G. DEMPO, SUMATERA SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur

G. TALANG, SUMATERA BARAT

7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara

4.10. G. IYA, Nusa Tenggara Timur

EVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 2008

4.12. G. ROKATENDA, Nusa Tenggara Timur

1.1. G. PUET SAGOE, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara

5.5. G. LAWARKAWRA, Kepulauan Banda, Maluku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013

6.6. G. TANGKOKO, Sulawesi Utara

BERITA GUNUNGAPI ENAM GUNUNGAPI WASPADA JANUARI MARET 2008

II. PENGAMATAN 2.1. VISUAL

KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

Telepon: , , Faksimili: ,

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

4.14. G. LEWOTOBI LAKI-LAKI, Nusa Tenggara Timur

AKTIVITAS GUNUNGAPI SEMERU PADA NOVEMBER 2007

4.7 G. INIELIKA, Nusa Tenggara Timur

6.2. G. AMBANG, SULAWESI UTARA

PEMANTAUAN DAN SOSIALISASI ERUPSI G. SEMERU,MEI JUNI 2008

BERITA GUNUNGAPI MEI AGUSTUS 2009

4.9. G. EBULOBO, Nusa Tenggara Timur

4.13. G. EGON, Nusa Tenggara Timur

6.5. GUNUNGAPI MAHAWU, Sulawesi Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA

G. SUNDORO, JAWA TENGAH

BERITA GUNUNGAPI APRIL - JUNI 2008

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Kelud di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang, Provinsi Jawa Timur.

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

4.8. G. INIE RIE, Nusa Tenggara Timur

7.2. G. GAMKONORA, Halmahera - Maluku Utara

G. KERINCI, SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

4.21. G. SIRUNG, Nusa Tenggara Timur

BAB 1 PENDAHULUAN. lempeng yaitu Lempeng Eurasia, Hindia-australia dan Lempeng Filipina dan. akibat pertumbukan lempeng-lempeng tersebut (Gambar 2).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada

ERUPSI G. SOPUTAN 2007

Pos Pengamatan : Pos Pengamatan G. Kaba, Desa Sumber Urip, Kec. Sambirejo, Kab. Rejanglebong, Bengkulu.

KORELASI PARAMETER SUHU AIR PANAS, KEGEMPAAN, DAN DEFORMASI LETUSAN G. SLAMET APRIL - MEI 2009

4.20. G. BATUTARA, Nusa Tenggara Timur

4.19. G. ILI WERUNG, Nusa Tenggara Timur

4.11. G. KELIMUTU, Nusa Tenggara Timur

BERITA GUNUNGAPI JANUARI APRIL 2009

5.3. G. WURLALI, Kepulauan Banda, Maluku

6.1. G. COLO (P. Una-una), Sulawesi Tengah

G. BUR NI TELONG, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1

PENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009

5.6. G. LEGATALA, Kepulauan Banda, Maluku

BAB III METODA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

Pendahuluan II. Kawasan rawan bencana III. Pokok permasalahan waspada

G. MARAPI, SUMATERA BARAT

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. menyertai kehidupan manusia. Dalam kaitannya dengan vulkanisme, Kashara

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berada di dalam wilayah Ring of Fire. Ring

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

: Piek Van Bali, Piek of Bali, Agung, Gunung Api. Kab. Karangasem, Pulau Bali. Ketinggian : 3014 m di atas muka laut setelah letusan 1963

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gambar 1.1 Gambar 1.1 Peta sebaran gunungapi aktif di Indonesia (dokumen USGS).

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

6.7. G. RUANG, Sulawesi Utara

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

G. ARJUNO-WELIRANG, JAWA TIMUR. Gunungapi Arjuno - Welirang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jenis Bahaya Geologi

6.3. G. SOPUTAN, Sulawesi Utara

SURVEI MEGNETOTELLURIK DAERAH PANAS BUMI BUKIT KILI GUNUNG TALANG, KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT. Muhammad Kholid, Harapan Marpaung

G. SEULAWAH AGAM, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BAB I PENDAHULUAN. daratan. Salah satu kenampakan alam yang meliputi wilayah perairan ialah sungai.

