Kinerja Lingkungan dan Sosial (ESP)

dokumen-dokumen yang mirip
Infografis Kemakmuran Hijau v5.2 PRINT.pdf PROYEK KEMAKMURAN HIJAU

GLossary. Badan Pembangunan Perancis (French Development Agency) Penilaian Dampak Lingkungan (Environmental Impact Assessment)

Oleh : Arief Setyadi. Persyaratan Gender dalam Program Compact

Pemantauan & Evaluasi

Kerangka Acuan. Kegiatan Profesionalisasi Pengadaan. Mentor ULP untuk Manajemen Sumber Daya Manusia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Kerangka Acuan Kerja/KAK

KERANGKA ACUAN KERJA REVISI-II PERJALANAN DINAS LUAR NEGERI KEGIATAN PENGELOLAAN HIBAH MILLENIUM CHALLENGE CORPORATION (MCC) TAHUN ANGGARAN 2014

PROYEK MODERNISASI PENGADAAN

Hibah Pengetahuan Hijau

Pengawasan Lintas Sektor (Cross cutting Oversight)

KERANGKA ACUAN KERJA PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI SEKRETARIAT PENGELOLA HIBAH MILLENNIUM CHALLENGE CORPORATION (MCC) TAHUN ANGGARAN 2014

Latar Belakang Gambar 1. Kriteria Pinjaman Daerah

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA

Prasyarat Penerima Hibah

KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN PENGELOLAAN HIBAH MILLENIUM CHALLENGE CORPORATION (MCC) TAHUN ANGGARAN 2014 REPUBLIK INDONESIA

- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba

Masalah untuk Konsultasi Tahap 3 Pendahuluan CODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Brief Note. Edisi 19, Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan

Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth

Panggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014

Pemetaan Pendanaan Publik untuk Perubahan Iklim di Indonesia

PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN

Integrasi Isu Perubahan Iklim dalam Proses AMDAL Sebagai Alternatif Penerapan Ekonomi Hijau Pada Tingkatan Proyek

KEPEMIMPINAN IKLIM GLOBAL PERJANJIAN KERJA SAMA (PKS)

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Brief Note. Edisi 22, Social Marketing Sebagai Strategi Pemberdayaan

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Fasilitas Kemakmuran Hijau. Hibah Pengelolaan Sumber

PERATURAN BUPATI MAMASA NOMOR: 2 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

TERM OF REFERENCE FASILITASI KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 05 /PRT/M/2015 TENTANG

PENGUMUMAN SELEKSI PASCAKUALIFIKASI Nomor: 105/PSS/PPJK/12/2012

Modul A: Pendahuluan

Program Peningkatan Kemampuan Pemasok secara Efektif Nike 1. Apa persoalan yang perlu diselesaikan?

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA. PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARAT, DmT PEMERINTAH KABUPATEN MAMASA TENTANG

PROYEK KESEHATAN DAN GIZI BERBASIS MASYARAKAT UNTUK MENGURANGI STANTING (PKGBM)

BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA

Konsolidasi dan Kemitraan untuk Akselerasi Kemajuan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan

KEPASTIAN RUANG YANG PARTISIPATIF SEBAGAI KUNCI KEBERLANJUTAN SUMBER DAYA DAN DUKUNGAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Setelah sesi ini, peserta diharapkan dapat mengerti dengan baik tentang kegiatan, pendekatan, dan persyaratan yang ada pada Jendela-2: Pengelolaan

Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat (PSDABM)

Fasilitas Kemakmuran Hijau KEMITRAAN KAKAO LESTARI

Kerangka Tiga Pilar Bisnis & HAM: Uji Tuntas HAM

Ringkasan Eksekutif Kamis 2 Mei 2013, jam 9.00 s/d Kantor Sekretariat Pokja, Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat

Perbaikan Tata Kelola Kehutanan yang Melampaui Karbon

-2- Instrumen ekonomi penting dikembangkan karena memperkuat sistem yang bersifat mengatur (regulatory). Pendekatan ini menekankan adanya keuntungan e

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROYEK KEMAKMURAN HIJAU Program Hibah Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan berkomunikasi tidak hanya dilakukan oleh individu sebagai

Brief Note. Edisi 20, Mengembangkan Cost Effective CSR

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

Mencegah kekurangan gizi pada anak, mencegah stanting.

