MANAJEMEN LABORATORIUM KLINIK BERDASARKAN PERMENKES NOMOR 411/MENKES/PER/III/2010

dokumen-dokumen yang mirip
WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG KERANGKA KERJA MUTU PELAYANAN KESEHATAN WALIKOTA YOGYAKARTA,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

4. Izin lokasi, persyaratan bangunan dan ruangan, prasarana, peralatan dan ketenagaan.

RISET FASILITAS KESEHATAN LABORATORIUM 2011

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 364/MENKES/SK/III/2003 TENTANG LABORATORIUM KESEHATAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Work di Propinsi DIY. Bondan Agus Suryanto

PERAN BADAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN (BMPK) DALAM PENJAMINAN MUTU TENAGA DAN FASILITAS KESEHATAN DI DIY. Yogyakarta,25-26 februari 2013

Perbedaan puskesmas dan klinik PUSKESMAS

GOOD LABORATORY PRACTICE (PRAKTEK LABORATORIUM YANG BENAR) Hasil pemeriksaan laboratorium digunakan untuk :

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG KLINIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR : 10 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA IZIN MENDIRIKAN DAN IZIN OPERASIONAL KLINIK

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TIMUR DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS PEUREULAK BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Mewujudkan pelayanan prima rumah sakit di Indonesia tertuang dalam Keputusan

REKOMENDASI KELAYAKAN PENDIRIAN KLINIK

PEMERINTAH KABUPATEN ENDE DINAS KESEHATAN KABUPATEN ENDE PUSKESMAS KOTARATU. KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS KOTARATU Nomor : / / / / 2017 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS TINGKAT PERTAMA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG PENDELEGASIAN WEWENANG PERIZINAN BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DPK NOMOR : 000/SK/DIR/I/2012 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RADIOLOGI RUMAH SAKIT DPK

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1173/MENKES/PER/X/2004 TENTANG RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

G U B E R N U R J A M B I

PROGRAM KERJA INSTALASI LABORATORIUM TAHUN 2015 RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS JL. DANAU SUNTER UTARA, SUNTER PARADISE I, JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Klinik Bersalin di Gianyar 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 24 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RAWAT JALAN EKSEKUTIF DI RUMAH SAKIT

BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS PEKUNCEN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKSA AGUNG. Rumah Sakit Umum. Tata Kerja. Organisasi. Pencabutan.

BAB I PENDAHULUAN. layanan kesehatan, maka fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama. seperti klinik harus selalu berusaha untuk memenuhinya dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 92 Tahun 2016 Seri E Nomor 44 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 92 TAHUN 2016 TENTANG KLINIK

BERKAS PERMOHONAN PENDIRIAN DAN PERPANJANGAN IZIN OPERASIONAL LABORATORIUM KESEHATAN SWASTA

BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

KEPUTUSAN DIREKTUR RS. PANTI WALUYO YAKKUM SURAKARTA Nomor : 2347a/PW/Sekr/VIII/2014 TENTANG

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA RSUD KOTA SALATIGA TAHUN 2017

DAFTAR TILIK AUDIT INTERNAL UPT PUSKESMAS FAJAR MULIA UNIT PENDAFTARAN

BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA

PEDOMAN PELAYANAN LABORATORIUM RSHS

sebanyak 2 (dua) lembar

Peraturan Menteri Kesehatan tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. (Permenkes No.56 th 2014)

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu tempat untuk melakukan upaya peningkatan

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERBEDAAN KADAR KOLESTEROL SELAMA 0 HARI, 7 HARI, DAN 8 HARI PADA SUHU 4 C KARYA TULIS ILMIAH

PENETAPAN KINERJA. No Sasaran strategis Indikator Kinerja Target. (1) (2) (3) (4) 1 Meningkatnya kualitas dan kuantitas berbagai

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

3/17/2015 STANDAR PELAYANAN DI PUSKESMAS DESAIN KAMAR OPERASI

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTER! KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 812/MENKES/PER/VII/2010 TENT ANG

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu industri jasa pemberi pelayanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan

JUMLA H EP SOP pendaftaran 2. Bagan alur pendaftaran. 3. Kerangka acuan (kepuasan pelanggan

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA BENGKULU TENTANG SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang

KEBIJAKAN BANGUNAN, PRASARANA & PERALATAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PUSKESMAS DAN KLINIK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Gambaran kinerja..., Tutik Hartini, FKM UI, 2009

ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN PERTEMUAN II LILY WIDJAYA, SKM.,MM, PRODI D-III REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN, FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

Oleh. Dr.Lili Irawati,M.Biomed

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan tempat pelayanan yang. 2000). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini serta peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai

CHECKLIST PENGERJAAN SOP KEPERAWATAN PERIODE MARET-APRIL 2016 DAFTAR SOP

EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2012).

