

Opini Anggota UKM Mengenai Aktivitas Corporate Social Responsibility Pembinaan UKM PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Jawa Timur

PERSEPSI MAHASISWA DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FISIP USU TERHADAP PROSES KOMUNIKASI DALAM BIMBINGAN SKRIPSI

Gaya komunikasi pemimpin PT. Astra International UD Trucks cabang Romokalisari Gresik

Interpersonal Communication Skill

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode survey. Metode survey yaitu cara mengambil sampel dari

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RSUD SYEKH YUSUF KABUPATEN GOWA

terhadap Tingkat Pengetahuan Karyawan tentang Nilai-Nilai Leidora Ardiyani / Ike Devi Sulistyaningtyas

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk membatasi dan memperjelas lingkup penelitian ini, maka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan salah satu bagian terpenting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III. Metodologi Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN. satu populasi menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. bulan April sampai dengan bulan Mei setelah peneliti mendapat rekomendasi dari

III. METODE PENELITIAN. sikap mahasiswa terhadap adopsi ebook melalui angka-angka. Karena itu tipe

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

Transkripsi:

JURNAL E-KOMUNIKASI PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS KRISTEN PETRA, SURABAYA Keterampilan Komunikasi Interpersonal Konselor dalam Terapi Pengobatan Rawat Jalan kepada Pasien di BNNP Jawa Timur Valentina Sugianto, Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Kristen Petra Surabaya Valentina_sugianto@yahoo.com Abstrak Keterampilan komunikasi sangat dibutuhkan dalam berkomunikasi baik secara interpersonal agar komunikasi dapat memecahkan suatu permasalahan yang terjadi. Keterampilan komunikasi dapat terlihat jelas khususnya dalam komunikasi interpersonal, karena dalam komunikasi ini komunikasi berlangsung secara face to face serta terdapat respons yang diberikan secara langsung. Hal ini tentunya juga dibutuhkan dalam proses konseling antara konselor dan pasien untuk memecahkan masalah pasien dalam ketergantungan narkoba. BNNP Jawa Timur sebagai organisasi yang memiliki tujuan untuk penyembuhan pasien rawat jalan melalui konseling, tentunya setiap konselor membutuhkan keterampilan komunikasi untuk berkomunikasi secara interpersonal atau wawancara atau tahap konseling. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Responden dalam penelitian ini sebanyak 91 responden, teknik analisa data yang digunakan adalah analisa mean. Hasil penelitian ini menunjukan secara keseluruhan semua konselor di BNNP Jawa Timur memiliki keterampilan komunikasi yang tinggi. Indikator tertinggi yang dimiliki konselor ialah orientasi kepada orang lain sedangkan indikator terendah ialah manajemen interaksi. Kata Kunci: Keterampilan Komunikasi, Komunikasi interpersonal, Konselor, Pasien Rawat Jalan, BNNP Jawa Timur Pendahuluan Keterampilan komunikasi menurut Santrock (2007) merupakan keterampilan yang diperlukan seseorang dalam berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal, memahami komunikasi nonverbal dari komunikan dan mampu memecahkan konflik secara konstruktif. Keterampilan komunikasi sangat dibutuhkan dalam berkomunikasi baik secara interpersonal, kelompok maupun publik agar komunikasi dapat memecahkan suatu permasalahan yang terjadi. Keterampilan komunikasi dapat terlihat jelas khususnya dalam komunikasi interpersonal, karena dalam komunikasi ini komunikasi berlangsung secara face to face serta terdapat respons yang diberikan secara langsung. Darurat narkoba di Indonesia serta maraknya peredaran dan penyalahgunaan narkoba di berbagai daerah di Indonesia menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah khususnya BNN (Badan Narkotika Nasional) dalam memberantas narkoba. Sebanyak 33 orang meninggal setiap hari di Indonesia karena kasus penyalahgunaan narkoba. Angka ini didapat dari jumlah 12.044 orang yang telah meninggal sepanjang tahun lalu

