Human Reliability Assessment dengan Metode Human Error Assessment and Reduction Technique pada Operator Stasiun Shroud PT. X

dokumen-dokumen yang mirip
(Studi Kasus: Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan)

PERANCANGAN ALAT UKUR HUMAN RELIABILITY ANALYSIS PADA PROSES ADMINISTRASI OBAT DI RUMAH SAKIT HAJI

APLIKASI HUMAN RELIABILITY ASSESSMENT SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK BATIK

Faktor Kecukupan Organisasi dan Time Of Day pada Pekerjaan Manual OAW Cutting dengan Menggunakan Metode CREAM di PT. Packaging Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Analisis Probabilitas Human Error Pada Pekerjaan Grinding dengan Metode HEART dan SLIM-ANP di Perusahaan Jasa Fabrikasi dan Konstruksi

IDENTIFIKASI HUMAN EROR PADA PROSES PRODUKSI CASSAVA CHIPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHERPA DAN HEART DI PT. INDOFOOD FRITOLAY MAKMUR

BAB I PENDAHULUAN. bisa memenuhi permintaan sandang yang semakin meningkat tersebut,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Berty Dwi Rahmawati, Sriyanto, Wiwik Budiawan

IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN di PT. X MENGGUNAKAN METODE HEART DAN PEMBUATAN SOP PADA PROYEK PEMBANGUNAN RS. SITI KHODIJAH SEPANJANG

Analisis Human Error pada Pramudi Transjakarta dengan Pendekatan HEART dan Fault Tree Analysis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS HUMAN ERROR DENGAN METODE SHERPA DAN HEART PADA PROSES PRODUKSI BATIK CAP (Studi Kasus di UKM Batik Cap Supriyarso Kampoeng Batik Laweyan)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Nurhayati, et al, Penilaian Human Error Probability dengan Metode Human Error Assessment and

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

Analisis Human Error Dengan Pendekatan Cognitive Reliability And Error Analysis Method (CREAM) Pada Operator Forklift Di PT. SMART Tbk.

ANALISA HUMAN ERROR DENGAN METODE SHERPA DAN HEART PADA KECELAKAAN KERJA DI PT XYZ

LAMPIRAN SOP Setting Mesin 2. SOP Langkah Kerja 3. SOP Pemeriksaan 4. Flowchart Prosedur Usulan di Lantai Produksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Gerakan tangan yang dilakukan operator dalam pekerjaan sangat berkaitan dalam

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN PABRIK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Universitas Kristen Maranatha

IDENTIFIKASI BAHAYA PADA PEKERJAAN GRINDING DI SEBUAH PERUSAHAAN MANUFAKTUR DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SUCCESS LIKELIHOOD INDEX METHOD

APLIKASI METODE SHERPA UNTUK MENURUNKAN POTENSI KESALAHAN OPERATOR MESIN CUT SAW

ANALISA RESIKO DALAM USAHA MENGELOLA FAKTOR RESIKO SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS PRODUK JADI

ANALISA HUMAN ERROR DALAM KASUS KECELAKAAN DI PERSILANGAN KERETA API (Studi Kasus Persilangan Kereta Api 25 Jemur Andayani - Surabaya)

#10 MANAJEMEN RISIKO K3

BAB IV PEMBAHASAN. Secara umum, penelitian ini bertujuan membantu perusahaan dalam

BAB II LANDASAN TEORI

Tabel 4.1 Hasil Skor RPN. No. Moda Kegagalan (Failure Mode) Skor RPN

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

ANALISA KECELAKAAN KERJA MENGGUNAKAN METODE HEART (HUMAN ERROR ASSESSMENT and REDUCTION TECHNIQUE) DAN JSA (JOB SAFETY ANALYSIS)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PADA PRODUK TAHU BAXO IBU PUDJI MENGGUNAKAN METODE NEW SEVEN TOOLS (Studi Kasus pada CV. Pudji Lestari Sentosa)

BAB IV. Audit Operasional Atas Fungsi Pengelolaan Persediaan Barang. Jadi Pada PT Aneka Medium Garment. IV.1. Survei Pendahuluan

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan

METODE HEART DAN SHERPA SEBAGAI UPAYA PENGURANGAN HUMAN ERROR PADA KECELAKAAN KERJA DALAM PROSES PRODUKSI TEH HITAM

memuaskan pelanggan dan memenangkan persaingan PT. ITS selalu berasaha mengurangi adanya aktivitas tambahan atau pemborosan yang disebabkan karena

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

ANALISA KUALITAS PRODUK KANTONG KRAFT LEM AKIBAT KESALAHAN MANUSIA DI PT. X TUBAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang

ANALISIS HUMAN RELIABILITY

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Elemen Dasar Sistem Otomasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Perumusan Masalah

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pengendalian Internal Pada Prosedur Penjualan Kredit

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB IV IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBERDAYA MANUSIA

Identifikasi Bahaya dan Penentuan Kegiatan Perawatan Pada Tower Crane 50T Menggunakan Metode RCM II (Studi Kasus Perusahaan Manufaktur Kapal)