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB II RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA BRAYAN. dengan Type Madya.Kapasitas Rawat Inap 270 Bed. Sakit Martha Friska Brayan adalah sebagai berikut :

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan 1.2 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang

REGULASI UNIT HEMODIALISIS DI INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 66 TAHUN : 2004 SERI : D NOMOR : 25

BAB I PENDAHULUAN. Umum dan Dokter Spesialis, dimana dokter spesialis yang tersedia diantaranya

PANDUAN PELAYANAN DOTS TB RSU DADI KELUARGA TAHUN 2016

dr. H R Dedi Kuswenda, MKes Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar Ditjen Bina Upaya Kesehatan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERIZINAN RUMAH SAKIT KELAS C DAN D

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG,

Transkripsi:

MANAJEMEN LABORATORIUM KLINIK BERDASARKAN PERMENKES NOMOR 411/MENKES/PER/III/2010 HARTONO KAHAR Clincal Pathology Update on SURAMADE 1 Hotel Singgasana Surabaya 13-16 Juli 2011

PENDAHULUAN Pergeseran peran lab. klinik, pada pandangan lama lab.klinik sebagai penunjang klinis -> diagnostik. Lab.Klinik memegang peran penting dalam mendukung klinisi dalam menatalaksana medis pasien. 70% hasil pemeriksaan tes laboratorium dipergunakan sebagai dasar pengambilan keputusan medis Kualitas laboratorium sangat penting

Lanjutan Pada tanggal 25 Maret 2010, Menteri Kesehatan menetapkan berlakunya Permenkes nomor 411 tahun 2010 tentang Laboratorium Klinik. Bimtek pelaksanaan Riset Fasilitas Kesehatan (RIFASKES) tanggal 30 Juni hingga 2 Juli 2011 di Bandung yang akan mendata fasilitas laboratorium mandiri. Tujuan pendataan fasilitas dan kemampuan laboratorium, pemantauan kinerja proses dan keluaran dari pelayanan laboratorium.

Umum: TUJUAN MATERI Mengetahui manajemen Laboratorium Klinik mengacu kepada Permenkes 411 tahun 2011 Khusus: Pengertian mutu Indikator mutu

KUALITAS LABORATORIUM Mutu menurut Juran adalah fitness for use. Mutu dua sisi yakni (a) Karateristik hasil pelayanan sesuai dengan yang diperlukan konsumen -> meningkatkan kepercayaan konsumen, meningkatkan daya saing (b) bebas dari kekurangan -> menurunkan angka kesalahan, mengurangi kerja ulang, menghemat waktu pelayanan, mengurangi ketidak puasan konsumen sehingga menurunkan pembiayaan yang tidak perlu dikeluarkan (Juran JM., 1989),

Lanjutan Dari sudut pandang individu pemberi pelayanan, ada dua konsep kualitas yakni kualitas dinilai dari aspek teknik atau ilmiah aspek nonteknik atau interpersonal (Garza D and Becan-McBride, 2002).

ASPEK TEKNIK Pelayanan yang dilakukan oleh petugas yang memiliki kemampuan tinggi, kompeten akan memiliki kualitas pelayanan yang tinggi. Misalnya pemeriksaan HIV yang dilakukan oleh seorang tenaga analis yang terampil dan terlatih dalam pemeriksaan HIV akan memiliki kualitas hasil pemeriksaan yang tinggi

Lanjutan Aspek nonteknik atau interpersonal adalah kualitas dinilai dari seberapa jauh seorang tenaga kesehatan memberikan pelayanan dengan penuh perhatian, komunikasi efektif, sopan, aman bagi pasien, tepat waktu serta menyenangkan pasien.

Lanjutan Sehingga pelayanan yang diberikan memiliki dampak positif maksudnya hasil pemeriksaan laboratorium berguna bagi pasien dan klinisi dalam menatalaksana medis pasien. Petugas memberikan pelayanan yang tepat, tidak membahayakan pasien misalnya tidak ada specimen yang tertukar. Serta pasien merasa nyaman dan senang mendapatkan pelayanan di laboratorium.