karena narkoba. Nilai kerugian negara mencapai Rp 63,1 triliun. (Tempo, Maret 2015). Begitu pula yang dialami di Provinsi Jawa Timur, setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 kasus narkoba di Jawa Timur sebanyak 1.301 jiwa dan meningkat tajam pada tahun 2013 menjadi 4.055 dan pada tahun 2014 menjadi 4.310 jiwa. Menurut kondisi ketergantungan pasien akan narkoba, pasien dibedakan menjadi dua yakni: pasien rawat jalan dan pasien rawat inap. Perbedaan keduanya adalah proses pengobatan pasien. Pada pasien rawat jalan, pasien tidak perlu menginap untuk berobat sehingga pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari selama pengobatan. Sedangkan pasien rawat inap dalam pengobatannya, diperlukan untuk menginap pada tempat pengobatan. Berdasarkan kondisi ketergantungan sendiri, pasien rawat inap memiliki ketergantungan yang sedang hingga parah, hal ini juga terlihat pada kejiwaan pasien yang cukup sukar untuk berkomunikasi. Maka pada penelitian ini, peneliti memfokuskan subjek penelitian kepada pasien rawat jalan karena pasien rawat jalan masih dalam tahap pengguna, artinya dalam pasien rawat jalan masih dapat berkomunikasi dengan baik. Pemilihan pasien rawat jalan ini, diharapkan pasien dapat mengisi kuesioner dan masih mampu menjawab pertanyaan yang ada. Berdasarakan data assesment pasien rawat jalan pada bulan Mei hingga Juli 2015 ditemukan pasien terbanyak dimiliki oleh BNNP Jawa Timur dibandingkan dengan BNN lainnya di Jawa Timur. Berdasarkan data diatas, BNNP Jawa Timur merupakan tempat pengobatan rawat jalan dengan pasien tertinggi di Jawa Timur yakni dengan total 1050 jiwa. Dengan jumlah pasien yang cukup signifikan dibanding dengan BNN lainnya di Jawa Timur, maka diperlukan upaya yang mampuni dalam upaya pengobatan pasien rawat jalan. Upaya BNNP Jatim dalam membantu pasien rawat jalan yakni dengan menggunakan metode konseling yang dilakukan oleh para konselor. Dimana setiap konselor akan melakukan konseling minimal dua kali dalam seminggu hingga pasien benar-benar pulih dari ketergantungannya dengan narkoba. Setiap pasien yang melakukan pengobatan rawat jalan akan mendapatkan satu konselor, dimana konselor tersebut akan mendampingi proses konseling selama proses penyembuhan pasien. (Dita, Humas BNNP Jawa Timur 2015). Proses konseling yang dilakukan oleh konselor dan pasien menggunakan komunikasi interpersonal. Komunikasi konselor meliputi informasi mengenai bagaimana memaksimalkan perawatan, pemberian terapi atau penyampaian pendekatan alternatif, termasuk bagaimana melayani pasien secara komunikatif (Liliweri, 2007, p. 51). Dalam penyampaian pesan-pesan dari konselor kepada pasien, diperlukan suatu keterampilan komunikasi yang dimiliki konselor agar komunikasi yang dilakukan dapat memecahkan permasalahan yang terjadi. Permasalahan disini ialah seperti ketergantungan pasien akan narkoba selama proses pengobatan rawat jalan maupun dimasa yang akan datang. Untuk meninjau keterampilan komunikasi interpersonal yang efektif, ada lima kualitas umum yang dipertimbangkan, yaitu keterbukaan (openness), empati Jurnal e-komunikasi Hal. 2