,,3. Sv.h erii. s7-,,tr t. Surat Pernyataan. Pengalihan Hak Pubtikasi. Menyatakan bahwa makalah berludul: Judul Ka

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Pembuatan Diagram Sebab Akibat. Diagram sebab akibat memperlihatkan hubungan antara permasalahan

ANALISA BEBAN KERJA PERAWAT UGD MENGGUNAKAN MASLACH BURNOUT INVENTORY DAN MODIFIKASI HEART (Studi Kasus: RSU. X)

Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK DUDUKAN MAGNET DENGAN METODE ENAM SIGMA

Uci Marlina Pasaribu

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN

PENGANTAR DAN KONSEP DASAR ER E G R O G N O O N M O I

Identifikasi Bahaya Pada Pekerjaan Maintenance Kapal Menggunakan Metode HIRARC dan FTA Dengan Pendekatan Fuzzy

Adapun tugas dan tanggung jawab masing-masing manager dalam struktur. organisasi PT. Riau Andalan Pulp and Paper adalah sebagai berikut :

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS)

a b c d Gambar I.1 Produk PT. ABC (Sumber: Departemen Engineering PT. ABC)

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Keyword : Quality, Defect Product, Statistical Quality Control, and np Control Chart. Universitas Kristen Maranatha

STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG INDUSTRI PEMANFAAT TENAGA LISTRIK SUB BIDANG PENUNJANG

Analisis Penyebab Kecelakaan Kerja Dengan Metode Human Factor Analysis and Classification System di perusahaan Fabrikator Pipa

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA. General Assy. Stay Body Cover. Permanent 1. Permanent 2. Permanent 3. Permanent 4. Inspeksi. Repair.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III Control chart for variables. Pengendalian Kualitas TIN-212

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Mengevaluasi lima komponen pengendalian internal berdasarkan COSO, komunikasi, aktivitas pengendalian, dan pemantauan.

SUB BIDANG KONSTRUKSI

dalam Merakit Komputer

BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec,

USULAN PERBAIKAN SISTEM KERJA MESIN BENDING DI PT. X MENGGUNAKAN METODE SYSTEMATIC HUMAN ERROR REDUCTION AND PREDICTION APPROACH (SHERPA) *

UPAYA PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI PADA PLONG MANUAL DAN GLUEING MANUAL DI PT. X

BAB 6 PERANCANGAN DAN ANALISIS

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

MODUL VIII STUDI KASUS PERENCANAAN PEMELIHARAAN MESIN BALLMILL DENGAN BASIS RCM (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE )

Transkripsi:

Human Reliability Assessment dengan Metode Human Error Assessment and Reduction Technique pada Operator Stasiun Shroud PT. X Dian Mardi Safitri 1, Ayu Rachma Astriaty 2, Nataya C. Rizani 3 1,2,3) Laboratorium Desain Sistem Kerja dan Ergonomi, Program Studi Teknik Industri, email : Universitas Trisakti Jl. Kyai Tapa no 1 Jakarta Barat 11440. dianm@trisakti.ac.id, dianmardi.safitri@gmail.com Abstract Human realibility is a big issue because it concerns with human failure rates that depend on three main factors, namely intrinsic, work environment, and stress. PT. X is a supplier for PT. LG Indonesia manufacturing products made from plastics. Human Realibility Assesment is conducted using HEART methods (Human Error Assessment and Reduction Technique). In the first phase, task analysis on operators activities is done using Hierarchical Task Analysis (HTA). The largest Human Error Probability was found when Operator No. 1 did not insert the flash side carefully. The value of this probability is 0.53424 which is then concluded as the main cause to Shroud defectives, which results in customer penalyzing the company. Keywords: Human Error, Human Reliability Assessment, Hierarchical Task Analysis, Human Error Assessment and Reduction Technique Abstrak Persoalan keandalan manusia adalah perihal besar. Tingkat kegagalan manusia tergantung pada banyak faktor yang mana dapat dikelompokkan dibawah tiga faktor utama yaitu intrinsic, lingkungan kerja, dan tekanan atau stress. PT. X merupakan salah satu perusahaan supplier utama untuk PT. LG Indonesia dalam pembuatan produk komponen plastik. Human Reliability Assesment dilakukan dengan menggunakan metode HEART (Human Error Assessment and Reduction Technique). Pada tahapan awal dilakukan analisis terhadap tugas yang harus dilakukan operator dengan menyusun Hierarchical Task Analysis (HTA) sebagai tahapan awal dari metode HEART. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai Human Error Probability terbesar ada pada jenis kesalahan tidak menyisip sisi flash dengan hati-hati yang dilakukan oleh operator satu yaitu dengan nilai 0.53424. Faktor inilah yang disimpulkan sebagai penyebab utama cacatnya produk shroud yang mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian akibat penalti dari konsumen. Kata Kunci: Human Error, Human Reliability Assessment, Hierarchical Task Analysis, Human Error Assessment and Reduction Technique 1 Pendahuluan Love dan Josephson (2004) mendefinisikan human error sebagai kegagalan dari manusia untuk melakukan tugas yang telah didesain dalam batas ketepatan, rangkaian, atau waktu tertentu. Sedangkan Peters (2006) menyebutkan bahwa human error adalah suatu penyimpangan dari Korespondensi Penulis standar performansi yang telah ditentukan sebelumnya sehingga menyebabkan adanya penundaan akibat dari kesulitan, masalah, insiden, dan kegagalan. Human error merupakan kesalahan dalam pekerjaan yang disebabkan oleh ketidaksesuaian atas pencapaian dengan apa yang diharapkan. PT. X merupakan salah satu perusahaan supplier utama komponen plastik kulkas untuk PT 1