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Peristiwa Alam yang Merugikan Manusia. a. Banjir dan Kekeringan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Perumusan Masalah

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B )

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B )

KEGEMPAAN DI INDONESIA PERIODE BULAN APRIL AGUSTUS 2008

Morfologi dan Litologi Batuan Daerah Gunung Ungaran

7.1. G. DUKONO, Halmahera, Maluku Utara

MITIGASI BENCANA ERUPSI GUNUNGAPI KARANGETANG, KABUPATEN SITARO, SULAWESI UTARA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lampung Selatan tepatnya secara geografis, terletak antara 5 o 5'13,535''-

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B )

LAPORAN HARIAN PUSDALOPS BNPB Rabu, 25 Maret 2009

BAB II KAJIAN PUSTAKA

DANAU SEGARA ANAK. Gambar 1. Lokasi Danau Segara Anak di Pulau Lombok. Gambar 2. Panorama Danau Segara Anak Rinjani dengan kerucut Gunung Barujari.

BAB I PENDAHULUAN. Lamongan dan di sebelah barat Gunung Argapura. Secara administratif, Ranu Segaran masuk

POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA. Oleh : Hendro Murtianto*)

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh: Dr. Darsiharjo, M.S.

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

Transkripsi:

G. DEMPO, SUMATERA SELATAN KETERANGAN UMUM Nama Lain : - Nama Kawah : I, II, III, IV, V, VI, VII Lokasi a. Geografi b. Administrasi : : 04 o 02 Lintang Selatan, dan 103 o 08 Bujur Timur Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan Ketinggian Kota Terdekat : 3.04 m dpl, G. portal 3137 m dpl. : Pagaralam Tipe Gunungapi Pos Pengamatan Gunungapi : : Strato Desa Dempo Makmur, Kec. Pagar Alam, Kab. Lahat, Sumatra Selatan Posisi : 04 o 01 28,45 LS dan 103 o 11 16,40 pada ketinggian 1061 m dpl. PENDAHULUAN Cara Mencapai Puncak Daerah terdekat untuk mencapai puncak G. Dempo yang masih bisa dilalui kendaraan adalah daerah perkebunan teh Dempo, terletak di lereng Timur pada ketinggian lk.1665m dpl. Untuk mencapai puncak kawah dari perkampungan terakhir diperlukan waktu 5-7 jam. Sedangkan kota terdekat dari perkebunan teh Dempo adalah kota Pagaralam, jaraknya lebih kurang10 km, waktu tempuh antara perkebunan teh Dempo dan kota Pagaralam sekitar ½ jam. Kota Pagaralam bisa dicapai lewat jalan darat dari Kota Palembang - Muara Enim - Lahat ï- Pagar Alam.

