PERANAN KATALIS K 3-x H x PW 12 O 40 PADA KATALISIS SELEKTIF SINTESIS METILAMINA DARI METANOL DAN AMONIAK

dokumen-dokumen yang mirip
SINTESIS METIL AMINA FASA CAIR DARI AMONIAK DAN METANOL

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan

4 Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA SIFAT KEASAMAN, LUAS PERMUKAAN SPESIFIK, VOLUME PORI DAN RERATA JEJARI PORI KATALIS TERHADAP AKTIVITASNYA PADA REAKSI HIDROGENASI CIS

PENGARUH KANDUNGAN Ca PADA CaO-ZEOLIT TERHADAP KEMAMPUAN ADSORPSI NITROGEN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

PEMBUATAN DIETIL ETER DENGAN BAHAN BAKU ETANOL DAN KATALIS ZEOLIT DENGAN METODE ADSORBSI REAKSI

HIDRORENGKAH FRAKSI BERAT MINYAK BUMI MENGGUNAKAN KATALIS LEMPUNG TERPILAR ALUMINIUM BERPENGEMBAN NIKEL

KIMIA FISIKA (Kode : C-15) MODIFIKASI ZEOLIT ALAM MENJADI MATERIAL KATALIS PERENGKAHAN

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

SINTESIS, KARAKTERISASI DAN KINERJA KATALIS Mg 1-x Cu x F 0,66 (OH) 1,34 PADA REAKSI TRIMETILHIDROKUINON DAN ISOFITOL

PEMBUATAN ZEOLIT Y DAN USY UNTUK KOMPONEN AKTIF KATALIS PERENGKAHAN

Pembuatan Gliserol Karbonat Dari Gliserol (Hasil Samping Industri Biodiesel) dengan Variasi Rasio Reaktan dan Waktu Reaksi

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SENYAWA KOMPLEKS NIKEL(II) DENGAN LIGAN ETILENDIAMINTETRAASETAT (EDTA)

Oleh : ENDAH DAHYANINGSIH RAHMASARI IBRAHIM DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ir. Achmad Roesyadi, DEA NIP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Diterima tanggal 19 September 1998, disetujui untuk dipublikasikan 5 April 1999

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN SKRIPSI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT BERPROMOTOR GANDA DALAM REAKTOR FIXED BED

SINTESIS KATALIS ZSM-5 MESOPORI DAN AKTIVITASNYA PADA ESTERIFIKASI MINYAK JELANTAH UNTUK PRODUKSI BIODISEL

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang telah

Pengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal

DEAKTIVASI KATALIS PADA KONVERSI PENTANOL MENJADI PENTANA DENGAN KATALIS Pt/ZEOLIT M. Pranjoto Utomo

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

PENGEMBANGAN METODE SINTESIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS ZEOLIT ALAMI DI INDONESIA

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM

STUDI SPEKTROSKOPI UV-VIS DAN INFRAMERAH SENYAWA KOMPLEKS INTI GANDA Cu-EDTA

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN

SINTESIS KATALIS Ni-Cr/ZEOLIT DENGAN METODE IMPREGNASI TERPISAH

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum L) DENGAN REAKSI TRANSESTERIFIKASI MENGGUNAKAN KATALIS KI/H-ZA BERBASIS ZEOLIT ALAM

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

KONVERSI METHANA MENJADI FORMALDEHID DENGAN KATALIS MoO /ZEOLIT

Sintesis ZSM-5 Mesopori menggunakan Prekursor Zeolit Nanocluster : Pengaruh Waktu Hidrotermal

Sintesis dan Analisis Spektra IR, Difraktogram XRD, SEM pada Material Katalis Berbahan Ni/zeolit Alam Teraktivasi dengan Metode Impregnasi

PEMBUATAN BIOGASOLINE DARI PALM OIL METIL ESTER MELALUI REAKSI PERENGKAHAN DENGAN INISIATOR METIL ETIL KETON PEROKSIDA DAN KATALIS ASAM SULFAT

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Pemanfaatan Bentonit Dan Karbon Sebagai Support Katalis NiO-MgO Pada Hidrogenasi Gliserol

Studi Reaksi Konversi Katalisis 2-Propanol Menggunakan Katalis dan Pendukung Katalis γ-al2o3

BAB II PEMILIHAN PROSES DAN URAIAN PROSES. Potassium karbonat memiliki beberapa nama lain yaitu : kalium karbonat, carbonate

Karakterisasi Katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 Dengan Temperature Programmed Desorption (TPD)

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. LEMBAR PERSEMBAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR LAMPIRAN...

3 Percobaan. Peralatan yang digunakan untuk sintesis, karakterisasi, dan uji aktivitas katalis beserta spesifikasinya ditampilkan pada Tabel 3.1.

PENGARUH SUHU PADA PROSES ESTERIFIKASI SORBITOL DENGAN ASAM OLEAT MENGGUNAKAN KATALIS ASAM p-toluene sulfonate

AKTIVITAS KATALIS K 3 PO 4 /NaZSM-5 MESOPORI PADA TRANSESTERIFIKASI REFINED PALM OIL (RPO) MENJADI BIODIESEL

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. DESKRIPSI PROSES. Proses produksi Metil Akrilat dapat dibuat melalui beberapa cara, antara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Direndam dalam aquades selama sehari semalam Dicuci sampai air cucian cukup bersih

Bab IV Hasil dan Pembahasan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

Oleh : Herlina Damayanti Isni Zulfita Pembimbing : Dr. Lailatul Qadariyah, ST., MT

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)?

Preparasi Ion Cu Yang Didukung Oleh ZnAl 2 O 4

AKTIVITAS KATALIS CR/ZEOLIT ALAM PADA REAKSI KONVERSI MINYAK JELANTAH MENJADI BAHAN BAKAR CAIR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat

SINTESIS HIBRIDA SILIKA-KARBON DENGAN METODE SOL-GEL UNTUK APLIKASI ADSORBENT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Berdirinya Pabrik

KAJIAN AWAL PEMBUATAN KATALIS PADAT BERBAHAN DASAR ZEOLIT UNTUK REAKSI ESTERIFIKASI

Pembentukan Senyawa Interkalasi CuCl 2 -Grafit dengan Metode Lelehan Garam

II. DESKRIPSI PROSES

PENGARUH SIFAT KEASAMAN KATALIS ZOLITE Y PADA PROSES KONVERSI LIMBAH PLASTIK MENJADI BAHAN BAKAR CAIR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dihasilkan sebanyak 5 gram. Perbandingan ini dipilih karena peneliti ingin

Esterifikasi Asam Lemak Bebas Dari Minyak Goreng Bekas

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN

Instructor s Background

MORFOLOGI SERBUK AMONIUM DIURANAT (ADU) DAN AMONIUM URANIL KARBONAT (AUK) HASIL PEMURNIAN YELLOW CAKE COGEMA

Laju reaksi meningkat menjadi 2 kali laju reaksi semula pada setiap kenaikan suhu 15 o C. jika pada suhu 30 o C reaksi berlangsung 64 menit, maka

SINTESIS DIMETIL ETER MENGGUNAKAN KATALIS Cu-Zn/γ-Al 2 O 3 DALAM REAKTOR FIXED BED

Tugas Prarancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Aseton Sianohidrin dari Aseton dan HCN BAB I PENDAHULUAN

METANOLISIS MINYAK KOPRA (COPRA OIL) PADA PEMBUATAN BIODIESEL SECARA KONTINYU MENGGUNAKAN TRICKLE BED REACTOR

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

ADSORPSI BERULANG DENGAN K ZEOLIT UNTUK KOMPONEN GULA REDUKSI DAN SUKROSA PADA TETES TEBU

BAB I PENDAHULUAN. gugus hidrofilik pada salah satu sisinya dan gugus hidrofobik pada sisi yang

Pengaruh Jenis Presipitan Dan Iradiasi Ultrasonik Pada Katalis Ni/CeO 2 -MgO-La 2 O 3 /Al 2 O 3 Untuk Reaksi Oksidasi Parsial Metana

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

ZAHRA NURI NADA YUDHO JATI PRASETYO

Kelompok B Pembimbing

THE ACTIVITY AND SELECTIVITY OF CATALYST Ni/H 5 NZA FOR HYDROCRACKING OF PALMITIC ACID INTO HYDROCARBON COMPOUNDS OF SHORT FRACTION SCIENTIFIC ARTICLE

II. DESKRIPSI PROSES. Tahap-tahap reaksi formaldehid Du-Pont untuk memproduksi MEG sebagai

SINTESIS, KARAKTERISASI, DAN EVALUASI KATALITIK Cu-EDTA BERPENDUKUNG MgF 2 UNTUK PRODUKSI VITAMIN E. Oleh: SUS INDRAYANAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SINTESIS, KARAKTERISASI DAN APLIKASI KATALIS MgF2-x(OH)x PADA REAKSI ANTARA TRIMETILHIDROKUINON (TMHQ) DAN ISOFITOL

Sintesis Biogasoline dari CPO Melalui Reaksi Perengkahan Katalitik pada Fasa Gas

HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

PENGARUH RASIO KATALIS ZEOLIT AKTIF/UMPAN PADA PROSES PIROLISIS LIMBAH SERBUK SAGU (Metroxylon sp)

Produksi Biofuel dari Minyak Kelapa Sawit dengan Katalis Au/HZSM-5 dan Kompositnya

REAKSI AMOKSIMASI SIKLOHEKSANON MENGGUNAKAN KATALIS Ag/TS-1

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa

Transkripsi:

MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 7, NO. 3, DESEMBER 2003 PERANAN KATALIS K 3-x H x PW 12 O 40 PADA KATALISIS SELEKTIF SINTESIS METILAMINA DARI METANOL DAN AMONIAK M. Nasikin Program Studi Teknik Kimia, Departemen Teknik Gas dan Petrokimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia E-mail: mnasikin@che.ui.edu Abstrak Metilamina yang disintesis dari metanol dan amoniak diteliti pada studi ini menggunakan katalis garam parsial kalium heteropoli (Cs 3-x H x PW 12 O 40 disingkat KPW). KPW dipreparasi dari asam heteropoli dan kalium karbonat dengan metode pertukaran ion. Reaksi dilakukan pada 600~800K dan tekanan atmosfir menggunakan reaktor alir kontinyu pada W/F=0,1~0,9g-kat.mnt./cc. Analisis konsentrasi produk dan reaktan menggunakan gas kromatografi sedangkan karakterisasi struktur katalis menggunakan XRD (X-ray diffraction) dan adsorbsi isothermal untuk menentukan ukuran pori katalis Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertukaran ion H dengan K untuk membentuk garam kalium heteropoli menyebabkan perubahan interstisial space yang teramati dengan berubahnya lattice constant dari kristal katalis. Ukuran pori yang lebih kecil dari Trimetilamina (TMA) akan tetapi lebih besar dari Monometilamina (MMA) dan Dimetilamina (DMA) menyebabkan TMA menjadi tidak diproduksi. Kristal KPW bersifat rigid sehingga pori yang terbentuk tidak berubah sepanjang reaksi, sebaliknya kristal (NH 4 ) 3 PW 12 O 40 tidak rigid dan ukuran pori mudah berubah tergantung dari ukuran metilamina yang teradsorbsi sehingga katalis ini menjadi tidak selektif terhadap metilamina yang berukuran kecil. Abstract Role of K 3-x H x PW 12 O 40 as a Catalyst in Selective Catalysis of Methylamine Synthesis from Ammonia and Methanol. Synthesize of methylamine from methanol and ammonia was studied in this research work using a partially potassium heteropoly salt (K 3-x H x PW 12 O 40 abbreviated as KPW) as a catalyst. KPW was prepared from heteropoly salt and potassium carbonate by using ion exchange method. The reaction was conducted at 600 ~ 800K and at the atmospheric pressure. Reactor used was a continue flow reactor with W/F=0,1~0,9g-kat.mnt./cc.Concentration of reactants and products were analyzed by gas chromathography while catalyst structure was observed by XRD (X-ray diffraction). Isothermal adsorption method was used for determining catalyst pore size. The result showed that ion exchange between H ion in zeolit with K ion produced potassium heteropoly salt that caused the change of interstitial space. The change of interstitial space was observed by the change of the lattice constant of the catalyst crystal. Trimethylamine(TMA) has molecule size smaller than catalyst pore size but bigger than molecular size of Dimethylamine (DMA) and Monimethylamine (MMA). This phenomenon caused the suppression of TMA formation. KPW has a rigid crystal structure and stabil during reaction. On the other hand, crystal structure of a non selective catalyst (NH 4 ) 3 PW 12 O 40 was not rigid and its pore size is easy to change depending on the product molecule size. Keywords : methylamina, shape selective, heteropoly acid 1. Pendahuluan Senyawa metilamina diperlukan oleh berbagai industri kimia sebagai bahan baku atau bahan pembantu proses seperti surfaktan, pelarut dan lainnya. Kebutuhan untuk proses industri yang semakin tinggi terhadap senyawa metilamina, menyebabkan perlunya pengembangan proses sintesis senyawa tersebut agar lebih efisien. Metilamina, Monometilamina (MMA), Dimetilamina (DMA) dan Trimetilamina (TMA) secara komersial disintesis dengan proses alkilasi amoniak dengan metanol pada kondisi operasi suhu tinggi dan menggunakan katalis asam padat seperti silika-alumina, alumina dan lainnya [1]. Secara termodinamika reaksi, proses alkilasi itu dengan mudah mencapai kondisi 102

MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 7, NO. 3, DESEMBER 2003 103 kesetimbangan reaksi menghasilkan TMA sebagai produk utama. Pada kondisi reaksi dengan suhu 300 o C dan perbandingan Metanol/NH 3 = 3~5, TMA diperoleh dengan yield lebih dari 60%. Hal ini sangat merugikan karena TMA tidak memiliki harga ekonomis, sebaliknya DMA memiliki nilai jual yang sangat tinggi disusul kemudian oleh harga MMA [2]. Untuk menghindari ini, industri menggunakan kondisi rasio umpan rendah yaitu metanol/amoniak 1~3. Apabila dilihat dari persamaan reaksi yang terjadi (Persamaan 1-3), penggunaan metanol yang terbatas dibandingkan dengan amoniak akan menurunkan jumlah produk metilamina yang berderajad tinggi (TMA). NH 3 + CH 3 OH NH 2 CH 3 [MMA] (1) NHCH 3 + CH 3 OH NH (CH 3 ) 2[DMA] (2) NH (CH 3 ) 2+ CH 3 OH N(CH 3 ) 3[TMA] (3) Kondisi ini merupakan masalah utama pada sintesis yang menggunakan katalis asam padat konvensional karena kebutuhan pasar berorientasi pada MMA dan DMA, terutama DMA. Ditambah lagi bahwa TMA kalau bercampur dengan MMA dan atau DMA atau metanol akan membentuk campuran azeotrop yang menyebabkan biaya pemisahan menjadi mahal. Oleh karena itu, pengembangan katalis untuk sintesis metilamina yang selektif terhadap MMA/DMA dan dapat menekan terbentuknya TMA adalah subyek yang penting bagi pengembangan industri. Mochida et.al. [3] melaporkan bahwa zeolit yang memiliki ukuran pori kecil memberikan tendensi dapat meningkatkan selektivitas MMA/DMA pada sintesis ini. Sementara itu, Segawa et.al. [4] melaporkan bahwa pengecilan ukuran pori dari zeolit mordenit menghasilkan peningkatan yang luar biasa terhadap selektivitas MMA dan DMA dengan menekan terbentuknya TMA hampir sempurna. Dilaporkan pula bahwa diameter kinetic dari metil amina adalah : MMA=0.4 nm, DMA=0.49 nm dan TMA=0.61nm Penulis juga telah melaporkan bahwa garam sesium (Cs 3 PW 12 O 40 ) dapat menyebabkan shape selective catalysis yang menghasilkan hanya DMA dan MMA [5,6]. Mengingat Sesium dan Kalium berada dalam golongan yang sama dalam tabel periodik unsur, Kalium memiliki potensi yang sama untuk membentuk garam heteropoli yang mempunyai sifat selektif terhadap sintesis metilamina. Sedangkan Nasikin et.al. [5] melaporkan bahwa dekomposisi metilamina dapat terjadi pada senyawa heteropoli seperti H 3 PW 12 O 40 dan garamnya. Hal ini mengindikasikan bahwa senyawa tersebut dapat dipakai untuk mensintesis metilamina. Oleh karena garam Sesium telah menunjukkan kemampuan dalam sintesis selektif, pada studi ini garam Kalium heteropoli diuji untuk tujuan yang sama. 2. Metode Penelitian K x H 3-x PW 12 O 40 (K x PW) dipreparasi dengan mereaksikan larutan asam heteropoli H 3 PW 12 O 40 dengan larutan K 2 CO 3 yang ditambahkan secara titrasi kedalam larutan asam heteropoli pada suhu kamar dan sambil diaduk dengan jumlah kalium sesuai dengan kandungan yang diharapkan pada katalis K x PW. Endapan warna putih yang didapat lalu dipisahkan dari larutannya dan dikeringkan dengan oven pada suhu 110 o C selama 5 jam sehingga didapat katalis serbuk Kalium heteropoli. Amonium Heteropoli (NH 4 PW) juga dipreparasi dengan metode yang sama. ini dipakai sebagai pembanding terhadap katalis Kalium heteropoli terutama yang berkaitan dengan perubahan sifat kristal katalis. Reaksi antara amoniak dan metanol dilakukan pada reaktor alir kontinu yang terbuat dari gelas pyrex berdiameter dalam 8mm. Suhu reaksi divariasikan antara 600-800K dan W/F antara 0.1-0.9g-kat.mnt./cc. Perbandingan antara metanol dan amoniak dipertahankan pada rasio mol 1:2. Untuk menentukan konsentrasi reaktan dan produk digunakan gas kromatografi (GC) dengan kolom berjenis Chromosorb 103 dan untuk menganalisis perubahan kristal katalis dipakai metode XRD. Ukuran pori dan luas permukaan katalis ditentukan dengan metode adsorbsi isothermal (BET) menggunakan gas nitrogen sebagai adsorbat. 3. Hasil dan Pembahasan Gambar 1 menunjukkan profil konversi metanol dan selektivitas TMA pada reaksi metanol dan amoniak dengan berbagai katalis. Silika-alumina, NH 4 PW dan K 2.95 PW menunjukkan aktivitas yang tinggi terhadap sintesis metilamina, sedangkan K 3 PW, garam sempurna heteropoli yang tidak memiliki inti aktif asam sama sekali, tidak menunjukkan aktivitas pada reaksi ini. Hal ini menunjukkan bahwa sintesis metilamina yang merupakan reaksi dehidrasi dikatalisis oleh inti aktif asam kedalam fasa ruah sehingga reaksi yang melibatkan senyawa polar akan terjadi pada fasa ruah dan tidak dipengaruhi oleh luas permukaan. Oleh karena polaritas senyawa metanol, amoniak dan metilamina berbeda satu sama lain, maka aktivitas HPW tidak sebesar katalis lain yang memiliki luas permukaan besar walaupun HPW mengandung inti aktif H yang paling banyak diantara katalis yang dipakai pada penelitian ini. Sedangkan terhadap senyawa KPW, masuknya ion K kedalam HPW untuk membentuk K x PW menyebabkan ukuran kristal (lattice constant) membesar akibat terbentuk ruang diantara polianion dari heteropoli.