Jurnal Rekayasa Sistem Industri Vol. 4, No. 1, 2015 LG Indonesia. PT LG Indonesia memberlakukan penalti pada PT. X untuk setiap komponen yang cacat. Produk yang menjadi objek penelitian adalah komponen Shroud, yang berfungsi sebagai penampang kipas dan pencegah terjadinya bunga es pada kulkas. Dibandingkan dengan komponen lain, shroud adalah komponen yang paling tinggi jumlah cacat produknya. Dari pengamatan awal, diketahui bahwa manusia mempunyai peranan yang penting di stasiun ini. Tugas operator pada stasiun ini tidak hanya untuk mengambil shroud dari mesin injeksi tetapi juga merakit komponen-komponen pada motor shroud, melakukan inspeksi produk, hingga memasukkan produk jadi Shroud ke dalam kardus packaging. Berhubungan dengan kinerja manusia dalam menjalankan tugas di stasiun ini, sering didapati adanya kesalahankesalahan yang disebabkan karena human error. Selain itu beban kerja yang dipegang oleh operator dirasa cukup besar dengan operator harus memastikan bahwa setiap bidang motor Shroud yang keluar dari mesin injeksi harus diperiksa terlebih dahulu sisi-sisinya dan dirapikan dengan mengikis sisinya secara tepat. Kemudian operator harus merakit komponenkomponen pendukung motor Shroud dengan pas dan tepat serta menggunakan kode komponen yang tepat. Diketahui bahwa operator bekerja dalam 3 shift, untuk shift 1 dari jam 07.00-15.00, untuk shift 2 dari jam 15.00-23.00, dan untuk shift 3 jam 23.00-07.00 dengan waktu istirahat pada masing-masing shift yaitu selama 45 menit. Tetapi tidak jarang jika para operator diharuskan untuk lembur karena produksi yang harus selesai tepat waktu untuk segera dikirimkan ke PT. LG Indonesia, karena perusahaan tersebut adalah perusahaan manufaktur yang terus-menerus menghasilkan produk kulkas setiap harinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kemungkinan - kemungkinan kesalahan operator yang terjadi pada stasiun kerja shroud dan mengukur keandalannya dari setiap kegiatan dengan menggunakan metode Human Reliability Assessment. 2 Metode Penelitian Human Reliability Assesment (HRA) merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk mengetahui tingkat keandalan manusia yang menjadi anggota dari suatu sistem. Keandalan manusia didefinisikan sebagai suatu probabilitas performansi seseorang akan bebas dari kesalahan selama jangka waktu tertentu. Keandalan Manusia juga dapat didefinisikan sebagai probabilitas suatu aktivitas yang dilakukan manusia berhasil sesuai dengan tujuannya dalam suatu sistem operasi pada periode waktu yang ditentukan. Tujuan dari HRA adalah mengidentifikasikan area dengan resiko tinggi, mengukur keseluruhan resiko dan mengindikasikan di mana dan bagaimana perbaikan seharusnya dibuat untuk sistem. Bell (2009) menyebutkan bahwa untuk melakukan penilaian keandalan manusia (Human Reliability Assessment - HRA) dapat dipakai metode kualitatif dan kuantitatif. Dengan metode ini, dapat dilakukan penilaian mengenai kontribusi manusia terhadap risiko. Ada banyak dan beragam metode yang tersedia untuk HRA. Industri yang memiliki risiko tinggi telah mengembangkan metodenya sendiri, mengingat risiko sangat spesifik yang mereka miliki. Selanjutnya dilakukan pengukuran probabilitas terjadinya error dengan metode HEART. Metode HEART adalah teknik yang digunakan dalam bidang penilaian keandalan manusia (HRA/Human Reliability Assessment), untuk tujuan mengevaluasi kemungkinan kesalahan manusia terjadi di seluruh penyelesaian tugas tertentu. Metode HEART didasarkan pada prinsip bahwa setiap kali tugas dilakukan ada kemungkinan gagal dan bahwa kemungkinan ini dipengaruhi oleh satu atau lebih EPC (Error Producing Condition), misalnya: gangguan, kelelahan, kondisi sempit dan lain-lain. Faktor-faktor yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja ditunjukkan dengan nilai HEP terbesar. Kondisi ini kemudian dapat diterapkan untuk best-case scenario perkiraan probabilitas kegagalan di bawah kondisi ideal untuk kemudian mendapatkan kesempatan kesalahan akhir. Angka ini membantu dalam komunikasi kemungkinan kesalahan dengan analisis risiko yang lebih luas atau kasus keselamatan. - Dengan pertimbangan EPCs, metode HEART juga memiliki efek tidak langsung menyediakan berbagai saran tentang bagaimana keandalan dapat ditingkatkan dari sudut pandang ergonomis. Metode HEART didasarkan pada sejumlah hal, yaitu: 1. Keandalan manusia dasar tergantung pada sifat generik dari tugas yang akan dilakukan. 2. Dalam kondisi sempurna, tingkat kean- 2