Wisata Potensi wisata yang terdapat di sekitar G. Dempo terdiri dari wisata alam dan wisata Cagar budaya. Terdapat empat wisata alam yang menarik untuk dikunjungi, yaitu: Kawah Puncak G. Dempo, Kawasan Perkebunan teh Dempo, Air Terjun Singga Kudai dan Air Terjun Lawang Agung. Sedangkan wisata cagar budaya yang dikelola oleh Pemerintah Daerah Propinsi Jambi, Sumatra Selatan dan Bengkulu terdiri dari situs Arca manusia Dandolmen, komplek Megalitik Tanjung Aro, dan Komplek Megalitik Tinggi Hari. SEJARAH LETUSAN Letusan G.Dempo yang tercatat dalam sejarah menurut Neumann Van Padang (1951) dan Stehn (1934 dan 1940) 1818 Tidak ada keterangan tanggal terjadinya. Mengakibatkan sebagian hutan rusak, puncaknya menjadi gundul dan kering, pohon-pohon kayu sebagian terbakar dan roboh. 1839 Tidak ada keterangan tanggal terjadinya. Dari kawah tampak nyala sinar api. Kegiatan ini disertai suara gemuruh. Cabang kayu besar di bagian puncak patah-patah dan terbakar. 1853 Letusan terjadi pada 1 Januari Keterangan lebih lanjut tidak diketahui. 1879 Pada 18 Mei di daerah Pasumah terdengar suara letusan selama lk 10 detik. Kemudian seketika terlihat sebuah tiang asap berwarna hitam. 1880 Kejadian terjadi dalam bulan Mei. 1881 Pada 16 Pebruari telah terjadi getaran tanah yang ringan, terdengar suara gemuruh. Dalam Desember tampak tiang asap membumbung dari kawah. 1884 Dentuman seperti suara tembakan meriam terdengar dalam Juni dari arah G. Dempo. Dalam bulan Juli berulang-ulang awan asap membumbung dari kawah. 1895 Pada 2 Juli mengepul sebuah tiang asap, sedikit hujan abu jatuh di sekitarnya. Pada 30 September terjadi dua kali letusan abu dan lumpur, dentuman terdengar satu kali. 1900 Pada 4 Juni terdengar dentuman seperti tembakan meriam dari arah G.dempo, kemudian membumbung tiang asap tinggi. Kegiatan ini terjadi lagi pada 26 dan 27 Oktober. 1905 Tidak ada keterangan waktu terjadi letusan. Tiap 20 menit terjadi bualan air danau kawah, semburan air berbentuk kerucut mencapai ketinggian lk 12 m. 1908 Pada 16 dan 17 Pebruari terjadi letusan air abu dan lumpur. Air sungai Betung tidak lama sesudahnya menjadi sepet. 1921 Dalam April, Japing mengunjungi kawah Dempo. Permukaan air danau naik berangsur-angsur seluruhnya ke atas. Kemudian timbul sebuah gumpalan uap tinggi menembus air. Setelah itu permukaan air danau turun kembali sampai permukaan asalnya. Menurut Stehn (1934, p.23), hal ini sama dengan kegiatan gunungapi bawah laut G.Krakatau dalam 1927-1930. Karena tembakan langsung dari tiang uap, sejumlah air naik tinggi. 1922 Pada 19 dan 20 Mei letusan kecil terjadi lk 1 menit lamanya. Awan uap besar membual. 1926 Pada 22 April G. Dempo, memperlihatkan kegiatannya. Pada 23 April terdengar suara gaduh (suara air jatuh). Dalam letusan ini mungkin sebagaian air danau kawah terlemparkan. Pada 24 April Pasirah Bumiagung mengunjungi kawah G.Dempo, dilihatnya bahwa dari dalam kawah membual uap dan tiap lima menit terdengar suara gaduh air mendidih, banyak batu dilemparkan. 1934 Pada 24 Januari siang hari di Perkebunan teh G. Dempo terjadi hujan abu, menyebabkan daun teh. Tampak seperti kena tetesan air kapur kemudian mengering. Pada 20 dan 21 Pebruari terjadi lagi hujan abu. Hujan abu yang terjadi dimalam hari 24-25 April menyebabkan kerusakan pada daun teh