(empathy), sikap positif (positiveness), kebersatuan (immediacy), manajemen interaksi (interaction management), daya ekspresi (expressiveness) dan orientasi kepada orang lain (other-orientation) (DeVito, 2006, p. 177). Melalui wawancara yang dilakukan peneliti kepada salah satu pasien rawat jalan di BNNP Jawa Timur mengenai keterampilan komunikasi yang dimiliki konselor, responden yang tidak ingin disebutkan namanya menyebutkan bahwa komunikasi yang diberikan konselornya sudah cukup baik dan mampu membuatnya untuk tidak lagi berkeinginan untuk memakai narkoba lagi dimasa yang akan datang. Hal ini didukung dengan konselor yang bersikap positif kepadanya sekalipun ia telah jatuh bangun dalam pengobatan dan kembali lagi untuk menggunakan obat, namun konselor tetap percaya kepadanya bahwa ia pasti bisa sembuh dan tidak lagi menggunakan obat-obatan. Disisi lain, konselor juga memberi semangat ketika pasien merasa lelah dengan keadaannya yang jatuh bangun maupun keadaan hidupnya sendiri. Melalui hal ini dapat dilihat bahwa konselor di BNNP Jatim memenuhi beberapa indikator keterampilan komunikasi, yakni: empati, sikap positif dan orientasi kepada orang lain. Penelitian terdahulu yang dapat sebagai acuan dalam penelitian ini ialah penelitian kuantitatif mengenai improving the patient experience through provider communication skills building oleh Denise M. Kennedy, MBA (2014) degan menyebarkan kuesioner kepada 3.561 pasien rumah sakit mengenai kepuasan pasien akan pelayanan dokter seperti penyampaian diagnosa, konsultasi dan lain sebagainya. Penelitian tersebut bertujuan untuk melihat pentingnya keterampilan komunikasi untuk pelayanan dokter sehingga dilakukan penelitian kepada pasien yang mendapatkan dokter, dimana dokter tersebut telah diberikan pelatihan keterampilan komunikasi. Kuesioner juga disebarkan kepada pasien yang mendapat jasa dari dokter yang belum menerima pelatihan komunikasi. Hasilnya ada peningkatan yang sangat signifikan dalam service dokter, sehingga keterampilan komunikasi sangat berdampak (bahkan hasil survey menyebutkan "excellent") kepada kepuasan pasien. Selain itu juga berdampak pada menurunnya keluhan-keluhan dari pasien serta berkurangnya persepsi pasien akan adanya malpraktek dari praktisi dokter. Berdasarkan fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai keterampilan komunikasi interpersonal konselor dalam terapi pengobatan rawat jalan di BNN Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini penting untuk dilakukan karena berdasarkan pantauan peneliti, belum pernah ada penelitian yang meneliti topik keterampilan komunikasi interpersonal pasien remaja pengguna narkoba dengan konselor juga belum pernah dilakukan evaluasi mengenai komunikasi konselor dengan pasien di BNNP Jawa Timur. Penelitian ini nantinya diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi para konselor dalam meningkatkan mutu pelayanannya juga memaksimalkan proses pengobatan. Jurnal e-komunikasi Hal. 3

Tinjauan Pustaka Komunikasi Interpersonal DeVito (2006, p.16) menyebutkan komunikasi interpersonal ialah interaksi antara kita dengan orang lain, belajar mengenai mereka serta tentang diri kita sendiri untuk mengungkapkan diri kita kepada orang lain (DeVito, 2006, p.16). Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi tatap muka. Karena itu kemungkinan umpan balik (feedback) besar sekali. Dalam komunikasi itu, penerimaan pesan dapat langsung menanggapi dengan menyampaikan umpan balik. Dengan demikian, di antara pengirim dan penerima pesan terjadi interaksi. Yang satu mempengaruhi yang lain, dan kedua-duanya saling mempengaruhi dan memberi serta menerima dampak. Semakin berkembang komunikasi interpersonal itu, semakin intensif umpan balik dan interaksinya karena peran pihak-pihak yang terlibat berubah peran dari penerima pesan menjadi pemberi pesan, dan sebaliknya dari pemberi pesan menjadi penerima pesan" (Hardjana, 2003, p.88). Keterampilan Komunikasi Keterampilan komunikasi menurut DeVito (2007, p.2) menyebutkan keterampilan komunikasi interpersonal adalah suatu kemampuan untuk melakukan komunikasi secara efektif dengan orang lain. Kemampuan ini merupakan ukuran dari kualitas seseorang dalam berkomunikasi interpersonal yang meliputi pengetahuan tentang aturan-aturan dalam komunikasi non verbal, seperti keterbukaan, kedekatan fisik, memperhatikan volume dan orang yang sedang berkomunikasi. Ada tujuh keterampilan yang dipertimbangkan untuk menciptakan komunikasi interpersonal yang efektif, yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap positif (positiveness), kebersatuan (immediacy), manajemen interaksi (interaction management), daya ekspresi (expressiveness) dan orientasi kepada orang lain (other-orientation). Metode Definisi Konseptual DeVito (2007, p.2) menyebutkan keterampilan komunikasi interpersonal adalah suatu kemampuan untuk melakukan komunikasi secara efektif dengan orang lain. Kemampuan ini merupakan ukuran dari kualitas seseorang dalam berkomunikasi interpersonal yang meliputi pengetahuan tentang aturan-aturan dalam komunikasi non verbal, seperti keterbukaan, kedekatan fisik, memperhatikan volume dan orang yang sedang berkomunikasi. Untuk keterampilan komunikasi interpersonal yang efektif, ada tujuh indikator yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap positif (positiveness), kebersatuan (immediacy), manajemen interaksi (interaction management), daya Jurnal e-komunikasi Hal. 4