104 MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 7, NO. 3, DESEMBER 2003 Konversi Metanol atau Selektivitas TMA (%) 100 50 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Gambar 1. Aktivitas dan Selektivitas dari Berbagai Garam Kalium Heteropoli. Konversi Metanol (g), Selektivitas TMA ( ). : 1. Silika Alumina; 2. NH 4 PW; 3. HPW; 4. K 1 PW; 5. K 2 PW; 6. K 2.5 PW; 7. K 2.95 PW; 8. K 3 PW Tabel 1. Luas Permukaan Berbagai Tabel 2. Ukuran Pori Luas Permukaan m 2 /gram Diameter Pori (nm) Silika-Alumina 560 NH 4 PW 128 K 1 PW 4 K 2 PW 8 K 2.5 PW 44 K 2.95 PW 134 K 3 PW 127 HPW 8 * Metode BET dengan gas N 2 sebagai adsorbat Berubahnya ukuran kristal ini diidentifikasi dengan XRD yang menunjukkan bergesernya puncak dari bidang-bidang kristal kearah kiri (2θ lebih kecil) [5,6]. Ketiga katalis (katalis 2, 6 dan 7) yang menunjukkan aktivitas paling tinggi memiliki luas permukaan besar (Tabel 1) yang mengindikasikan bahwa reaksi permukaan menjadi faktor penting dalam sistem katalisis ini. HPW dengan jumlah inti asam yang paling besar, tidak menunjukkan aktivitas yang signifikan NH 4 PW 0,98 K 2.5 PW 0,67 K 2.95 PW 0,58 HPW 0,75 karena reaksi katalisis yang terjadi pada katalis ini merupakan reaksi fasa ruah. HPW yang merupakan senyawa asam memiliki kemampuan untuk mengabsorbsi reaktan. Tabel 1 juga menunjukkan bahwa HPW memiliki luas permukaan yang rendah (8 m 2 /g) dan garam parsial kalium dengan K<2 juga menunjukkan luas permukaan yang hampir sama. Hal ini mengindikasikan bahwa penetrasi ion K dalam jumlah kecil belum dapat membentuk interstisial space yang cukup untuk menghasilkan pori pada katalis. Sedangkan untuk K>2.5 terutama K=2.95, Tatematsu dan Echigoya [7] melaporkan bahwa penetrasi K dengan jumlah hampir sempurna menyebabkan kristal menjadi berpori karena terbentuknya space diantara polianion.

MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 7, NO. 3, DESEMBER 2003 105 Fenomena ini yang menyebabkan luas permukaan garam kalium heteropoli menjadi besar secara signifikan setelah jumlah ion K cukup signifikan di dalam kristal heteropoli. Gambar 1 juga mengindikasikan bahwa TMA diproduksi oleh semua katalis yang dipakai pada penelitian ini, kecuali katalis K 3 PW yang memang tidak memiliki inti aktif asam. is selektif yang ditunjukkan oleh K 2.95 PW terhadap metilamina dengan ukuran kecil (MMA dan DMA) perlu dijelaskan fenomenanya. Sedangkan fenomena katalisis nonselektif oleh katalis lain yang diindikasikan dengan munculnya TMA sebagai produk dengan ukuran paling besar, telah dijelaskan pada publikasi sebelumnya [5,6]. Non-selektif katalisis dari garam heteropoli dengan kation <2.5 disebabkan oleh sifat kristal katalis yang non-rigid sehingga ukuran pori mudah berubah sesuai dengan senyawa yang teradsorbsi. Untuk menjelaskan terjadinya fenomena shape selective catalysis pada sintesis metilamina dengan absennya TMA apabila K 2.95 PW dipakai sebagai katalis, dilakukan analisis terhadap ukuran pori katalis. Ukuran pori beberapa katalis dapat dilihat pada Tabel 2. Terlihat pada Tabel 2 bahwa K 2.95 PW memiliki ukuran pori yang lebih kecil dari TMA akan tetapi lebih besar dari MMA dan DMA. Hal ini menyebabkan TMA menjadi tidak diproduksi dalam reaksi ini. Untuk HPW, NH 4 PW dan K x PW dengan X<2.5, sifat kristal katalis ini mempunyai sifat non-rigid yang memungkinkan terjadinya perubahan ukuran pori tergantung dari ukuran senyawa yang diadsorbsi. Oleh karena itu, ukuran pori katalis ini tidak mempengaruhi terbentuknya TMA dan katalis ini tidak selektif terhadap metilamina yang lebih kecil (MMA dan DMA). Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa terjadi shape selektif katalisis pada sintesis metilamina menggunakan katalis K 2.95 PW. Fenomena ini terjadi akibat diameter pori katalis tidak dapat mengakomodasi ukuran TMA sehingga TMA tidak diproduksi. Untuk menjelaskan fenomena yang terjadi, digambarkan sebuah model yang dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 mengindikasikan bahwa MMA dan DMA memiliki ukuran senyawa yang cukup kecil bila dibandingkan dengan ukuran bukaan pori katalis K 2.95 PW sehingga kedua senyawa ini diproduksi pada reaksi ini. Sebaliknya, TMA dengan ukuran senyawa yang lebih besar dari ukuran bukaan pori katalis tidak dapat didesorpsi keluar pori dan tidak dijumpai sebagai produk. Dari Gambar 2 juga dapat diindikasikan bahwa struktur pori rigid hanya dimiliki oleh garam heteropoli dengan jumlah kation yang mendekati angka 3 dimana hampir terbentuk garam sempurna. Jumlah kation yang lebih kecil dari 2.5 menyebabkan struktur kristal asam heteropoli lebih dominan sehingga pori yang terbentuk sangat mudah berubah ukurannya tergantung dari senyawa yang diakomodasi. Dilihat dari sisi industri, kemampuan katalis, baik sesium maupun kalium heteropoli yang dapat menekan terbentuknya TMA sehingga selektifitas TMA = 0 merupakan fenomena yang sangat meguntungkan. Saat ini, dengan menggunakan katalis silika-alumina, industri metilamina memerlukan biaya yang mahal MMA:4Å DMA: 4.9Å TMA: 6.1Å Pori <6 Å Gambar 2. Model Shape Selective Catalysis untuk Sintesis Metilamina pada K 2.95 PW