1936 Pada malam hari 26-27 Nopember terjadi hujan abu berlumpur di kebun teh sebelah barat laut. Hujan belerang selama lebih dari ½ jam dan didahului suara gemuruh 3 kali. 1939 Letusan abu terjadi malam hari 18-19 Juli. Abu jatuh disebelah utara perkebunan teh G.Dempo. Tebal lapisan abu ½ - 2 mm, daun teh bertotol-totol karenanya. Di siang harinya nampak beberapa kali awan asap keluar dari kawah. Pada 21 Juli di perkebunan terjadi hujan lumpur tipis.pada 25 Juli letusannya agak kuat yaitu dari pukul 08.25 sampai pukul 08.40, sebuah gumpalan hitam terlihat kemudian jatuh, hujan lumpur mencapai kebun teh. Pada 27 Juli Krol mengunjungi kawahnya, dilihatnya bekas lemparan air danau kawah lewat pinggir sebelah baratdaya, barat dan utara. Lumpur berwarna putih melintas batu lava hitam di lereng luar kawah. Jadi air danau dilemparkan dan masuk ke dalam jurang A. Bayau Kegiatan terakhir tahun ini terjadi pada 19 Desember lk pukul 10, menimbulkan hujan abu tipis di perkebunan teh G.Dempo sebelah utara. 1940 Pada 30 Januari pukul 09.30 terdengar suara terus menerus dari G.Dempo dan kelihatan cahaya kilat diatasnya. Pukul 10.15 turun hujan abu. Banjir Lumpur terjadi didalam jalur antara A. Lintangkanan dan Lintangkiri. Marga Babatan, Muaradanau, dan Muarapinang yang dilalui A Bayau sampai beberapa ratus meter kiri-kanannya ditutupi Lumpur mengandung belerang, juga batu dan pohon kayu yang dihanyutkan dari atas. Dibeberapa tempat, Lumpur yang tebalnya 50 cm, menimbun sawah, ladang dan kebun kopi. 7 Pebruari petang hari terdengar gemuruh dua kali. 8 Pebruari pukul 07.30 tampak lagi gumpalan asap membumbung. Dimalam harinya turun hujan abu, juga terjadi gempa terasa. 12 Pebruari sering terjadi gumpalan asap, tekanannya lemah. 4 Pebruari Stehn, melakukan pemeriksaan puncak. Makin tinggi mendaki, lapisan abu makin tebal, juga tumbuhan yang rusak makin banyak, cabang pohon kayu banyak yang patah. Kulit kayu dari jenis iccinium terkelupas. Kayu yang terbakar sampai jadi arang tidak terdapat. Lapisan lumpur pada umumnya tebalnya 15-25 cm. Di dalam kubang lapisan Lumpur lebih tebal lagi. Pad pukul 09.50 di danau kawah terjadi letusan lumpur, mencapai ketinggian lk 60 m. Setelah itu keluar awan uap tebal yang perlahan-lahan membumbung tinggi. Letusan tersebut terjadi berulang-ulang dari pukul 09.50 sampai pukul 12.28. Sebelum terlihat letusan, terlebih dahulu terdengar suara gaduh. Gelombang letusan terjadi di danau dan memukul tepinya, lamanya beberapa,menit, kemudian permukaan danau tenang kembali. Batu yang terlempar tidak terlihat. Beberapa hari berikutnya di sekitar Dempo sering tampak awan letusan lagi. Jatuhnya abu atau Lumpur tampak sebagi tabir kelabu. Kegiatan berakhir pada 21 Pebruari. 1958-1974 Hujan belerang dari Kawah G.Dempo, Harian Gala 1974, p.2 (Bandung). 2006 September 2006, peningkatan kegiatan sejak 17-21 September 2006, ditandai dengan munculnya tremor terus menerus dengan amplitudo mencapai 17 mm. Asap putih tipis-tebal 50-100 m. Jumlah gempa vulkanik tercatat mencapai 20 kejadian per hari. 2006 2009 25 September 2006 terjadi letusan freatik. Pada 26 September 2006 status kegiatan dinaikkan ke level 2 (waspada). Hasil pemantauan dari Pos PGA ke puncak G. Dempo yang dilakukan sejak terjadinya letusan freatik tersebut sampai hingga tanggal 25 Januari 2007 tidak menunjukan kegiatan asap hembusan/letusan yang berasal dari Kawah Marapi- Dempo. Kegiatan G. Dempo saat itu cenderung menurun. Berdasarkan data kegempaan, visual, dan analisis data tersebut; maka terhitung tanggal 27 Januari 2007 pukul 18:00 WIB, status kegiatan G. Dempo diturunkan dari "Waspada" (Level II) menjadi "Aktif Normal" (Level I) Asap putih tipis-tebal 50-100 m. Jumlah gempa vulkanik tercatat mencapai 20 kejadian per hari. 27 Desember 2008 terekam 1 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA) dan 2 kali kejadian Gempa Tektonik Jauh (TJ) 28 Desember 2008 terekam 1 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA) dan 1 kali kejadian Gempa Hembusan (HB) 29 Desember 2008 terekam 5 kali kejadian Gempa Hembusan (HB), 1 kali kejadian Gempa Tektonik Lokal (TL), 2 kali kejadian Gempa Tektonik Jauh (TJ). 30 Desember 2008 terekam 1 kali kejadian Gempa Vulkanik Dangkal (VB), 1 kali kejadian Gempa Hembusan (HB), 1 kali kejadian Gempa Low Frekuensi (LF),1 kali kejadian Gempa Tektonik Jauh (TJ). 31 Desember 2008 terekam 1 kali kejadian Gempa Vulkanik Dalam (VA) dan 1 kali kejadian Gempa Hembusan (HB), 2 kali kejadian Gempa Tektonik Jauh (TJ). Tanggal 1 Januari 2009, pukul 10:51 WIB terekam 1 kali gempa letusan. Secara visual saat Gunung tertutup kabut terjadi hujan abu yang mengandung bau belerang agak pekat dengan sebaran mencapai wilayah perkebunan teh dan wilayah perkantoran Walikota Pagar Alam yang berjarak ± 10 Km dari Kawah Marapi-Dempo