UNDANGAN BAGI AGREGATOR PASAR UNTUK BERPARTISIPASI DALAM PROGRAM INISIATIF TUNGKU SEHAT HEMAT ENERGI (CLEAN STOVE INITIATIVE CSI) INDONESIA

Kuesioner Kebijakan, Instrumen, Kerangka Kerja, Proyek dan Prakarsa Gaya Hidup yang Berkelanjutan

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang

Garis-Besar NAP. Latar Belakang. Tujuan dan Strategi Pembangunan Nasional Dalam Rangka Antisipasi Perubahan Iklim. Rencana Aksi Nasional

ILO MAMPU Project - Akses terhadap Pekerjaan & Pekerjaan Layak bagi Perempuan Tinjauan Fase 2 January 2013

PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lembar Data Proyek. Pembiayaan. Tanggal Pembuatan PDS. PDS Diperbarui 2 Apr 14. Nama Proyek

LAMPIRAN DAFTAR ISI. JDIH Kementerian PUPR

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

Kebijakan tentang rantai pasokan yang berkelanjutan

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM

Kebijakan Hak Asasi Manusia (HAM) dan Bisnis. 1 Pendahuluan 2 Komitmen 3 Pelaksanaan 4 Tata Kelola

Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial

PERBANKAN YANG BERKELANJUTAN DAN UNEP FI

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor

PROTOKOL KYOTO ATAS KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM

PROTOKOL CARTAGENA TENTANG KEAMANAN HAYATI ATAS KONVENSI TENTANG KEANEKARAGAMAN HAYATI

AMDAL DAN KRITERIA KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP. Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Deputi I Bidang Tata Lingkungan Asdep Kajian Dampak Lingkungan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UPAYA MENINGKATKAN MINAT BACA DI SEKOLAH

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN EFEK BERSIFAT UTANG BERWAWASAN LINGKUNGAN (GREEN BOND)

Deklarasi Dhaka tentang

Outline Presentasi. PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II. Proses Penyusunan SDGs. Proses Penyusunan SDGs

FAQ. bahasa indonesia

Menyelaraskan hutan dan kehutanan untuk pembangunan berkelanjutan. Center for International Forestry Research

PROYEK KEMAKMURAN HIJAU Program Hibah Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat. Mamasa, 15 Oktober 2015

ProKlim Asdep Adaptasi Perubahan Iklim Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkugan dan Perubahan Ikllim Kementerian Lingkungan Hidup Maret 2012

Segitiga Emas: Masyarakat-Pemerintah-Industri

Transkripsi:

Millennium Challenge Account - Indonesia Kinerja Lingkungan dan Sosial (ESP) Mengurangi kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi www.mca-indonesia.go.id

Kinerja Lingkungan dan Sosial MCA-I (ESP) Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat telah menandatangani kerjasama hibah Millennium Challenge Compact ( Compact ) pada tanggal 19 November 2011 untuk membantu pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kemiskinan di Indonesia. Dalam kaitan ini, Pemerintah Indonesia telah membentuk MCA-Indonesia (MCA-I) untuk bertindak sebagai pihak pengelola implementasi dari Program tersebut di Indonesia sebagaimana dimaksud dan didefinisikan di dalam Compact. Compact terdiri dari tiga proyek utama, yakni (1) Green Prosperity ( GP ) yang berfokus pada peningkatan produktifitas melalui perluasan energi terbarukan dan meningkatkan praktek penggunaan lahan dan pengelolaan sumber daya alam; (2) Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat ( Proyek Kesehatan dan Nutrisi ) yang berfokus pada pengurangan dan pencegahan kelahiran dengan berat badan yang rendah (stunting) dan kurang gizi serta peningkatan pendapatan rumah tangga melalui penghematan biaya, pertumbuhan produktifitas dan pendapatan, dan (3) Modernisasi Pengadaan ( PM ) yang berfokus pada pencapaian penghematan pengeluaran pemerintah yang penting terkait dengan pengadaan barang dan jasa namun dengan tetap memastikan kualitas dan penyediaan layanan publik sesuai dengan rencana. Pertimbangan atas aspek lingkungan dan sosial adalah penting dalam pemilihan proyek, desain dan implementasi semua program dan kegiatan Compact. Environmental and Social Performance (ESP) dibuat untuk mengintegrasikan hukum dan peraturan Indonesia dan prinsip-prinsip lingkungan dan sosial berkelanjutan yang diterima secara internasional ke dalam desain dan pelaksanaan Compact ini, untuk menciptakan program yang sensitif terhadap permasalahan lingkungan dan sosial, yang bertujuan untuk mencapai pembangunan ekonomi yang berkelanjutan yang disinergikan dengan elemen-elemen yang diperlukan untuk meminimalkan risiko lingkungan dan sosial dan meningkatkan perlindungan sumber daya alam.