106 MAKARA, TEKNOLOGI, VOL. 7, NO. 3, DESEMBER 2003 terutama di bagian pemurnian karena adanya TMA yang tercampur dengan DMA, MMA maupun metanol. Campuran tersebut memerlukan alat pemisah yang mahal dari segi investasi maupun operasional. Model katalisis selektif seperti terlihat pada Gambar 2 juga terjadi pada katalis Zeolit. Zeolit memiliki struktur kristal yang rigid dan diameter pori dapat dibentuk sesuai dengan produk yang diinginkan. Dalam hal ini KPW maupun CsPW memiliki fenomena katalisis selektif yang mirip dengan fenomena pada zeolit yang ditemukan lebih awal [2]. 4. Kesimpulan Sintesis metilamina dari metanol dan amoniak menggunakan asam heteropoli dan garam parsial dengan kation <2.5 menghasilkan TMA karena sifat kristal katalis yang memungkinkan terjadinya perubahan ukuran pori. Pertukaran ion H dalam asam heteropoli dengan ion K untuk membentuk garam K x PW menghasilkan padatan berpori dengan luas permukaan yang tinggi apabila kandungan K>2.5 TMA memiliki ukuran yang lebih besar dari bukaan pori K 2.95 PW sehingga terjadi peristiwa shape selective catalysis yang menyebabkan TMA tidak diproduksi. Daftar Acuan [1] Encyclopedia of Chemical Reaction Process, Vol.3, John Wiley and Sons Inc., New York, 1977, p.148 [2] M. Fukatsu, Zeolite 5 (1993)16 [3] I. Mochida, A. Yasutake, K. Takeshita, J. Catal. 82 (1998)313 [4] K. Segawa, H. Tachibana, J. Catal. 131 (1991) 482 [5] M. Nasikin, R. Nakamura, H. Niiyama, J. Jpn Petrol. Inst. 12 (1999) 369 [6] M. Nasikin, Prosiding Seminar Nasional Fundamental dan Aplikasi Teknik Kimia, Surabaya, Indonesia, 2001, KR-03 [7] S. Tatematsu, E. Echigoya. Chem. Lett. 3 (1984) 865.