Human Reliability Assessment dengan Metode Human Error Assessment and Reduction Technique pada Operator Stasiun Shroud PT. X dalan akan cenderung dicapai secara konsisten dengan kemungkinan nominal yang diberikan dalam batas probabilistik. 3. Mengingat bahwa kondisi yang sempurna tidak ada dalam segala situasi, keandalan manusia diprediksi dapat menurunkan sebagai fungsi dari sejauh mana identifikasi Error Producing Conditions (EPCs) dapat berlaku. Dalam penelitian yang menggunakan metode HEART, peran pakar/ahli sangat penting. Pakar yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah Manager Human Resources and Development (HRD yang telah bekerja di PT.X selama 11 tahun dengan karir awal sebagai operator di stasiun kerja shroud). Berikut adalah tahapan-tahapan yang dilakukan dalam perhitungan Human Error Probability (HEP) dengan menggunakan metode HEART (Human Error Assessment and Reliability Technique) : 1. Menentukan tipe task dari kemungkinan error yang terjadi (HEP) yang diperoleh dari tabel HEART Generic Categories Setelah membuat hierarki dari analisa tugas yang ada, maka langkah berikutnya adalah menentukan nilai nominal human unreliability dengan membandingkan jenis task dengan kategori task yang terdapat pada HEART Categories dan mendiskusikannya dengan pakar (lihat tabel 1). 2. Hasil Penilaian HEART Tahap selanjutnya adalah dengan pemilihan dan penilaian EPC oleh pekerja. Pada tahap ini diadakan diskusi dengan pakar untuk memilih EPC (lihat tabel 2) yang dapat menyebabkan error bagi pekerjaan yang dianalisa, kemudian dilakukan penilaian terhadap EPC tersebut, seberapa besar probabilitas EPC tersebut dapat menyebabkan error atau kegagalan. Kemudian penilaian masing-masing EPC tersebut dikalikan dengan total HEART effect yang didapatkan pada tabel 2. Hasil kali tersebut menghasilkan assessed effect yang kemudian dijumlahkan menjadi total assessed effect. Nilai total assessed effect ini dikalikan dengan nilai HEART Generic Categories (lihat tabel 1) sesuai - dengan jenis pekerjaannya menghasilkan probability of failure yang menunjukkan kemungkinan kegagalan dari suatu pekerjaan. HEART Generic Categories didapatkan dengan mengkategorikan task ke dalam beberapa kelompok yang terdapat pada tabel 1. Tabel 1: Generic Task Dalam Metode HEART Kode Generic Task Nilai Range Human Unreliability ( A ) Pekerjaan/task yang benar-benar 0.55 (0.35-0.97) asing/tidak dikuasai, dilakukan pada suatu kecepatan tanpa konsekuensi yang jelas ( B ) Mengubah atau mengembalikan 0.26 (0.14-0.42) sistem ke keadaan yang baru atau awal dengan satu upaya tunggal tanpa pengawasan atau prosedur ( C ) Pekerjaan yang kompleks dan 0.16 (0.12-0.28) membutuhkan tingkat pemahaman dan keterampilan yang tinggi ( D ) Pekerjaan yang cukup sederhana, 0.09 (0.06-0.13) dilakukan dengan cepat atau membutuhkan sedikit perhatian ( E ) Pekerjaan yang rutin, terlatih, dan memerlukan tingkat keterampilan yang rendah 0.02 (0.007-0.045) ( F ) Mengembalikan atau menggeser sistem ke kondisi awal atau baru dengan mengikuti prosedur, dengan beberapa pemeriksaan ( G ) Pekerjaan yang sudah familiar/dikenal, dirancang dengan baik, merupakan tugas rutin yang terjadi beberapa kali per jam, dilakukan berdasarkan standard yang sangat tinggi oleh personel yang telah terlatih dan berpengalaman dengan waktu untuk memperbaiki kesalahan yang potensial ( H ) Menanggapi perintah sistem dengan benar bahkan ada sistem pengawasan otomatis tambahan yang menyediakan interpretasi akurat 0.003 (0.0008-0.007) 0.0004 (0.00008-0.09) 0.00002 (0.000006-0.009) ( M ) Tidak ada keadaan seperti di atas 0.03 (0.008-0.11) Tabel 2 memperlihatkan nilai EPC (Error Producing Conditions) yang ada di dalam penggunaan Metode HEART. 3 Hasil dan Pembahasan Stanton (2005) menyebutkan bahwa Hierarchical Task Analysis (HTA) digunakan untuk mewakili hubungan antara tugas-tugas dan subtasks. Ini catatan persyaratan sistem dan bagaimana tersebut dapat dicapai, termasuk urutan di mana tugas-tugas dan subtasks dapat mengambil tempat. Hal ini dapat direkam dalam bentuk tabular dan / atau pictorially. Jika direkam pictorially itu menyerupai sebuah pohon dengan cabang-cabang dan cabang-cabang sub seperti yang diperlukan. Task analysis adalah suatu metode untuk - menganalisis pekerjaan manusia, apa yang dikerjakan dengan apa mereka bekerja dan apa yang harus mereka ketahui. Contohnya : apa saja tugas yang dilakukan untuk membersihkan rumah. Task analysis ini merupakan proses menganalisa tentang cara peng- 3