E1. Desain Proyek yang sensitif terhadap Lingkungan dan Sosial E2. Pemahaman Risiko dan Manfaat E3. Pengungkapan Informasi dan Melibatkan Stakeholder E4. Merancang dan Menerapkan Rencana Aksi Lingkungan dan Sosial E5. Mengembangkan dan Melembagakan Mekanisme Pengaduan E6. Pemantauan Kepatuhan, Pelaporan dan Evaluasi Elemen Kebijakan ESMS Jenjang 1 Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ESMS) Untuk mencapai tujuan ESP, semua investasi dan operasi MCA-I harus sesuai dengan Kerangka Sistem Manajemen Lingkungan dan Sosial (Kerangka ESMS). Kerangka ESMS dimaksudkan untuk memastikan bahwa semua investasi dan aktifitas MCA -I mematuhi semua hukum dan peraturan Pemerintah Indonesia yang berlaku, Pedoman Lingkungan MCC, Kebijakan Gender MCC, dan konsisten dengan International Finance Corporation Performance Standards ( IFC PS). PS-1 Assessment and Management of Environmental and Social Risks and Impacts PS-2 Labor and Working Conditions PS-3 Resource Efficiency and Pollution Prevention PS-4 Community Health, Safety, and Security PS-5 Land Acquisition and Involuntary Resettlement PS-6 Biodiversity Conservation and Sustainable Management of Living Natural Resources PS-7 Indigenous Peoples PS-8 Cultural Heritage IFC Performance Standards ESMS ini dibagi menjadi tiga jenjang, yaitu 1) Jenjang 1 untuk Compact secara keseluruhan, 2) Jenjang 2 untuk setiap Program atau Kegiatan utama, yaitu Green Prosperity (GP), Gizi dan Kesehatan Berbasis Masyarakat (H&N), Modernisasi Pengadaan (PM), dan inisiatif Compact lainnya yang memiliki potensi untuk menimbulkan dampak lingkungan dan sosial, dan 3) Jenjang 3 untuk proyek-proyek tertentu dibawah setiap Program atau Kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan dan/atau sosial. Kerangka Sistem Manajemen Lingkungan dan Sosial MCA-I

Semua ESMS dalam Compact pada umumnya akan mengikuti arahan kebijakan, kajian dampak lingkungan dan sosial (Environmental and Social Impact Assessment, ESIA), dan Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (Environmental and Social Management Plan, ESMP). Komponen ESMS meliputi 1) Penerapan pernyataan kebijakan yang menjunjung tinggi perlindungan lingkungan dan sosial, 2) mengembangkan kerangka kerja ESMS, 3) mengembangkan pedoman yang relevan, 4) mengembangkan prosedur tertentu misalnya untuk melakukan proyek tertentu ESIA, 5) melakukan tinjauan dokumen, melakukan studi yang dibutuhkan, dan membuat dokumen referensi dan perpustakaan pedoman dan prosedur, 6) mengembangkan rencana tindakan yang jelas dan spesifik, 7) menentukan organisasi dan pelaksanaan Rencana Aksi Lingkungan dan Sosial, 8) menentukan dan mengamankan anggaran yang dibutuhkan untuk implementasi ESMP, dan 9) proses monitoring, evaluasi dan pelaporan. Ketiga proyek dibawah MCA-I diharapkan untuk mengikuti kerangka ESMS, tetapi dengan adanya perbedaan sifat proyek, maka persyaratan yang berlaku akan berbeda.

