KOREKSI GAYA BERAT AKIBAT CURAH HUJAN PADA PENGUKURAN GAYA BERAT MIKRO ANTAR-WAKTU LAPANGAN PANAS BUMI KAMOJANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERHITUNGAN DEFISIT AIR TANAH DAERAH SEMARANG BERDASARKAN INVERSI ANOMALI 4D MICROGRAVITY

ANALISIS PENURUNAN MUKA AIR TANAH DI SEKARAN DAN SEKITARNYA BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT MIKRO ANTAR WAKTU PERIODE 2013

ANALISA ANOMALI 4D MICROGRAVITY DAERAH PANASBUMI ULUBELU LAMPUNG PERIODE Muh Sarkowi

TIME-LAPSE MICROGRAVITY UNTUK MONITORING DEFISIT MASSA RESERVOIR PANASBUMI KAMOJANG

Unnes Physics Journal

Analisis Perubahan Densitas Bawah Permukaan Berdasarkan Data Gaya Berat Mikro Antar Waktu, Studi Kasus Di Semarang

PENELITIAN AMBLESAN TANAH DI KAWASAN INDUSTRI KALIGAWE SEMARANG MENGGUNAKAN METODE GAYABERATMIKRO 4D. Jurusan Fisika Unniversitas Negeri Semarang 2

MEMBANGUN FILTER BERDASARKAN MODEL AMBLESAN DAN DINAMIKA MUKA AIR TANAH UNTUK MEMISAHKAN SUMBER ANOMALI GAYA BERAT MIKRO ANTAR WAKTU

Jurnal MIPA 36 (1): (2013) Jurnal MIPA.

PREDIKSI DISTRBUSI INTRUSI AIR LAUT MENGGUNAKAN METODE GAYA BERAT MIKRO ANTAR WAKTU STUDI KASUS DI SEMARANG UTARA

Unnes Physics Journal

PEMETAAN ANOMALI BOUGUER LENGKAP DAN TOPOGRAFI SERTA PENENTUAN DENSITAS BOUGUER BATUAN DAERAH PANAS BUMI PAMANCALAN

ANALISIS KETELITIAN PENGUKURAN GAYABERAT MENGGUNAKAN METODE GRID TERATUR DAN GRID ACAK

INTERPRETASI GRAVITASI MIKRO DI AREA PANASBUMI KAMOJANG, JAWA BARAT

Perkiraan Luas Reservoir Panas Bumi dan Potensi Listrik Pada Tahap Eksplorasi (Studi Kasus Lapangan X)

SURVEY GAYABERAT MIKRO 4D UNTUK MONITORING DINAMIKA AIR TANAH

Problem Pengolahan Data Gaya Berat Mikro antar Waktu

APLIKASI GAYABERATMIKRO SELANG WAKTU DALAM MENGIDENTIFIKASI PENGARUH INJEKSI-PRODUKSI FLUIDA DI LAPANGAN GEOTHERMAL KAMOJANG, JAWA BARAT

Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor. Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah. Reservoir panas bumi yang dieksploitasi untuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

VUNNES SURAT TUGAS. Waktu : Pukul WIB Tempat : Gedung Dl.2Lantzi 3 FMIPA Unnes I(ampus Sekatan Gunungpati Semarang

METODE PERAMALAN HOLT-WINTER UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PENGUNJUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS RIAU ABSTRACT

EKSPLORASI GAYA BERAT, oleh Muh Sarkowi Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta Telp: ; Fax:

ZONASI PENURUNAN MUKA AIR TANAH DI WILAYAH PESISIR BERDASARKAN TEKNIK GEOFISIKA GAYABERAT MIKRO 4D (STUDI KASUS: DAERAH INDUSTRI KALIGAWE - SEMARANG)

2 1 2 D. Berdasarkan penelitian di daerah

BAB 5 ANALISIS DAN INTERPRETASI. 5.1 Analisis Data Anomali 4D Akibat Pengaruh Fluida

BAB I PENDAHULUAN I.1

IDENTIFIKASI STRUKTUR DAERAH PANASBUMI ULUBELU BERDASARKAN ANALISA DATA SVD ANOMALI BOUGUER

PEMODELAN DINAMIKA MASSA RESERVOIR PANAS BUMI MENGGUNAKAN METODE 4D MICROGRAVITY

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Metode Gayaberat

Impact of Climate Variability on Agriculture at NTT

BAB III TEORI DASAR (3.1-1) dimana F : Gaya antara dua partikel bermassa m 1 dan m 2. r : jarak antara dua partikel