Jurnal Rekayasa Sistem Industri Vol. 4, No. 1, 2015 Tabel 2: Generic Task Dalam Metode HEART No Error Producing Conditions (EPC) 1 Tidak biasa dengan situasi dimana hal itu secara potensial penting, tetapi hanya sesekali terjadi atau baru terjadi 2 Waktu yang tersedia terbatas atau singkat untuk mendeteksi dan mengoreksi kesalahan 3 Rendahnya rasio antara penerimaan informasi (signal) terhadap gangguan (noise) sekitar 4 Adanya penekanan/penolakan terhadap informasi atau keunggulan yang mana terlalu mudah untuk diterima 5 Tidak adanya alat-alat yang menyampaikan secara fungsional kepada operator 6 Ketidaksesuaian antara suatu model operator pada umumnya dengan apa yang dibayangkan perancang 7 Tidak adanya alat untuk membalikkan tindakan yang tidak diinginkan 8 Kapasitas yang berlebihan dalam saluran, khususnya salah satunya diakibatkan oleh informasi yang datang secara bersamaan dalam suatu informasi yang tidak berlebihan 9 Perlunya untuk meninggalkan suatu teknik lain dengan menggunakan filosofi yang berlawanan 10 Kebutuhan untuk mentransfer pengetahuan yang spesifik antar tugas tanpa menimbulkan kerugian 11 Keraguan pada standar performansi yang diharuskan 12 Mengesampingkan informasi atau fitur yang terlalu mudah diakses 13 Tidak sebanding antara persepsi dengan resiko nyata 14 Tidak ada konfirmasi yang jelas, langsung, dan tepat waktu dari suatu tindakan yang dimaksudkan dari bagian dari sistem di mana kontrol diberikan 15 Operator yang tidak berpengalaman (atau baru dan berkualitas tapi tidak ahli) 16 Miskinnya kualitas dalam informasi yang disampaikan oleh prosedur dan interaksi antar manusia 17 Sedikit atau tidak adanya kebebasan dalam pemeriksaan atau pengujian pada output/keluaran 18 Konflik antara tujuan jangka pendek dengan tujuan jangka panjang 19 Tidak adanya perbedaan dari input informasi untuk pengecekan ketelitian Value of EPC No Error Producing Conditions (EPC) 17 20 Ketidaksesuaian antara tingkat pencapaian pendidikan dari individu dengan persyaratan yang diharuskan dalam tugas 11 21 Dorongan untuk menggunakan prosedur lain yang lebih berbahaya 10 22 Kurangnya waktu dan kesempatan untuk melatih pikiran dan tubuh di luar jam pekerjaan 9 23 Alat yang tidak dapat diandalkan 8 24 Kebutuhan untuk membuat suatu keputusan yang diluar kapasitas atau pengalaman dari operator 8 25 Tidak jelasnya alokasi fungsi dan tanggung jawab 8 26 Tidak ada langkah yang nyata untuk tetap berada pada jalur kemajuan selama aktivitas (mengawasi proses) 6 27 Bahaya yang disebabkan terbatasnya kemampuan fisik 6 28 Kecil atau tidak adanya peran yang berarti dalam tugas 5.5 29 Tingkat emosi dan stress yang tinggi 5 30 Bukti kesehatan yang buruk antara operator terutama demam 4 31 Tingkat disiplin pekerja yang rendah 4 32 Ketidaksesuaian antara display dan prosedur 4 33 Kondisi lingkungan yang buruk atau tidak mendukung 3 34 Siklus berulang-ulang yang tinggi dari pekerjaan yang tinggi dari beban mental kerja yang rendah 3 35 Terganggunya siklus tidur normal 3 36 Kecepatan tugas yang disebabkan oleh campur tangan orang lain 2.5 37 Penambahan anggota tim yang sebenarnya tidak dibutuhkan 2.5 38 Usia operator yang melakukan pekerjaan Value of EPC 2 2 1.8 1.6 1.6 1.6 1.4 1.4 1.4 1.3 1.2 1.2 1.2 1.15 1.1 1.1 1.06 1.03 1.02 guna dalam mengerjakan, menyelesaikan dan bereaksi terhadap tugas dari suatu sistem dan hal-hal yang ingin diketahui oleh pengguna. Dix (2009) menyebutkan bahwa fungsi dari task analysis adalah untuk menyediakan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan desain serta sebagai dasar untuk mengevaluasi desain dari sistem. Identifikasi kegagalan kerja dianalisa berdasarkan elemen pekerjaan yang telah disebutkan. Identifikasi kegagalan kerja dilakukan dengan membandingkan data hasil pengamatan yang sudah dirangkum dalam bentuk Hierarchy Task Analysis (HTA) dengan data Point Check yang terdapat pada pabrik yang akan menghasilkan Possible Error (Kemungkinan Kegagalan). Aktivitas-aktivitas yang menyebabkan kemungkinan kegagalan ditandai dengan huruf miring pada HTA di atas. Setelah dicocokkan antara HTA dengan data Point Check, maka dilanjutkan dengan menerangkan akibat atau konsekuensi dari kegagalan tersebut. Berdasarkan Possible Error ini akan diidentifikasi besarnya nilai probability of failure (nilai kemungkinan kegagalan) dengan menggunakan metode HEART (Human Error Assessment and Reliability Technique). Tabel 3 menampilkan identifikasi kegagalan operator dalam pembuatan Shroud. Contoh cara perhitungan HEP dengan menggunakan metode HEART pada aktivitas tidak memperhatikan warna harus sesuai dengan approval adalah: 1. Menentukan generic task Generic Task yang dapat dikelompokkan dengan task ini adalah (E) yaitu pekerjaan yang rutin, terlatih, dan memerlukan tingkat keterampilan yang rendah. Dengan nilai Nominal Human Reliability adalah 0.02 (lihat tabel 1). 2. Menentukan EPC (Error Producing Condition) Kemudian dipilih Error Producing Conditions yang sesuai dengan keadaan dan dituliskan nilai Total HEART Effect nya sesuai dengan tabel. EPC ini dipilih berdasarkan wawancara dengan expert/pakar. 3. Menentukan Assessed Proportion-nya dengan range 0-1. Penentuan Assessed Proportion ini berdasarkan kuesioner dan hasil wawancara dengan expert/pakar dan operator yang bersangkutan 4. Menghitung Hasil HEP (Human Error Probability) Selanjutnya hitung Assessed Effect-nya, mi- 4