Komponen ESMS dan Integrasi dalam Proyek MCA-I ESMS harus mematuhi berbagai komponen dalam melaksanakan Proyek/Aktifitas. Langkah-langkah dari ESMS pada akhirnya akan mengarah kepada Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ESMP), dimana komponen-komponen dibawah ini pada akhirnya akan terintegrasi dibawah ESMP dalam melaksanakan Proyek/Aktifitas. Kajian Dampak Lingkungan dan Sosial (ESIA) Proses ESIA memperkirakan dan menilai potensi dampak dan risiko negatif dari suatu proyek. ESIA mengevaluasi risiko dan dampak lingkungan dan sosial dari fasilitas yang terkait dan kegiatan lain dari pihak ketiga. Proses ESIA mengidentifikasi dan mendefinisikan kumpulan mitigasi lingkungan dan sosial dan tindakan pengelolaan yang akan diambil selama pelaksanaan proyek untuk menghindari, meminimalkan, atau memberikan kompensasi untuk risiko dan dampak lingkungan dan sosial yang diurut sesuai prioritas dan jadwal; juga mengidentifikasi dampak negatif tersisa yang tidak dapat dimitigasi. ESMP Policy Guideline Pengungkapan dan Konsultasi Publik MCA-I diharapkan untuk menggabungkan konsultasi publik yang tepat waktu, partisipatif, dan bermakna dalam pengembangan ESIA dalam Compact, analisa dan Rencana Pengelolaan yang terkait. Cakupan dan tingkat keterlibatan yang diperlukan proses konsultasi harus sebanding dengan risiko dan dampak proyek dan keprihatinan yang diangkat oleh masyarakat setempat yang terkena dampak langsung dari proyek (Masyarakat Terpengaruh - Affected Communities). ESIA AAA Komponen ESMS MCA-I Konsultasi yang efektif memberikan kesempatan bagi MCA-I untuk belajar dari pengalaman, pengetahuan dan keprihatinan dari Masyarakat Terpengaruh yang terkena dampak, serta untuk mengelola harapan mereka dengan memperjelas tanggung jawab dan sumber informasi, sehingga kesalahpahaman dan tuntutan yang tidak realistis dapat dihindari. Pengungkapan informasi proyek yang relevan akan membantu Masyarakat Terpengaruh dengan memberikan akses terhadap informasi mengenai: (i) tujuan, sifat dan skala proyek; (ii) durasi kegiatan proyek yang diusulkan; (iii) potensi dampak dan risiko terhadap masyarakat dan langkah-langkah mitigasi yang relevan; (iv) proses keterlibatan stakeholders; dan (v) mekanisme pengaduan. Waktu dan metode pengungkapan informasi proyek dapat berubah tergantung pada: persyaratan hukum nasional, karakteristik dan kebutuhan Masyarakat Terpengaruh, jenis pengkajian yang terlibat, dan tahap pengembangan proyek atau operasi, tetapi harus sedini mungkin.

Keterlibatan Stakeholder Tujuan dari keterlibatan stakeholder adalah untuk menetapkan dan mempertahankan hubungan yang membangun dengan berbagai stakeholder selama masa proyek dan merupakan bagian penting dari proses ESMS yang efisien dan bersifat adaptif. Proses keterlibatan stakeholder yang efektif memungkingan pandangan, kepentingan dan keprihatinan berbagai stakeholder, khususnya Masyarakat Terpengaruh untuk didengar, dipahami, dan diperhitungkan dalam keputusan proyek dan dalam menciptakan manfaat pembangunan. Proses ini merupakan sesuatu yang berkelanjutan yang mungkin melibatkan, unsur-unsur berikut: analisis dan perencanaan stakeholder, pengungkapan dan penyebaran informasi, konsultasi dan partisipasi, mekanisme pengaduan, dan pelaporan berkelanjutan untuk Masyarakat Terpengaruh. Mekanisme Pengaduan Dimana terdapat Masyarakat Terpengaruh, MCA-I akan menyusun mekanisme pengaduan untuk menerima dan memfasilitasi pemecahan permasalahan dan keluhan Masyarakat Terpengaruh tentang kinerja lingkungan dan sosial MCA-I. Mekanisme ini merupakan bagian penting dari ESMS suatu proyek dan akan didorong untuk menjadi suatu mekanisme yang dapat menyelesaikan masalah secepatnya, dengan menggunakan proses konsultasi yang dapat dimengerti dan transparan, yang sesuai dengan budaya dan mudah diakses, dan tanpa biaya dan retribusi kepada pihak yang terpengaruh oleh masalah atau keprihatinan. Kesehatan & Keselamatan MCA-I berkomitmen untuk memastikan bahwa semua tempat kerja yang ditetapkan dalam kontrak merupakan lingkungan yang aman dan sehat. Sebagai satu kesatuan yang bertanggung jawab, MCA-I harus memastikan bahwa dibawah Kebijakan MCC, proyek dan kegiatan yang terdanai memenuhi atau melampaui semua hukum dan peraturan Kesehatan & Keselamatan negara, dan, dimana hukum dan peraturan tersebut tidak mencukupi atau tidak ada, untuk mendorong dan memfasilitasi aplikasi praktek dan standar internasional yang bertanggung jawab. Rencana Pengelolaan Lingkungan dan Sosial (ESMP) ESMP akan dikembangkan untuk setiap proyek dan akan membimbing proyek untuk mengelola semua pelaksanaan tindakan lingkungan dan sosial yang terkait dengan rencana proyek, sesuai dengan kebutuhan peraturan pemerintah Indonesia dan standar Internasional (IFC PS). Dalam ESMP juga akan dimasukkan rencana pemantauan pengelolaan dan evaluasi rencana tindakan serta semua persyaratan pelaporan yang diperlukan. Emisi Gas Rumah Kaca dan Pembangunan Berkelanjutan MCA-I akan mendukung sepenuhnya komitmen Indonesia untuk masa depan yang berkelanjutan dengan target mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 26% pada tahun 2020, dengan mempertahankan tujuh persen pertumbuhan ekonomi per tahun. Diharapkan bahwa pelaksanaan investasi MCC oleh MCA-I akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan, melengkapi upaya-upaya untuk menurunkan emisi gas rumah kaca dan menciptakan insentif bagi pembangunan berkelanjutan di tingkat lokal. ESMS dibawah MCA-I akan memandu proyek untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip keberlanjutan lingkungan dan sosial yang diterima secara internasional ke dalam desain dan pelaksanaan Compact untuk mencapai manfaat yang seimbang bagi masyarakat, bumi ini, dan untuk mencapai kemakmuran.