ekspresi (expressiveness) dan orientasi kepada orang lain (other-orientation) (DeVito, 2006, p. 177). Metode penelitian ini menggunakan metode survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun & Effendi, 2006, p.3). Subjek Penelitian Populasi dalam penelitian ini ialah semua orang yang melakukan rawat jalan di BNNP Jawa Timur sejumlah 1050 orang (BNNP Jawa Timur, 2015). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien rawat jalan di BNNP Jawa Timur baik yang sedang melakukan konseling rawat jalan maupun yang telah selesai rawat jalan. Teknik sampling yang digunakan Accidental Sampling. Gay & Diehl mengatakan bahwa ukuran sampel dapat diterima tergantung pada jenis dari penelitiannya yaitu secara minimum tolak ukurnya untuk penelitian deskriptif sekurang-kurangnya 10% dari populasi (Ruslan, 2003, p.147). Gay & Diehl mengatakan bahwa ukuran sampel dapat diterima tergantung pada jenis dari penelitiannya yaitu secara minimum tolak ukurnya untuk penelitian deskriptif sekurang-kurangnya 10% dari populasi (Ruslan, 2003, p.147). Untuk menentukan ukuran sampel, peneliti menggunakan rumus Slovin. Melalui rumus Slovin, maka ditemukan 91 responden penelitian. Analisis Data Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Pada penelitian survei, penggunaan kuesioner merupakan hal yang pokok untuk pengumpulan data (Singarimbun & Effendi, 2006, p. 175). Untuk mengukur variabel yaitu keterampilan komunikasi interpersonal, peneliti menggunakan skala Likert dengan lima jenjang, yaitu: sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), netral (N), setuju (S) dan sangat setuju (SS). Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas. Temuan Data Total mean yang tertinggi dari ketujuh indikator ialah orientasi kepada orang lain sebesar 3,94 lalu diikuti dengan indikator kebersatuan sebesar 3,9 selanjutnya ialah sikap positif sebesar 3,82 dan disusul pula oleh keterbukaan sebesar 3,79, indikator lainnya ialah empati sebesar 3,76 dan daya eksprersi sebesar 3,65 sedangkan indikator terendahnya ialah manajemen interaksi sebesar 3,52. Walaupun demikian, dari seluruh indikator semua indikator tergolong dalam interval tinggi. Jurnal e-komunikasi Hal. 5