Karakter Letusan Karakter letusan G. Dempo adalah Letusan freatik dari danau kawah yang diiringi dengan banjir lumpur/lahar letusan, dan hujan Letusan G. Dempo 25 September 2006 GEOLOGI Gunung Dempo merupakan gunungapi tertinggi di Sumatera Selatan yang terletak di antara pegunungan bukit barisan dan Gumai. Puncak tertinggi disebut G. Merapi dengan ketinggian 3173 m dpl ataun 2900 m di atas dataran tinggi Pasumah. Puncak lainnya adalah G. Serpeh (2863 m), G. Gentengtoi and G. Kumbang (2862 m) yang merupakan sisa kegiatan vulkanik masa lalu. Pada phase pertama erupsi pusat letusan berada pada arah barat - timur, namun pada phase kedua pusat letusan berada pada arah timurtenggara - baratbaratlaut. Terdapat 7 kawah di puncak G. Dempo yang dinamai dari yang tertua hingga termuda seperti yang tertera pada tebel dibawah ini: Nama Kawah Ukuran bibir kawah Diameter (m) Tinggi (m) I ± 3000 3046-2661 II ± 1150 3049-2900 III ± 600 3056-3000 IV ± 750 3159-2804 V 800 x 600 2937-2864 VI 450 2916-1850 VII 140 x 100 2920-2854 Danau Kawah 400 2804