Proyek Utama ESMS dalam MCA-I s ESMS Jenjang 1 telah dikembangkan untuk menjadi dasar dan panduan untuk Kerangka ESMS, dimana berlaku untuk semua kegiatan Compact. Berdasarkan Jenjang 1, ESMS Jenjang 2 telah dikembangkan secara khusus untuk tiga proyek utama dibawah Compact. Proyek Kemakmuran Hijau Jenjang 2 ESMS untuk GP berlaku untuk semua komponen GP, termasuk: Tiga kegiatan utama dibawah GP yaitu, Participatory Land-Use Planning, GP Facility, and Green Knowledge; Lembaga-lembaga yang ditunjuk untuk mengelola fasilitas pinjaman dan fasilitas hibah (GP Financial Facility); Kontraktor yang ditugaskan untuk memberikan bantuan teknis dan dukungan untuk mengelola semua atau sebagian dari aktivitas GP; Semua organisasi yang menerima pinjaman atau dana hibah dari program GP; Kegiatan yang terkait, terpengaruh, atau berpotensi mempengaruhi, kegiatan yang didanai oleh pinjaman atau dana hibah dari program GP. Khusus untuk GP Project, ESMS Jenjang 2 akan menguraikan kebutuhan untuk mengatasi pedoman untuk kabupaten, yang akan didasarkan pada setiap Memorandum of Understandings antara MCA-I dan kabupaten terpilih dan semua aspek pengkajian kesiapan kabupaten dibawah GP. Hal ini akan mengarah pada pengkajian dan pengelolaan dampak kumulatif yang efektif dalam batas lingkungan dan sosial dalam suatu wilayah administratif tertentu dan selanjutnya akan terhubung ke dalam kerangka pembangunan berkelanjutan daerah. Proyek Kesehatan dan Nutrisi Dalam pengembangan penyediaan micronutrient dan respons dari sektor swasta dalam proyek H&N, MCA-I diperlukan untuk mengantisipasi dan menangani isu-isu lingkungan yang berkaitan dengan produksi, pengemasan, penyimpanan dan pasca-konsumen pembuangan kemasan untuk micronutrient. Terkait dengan isu-isu sosial, proyek H&N memiliki manfaat positif yang cukup besar bagi masyarakat yang berpartisipasi dalam PNPM Generasi Plus. Manfaat kesehatan yang lebih baik untuk ibu, gizi bayi, dan sanitasi/perilaku kebersihan mempunyai jangkauan jauh dan berjangka panjang berpotensi memberikan kontribusi bagi kesejahteraan dan produktivitas ekonomi masyarakat. Terkait dengan potensi dampak sosial yang negatif, ESMS menyatakan bahwa PNPM dirancang sebagai program pemberdayaan masyarakat, dan telah mendirikan dan diuji prosedur dan infrastruktur untuk mengantisipasi dan mengatasi dampak negatif.