Human Reliability Assessment dengan Metode Human Error Assessment and Reduction Technique pada Operator Stasiun Shroud PT. X Tabel 3: Identifikasi Kegagalan Operator Pembuatan Produk Shroud Tasks Possible Error Akibat Tidak memperhatikan warna yang harus sesuai Warna bidang Shroud tidak sesuai dengan pesanan dengan approval dan ketentuan Tidak memeriksa apa ada yang short material Tidak memeriksa adanya silver Tidak memeriksa adanya legok/sink mark, shroud akan sulit dirakit dengan komponen lain karena ada bidang yg tidak pas (legok) Pemeriksaan bidang shroud Tidak memeriksa adanya belang Tidak memeriksa adanya baret (scratch) Tidak memeriksa adanya wild line (sambungan bahan) Tidak menyisip area flash menggunakan pisau Membahayakan operator dalam memegang dengan hati-hati shroud karena area flash umumnya tajam, terjadi noise pada saat kipas berputar (ada flash di sekitar area fan), shroud akan sulit dirakit dengan komponen lain, dapat melukai tangan operator, bisa terjadi overcut (bidang coak), ada area flash yang belum disisip Tidak memeriksa apa ada area yang overcut Menyebabkan cacat coak, shroud tidak dapat dirakit komponen lain karena tidak pas Tidak memeriksa apakah foam mengelupas Menyebabkan kemungkinan timbulnya bunga es Pemasangan foam pada pada kulkas, kualitas berkurang Tidak memeriksa apakah foam tertarik Menyebabkan kemungkinan timbulnya bunga es sisi bidang shroud pada kulkas, kualitas berkurang Tidak memberi tanda marking inisial operator, Menyulitkan dalam memasukkan data produksi tanggal, dan shift Tidak memeriksa tipe komponen sesuai dengan Shroud yang akan dibuat Kualitas Shroud menurun, Produk Shroud tidak terpasang sesuai dengan pesanan konsumen Merakit komponen tidak sesuai dengan urutan Kualitas Shroud menurun, Produk Shroud tidak terpasang sesuai dengan pesanan konsumen Tidak perhatikan dudukan hole fan (motor dan Kipas tidak dapat berputar dengan baik bracket yang sudah terpasang) bahwa tidak boleh tertarik Mengabaikan dudukan hole fan bahwa tidak boleh Kipas tidak dapat berputar dengan baik patah Perakitan komponen pendukung Mengabaikan dudukan hole fan bahwa tidak boleh Kipas tidak dapat berputar dengan baik miring Mengabaikan pemeriksaan pengait kabel motor Kabel berantakan, Kipas tidak dapat berputar bahwa tidak boleh patah (macet) Tidak perhatikan pengait kabel motor bahwa tidak Kabel putus, kipas tidak dapat berputar boleh tertarik Tidak perhatikan di area sekitar pengait kabel bahwa tidak boleh ada flash Ada gesekan antara kabel, kabel bisa mengelupas, kipas tidak dapat berputar Jumlah sekrup tidak sesuai Motor dan bracket tidak terpasang dengan kuat Tidak perhatikan rakitan kipas bahwa tidak boleh mengelupas Kipas tidak berputar dengan baik, timbul bunyi (noise) Tidak perhatikan rakitan kipas bahwa tidak boleh Kipas tidak dapat berputar (macet) miring Tidak perhatikan rakitan kipas bahwa tidak boleh Kipas tidak dapat berputar (macet) patah Finishing Shroud Packing Shroud Tidak periksa bagian hole tempat rakitan kipas bahwa tidak boleh ada flash Tidak periksa bagian hole tempat rakitan kipas bahwa tidak boleh over cut Tidak melakukan pengetesan kipas pada jig untuk memastikan kipas berputar atau tidak Mengabaikan bunyi (noise) pada kipas saat dites berputar Mengikat kabel-kabel pengait pada motor dengan menggunakan tali tirup dengan asal-asalan Lupa memotong tali tirup yang terlalu panjang pada ikatan dengan menggunakan gunting khusus Mengabaikan pemeriksaan kembali ikatan kabel pengait jangan sampai kabel yang keluar Menyusun shroud dengan asal-asalan Tidak menyesuaikan jumlah shroud pada ukuran kardus atau rak trolley Dapat menimbukan adanya noise karena adanya gesekan antara kipas dengan flash yang tidak terbuang Kipas tidak terpasang dengan benar, adanya angin berlebih yang dapat menimbulkan bunga es pada kulkas Kipas tidak berputar, kualitas shroud buruk, shroud dikembalikan Timbul noise pada saat kipas berputas, memancing timbulnya bunga es pada kulkas Kabel berantakan, kabel bisa tertarik lalu putus, menyebabkan shroud tidak dapat berfungsi dengan baik Tali tirup terjuntai berantakan, bisa menimbulkan goresan pada bidang shroud Kabel berantakan, kabel bisa tertarik lalu putus, menyebabkan shroud tidak dapat berfungsi dengan baik Susunan shroud berantakan, bisa menimbulkan gesekan antar shroud yang dapat menimbulkan cacat Susunan shroud tidak rapi, terjadi penumpukan, bisa menimbulkan gesekan antar shroud yang dapat menimbulkan cacat Susunan shroud bisa bergerak, shroud bisa jatuh dari rak trolley Tidak mengikat kardus atau trolley dengan tali khusus Tidak memberi label pada kardus atau trolley Produk tidak dikenali tanggal produksinya, shroud bisa jatuh dari rak trolley 5