Morfologi G. Dempo umumnya terbentuk oleh lava yang tertutupi oleh endapan piroklastik. Terdapat beberapa puncak yang membentuk kesejajaran dari barat ke timur yaitu G. Serpeh, G.Gentingloa, G.Kumbang, Bukit Terban, G.Merapi dan G. Dempo sendiri yang merupakan bukti terjadinya perubahan pusat letusan. Batuan tertua dari G. Dempo merupakan batuan endapan tertier yang diasumsikan sebagai batuan basement, yang terdiri dari batuan Tuff dan Pasir. Endapan vulkanik tersier dari G. Dempo berupa lava, aliran piroklastik, dan jatuhan piroklastik yang terendapkan pada lingkungan air. Hal ini dibuktikan dengan adanya endapan lignite dan kayu. Bagian dari batuan ini terintrusi oleh batuan phorphric diorite phorphyric dacite di sebelah baratlaut. Intrusi ini muncul berbentuk kerucut dengan diameter 300 500 m.. Puncak Mandiangin muncul disebelah barat G. Dempo dan merupakan puncak yang lebih tua dibanding G. Dempo. Hal ini dibuktikan dengan adanya produk G. Dempo yang menutupi tubuhnya. Endapan fluviovolcanic ditemukan pada bagian timur yang terdiri dari aliran produk lastik, lahar, tuff dan endapan sungai. Gunung Dempo sendiri menghasilkan produk vulkanik seperti lahar, lava andesite - basaltic, jatuhan piroklastk dan aliran piroklastik.. Endapan yang paling muda adalah alluvium. Struktur geologi yang berkembang adalah sesar geser (dekstral dan sinistral), sesar normal, rekahan pada area puncak, dan kelurusan topografi. Aktivitas G. Dempo saat ini adalah pada kawah paling muda yaitu kawah Merapi. Semua aktivitas erupsi yang terekam terjadi pada kawah ini. GEOFISIKA Monitoring dengan menggunakan pesawat seismograf PS-2, merekam gempagempa vulkanik dalam (VA), Vulkanik dangkal (VB), ektonik local (TL) dan Tektonik Jauh (TJ). DEFORMASI Pengukuran GPS di titik-titik Jarai, Rimau, Puncak dan Pos PGA dilakukan pada Oktober 2008. Hasil pengukuran GPS Oktober 2008 (koordinat geodetic). No Titik Ukur Tipe Koordinat Elevasi Koordinat LS Koordinat BT (m) 1 Pos PGA 4º 01 27,75275 S 103º 11 16,29083 E 1073,4773 2 Puncak 4º 00 55,38442 S 103º 07 40,67851 E 3181,6649 3 Jarai 3º 58 41,82788 S 103º 08 42,83399 E 1387,796 4 Rimau 4º 01 28,13539 S 103º 09 15,85414 E 1865,1048

GEOKIMIA Kimia Batuan Analisa kimia pada empat contoh batuan vulkanik yaitu lava andesit, didapat parameter SiO 2 dan K 2 O sebagai berikut : Analisa kimia lava andesit Contoh Persentase, % SiO 2 K 2 O TBR.01 51,27 6,31 TBR.02 46,42 2,40 ZAR.01 51,40 9,08 ZAR.02 46,40 4,63 Hasil tersebut diatas kalau dimasukan dalam Model Variantion Diagram of SiO 2 versus K 2 O and Clasification of Volcanic Rock (Irvine,1971), jenis batuan vulkanik complek G. Dempo termasuk dalam Suite Shonsonite Klas Absarokte. Kimia Air Dalam analisa air, contoh yang diambil adalah air sungai dan mataair panas. Contoh air yang diambil adalah 11 buah, dan juga dilakukan pengukuran langsung untuk derajat keasaman, bau dan rasa. Derajat keasaman air danau kawah dan sungai di sekitar G. Dempo, 1994 No No.Conto Lokasi ph Bau Rasa Warna Keterangan 1 RW.W.01 Danau Kawah 0,8 Belerang Pahit-Asam Keruh-Putih Data. R.Whandoyo, 1992 2 TB.W.01 A.Putri Daratan 4 - Tawar Jernih Dianalisa 3 TB.W.02 A. Selangis 4 - Tawar Jernih Dianalisa 4 ZA.W.01 A.Buah 4 Belerang Kelat Jernih Dianalisa 5 ZA.W.02 A. Litap 6 Belerang Kelat Jernih Dianalisa 6 ZA.W.03 A. Bayau 4 Belerang Kelat Agak Keruh Dianalisa 7 ZA.W.X A. Luang 5 - Kelat Agak Keruh Tidak Dianalisa 8 ZA.W.XX A. Bakar 4 - Tawar Jernih Tidak Dianalisa 9 ZA.W.04 A. Kandis 4 Belerang Kelat Keruh Dianalisa 10 ZA.W.05 A Durian 4 Belerang Kelat Jernih Dianalisa 11 TB.W.X A. Betung 5 - Tawar Agak Keruh Tidak Dianalisa 12 ZA.W.06 A. Gaung Besar 6 - Tawar Jernih Dianalisa 13 TB.W.XX A. Jadan 5 - Tawar Jernih Tidak Dianalisa 14 TB.W.03 A. Manna 5 - Tawar Jernih Dianalisa 15 TB.W.04 A. Kerinjing 5 - Tawar Jernih Dianalisa 16 TB.W.05 APTS 8 Belerang Kuat Kelat Jernih Dianalisa Air pemandian putri dan sungai banyu Berdasarkan hasil analisa kimia air, tidak ada hubungan antara air Danau Kawah dengan Mataair Pemandian Putri, Sungai Bayau dan sungai-sungai lainnya. Angka ph pada sungai-sungai yang ada, ph-nya dibawah 6,5 kondisi ini terlalu asam dan tidak baik untuk air minum. Mataair Pemandian Putri yang dipakai untuk air minum oleh para pendaki ternyata kekurangan unsur Ca 2+ dan Mg 2+ kondisi ini kalau