PEMODELAN SINTETIK GRADIEN GAYABERAT UNTUK IDENTIFIKASI SESAR

Evapotranspirasi Rekayasa Hidrologi Universitas Indo Global Mandiri

PEMODELAN 2D RESPON ANOMALI GAYA BERAT MIKRO ANTAR WAKTU AKIBAT AMBLESAN DAN DINAMIKA MUKA AIR TANAH

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH KOMPTENSI APLIKASI METODE GAYABERAT MIKRO ANTAR WAKTU UNTUK PEMANTAUAN INTRUSI AIR LAUT DI KAWASAN SEMARANG UTARA

BAGAIMANA MEMPREDIKSI KARST. Tjahyo Nugroho Adji Karst Research Group Fak. Geografi UGM

Teknik Proyeksi Bisnis (Forecasting)

GEOGRAFIS. Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka Tahun 2012

Gambar 4.1. Peta penyebaran pengukuran gaya berat daerah panas bumi tambu

3,28x10 11, 7,10x10 12, 5,19x10 12, 4,95x10 12, 3,10x xviii

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

PRESS RELEASE PERKEMBANGAN MUSIM KEMARAU 2011

MONITORING PERGERAKAN FLUIDA PANAS BUMI MENGGUNAKAN METODE 4D MICROGRAVITY PADA LAPANGAN PANAS BUMI KAMOJANG

LITBANG KEMENTAN Jakarta, 8 Maret 2011

ANALISIS POLA DAN INTENSITAS CURAH HUJAN BERDASAKAN DATA OBSERVASI DAN SATELIT TROPICAL RAINFALL MEASURING MISSIONS (TRMM) 3B42 V7 DI MAKASSAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah

BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

IV. METODOLOGI PENELITIAN

Identifikasi Perubahan Muka Air Tanah Berdasarkan Data Gradien Vertikal Gaya Berat Antar Waktu

PRAKIRAAN ANOMALI IKLIM TAHUN 2016 BMKG DI JAWA TENGAH

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL

BAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding

Pentingnya Monitoring Parameter Parameter Hidrograf

Unnes Physics Journal

PENGARUH EL NIÑO 1997 TERHADAP VARIABILITAS MUSIM DI PROVINSI JAWA TIMUR

Jurnal ILMU DASAR, Vol.15 No.1, Januari 2015: Filter Berbasis Model Satu Dimensi untuk Pemisahan Anomali Gayaberat Mikro Antar Waktu

PERUBAHAN KLIMATOLOGIS CURAH HU]AN DI DAERAH ACEH DAN SOLOK

1. Latar Belakang. 2. Tinjauan Pustaka

BAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1. Sketsa gaya tarik dua benda berjarak R.

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORITIS

Gambar 4.2. Lokasi titik pengukuran gayaberat.

Metode Geofisika untuk Eksplorasi Panasbumi

APLIKASI METODE GAYABERAT UNTUK MEMPREDIKSI PROSPEK PANASBUMI DI DAERAH KUNINGAN, JAWA BARAT

ANALISIS KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DAN TINGGI MUKA AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) PUTE RAMMANG-RAMMANG KAWASAN KARST MAROS

PREDIKSI LA NINA OLEH 3 INSTITUSI INTERNASIONAL DAN BMKG (UPDATE 03 JANUARI 2011)

II. IKLIM & METEOROLOGI. Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi

Bulan Januari-Februari yang mencapai 80 persen. Tekanan udara rata-rata di kisaran angka 1010,0 Mbs hingga 1013,5 Mbs. Temperatur udara dari pantauan

ANALISIS REDUKSI TOPOGRAFI DATA GAYABERAT DENGAN PENDEKATAN METODE LA FEHR DAN WHITMAN PADA PENENTUAN ANOMALI BOUGUER

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

The stress interaction index SX = (1-CDX/100) (1-CWX/100) (1- HDX/100) (1-HWX/100) dimana ;

ANALISA KETERSEDIAAN AIR

KOREKSI DATA HUJAN DASARIAN TRMM DI STASIUN KLIMATOLOGI KAIRATU MENGGUNAKAN REGRESI LINEAR SEDERHANA

Musim Hujan. Musim Kemarau

ANALISIS ANOMALI UDARA BEBAS DAN ANOMALI BOUGUER DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR

Klasifikasi Iklim. Klimatologi. Meteorology for better life

ANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI BATANG LUBUH KABUPATEN ROKAN HULU PROPINSI RIAU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram Alir pola perhitungan dimensi hidrolis spillway serbaguna