Jurnal Rekayasa Sistem Industri Vol. 4, No. 1, 2015 salnya untuk EPC tingkat disiplin pekerja yang rendah dengan Total Heart Effect 1.2 (Lihat tabel 2) dan Assessed Proportion 0.6 maka nilai Assessed Effect nya adalah 1.12. Kemudian untuk menghitung HEP nya adalah dengan cara mengalikan masingmasing Assessed Effect dengan Nominal Human Unreliability, contoh : nilai Assessed Effect yang didapat adalah 1.12 dan 1.03. Dengan Nominal Human Unreliability sebesar 0.02. Maka nilai HEP nya adalah 0.023072 Dari perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan Metode HEART (Human Error And Reliability Technique) maka rekapitulasi hasil perhitungan yang didapatkan adalah seperti yang tercantum dalam tabel 4. Diketahui dari tabel rekapitulasi, nilai HEP (Human Error Probability) yang terbesar adalah HEP tidak melakukan sisip area flash menggunakan pisau dengan hati-hati dengan nilai sebesar 0.53424. Pekerjaan ini tidak dilakukan dikarenakan waktu yang singkat sehingga operator lupa dan tergesa-gesa untuk melakukan tugas ini, operator yang kurang berpengalaman, dan kurangnya kedisiplinan kerja sehingga operator melalaikan tugasnya. Kesalahan yang ditemukan tidak sepenuhnya memperlihatkan bahwa sisi flash benar-benar tidak disisip, tetapi sisi-sisi flash tetap disisip hanya saja hasil penyisipannya sangat berantakan dan tidak teratur. Ada pula flash yang disisip namun hasilnya overcut, dan ada sisi yang disisip namun masih ditemukannya flash, dan ada juga yang tidak menyisip flash sama sekali. Penyisipan flash sangat penting dilakukan, karena jika flash yang umumnya berada di bagian sisi bidang shroud, lubang hole fan, dan pengait kabel motor tidak disisip maka ketika shroud dirakit beserta komponen yang lain menjadi tidak pas. Pada rakitan kipas dapat menimbulkan bunyi berdesis (noise). Adanya flash juga dapat menimbulkan kecelakaan pada penggunanya seperti luka tergores atau terpotong. Selain itu jika pemotongan flash berlebihan akan menimbulkan adanya overcut. Akibat dari adanya overcut adalah timbulnya bunga es pada kulkas. 4 Kesimpulan Kesalahan operator yang tidak menyisip sisi flash bidang shroud dengan hati-hati menjadi penyebab utama dari cacat produk shroud berdasarkan nilai HEPnya yaitu sebesar 0.53424. Faktor inilah yang mengakibatkan perusahaan Tabel 4: Rekapitulasi Hasil HEP (Human Error Probability) No Kegagalan Tugas (Possible Error) HEP 1 Tidak memperhatikan warna harus 0.023072 sesuai dengan approval 2 Tidak memeriksa apa ada yang 0.037632 short material 3 Tidak memeriksa adanya silver 0.037632 4 Tidak memeriksa adanya 0.037632 legok/sink mark 5 Tidak memeriksa adanya belang 0.037632 6 Tidak memeriksa adanya baret 0.037632 (scratch) 7 Tidak memeriksa adanya wild line 0.037632 (sambungan bahan) 8 Tidak menyisip area flash dengan 0.53424 pisau dengan hati-hati 