terpaksa masih bisa tapi jangan secara menerus. Sungai Bayau konsentari SO4-nya melebihi ambang batas, ini mungkin pengaruh rempah-rempah dari Kawah Merapi (abu gunungapi). MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI Dalam usaha Mitigasi Bencana Gunungapi dilakukan pemantauan visual dan kegempaan (seismik) secara menerus dari Pos Pengamatan G. Dempo di Desa Dempo Makmur, Kec. Pagar Alam, Kab. Lahat, Sumatra Selatan. Visual Aktifitas G. Dempo secara visual yang dapat dipantau berupa kegiatan hembusan asap solfatara/fumarole, tekanan, tinggi dan warna asap yang keluar dari kawah puncak. Seismik Pemantauan aktifitas kegempaan di G.Dempo diamati secara terus menerus dengan menggunakan seismograf satu komponen bersistem pancar (RTS) model PS-2. Alat penangkap gempa (Seismometer, L4C) dipasang secara permanen di puncak G. Dempo pada posisi 04 o 00 55,03 LS, 103 o 07 40,28 BT pada ketinggian 3195 m dpl, sedangkan alat perekam gempa (Rekorder) dipasang di Pos Pengamatan Gunung Dempo.

Peta Kawasan Rawan Bencana Gunungapi Dempo

DAFTAR PUSTAKA Kadarsetia Dkk, 1989, Laporan Pemetaan Geologi G.Dempo, Kabupaten Lahat - Sumatera Selatan, Direktorat Vulkanologi. Gede Sunatika, Estu Kirswati dkk, 1999, Pengamatan dan Pemasangan Peralatan Kegempaan G.Demp, Sepetember 1999, Direktorat Vulkanologi. K. Kusumadinata, 1979, Data Dasar Gunungapi Indonesia, Direktorat Vulkanologi, Bandung, hal. 87-98. Mulayadi dkk, 1999, Laporan Inventarisasi Potensi Wisata G.Dempo, Sumatra Selatan. Diraktorat Vulkanologi Sumarna Hamidi, 1990, G. Dempo, Direktorat Vulkanologi Wikarta Diputra. S, Sumpena. A, 1990, Pemetaan Daerah Bahaya G.Dempo, Kabupaten Lahat, Propinsi Sumatra Selatan, Diraktorat Vulkanologi. Zamril, Thomas B Martono, 1994, Pemantauan Aktivitas Gunungapi Dempo dan Aspek Geokimia Daerah Kecamatan Pagaralam, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan.