Pertidaksamaan Jika Dikalikan dengan Bilangan Negatif, Harus Dibalik Tandanya? Oleh : Rachmadi Widdiharto*)

dokumen-dokumen yang mirip
Pertidaksamaan Jika Dikalikan dengan Bilangan Negatif, Harus Dibalik Tandanya? Oleh : Rachmadi Widdiharto*)

ANALISIS KEMAMPUAN PENGETAHUAN KONSEPTUAL DAN PROSEDURAL SISWA SD DALAM POKOK BAHASAN PECAHAN

Contoh Penalaran Induktif dan Deduktif Menggunakan Kegiatan Bermain-main dengan Bilangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Contoh Penalaran Induktif dan Deduktif Menggunakan Kegiatan Bermain-main dengan Bilangan

Paket 2 BILANGAN BULAT DAN OPERASINYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan

ANALISIS KESALAHAN KONEKSI MATEMATIS SISWA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL

BAB I PENDAHULUAN. [[ 1.1 Latar Belakang Masalah

matematika WAJIB Kelas X PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL K-13 A. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA BERBAHASA INGGRIS PADA MATERI PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL

commit to user 32 BAB III METODE PENELITAN

DIAGNOSIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL SERTA UPAYA MENGATASINYA MENGGUNAKAN SCAFFOLDING

PENGEMBANGAN KISI-KISI UJIAN SEMESTER GANJIL TAHUN 2016/2017

Unit 5 PENALARAN/LOGIKA MATEMATIKA. Wahyudi. Pendahuluan

Penerapan model pembelajaran langsung dalam mata pelajaran matematika SMP/MTs (oleh Dra. Theresia Widyantini, M.Si)

A. Standar Kompetensi Memahami bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel.

MEMPERBAIKI PEMAHAMAN KONSEPTUAL DAN PROSEDURAL PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL MELALUI WAWANCARA KLINIS VIKA PUSPITASARI NIM F

ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH STRUKTUR ALJABAR II (TEORI GELANGGANG)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. maka diperoleh kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi dari hasil-hasil penelitian

PROSES BERPIKIR ARITMETIKA DAN BERPIKIR ALJABAR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN KONEKSI SISWA SMP/MTs

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMAHAMAN KONSEPTUAL SISWA PADA MATERI PERTIDAKSAMAAN LINIER SATU VARIABEL DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI ALJABAR BAGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 SALATIGA

Mengintegrasikan Nilai-Nilai dalam Pembelajaran Matematika

Unit 6 PENALARAN MATEMATIKA. Clara Ika Sari Budhayanti. Pendahuluan. Selamat belajar, semoga Anda sukses.

STUDI PENALARAN DEDUKTIF MAHASISWA PGMI STAIN PURWOKERTO DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIKA. Mutijah

Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Produk yang dikembangkan adalah perangkat pembelajaran berupa LKS berbasis

Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP dalam Belajar Garis dan Sudut dengan GeoGebra

ADAKAH ALAT PERAGA UNTUK MEMPERMUDAH PEMAHAMAN SISWA DALAM MEMPELAJARI OPERASI HITUNG PERKALIAN BILANGAN BULAT? Oleh: Pujiati*)

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, dituntut sumber daya manusia yang

Penerapan model pembelajaran langsung dalam mata pelajaran matematika SMP/MTs. Oleh Dra. Theresia Widyantini, M.Si.

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI SMP

P - 51 DIAGNOSIS KESALAHAN SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH FAKTORISASI BENTUK ALJABAR

PEMBELAJARAN MENULIS. oleh Isah Cahyani Diadaptasi dari berbagai sumber dan hasil diskusi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR

PEMECAHAN MASALAH BERDASARKAN PROSES BERFIKIR VAN HIELE

PENGENALAN KONSEP DASAR ALJABAR MELALUI PERMASALAHAN KONTEKSTUAL

LEMBAR AKTIVITAS SISWA PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN NILAI MUTLAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. baik. Mata pelajaran matematika di SMP diberikan kepada semua siswa dengan

PROSES SCAFFOLDING BERDASARKAN DIAGNOSIS KESULITASN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PROGRAM LINEAR

Unit 2 KONSEP DASAR ALJABAR. Clara Ika Sari Pendahuluan

PROSES SCAFFOLDING BERDASARKAN DIAGNOSIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERTIDAKSAMAAN KUADRAT DENGAN MENGGUNAKAN MAPPING MATHEMATICS

BAB I PENDAHULUAN. dimilikinya. Kualitas pendidikan akan menggambarkan kualitas SDM (sumber

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

DESKRIPSI KEMAMPUAN GEOMETRI SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE

BAB 2 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

ANALISIS KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK LOGIKA PADA SISWA SMK MUHAMMADIYAH 3 KLATEN UTARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. digunakan secara luas dalam berbagai bidang kehidupan.

Mata Pelajaran : Matematika Satuan Pendidikan : SMP/MTs Kelas/Semester : VII s/d IX/ 1-2. Nama Guru :... NIP/NIK :... Sekolah :...

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari seperti mengenal garis, bangun datar dan bangun ruang. Geometri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rianti Aprilia, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Deden Rahmat Hidayat,2014

Penerapan model pembelajaran langsung dalam mata pelajaran matematika SMP/MTs. Oleh. Dra. Theresia Widyantini, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. 1 Khoerul Umam, Makalah Pengajaran Matematika 2012, diakses dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MASALAH-MASALAH YANG TERKAIT DENGAN KONSEP DASAR MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam rangka

Erfan Yudianto, S. Pd Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika UNESA.

PROFIL KEMAMPUAN PENALARAN DEDUKTIF MAHASISWA PADA MATERI RUANG VEKTOR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arif Abdul Haqq, 2013

PEMAHAMAN KONSEP JARAK PADA TOPIK DIMENSI TIGA KELAS X MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG BERBANTUAN GOOGLE SKETCHUP

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 BALONGAN

ANALISIS KESULITAN SISWA SMP DALAM MEMPELAJARI PERSAMAAN GARIS LURUS DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERSTANDAR NCTM BERNUANSA COGNITIVE LOAD THEORY UNTUK SMK KELAS X

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Wiyoto (PPPPTK-BMTI Bandung) ABSTRAK

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM PENYELESAIAN SOAL SIFAT- SIFAT GRADIEN BAB PERSAMAAN GARIS LURUS PADA SISWA SMP PGRI ARJOSARI KABUPATEN PACITAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Benyamin S. Bloom (dalam Siti, 2008 : 9) siswa dikatakan memahami

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Untuk mencapai suatu keberhasilan dalam pendidikan, seseorang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1 SISTEM BILANGAN REAL

SISTEM BILANGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER ILHAM SAIFUDIN PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK. Senin, 03 Oktober 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN Fitri Kumalasari, Toto Nusantara, Cholis Sa dijah. Universitas Negeri Malang 1

PERBEDAAN PEMAHAMAN KONSEP BANGUN DATAR MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA DITINJAU BERDASARKAN PERBEDAAN JENIS KELAMIN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN No : 14

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

UPAYA MENGATASI KESULITAN SISWA DALAM OPERASI PERKALIAN DENGAN METODE LATIS

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara nasional adalah hasil nilai Ujian Nasional (UN). Permendikbud

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

3.4. Rancangan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Penelitian

Analisis Perbandingan Penalaran Kreatif Soal Ujian Nasional Matematika Tahun 2016 Tingkat Sekolah Lanjutan Atas

BAB I PENDAHULUAN. berat. Salah satu tantangannya adalah menghadapi persaingan ekonomi global.

KAJIAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA (HASIL TAHAPAN PLAN SUATU KEGIATAN LESSON STUDY MGMP SMA)

Transkripsi:

Pertidaksamaan Jika Dikalikan dengan Bilangan Negatif, Harus Dibalik Tandanya? Oleh : Rachmadi Widdiharto*) Tulisan ini disajikan berangkat dari cukup seringnya para peserta diklat menanyakan hal sebagaimana pada judul di atas. Masalah ini muncul terutama pada mata Diklat Aljabar untuk Diklat Matematika SMP. Umumnya para guru pada saat menjelaskan kepada siswanya, lebih mengarah pada pengumuman, suatu informasi yang harus diterima tanpa reserve, siswa kurang diajak bernalar, kenapa itu bisa terjadi, apa sebabnya? Jika ada pertidaksamaan misalnya, kemudian untuk menentukan himpunan penyelesaian ada langkah yang harus dikalikan dengan, setelah dikalikan maka tandanya pertidaksamaannya dibalik. Kenapa harus dibalik, apa memang harus dibalik, bagaimana kalau tidak dibalik? Berikut adalah beberapa alternatif penyelesaiannya (serta remediasinya) yang mungkin bisa membantu para guru di sekolah. a. Menentukan Himpunan Penyelesaian Pertidaksamaan. Contoh Soal : Tentukan himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan berikut : Penyelesaian Alternatif 1 :... (kedua ruas ditambah ( )) 1... (kedua ruas dikalikan ( ) ) 2 Sehingga diperoleh himpunan penyelesaian :... (karena dikalikan negatif, maka tanda pertidaksamaan dibalik) Alternatif 2 :... (kedua ruas ditambah ( ))... (kedua ruas ditambah ( ))... (kedua ruas ditambah ( ))