9 Tidak memeriksa apa ada area 0.16128 yang overcut 10 Tidak memeriksa apakah foam 0.04554 mengelupas 11 Tidak memeriksa apakah foam 0.043125 tertarik 12 Tidak memberi tanda marking 0.06496 inisial operator, tanggal, dan shift 13 Tidak memeriksa tipe komponen 0.02835756 sesuai dengan Shroud yang akan dibuat 14 Merakit komponen tidak sesuai 0.027258 dengan urutan 15 Tidak perhatikan dudukan hole fan 0.0747648 (motor dan bracket yang sudah terpasang) bahwa tidak boleh tertarik 16 Mengabaikan dudukan hole fan 0.054516 bahwa tidak boleh patah 17 Mengabaikan dudukan hole fan 0.063888 bahwa tidak boleh miring 18 Mengabaikan pemeriksaan pengait 0.00726 kabel motor bahwa tidak boleh patah 19 Tidak perhatikan pengait kabel 0.0124608 motor bahwa tidak boleh tertarik 20 Tidak perhatikan di area sekitar 0.005088 pengait kabel bahwa tidak boleh ada flash 21 Jumlah sekrup tidak sesuai 0.0015376 22 Tidak perhatikan rakitan kipas 0.015576 bahwa tidak boleh mengelupas 23 Tidak perhatikan rakitan kipas 0.020328 bahwa tidak boleh miring 24 Tidak perhatikan rakitan kipas 0.017976 bahwa tidak boleh patah 25 Tidak periksa bagian hole tempat 0.207 rakitan kipas bahwa tidak boleh ada flash 26 Tidak periksa bagian hole tempat 0.1888 rakitan kipas bahwa tidak boleh over cut 27 Tidak melakukan pengetesan kipas 0.0071232 pada jig untuk memastikan kipas berputar atau tidak 28 Mengabaikan bunyi (noise) pada 0.298496 kipas saat dites berputar 29 Mengikat kabel-kabel pengait pada 0.0108416 motor dengan menggunakan tali tirup dengan asal-asalan 30 Lupa memotong tali tirup yang 0.0094864 terlalu panjang pada ikatan dengan menggunakan gunting khusus 31 Mengabaikan pemeriksaan kembali 0.07683984 ikatan kabel pengait jangan sampai kabel yang keluar 32 Menyusun shroud dengan 0.0274428 asal-asalan 33 Tidak menyesuaikan jumlah 0.063525 shroud pada ukuran kardus atau rak trolley 34 Tidak mengikat kardus atau trolley 0.00726 dengan tali khusus 35 Tidak memberi label pada kardus atau trolley 0.0090024 6

Human Reliability Assessment dengan Metode Human Error Assessment and Reduction Technique pada Operator Stasiun Shroud PT. X mengalami kerugian akibat penalti dari konsumen. Daftar Pustaka Bell, Julie & Justin Holroyd. (2009). Review of human reliability assessment methods, Health and Safety Laboratory. Tersedia di http://www.hse.gov.uk/research/rrpdf/rr67 9.pdf. Diakses pada 7 Juni 2014. Dix, A., Janet, F., Gregory D. Abowd & Russell B. (2009). Human Computer Interaction. Third Edition. Pearson Education Limited). Love, P. and Josephson, P. (2004). Role of Error- Recovery Process in Projects. Journal of Management Engineering. Peters, B.J & George A. Peters. (2006). Human Error : Causes and Control. CRC Press LLC). Stanton, Neville. (2005). Handbook Of Human Factors And Ergonomic Methods. CRC Press : Florida 7