BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai Runggun dan termasuk di dalam lingkup Klasis Jakarta-Bandung.

Setiap Orang Membutuhkan Pengajaran

Status Rohani Seorang Anak

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

Setiap Orang Bisa Menjadi Pengajar

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

LOYALITAS DAN PARTISIPASI PEMUDA DALAM GEREJA ETNIS DI HKBP SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2000, p.11

Pelayanan Mengajar Bersifat Khusus

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?

UKDW BAB I PENDAHULUAN

Saudara Membutuhkan Berita

BAB V PENUTUP. Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Permasalahan

GEREJA PROTESTAN di INDONESIA bagian BARAT (G P I B) TATA IBADAH HARI MINGGU VII SESUDAH PENTAKOSTA & SYUKUR HUT KE-35 YAPENDIK GPIB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

...dan Saudara Memerlukan Suatu Metode

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum agama Kristen masuk ke Tapanuli khususnya daerah Balige, masyarakat

I.1. PERMASALAHAN I.1.1.

MENJADI PEMIMPIN SEL Sesi 1: DASAR ALKITAB

Apa Gereja 1Uhan Itu?

BAB I PENDAHULUAN. Tanah Batak. Dialah yang kemudian dijuluki sebagai Apostel Batak yang menjadikan

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

Saudara Tidak Membutuhkan Meja Tulis

32. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMP

Bagaimana Saya Menjadi Sebagian dari Gereja Tuhan

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan.

BAB 4. Refleksi Teologis. dan kehidupan rohani setiap anggota jemaatnya tidak terkecuali anak-anak yang adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

Bagaimana Berjalan Dalam Roh Bagian ke-3

Bekerja Dengan Penuh Kasih

TATA GEREJA PEMBUKAAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm.

BAB III ANALISIS SISTEM. yang utuh kedalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan

Kehidupan Yang Dipenuhi Roh

Gereja. Tubuh Kristus HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kajian

Dalam pelajaran ini saudara akan mempelajari... Mengikuti Teladan Kristus Memperkembangkan Karunia Saudara

Dalam Hal-hal Apa Gereja Tuhan Itu Seperti Satu Tubuh

SAUDARA TELAH MEMULAI KAN KEHIDUPAN BARU

BAB 1 PENDAHULUAN Kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

GEREJA HKBP DI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

Pembaptisan Air. Pengenalan

UKDW BAB I PENDAHULUAN

Yohanes 1. Buku Pembimbing: Injil Yohanes

BAPA SURGAWI BERFIRMAN KEPADA SAUDARA

UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENULISAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

Apakah Allah Akan Mengatakan Kepadaku Apa yang Harus Kulakukan Selanjutnya?

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

Surat-surat Paulus DR Wenas Kalangit

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

PERATURAN RUMAH TANGGA BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1

PROFESIONALISME DOSEN DARI SUDUT PANDANG KRISTIANI. Maria Lidya Wenas Sekolah Tinggi Teologi Simpson

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

Para Pekerja Saling Memerlukan

PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus.

BAB I PENDAHULUAN UKDW

DOA. Prinsip: Doa dimulai dengan hubungan kita dengan Tuhan.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. 2. Permasalahan

Eksposisi Surat 1 Petrus: Penerima Surat 1Pet.1:1 2 Ev. Calvin Renata

PELAYANAN GEREJA TUHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

Pekerja Dalam Gereja Tuhan

Rencana Allah untuk Gereja Tuhan

Pola Tuhan Bagi Para Pekerja

Gereja Memberitakan Firman

PELAYANAN MENGAJAR. Tulislah dengan huruf cetak yang jelas! Nama Saudara. Alamat. Kota. Propinsi. Umur Laki-laki/perempuan. Pekerjaan.

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

Transkripsi:

9 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia untuk memperoleh bekal pengetahuan dalam menjalani hidup ini. Salah satu pendidikan yang telah kita dapatkan sejak dari masih anak-anak adalah pendidikan agama khususnya agama Kristen. Sekolah Minggu (SM) cukup mempunyai andil yang besar dalam memberikan pendidikan agama bagi anak-anak terutama pengenalan akan Kristus. Melalui peran SM inilah anak-anak dibekali pertama-tama dengan pengetahuan akan Kristus. Oleh karena SM mempunyai peran yang penting dalam pendidikan agama Kristen bagi anakanak maka gereja perlu memberikan perhatian yang maksimal kepada SM. SM merupakan tempat untuk mempersiapkan anak-anak menjadi generasi penerus di tengah-tengah gereja dan masyarakat, yang mempunyai iman yang teguh dalam menghadapi tantangan jaman. Agar tujuan dari SM ini tercapai maka pendidikan agama Kristen yang diberikan harus dengan sungguhsungguh, benar dan tepat sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan anak-anak. Salah satu faktor penting yang harus diperhatikan oleh gereja adalah kurikulum yang digunakan oleh SM. Setiap gereja memiliki kurikulum SMnya sendiri-sendiri yang berbeda-beda. Kurikulum dipakai sebagai arahan dalam pelaksanaan SM dan sering juga disebut sebagai rancangan belajar. Kurikulum yang baik direncanakan untuk menolong para pendidik untuk dapat menyampaikan makna dan tujuan dari pendidikan yang ingin diberitakan pada anak-anak, terutama juga sangat menolong kaum awam yang baru mendalami bidang pelayanan anak-anak. Menurut salah seorang pakar penulis kurikulum Lawrence O. Richards dalam bukunya yang berjudul Mengajarkan Alkitab Secara Kreatif, bahwa manfaat dari adanya kurikulum dalam pelajaran anak-anak SM adalah dapat menyesuaikan dengan pertumbuhan anak-anak di mana mereka mulai besar dan mengalami tahap-tahap pertumbuhan yang ditandai dengan perubahan

10 kebutuhan, minat, pola berpikir serta respon. 1 Para pakar kurikulum itu biasanya adalah orangorang yang cukup mengenal masa pertumbuhan anak-anak yang sering berubah-ubah dan membuat suatu pendekatan yang cocok dengan pikiran dan perasaan anak-anak sesuai dengan kelasnya. Hal ini membantu para pengajar dalam memilih konsep, ayat-ayat dan cerita yang cocok dengan pola kebutuhan dan kelompok umur anak-anak yang telah disusun dalam kurikulum. Sehingga dengan demikian orang dapat mengenal Firman Allah dengan cukup baik dari masa anak-anak sampai menjadi dewasa. Selain itu kurikulum dapat memberikan kreativitas dalam memberitakan Firman Allah di SM, karena biasanya para pakar kurikulum memasukkan hal-hal yang baru dalam kurikulum yang mereka susun. Dengan demikian kurikulum itu menjadi menarik dan memberikan ide-ide baru pada guru-guru SM dalam menjalankan tugasnya di kelas. Setiap gereja pasti menginginkan dapat memilih dan memberikan kurikulum yang baik bagi SMnya. Menurut Lawrence O. Richards, ciri-ciri kurikulum yang baik adalah: Pertama, mengungkapkan pandangan yang benar tentang Alkitab. Maksudnya yaitu setiap penyataan tentang Allah itu bukan hanya sekedar informasi tentang Allah, melainkan dapat membuat kita berhubungan dengan Allah, dan bahwa penyataan itu menuntut suatu respon yang tepat dari anak-anak. Karena Allah menghendaki agar dalam menjalani kehidupan ini kita secara spontan memberi respons kepada Allah yang adalah Roh, dan bukan hanya hidup dengan mentaati peraturan-peraturan yang kaku saja. Kedua, mempunyai konsep yang kreatif mengenai cara mengajarkan Alkitab. Kurikulum yang baik mencerminkan kesadaran akan adanya kesenjangan yang menghambat respons kita kepada Allah. Tujuan atau sasaran pelajarannya ialah respon. Pelajarannya memperlihatkan suatu struktur yang membimbing kita kepada Firman, menyelidiki Firman itu, dan membimbing anak-anak untuk menyelidiki relevansi Firman itu dengan kehidupan sehari-hari dan merencanakan suatu respons. 2 Dalam kurikulum yang baik, penerapannya bersifat fleksibel, anak-anak diajak ikut ambil bagian sebanyak mungkin dan anakanak dibimbing agar mencari sendiri implikasi dari kebenaran Alkitab itu untuk kehidupan pribadinya. 1 Lawrence O Richards, Mengajarkan Alkitab Secara Kreatif, Kalam Hidup, Bandung, 1970, h 194. 2 Scn 1, h. 196-198.