Sehingga diperoleh himpunan penyelesaian... (kedua ruas dikalikan )... (dapat pula disebutkan ) Perhatikan penyelesaian Alternatif 1, tampak penjelasan pada langkah (5) yakni maka tanda pertidaksamaan dibalik mengarah pada pengumuman oleh guru. Penyelesaian Alternatif 2 lebih baik dari pada Alternatif 1 karena ada upaya untuk meminimalisir pengumuman meski ada penulisan ekspresi matematika yang kurang familiar bagi sebagian orang, yaitu pada langkah 8,. Dalam pengucapannya, kalimat ini tidak ada bedanya dengan bentuk karena biasanya variabel disebut lebih dahulu dalam membaca pertidaksamaan. b. Tinjuan Sebuah Kasus. Pada Soal Tes Standar yang pernah dikembangkan PPPG Matematika pada tahun 2005, ada salah satu item Tes tentang pertidaksamaan. Salah satu pekerjaan siswa yang sempat penulis cermati adalah seperti berikut ini : Dari 512 siswa atau responden yang menjawab benar A adalah 17, 67%; 28,33% menjawab B, 5,00% siswa menjawab C, dan 41, 67% siswa tidak mengerjakan. Hanya sedikit siswa yang menjawab benar. Hal itu terjadi karena nampaknya mereka sudah merasa bingung melihat notasi pertidaksamaan serta kurang memahami konsep pertidaksamaan. Dari apa yang dikerjakan oleh siswa tersebut, sebenarnya dia sudah cukup bagus dalam menyelesaikan operasi aljabar dari langkah ke-1 sampai ke-5, sementara pada langkah ke-6 siswa terjadi kesalahan karena ketika mengalikan kedua ruas dengan, notasi pertidaksamaannya tidak dibalik. Mungkin hal inilah sebagai buah dari pembelajaran yang mengedepankan pengumuman, rote learning, dan bukan constructive learning, sehingga anak lupa untuk membaliknya. c. Alternatif Remediasi yang Bisa Dilakukan Dari contoh kasus di atas, alternatif remediasi yang bisa dilakukan antara lain sebagai berikut (Widdiharto, 2008):

1. Mengulang atau menjelaskan kembali tentang pemahaman pertidaksamaan; <, >,, pada bilangan bulat dengan contoh yang sederhana, misalnya 2 < 7; 6 > 3; 3 < 5; 3 3; dan seterusnya. 2. Setelah paham, dilanjutkan dengan pertidaksamaan yang memuat variabel dengan operasi penjumlahan atau pengurangan yang sederhana, misalnya: ; ; dan seterusnya. 3. Untuk menyelesaikan butir 2, akan lebih baik jika digambarkan secara geometris yakni dengan garis bilangan (tidak secara aljabar semata), sehingga akan kelihatan mana daerah yang memenuhi dan mana yang tidak memenuhi penyelesaian, misalnya; (kedua ruas dikurangi 2) yang memenuhi yang tidak memenuhi 0 ο 4 Pada penggambaran dengan garis bilangan ini, siswa bisa mengambil beberapa nilai, kemudian mencobakannya untuk mengecek hasil yang diperoleh. 4. Selanjutnya untuk menunjukkan bahwa apabila pertidaksamaan kedua ruas dikalikan dengan bilangan negatif, bisa dimulai dengan pembenaran induktif misalnya : a. 2 < 7 adalah pernyataan yang benar. Apabila kedua ruas dikalikan dengan ( 1) maka, menjadi penyataan yang tidak benar. Supaya pernyataan tersebut menjadi benar notasi pertidaksamaan harus dibalik, yaitu. b. adalah pernyataan yang benar. Apabila kedua ruas dikalikan dengan maka, menjadi pernyataan yang tidak benar. Supaya pernyataan menjadi benar notasi pertidaksamaan harus dibalik, yaitu. c. adalah pernyataan yang benar. Apabila kedua ruas dikalikan dengan (, maka menjadi pernyataan yang tidak benar. Supaya pernyataan menjadi benar notasi pertidaksamaan harus dibalik, yaitu, dan seterusnya. d. Kesimpulan : Dalam pengerjaan pertidaksamaan apabila kedua ruas dikalikan dengan bilangan negatif maka notasi pertidaksamaannya harus dibalik.