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS RAGAM OSILASI CURAH HUJAN DI PROBOLINGGO DAN MALANG

Karakteristik Fluktuasi Muka Airtanah Pada Akuifer Dangkal Di Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS DERET BERKALA MULTIVARIAT DENGAN MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER: STUDI KASUS CURAH HUJAN DI KOTA MALANG

Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN I APRIL 2017

PEMETAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANAS BUMI MG DENGAN METODE GRAVITASI. Magfirah Ismayanti, Muhammad Hamzah, Lantu

ANALISIS POTENSI DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR STUDI KASUS: DAS. CITARUM HULU - SAGULING

Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar. Abstrak

INTERPRETASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI SCHLUMBERGER DI AREA MANIFESTASI PANAS BUMI KALIULO, GUNUNG UNGARAN

PENGARUH FENOMENA GLOBAL DIPOLE MODE POSITIF DAN EL NINO TERHADAP KEKERINGAN DI PROVINSI BALI

BMKG PRESS RELEASE BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Transkripsi:

BerkalaFisika ISSN : 1410-9662 Vol 13., No.2, Edisi khusus April 2010, hal D25-D30 KOREKSI GAYA BERAT AKIBAT CURAH HUJAN PADA PENGUKURAN GAYA BERAT MIKRO ANTAR-WAKTU LAPANGAN PANAS BUMI KAMOJANG 2006-2007 Ahmad Zaenudin 1 1 Jurusan Teknik Geofisika, FT Universitas Lampung Email : zae_unila@yahoo.com Abstract Shallo groundater level changes cause seasonal gravity anomaly. Changes in groundater level is directly related to rainfall, hen heavy rainfall, groundater level rises rapidly and then declined gradually. Gravity anomaly due to the season is important to take into account noise. Changes in groundater level due to rainfall is calculated using empirical equations, and the Gravity response calculated using the approach of an infinite Bouguer slab correction by entering the porosity factor. The rainy season in the Kamojang geothermal field occur beteen November to June and dry season beteen July to October. The highest rainfall in 24 hours occurred on December 8 by 75 mm. From the empirical calculations shoed that changes in groundater level due to rainfall period November 2006-June 2006 amounted to -1.502 m and July 2007-June 2006 amounted to +0.396 m. Based on the approach slab Bouguer corrected gravity anomaly not to cause inter-time respectively -18.89 and +5.98 mikrogal mikrogal for porosity of 30%. Changes in groundater level is negative (a reduction of groundater) caused gravity anomaly time inter-negative, and vice versa. Correction of the gravity anomaly due to inter-time rainfall should not be ignored because of the gravity anomaly at the time inter-geothermal field is usually small. Key ords: rainfall, groundater level, inter-period gravity anomaly Abstrak Perubahan muka air tanah dangkal penyebab anomali gaya berat musiman. Perubahan muka air tanah berhubungan langsung dengan curah hujan, ketika curah hujan tinggi, muka airtanah naik pesat dan kemudian menurun secara gradual. Anomali gaya berat akibat musim merupakan noise yang penting untuk diperhitungkan. Perubahan muka air tanah akibat curah hujan dihitung menggunakan persamaan empiris, dan respon gaya beratnya dihitung menggunakan pendekatan koreksi slab Bouguer tak hingga dengan memasukkan faktor porositas. Musim penghujan dilapangan panas bumi Kamojang terjadi antara November-Juni dan kemarau antara Juli-Oktober. Curah hujan tertinggi dalam 24 jam terjadi pada 8 Desember sebesar 75 mm. Dari perhitungan persamaan empiris didapatkan baha perubahan muka airtanah akibat curah hujan periode November 2006-Juni 2006 sebesar -1,502 m dan Juli 2007- Juni 2006 sebesar +0,396 m. Berdasarkan pendekatan koreksi slab Bouguer tak hingga menyebabkan anomali gayaberat antar-aktu masing-masing sebesar 18,89 mikrogal dan +5,98 mikrogal untuk porositas 30%. Perubahan muka airtanah negatif (pengurangan airtanah) menyebabkan anomali gayaberat antar-aktu negatif, dan sebaliknya. Koreksi anomali gayaberat antar-aktu akibat curah hujan ini tidak boleh diabaikan karena anomali gayaberat antar-aktu pada lapangan panasbumi biasanya kecil. Kata kunci : curah hujan, muka airtanah, anomali gayaberat antar-aktu D25

Ahmad Zaenudin Koreksi Gaya berat akibat Curah Hujan... PENDAHULUAN Lambert dan Beamoont (1977) pada tahun 1975 mengamati perubahan gayaberat terhadap perubahan musim dan perubahan muka air tanah dari musim semi dan musim gugur di Cap Pele yang mencapai orde 10 Gal seperti diperlihatkan pada Gambar 1. Gookind (1986) mempelajari hubungan antara perubahan nilai gayaberat dan data hidrologi [7]. Perubahan jangka pendek akibat hujan memberikan koreksi sebesar 10 Gal dan perubahan musim memberikan perubahan nilai gayaberat 5 10 Gal seperti ditunjukkan pada Gambar 2. pengukuran curah hujan dan perubahan kedalaman muka airtanah ditunjukkan pada Gambar 3. Pada musim penghujan ketinggian air tanah berada pada nilai maksimum kemudian turun secara bertahap seiring dengan pergantian musim. Gambar 3. Perubahan curah hujan dan perubahan muka air tanah di S-BW-2 ( Akasaka dan Nakanishi, 2000) Gambar 1. Perubahan gayaberat teramati dan model 2-D perubahan muka air tanah (Lambert dan Beamoont, 1977)[7]. Gambar 2. Pembacaan gayaberat dan data curah hujan (Gookind, 1986) Akasaka dan Nakanishi (2000), melakukan pengukuran curah hujan, kedalaman muka airtanah dan gayaberat di daerah panasbumi Oguni Jepang, yang digunakan untuk koreksi pengukuran gayaberat mikro antar aktu di daerah tersebut[1]. Hasil Akasaka & Nakanishi (2000)[1] mengoreksi efek perubahan muka airtanah dengan menerapkan model Empirical Exponensial Decreas dari Yuhara dan Seno (1969), menurut persamaan : H(t) = H 1 + n R n exp{-c(t-t n } (1) Dengan H 1 adalah muka airtanah sebelum hujan, t merepresentasikan aktu, dan c adalah konstanta, R n precipitation pada hari t n -th dari mulai pengukuran (dalam mm). Fujimitsu, dkk (2000) mengoreksi pengaruh airtanah dangkal dengan menerapkan teknik statistik (multivariate regression model), yang dibentuk oleh: yt ixi 1 i (2) Persamaan ini menghubungkan perubahan muka airtanah dangkal dengan perubahan gayaberat observasi. Dimana y t adalah kriteria variasi, x t explanatory variate dengan i koefisien regresi, m adalah derajat optimum fit, dan i adalah hite noise [3]. D26

BerkalaFisika ISSN : 1410-9662 Vol 13., No.2, Edisi khusus April 2010, hal D25-D30 Takemoto dkk. (2002) melakukan pengukuran gayaberat mikro secara kontinyu menggunakan superconducting gravimeter di Kyoto dan Bandung untuk mengetahui pengaruh perubahan curah hujan, tekanan dan perubahan muka air tanah terhadap nilai gayaberat observasi. Hasil pengukuran mendapatkan nilai perubahan gayaberat-mikro di Kyoto sebesar 9 Gal akibat curah hujan sebesar 210 mm selama periode 11-13 September 2000 seperti ditunjukkan pada Gambar 4[8]. Sedangkan hasil pengukuran di Bandung mendapatkan terjadinya perubahan gayaberat sebesar 4,2 4,4 Gal akibat kenaikan muka air tanah sebesar 1 meter dan menunjukkan adanya time lag sekitar 13 20 hari seperti ditunjukkan pada Gambar 5. m 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 rainfall(m m /hour) ater(m ) kyoto μg al res(μg al) m m /h 8 11 14 17 20 23 26 29 Gambar 4. Perbandingan antara perubahan gayaberat dan perubahan muka air tanah akibat curah hujan sebesar 210 mm selama periode 11-13 September 2000 (Takemoto dkk., 2002). Gambar 5. Perubahan gayaberat dan perubahan muka air tanah di Bandung [8]. Hokkanen dkk. (2004) melakukan studi hubungan antara perubahan gayaberat dengan perubahan curah hujan dan aliran air tanah dengan 20 15 10 5 0 menggunakan SGT020 di Kirkkonummi, Finlandia. Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan gayaberat positif di bagian Selatan daerah penelitian yang berkorelasi dengan arah aliran air tanah di daerah tersebut[5]. Pemodelan untuk mengetahui perubahan muka airtanah sangat sulit mencapai hasil yang baik karena kondisi hidrogeologi yang kompleks, seperti : jenis tanah, struktur tanah, porositas akuifer dan lain-lain. Allis dan Hunt (1986) menyatakan baha respon gayaberat akibat perubahan muka airtanah dapat dihitung menggunakan pendekatan koreksi slab Bouguer tak hingga dengan memasukkan faktor porositas : g 2 G h (3) g 41,93 h Gal (4) dengan : g, G,,, h masing masing adalah perubahan nilai gayaberat akibat adanya perubahan kedalaman muka airtanah, konstanta gayaberat umum, densitas air (gr/cc), porositas (%), dan perubahan kedalaman muka airtanah (meter)[2]. METODE PENELITIAN Curah hujan di lapangan panasbumi diukur dan dicatat di statsiun klimatologi terdekat yaitu Statsiun Paseh. Data yang digunakan mencakup data curah hujan selama 2 tahun, yaitu 2006 hingga 2007. Data ini dipakai untuk menghitung fluktuasi airtanah setempat secara pendekatan. Fluktuasi airtanah akibat curah hujan di lapangan panasbumi Kamojang dihitung menggunakan persamaan (1) yaitu Empirical Exponensial Decreas dari Yuhara dan Seno (1969). Dimana H(t) menunjukan muka airtanah pada aktu (t) tertentu. H 1 adalah muka airtanah sebelum hujan, t D27

Ahmad Zaenudin Koreksi Gaya berat akibat Curah Hujan... merepresentasikan aktu, dan c adalah konstanta, R n precipitation pada hari t n -th dari mulai pengukuran (dalam mm). Selisih H(t) pada periode pengukuran gayaberat tertentu digunakan sebagai perbedaan muka airtanah. Curah Hujan (mm /hari) 100 80 60 40 20 Curah Hujan Daerah Paseh (mm) Selanjutnya, untuk menghitung respon gayaberat akibat perubahan muka airtanah ini digunakan persamaan slab Bouguer tak hingga, seperti pada persamaan 3 dan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Data curah pada Statsiun Paseh sebagai statsiun Klimatologi terdekat menunjukan curah hujan harian seperti pada Gambar 6 dan curah hujan komulatif bulanan pada Gambar 7 di baah ini. Dalam periode 2006-2007 ini curah hujan tertinggi (musim penghujan) terjadi sekitar bulan November-Juni. Dengan curah hujan maksimum dalam 24 jam terjadi pada tanggal 8 Desember 2006 sebesar 75 mm. Musim kemarau terjadi pada bulan Juli-Oktober. Dari data curah hujan ini kemudian dihitung perubahan muka airtanah harian H(t) sepanjang 2006-2007 dengan menggunakan persamaan 1. Dimana konstanta yang digunakan masing-masing α = 0,00932 dan c = 0,00985 (day -1 ). Konstanta ini berhubungan dengan precipitation lapisan tanah dalam menyerap air dari curah hujan. Dari perhitungan ini di dapatkan perubahan muka airtanah harian sepanjang tahun, seperti ditunjukan pada Gambar 8. 0 Jan- 06 600 500 400 300 200 100 precipitation (mm/day) 0 A pr- 06 Jul-06 O ct- 06 Jan- 07 Gambar 6. Curah hujan harian Statsiun Paseh tahun 2006-2007 45 80 211 140 43 10 1 0 0 121 475 188 A pr- 07 Curah Hujan Stat. Paseh (mm) 539 294 Jul-07 536 135 84 O ct- 07 14 0 0 131 323 310 Gambar 7. Curah hujan rata-rata bulanan Statsiun Paseh tahun 2006-2007 90.0 80.0 70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0 precipitation (mm/day) groundater level (m) 1-Jan-06 11-Apr-06 20-Jul-06 28-Oct-06 5-Feb-07 16-May-07 24-Aug-07 2-Dec-07 Gambar 8. Hubungan antara curah hujan dan perubahan muka airtanah 1.0 0.0-1.0-2.0-3.0-4.0-5.0-6.0-7.0-8.0 D28