11 Namun pada kenyataannya gereja belum sepenuhnya dapat merencanakan dan membuat suatu kurikulum SM yang baik. Banyak kendala atau pun masalah yang sering dihadapi gereja berkaitan dengan kurikulum ini. Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk membahas kurikulum SM HKBP. Kurikulum SM HKBP yang dijabarkan dalam sebuah buku panduan yang diterbitkan oleh Kantor Pusat HKBP dan digunakan secara menyeluruh oleh seluruh gereja-gereja HKBP. 3 Penulis ingin melihat dan meninjau kurikulum SM HKBP, karena masih terdapat kendala-kendala dalam penerapannya terhadap anak SM HKBP. Karena itu dapat dikatakan bahwa masalah-masalah kurikulum yang dihadapi juga hampir sama di setiap gereja HKBP. Masalah ini harus segera mendapat penanganan dan pengelolaan secara cepat dan tepat agar tidak terus berlarut-larut dalam kekurangan yang ada dalam kurikulum SM HKBP. Penanganan ini tentunya tidak dapat diselesaikan oleh seseorang saja atau dalam hal ini seorang majelis atau pendeta, namun perlulah gereja secara keseluruhan ikut bertanggungjawab untuk masalah ini. A.2. Rumusan Masalah HKBP merupakan salah satu gereja yang sangat kuat dalam memegang doktrin yang dianutnya. Sehingga hal ini mengakibatkan antara lain, seluruh aktivitas dan kegiatan pelayanannya juga terpengaruh, termasuk perumusan kurikulum SM HKBP yang diuraikan dalam buku panduan yang digunakan oleh para pengajar atau guru SM. Pada umum dapat dikatakan bahwa buku panduan SM HKBP masih monoton dan teologis dalam hal menyusun materinya. Dan buku ini sering masih sulit untuk dapat dipahami dan dimengerti oleh para pengajar atau guru SM secara baik dan tepat, terutama yang masih awam atau baru mulai dalam bidang pelayanan anak-anak SM. Biasanya hal tersebut dialami oleh guru-guru SM yang tidak memiliki ilmu yang mendalam dan luas mengenai teologi. Karena tiap-tiap pengajar atau guru SM memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda. Sehingga seringkali mengakibatkan adanya perbedaan arah dan tujuan setiap guru dalam menyampaikan pokok pelajaran pada proses pengajaran anak-anak SM. Selain itu buku panduan SM HKBP kurang optimal dalam menyajikan pendidikan agama Kristen pada anak-anak. Juga kurang sesuai dengan kebutuhan anak dan tahap-tahap perkembangan anak dalam menghadapi era atau masa yang sudah semakin berkembang dan maju ini. Akibatnya 3 Berdasarkan pengamatan penulis di beberapa jemaat HKBP, misalnya HKBP Yogyakarta dan HKBP Immanuel Resort II Pekanbaru. Pada saat pengamatan, penulis juga melakukan wawancara dengan para Majelis dan guru SM di gereja-gereja tersebut tentang kurikulum SM HKBP, pada bulan Agustus-September 2004.