Untuk siswa jenjang SMP, nampaknya pendekatan induktif ini cukup bisa diterima mengingat usia perkembangan mereka masih pada transisi dari concrete operations ke formal thought (Wadsworth, 1994), dan semestinya guru memperhatikan fakta tersebut dalam memberikan penjelasan. Namun demikian jika memungkinkan tidak ada salahnya jika para guru juga memahami pembuktian secara deduktifnya. Secara deduktif, permasalahan ini bisa ditunjukkan sebagai berikut: Diketahui : dan Buktikan : Bukti : bil.positif) Terbukti., sehingga (arti x > y) (perkalian dengan (sifat distributif) (sifat aditif) (sifat perkalian) (arti bilangan negatif) d. Sifat Perkalian dan Implikasinya. Beberapa sifat perkalian diantaranya adalah hasil kali bilangan positif dengan negatif adalah bilangan negatif, hasil kali dua bilangan negatif adalah bilangan positif, dan sebagainya. Kekonsistenan sifat-sifat ini dapat ditunjukkan dengan pola. Sifat-sifat tersebut apabila kita kaitkan dengan pertidaksamaan, akan sedikit menimbulkan kejanggalan. Bilangan negatif dikalikan dengan bilangan negatif akan diperoleh bilangan positif. Sementara kita memahami bahwa yang namanya bilangan negatif itu, nilai-nya adalah lebih kecil dengan bilangan positif manapun, bahkan dengan bilangan 0 sekalipun. Artinya, itu nilainya adalah lebih kecil dari pada bilangan positif 0,00000001 misalnya. Nilai juga lebih kecil dari pada 0. Pada pemahaman tentang konsep pertidaksamaan (yang notasinya : >, <,, dan ) yang kita bandingkan adalah nilai-nya; ; ;, dan seterusnya. Pada pertidaksamaan, notasi pertidaksamaanya tidak berubah tandanya apabila dikalikan dengan bilangan positif, tidak merubah nilai awalnya (sebelum dikalikan). Artinya, bilangan positif dikalikan bilangan positif ya...tetap positif, bilangan negatif dikalikan bilangan positif ya...tetap negatif. Dengan demikian untuk pertidaksamaan apabila dikalikan dengan bilangan positif tidak perlu merubah tandanya. Namun demikian, pertidaksamaan ini berubah nilai -nya tatkala kita mengalikan kedua ruas dengan bilangan negatif. Ini bisa terjadi karena dari sifat perkalian,

ketika kita kalikan kedua ruas dengan bilangan negatif, nilainya menjadi berubah dari nilai awalnya. Artinya, ketika bilangan positif dikalikan bilangan negatif hasilnya menjadi negatif...berubah ( positif negatif), sementara ketika bilangan negatif dikalikan bilangan negatif hasilnya menjadi positif...berubah (negatif positif). Dengan demikian agar tidak menimbulkan kejanggalan dan tetap konsisten dengan konsep pertidaksamaan (bahwa yang dibandingkan adalah nilainya) maka notasi pertidaksamaan tandanya harus dibalik. Sebenarnya, apa yang muncul pada masalah ini tidak lain adalah sesuatu yang tidak asing bagi dunia matematika. Matematika dibangun oleh sebuah asumsi, kesepakatan, definisi, konsep, dengan kebenaran konsisitensi yang mengikuti pola deduktif aksomatis. Sejauh kesepakatan tentang konsep pertidaksamaan tetap dirujuk, sifat-sifat perkalian konsisten dengan kebenaran matematisnya maka deduktif maupun induktif sebagai implikasinya tetap bisa ditunjukkan. Dengan demikian kembali pada pertanyaan judul di atas, Pertidaksamaan jika dikalikan dengan bilangan negatif, harus dibalik tandanya?, maka jawabnya adalah Ya, namun diharapkan kepada para guru mohon untuk tidak begitu saja informasikan itu disajikan sebagai pengumuman yang tanpa reserve. Paradigma constructivism hendaknya juga dikedepankan, kemahiran matematika yang salah satunya reasoning and communication skill (Van de Walle,1997) perlu juga diperhatikan. Setidaknya, wacana pada Alternatif 2, proses remediasi secara induktif, pembuktian secara deduktif, maupun sifat perkalian dan implikasinya sebagaimana disebutkan di atas, bisa dipilih guru dalam membelajarkan siswanya khususnya tentang pertidaksamaan, dan umumnya dalam mencerdaskan anak bangsa ini, semoga bermanfaat, terimakasih. ***medio oktober, 2012 *) Rachmadi Widdiharto, Widyaiswara PPPPTK Matematika Yogyakarta. Daftar Pustaka Krismanto Al (2009). Aljabar, Bahan Ajar Diklat Guru Pengembang/Instruktur Matematika SMP Jenjang Dasar, PPPPTK Matematika Yogyakarta Van de Walle, John A. (1994). Elementary and Middle School Mathematics- Teaching Developmentally, Addson Wesly, Longman Inc. Wadsworth, Barry J. (1984). Piaget s Theory of Cognitive and Affective Development, Longman Inc., NY. Widdiharto, Rachmadi (2008). Diagnostik Kesuliatan Belajar Matematika SMP dan Alternatif Remedinya, Paket Fasilitasi KKG/MGMP Matematika SMP, PPPPTK Matematika Yogyakarta