Pengunaan pedoman dan perlindungan PNPM dianggap cukup untuk memenuhi tujuan kinerja sosial MCA-I. ESMS ini mengacu pada isu-isu sosial dan budaya tertentu yang berkaitan dengan penyediaan micronutrient. Sebuah studi yang dilakukan oleh konsultan MCC mengidentifikasi kemungkinan masalah berikut yang harus diantisipasi oleh proyek kesehatan dan nutrisi: Berbagi makanan, dengan ibu sering makan terakhir Kurangnya kesadaran dan pendidikan yang efektif tentang nutrisi yang tepat Masalah yang terkait dengan transisi perempuan dari kebiasaan tradisional ke dalam pengaturan kerja industri Kurangnya pendidikan di kalang perempuan Pernikahan dan kelahiran anak di antara perempuan remaja (remaja awal) Isu lingkungan dan sosial juga dapat terjadi sehubungan dengan kampanye kesadaran nasional. Dari sisi lingkungan, penggunaan bahan cetak (poster, spanduk, dll) harus mempertimbangkan efisiensi sumber daya dari awal penyediaan hingga pembuangan. Dari sisi sosial, teknik berkomunikasi harus mempertimbangkan keragaman budaya yang luas di Indonesia, dan, di sisi lain, ini juga harus menjadi sebuah keuntungan bagi rakyat tradisional/seni dalam pertunjukan di masingmasing daerah. Proyek Modernisasi Pengadaan Proyek PM sebagian besar merupakan pengembangan kapasitas dan proyek reformasi kebijakan. Tidak ada kegiatan fisik yang dilaksanakan di tingkat dasar. Oleh karena itu, risiko lingkungan dan sosial yang mungkin timbul sebagai akibat dari Proyek PM terbatas. Proyek PM memiliki kesempatan untuk menanamkan manfaat lingkungan dan sosial dalam jangka panjang. Terutama karena proyek ini diharapkan untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah Indonesia dalam hal pengadaan publik, prosedur dan kapasitas yang akan memiliki dampak jangka panjang dan jangkauan jauh. Secara khusus, Pengadaan Berkelanjutan mempunyai kesempatan untuk mempromosikan keberlanjutan untuk semua penyediaan barang dan jasa.

Kolaborasi MCA-I dengan KLH Dalam rangka menyesuaikan dengan perlindungan lingkungan dan sosial dalam Compact, untuk menyelaraskan ESMS MCA-I dengan praktik nasional dan mengatasi berbagai kebutuhan ESMS dari tiga proyek utama, MCA-I mengembangkan kerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) yang akan melibatkan US Environmental Protection Agency (US-EPA) melalui pengembangan program kerja yang akan bermanfaat bagi setiap proyek MCA-I dan pada akhirnya akan mengarah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan menjaga kebersihan lingkungan. Program kerja tersebut dibagi menjadi 6 tugas, yang akan menjadi jembatan untuk ESMS dan pelaksanaannya, menjadi investasi terhadap infrastrukturnya, serta menjadi indikator keberhasilan ESMS. Tugas 1: MCA-I Program Dukungan (Persiapan) Tugas 2: Beradaptasi (Menyesuaikan) and Menyebarkan NEPAssist Tugas 3: Desain dan Pelaksanaan EIA & Sistem Pendukung Keputuzan Izin (DSS) Tugas 4: Penulisan Izin Lingkungan Tugas 5: Metodologi Mendukung DSS Task 6: Siklus Hidup Informasi Lingkungan (SOER) Tugas dalam Kolaborasi MCA-I dengan KLH Tugas dalam Kolaborasi ini akan meliputi berbagai aktifitas seperti: Pengembangan DSS Amdal, UKL-UPL dan Izin Lingkungan sebagai improvement dari DADU; Pengembangan WEB-GIS Amdal, UKL-UPL dan Izin Lingkungan (NEPAssist) Pengembangan Metodologi Penggunaan Data & Informasi Spatial dalam Penilaian Dokumen Amdal dan UKL-UPL dalam rangka memperkuat dan meningkatkan kualitas pengambilan keputusan (Revisi dari Metodologi Perkiraan Dampak) Penyusunan Izin Lingkungan yang efektif (Effective Permit Writing)

Integrasi Tugas Kolaborasi dan Proses ESMS

www.mca-indonesia.go.id www.mcc.gov