12 banyak para guru SM HKBP yang malas menggunakan buku panduan SM HKBP, dan lebih tertarik menggunakan buku-buku panduan SM lainnya yang beredar di kalangan masyarakat. Hal tersebut mengakibatkan tujuan dari kurikulum yang telah ditetapkan belum tercapai dengan optimal. Ketika mendisain suatu kurikulum tentu ada perumusan tujuan yang ingin dicapai sehingga perlu kesungguhan untuk melaksanakannya agar tujuan itu tercapai. Kurikulum SM mempunyai tujuan menyampaikan pengetahuan akan Kristus di mana pengajarannya disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak yang mengalami pertumbuhan dan perubahan zaman. Maksudnya sesuai dengan kebutuhan anak-anak yaitu memberitakan Firman Allah disesuaikan dengan tahap-tahap pertumbuhan anak-anak yang terus makin besar. Pada umumnya kurikulum membagi anak-anak dalam beberapa kelas berdasarkan pengelompokkan umur anak-anak. Sedangkan sesuai dengan perubahan zaman maksudnya yaitu mengajarkan Alkitab secara konseptual dan kontekstual dalam arti dapat dimengerti dengan terarah, tepat guna, dapat menerjemahkan pengajarannya dengan baik, dapat dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari dan keadaan pada saat ini. Dengan kenyataan seperti yang disebutkan di atas tadi maka penulis tertarik meninjau kembali kurikulum SM HKBP yang dijabarkan dalam buku panduan SM yaitu Buku Pemandu Guru SM (BPGSM). Dalam peninjauan itu penulis akan mengajukan beberapa pertanyaan, yaitu: Sejauh manakah keterarahan materi BPGSM HKBP dengan perkembangan dan kebutuhan anak? Apakah materi BPGSM HKBP sudah sesuai atau cocok dengan perkembangan dan kebutuhan anak? Acuan apa sajakah yang harus diperhatikan dalam penyusunan desain kurikulum yang kontekstual? Sehingga setelah melihat hasil dari peninjauan dan pengamatan penulis terhadap kurikulum SM HKBP, penulis berusaha menyusun sebuah usulan desain kurikulum yang kontekstual bagi SM HKBP. Oleh karena itu penulis membatasi penyusunan desain kurikulum ini hanya berlaku bagi SM HKBP. B. Alasan Pemilihan Judul B.1. Rumusan Judul Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis memberi judul skripsi ini:

13 USULAN DESAIN KURIKULUM BAGI SEKOLAH MINGGU DI HURIA KRISTEN BATAK PROTESTAN (HKBP) B.2. Penjelasan tentang Judul Penulis akan membuat sebuah usulan desain kurikulum di mana desain tersebut diharapkan dapat menjawab permasalahan dan kendala-kendala yang dihadapi para pengajar atau guru pada khususnya dan HKBP pada umumnya. Desain tersebut masih merupakan rancangan yang belum tentu sepenuhnya baik dan bermutu, namun diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam meningkatkan mutu pendidikan agama Kristen bagi anak-anak SM di HKBP. Sedangkan kurikulum sendiri berasal dari bahasa Latin, yakni curriculae, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada saat ini, pengertian kurikulum adalah sebagai rencana pembelajaran. Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Jadi kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa. Namun kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata ajaran saja, melainkan meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti: bangunan, alat pelajaran, perlengkapan, perpustakaan, gambargambar, halaman, dan lain-lainnya; yang pada gilirannya menyediakan kemungkinan belajar secara efektif. 4 Sekolah Minggu adalah suatu sistem pelayanan gereja dalam menyampaikan pendidikan agama Kristen bagi anak-anak di luar sekolah dan orangtuanya, biasanya dilakukan dengan berbagai aktivitas dan kreativitas yang diberikan oleh tenaga pengajar atau guru SM dalam rangka memahami Firman Allah. Sasarannya adalah anak-anak kelompok bermain,misalnya balita, anak di tingkat SD dan SLTP. HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) adalah wadah persekutuan dari orang-orang yang berasal dari segala kelompok, kalangan dan suku bangsa yang berada di seluruh Indonesia, serta di dunia ini, yang dibaptis di dalam nama Allah Bapa, AnakNya Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus. HKBP pada mulanya merupakan gereja suku Batak dan hanya terdapat di daerah Sumatra Utara, 4 Dr. Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 2003, h 17.