Gambar 1. Mean Indikator Keterampilan Komunikasi Interpersonal Analisis dan Interpretasi Untuk mengetahui tingkatan tiap indikator keterampilan komunikasi interpersonal, dari data kuisioner yang dikumpulkan kemudian diurutkan berdasarkan nilai mean tiap indikatornya. Dari gambar diketahui bahwa konselor di BNNP Jawa Timur memiliki semua indikator keterampilan komunikasi interpersonal. Tetapi dari ketujuh indikator tersebut, indikator yang paling tinggi merupakan indikator orientasi kepada orang lain dengan nilai mean 3,94. Ketika berkonseling dengan pasien rawat jalan melalui komunikasi interpersonal, konselor dinilai memiliki orientasi kepada pasien. De Vito (2005, p. 181) yang mengatakan bahwa orientasi kepada orang lain dapat dilakukan dengan memfokuskan pesan kepada orang lain, yaitu secara non verbal dengan tersenyum kepada lawan bicara. Menurut Beder, profesi pekerja sosial medis tertuju juga pada lingkungan sosial sang pasien, seperti yang diungkapkan Gehlert and Browne (2006, p.24) Patients social support networks an influence their health staits significantly. Dalam meningkatkan peran lingkungan sosial pasien, pekerja sosial memiliki proses pelayanan yang berbeda dengan proses pelayanan yang diberikan oleh dokter atau perawat. Dari penuturan Beder dan DeVito diatas dapat dilihat bahwa indikator orientasi kepada orang lain dalam hal ini pasien, dapat berupa pesan non verbal maupun secara verbal disamping itu yang dapat diperhatikan ialah lingkungan sosial pasien yang dapat secara signifikan dalam proses penyembuhan pasien. Jurnal e-komunikasi Hal. 6

Simpulan Dari penelitian yang sudah dilakukan, peneliti berhasil menarik kesimpulan bahwa terdapat keterampilan komunikasi interpersonal konselor saat berkonseling kepada pasien rawat jalan di BNNP Jawa Timur. Secara garis besar, terlihat bahwa konselor telah memiliki tujuh keterampilan komunikasi interpersonal antara lain keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap positif (positiveness), kebersatuan (immediacy), manajemen interaksi (interaction management), daya ekspresi (expressiveness) dan orientasi kepada orang lain (other-orientation). Maka peneliti berasumsi jika dalam berkonseling konselor dan pasien rawat jalan ada kedekatan, saling menyukai dan komunikasi diantara keduanya merupakan hal yang menyenangkan. Dari hasil analisis yang didapat, semua konselor di BNNP Jawa timur memiliki semua keterampilan komunikasi interpersonal dalam berkonseling kepada pasien. Hal itu terlihat bahwa seluruh hasil responden menunjukan interval tinggi. Indikator tertinggi yang dimiliki konselor ialah orientasi kepada orang lain sedangkan yang terndah ialah manajemen interaksi. Orientasi kepada orang lain sendiri merupakan memfokuskan pesan kepada orang lain, yaitu secara non verbal dengan tersenyum kepada lawan bicara. Dapat disimpulkan bahwa konselor telah berhasil memfokuskan pesan kepada pasien rawat jalan. Manajemen interaksi sendiri ialah teknik-teknik dan strategi yang diatur dan dibawa dalam interaksi interpersonal. Manajemen interaksi yang efektif terlihat dari interaksi yang memuaskan kedua belah pihak. Tidak seorang pun yang merasa diabaikan, masing-masing pihak berkontribusi dalam keseluruhan komunikasi. Hal-hal inilah kiranya yang perlu lebih ditingkatkan lagi, supaya kinerja konselor dapat lebih profesional lagi. Daftar Referensi Bungin, B. (2009). Metodologi penelitian kuantitatif. Jakarta: Kencana Denise, M. Kennedy., & John, P. Fasolino. (2014). Improving the patient experience through provider communication skills building. Patient Experience Journal, Volume 1, April 2014, pp. 56-60 De Vito, Joseph. (2007). The Interpersonal Communication Book (11 th ed.). Boston: Pearson Education DeVito, Joseph. (2011). Komunikasi Antarmanusia. Tanggerang Selatan: Karisma Publishing Group Hanafi, Imam. (2012). Keterampilan Komunikasi Interpersonal Perawat Berpengaruh Peningkatan Kepuasan Pasien. Jurnal STIKES, Volume 5, No. 2/ 155-166 Hardjana, A. M. (2003). Komunikasi intrapersonal dan interpersonal. Yogyakarta: Kanisius Ruslan, R. (2003). Metode Penelitian public relations dan komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Santosa, P. B., & Ashari. (2005). Analisis statistik dengan microsoft excel & SPSS. Yogyakarta: Penerbit Andi. Silalahi, U. (2010). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama, Print. Singarimbun, M., & Sofian, E. (2006). Metode penelitian survai. Jakarta: PT Pustaka LP3ES Sugiyono. (2002). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta Jurnal e-komunikasi Hal. 7