BerkalaFisika ISSN : 1410-9662 Vol 13., No.2, Edisi khusus April 2010, hal D25-D30 Dari Gambar 8 menunjukan baha curah hujan menyebabkan perubahan muka airtanah secara gradual. Ketika hujan turun, muka airtanah naik cepat dan setelah itu menurun secara gradual. Perubahan muka airtanah meningkat cepat dari bulan November- Juni. Perubahan muka airtanah periode November 2006-Juni 2006 sebesar - 1,502 m dan Juli 2007-Juni 2006 sebesar +0,396 m. Berdasarkan kajian pustaka dan pengukuran sumur penduduk kedalaman muka airtanah tak tertekan rata-rata lapangan Kamojang adalah 5-10 m, dan kedalaman reservoir panasbumi rata-rata adalah 700 m (Kamah dkk, 2005)[6]. Berdasarkan pendekatan koreksi slab Bouguer tak hingga menyebabkan anomali gayaberat antar-aktu masingmasing sebesar 18,89 mikrogal dan +5,98 mikrogal untuk porositas 30%. Perubahan muka airtanah negatif (pengurangan airtanah) menyebabkan anomali gayaberat antar-aktu negatif, dan sebaliknya. Anomali gayaberatmikro akibat curah hujan ini tidak dapat diabaikan, karena nilainya cukup besar jika dibandingkan dengan anomali gayaberatmikro antar aktu akibat perubahan massa reservoir. Karena perubahan massa reservoir berada pada kedalaman yang relatif dalam (>1000 m) sedangkan perubahan muka airtanah terjadi pada kedalaman dangkal (< 100 m). KESIMPULAN DAN SARAN Koreksi gayaberat akibat curah hujan tidak dapat diabaikan dalam monitoring gayaberatmikro antar aktu lapangan panasbumi, karena nilainya relatif besar jika dibandingkan dengan anomali gayaberat akibat perubahan massa reservoir. Anomali gayaberat akibat curah hujan pada lapangan Panasbumi Kamojang periode November 2006-Juni 2006 sebesar 18,89 mikrogal dan periode Juli 2007- Juni 2006 sebesar +5,98 mikrogal. Penggunaan konstanta α dan c yang berhubungan dengan precipitation setiap lapangan sangat spesifik, sehingga perlu dicermati lebih lanjut. DAFTAR PUSTAKA [1]. Akasaka, C., dan Nakanishi, S. (2000) : A evaluation of the background noise for microgravity monitoring in the Oguni field, Japan, Proceeding of 25 th Stanford Geothermal Workshop, 24-26 January 2000. [2]. Allis, R.G., dan Hunt, T.M. (1986) : Analisis of exploration induced gravity changes at Wairakei geothermal field, Geophysics, 51, 1647-1660. [3]. Fujimitshu, Y., Nishijima, J., Shimosako, N., Ehara, S., dan Ikeda, K. (2000) : Reservoir Monitoring by Repeat Gravity Measurements at The Takigami Geothermal Field, Central Kyushu, Japan, Proceeding Word Geothermal Congress, Kyushu- Tohoku, Japan, 573 577. [4]. Goodkind, J.M. (1986) : Continuous measurement of nontidal variations of gravity, Journal Geophysics Research, 91, 9125-9134 [5]. Hokkanen, Tero, M., Pirttivaara, Mika, P. (2004) : Monitoring Groundater Flo ith Ultra High Precision Gravimeter Measurements, Procceding Geological Society of America Conference Denver November 7-10,2004, 173. [6]. Kamah, M.Y., Dikorianto, T., Zuhro, A.A., Sunaryo, D., dan Hasibuan, A. (2005) : The productive feed zones identified besed on Spinner data and application in the reservoir potential revie of Kamojang geothermal field area, Indonesia, D29

Ahmad Zaenudin Koreksi Gaya berat akibat Curah Hujan... Proceeding WGC 2005, Antalya, Turkey, 1-6. [7] Lambert, A., Beamont, C. (1977) : Nanovariations in gravity due to seasasonal groundater movement studies : Implications for the gravitational detections of tectonics movements, Journal Geophysics Resarch, 82, 297-306. [8]. Takemoto, S., Y. Fukuda, T. Higashi, S. Ogasaara, M. Abe, S. Dipa, D. S.Kusuma and A. Andan. (2002) : Effect of groundater changes on SG observations in Kyoto and Bandung. Bulletin d'information des Marees Terrestres (BIM), 136, 10,839-10848. D30