14 namun seiring berjalannya waktu maka saat ini HKBP bukan lagi gereja kesukuan. Karena sudah dapat menerima jemaat dari berbagai suku atau etnis dan HKBP sudah ada di mana-mana. B.3. Alasan Pemilihan Judul Pertama, karena menarik di mana berkaitan dengan peran gereja dalam meningkatkan pendidikan agama Kristen anak-anak khususnya mengenai kurikulum SM. Kedua, karena baru di mana penulis mengamati belum ada yang menulis mengenai kurikulum SM HKBP khususnya di UKDW Yogyakarta. Ketiga, karena bermanfaat bagi penulis, gereja dan juga jemaat. Penulis dapat memahami dan mendalami pengetahuan akan pendidikan anak SM khususnya dalam bidang kurikulum. Gereja dapat lebih meningkatkan perhatian dan pelayanannya terhadap anak SM akan hal penyampaian Firman Tuhan. Sedangkan jemaat dapat mengetahui dan mengenal kehidupan pelayanan SM terutama pentingnya penyampaian pengetahuan Firman Tuhan yang benar dan tepat. C. Metode Pembahasan Dalam membahas skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif-analitis di mana penulis akan berusaha menggambarkan secara analitis masalah yang ada dalam SM HKBP khususnya mengenai kurikulum SM. Untuk mendapatkan bahan yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini maka penulis akan menggunakan metode penelitian, di mana penulis akan melakukan wawancara dengan Majelis dan guru-guru SM HKBP Yogyakarta dan HKBP Immanuel Resort II, pada bulan Agustus-September 2004 dan mendapatkannya juga secara literatur atau kepustakaan. D. Sistematika Pembahasan Untuk memudahkan mengerjakan dan memahami skripsi ini maka penulis menggunakan sistematika sebagai berikut:

15 Bab I PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis akan mengemukakan beberapa hal yang dapat menjelaskan pembahasan yang akan dilakukan. Beberapa hal tersebut adalah permasalahan, alasan pemilihan judul, metode pembahasan dan sistematika pembahasan. Bab II GAMBARAN UMUM KURIKULUM SEKOLAH MINGGU HKBP Bagian ini akan menguraikan mengenai sejarah SM HKBP, kurikulum SM HKBP, Buku Pemandu Guru SM (BPGSM) HKBP dan kendala-kendala yang dihadapi dalam penggunaannya, fakta penggunaan BPGSM HKBP di jemaat, dan tinjauan terhadap penggunaan BPGSM HKBP. Bab III ACUAN DALAM PENYUSUNAN KURIKULUM Pada bagian ini penulis akan memaparkan mengenai pengaruh tokoh-tokoh sejarah dalam kurikulum, teori penyusunan kurikulum, tahap-tahap perkembangan anak, implikasi terhadap kurikulum SM HKBP, dan tinjauan kritis terhadap BPGSM HKBP. Bab IV USULAN DESAIN KURIKULUM SEKOLAH MINGGU HKBP Dalam bagian ini penulis akan menjelaskan tentang dasar-dasar pertimbangan penyusunan kurikulum dan mengusulkan suatu desain kurikulum yang kontekstual bagi SM HKBP. Bab V PENUTUP Bagian ini berisi kesimpulan tentang penyusunan suatu kurikulum dan saran-saran bagi Pimpinan Pusat HKBP, jemaat-jemaat HKBP dan para pengajar atau guru SM di jemaat-jemaat HKBP.