Lanjutan Indikator kualitas dapat pula dinilai berdasarkan keamanan, ketepatan waktu, efektifitas dan efisiensi (Shahangian S and Snyder SR., 2009). Indikator mutu dinilai berdasarkan kecukupan struktur, proses dan keluaran (Garza, 2002) Permenkes nomor 411-tahun 2010 menggunakan indikator ini dalam menilai mutu laboratorium Klinik

MANAJEMEN MUTU LABORATORIUM Berdasarkan Permenkes nomor 411 tahun 2010, Laboratorium klinik diklasifikasi menjadi : laboratorium klinik umum pratama, laboratorium klinik umum madia laboratorium klinik umum utama. Klasifikasi didasarkan kepada fasilitas dan kemampuan laboratorium melaksanakan pemeriksaan tes laboratorium.

Lanjutan Aspek struktur: struktur fisik, struktur personal, struktur manajemen atau administrasi. Aspek proses merupakan pengukuran proses suatu kegiatan bisa fase praanalitik, fase analitik atau pasca analitik. Aspek Keluaran merupakan hasil kegiatan pelayanan laboratorium dapat berupa keluaran langsung atau dampak dari keluaran (Garza D and Becan-McBride K, 2002).

Chawla et al (2010) Evaluasi kinerja laboratorium dengan indikator praanalitik, analitik dan pascaanalitik. indikator kualitas preanalitik : mengukur besar sampel yang tidak dapat dianalisis akibat hemolisis, lipemik, kurang volume, sampel beku dan sampel yang perbandingan dengan antikoagulan tidak tepat.

Chawla et al (2010) - Indikator kualitas fase analitik berupa seberapa besar kesesuaian dengan pemantapan mutu (Quality Control), pengulangan pemeriksaan akibat bekuan, dan permintaan tes yang tidak lengkap. - Indikator pascaanalitik menggunakan perpanjangan turnaround time, pelaporan dengan nilai kritis dan laporan pengulangan tes.

INDIKATOR STRUKTUR Struktur fisik, struktur personal, struktur manajemen atau administrasi (Garza D et al, 2002) dan aturan pemerintah (Kringos DS., et al, 2010). Pada permenkes 411 tahun 2010 dituliskan ada persyaratan minimal bangunan dan prasarana, peralatan dan kemampuan pemeriksaan untuk laboratorium klinik tingkat pratama, madya dan utama.

Tabel 1 Persyaratan minimal Bangunan dan Prasarana (Permenkes 411 tahun 2010) NO JENIS KELENGKAPAN LABORATORIUM KLINIK UMUM PRATAMA MADYA UTAMA 1 Gedung Permanen Permanen Permanen 2 Ventilasi 1/3 x luas lantai 1/3 x luas lantai 1/3 x luas lantai 3 Penerangan 5 watt/ m 2 5 watt/ m 2 5 watt/ m 2 4 Air mengalir 50 L/pekerja/hari 50 L/pekerja/hari 50 L/pekerja/hari 5 Daya Listrik Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan 6 Ijin Dinkes kab/kodya Dinkes Prop Dirjen Binayanmed 7 Tata ruang 7.1 Ruang tunggu 6 m 2 12 m 2 24 m 2 7.2 Ruang ganti Ada Ada Ada 7.3 Ruang Pengambilan specimen 6 m 2 9 m 2 9m 2 7.4 Ruang Adminstrasi 6 m 2 9 m 2 9m 2 7.5 Ruang Pemeriksaan 15 m 2 30 m 2 60 m 2 7.6 Ruang Sterilisasi Ada Ada Ada 7.7 Ruang Makan/ minum Ada Ada Ada 7.8 WC pasien Ada Ada Ada 7.9 Wc pegawai Ada Ada Ada 8 Penampungan/ pengolahan Limbah cair Sesuai ketentuan Sesuai ketentuan Sesuai ketentuan 9 Penampungan/ pengolahan Limbah padat Sesuai ketentuan Sesuai ketentuan Sesuai ketentuan

Tugas penanggung jawab teknis menyusun rencana kerja dan kebijakan teknis laboratorium, menentukan pola pelayanan serta tatakerjanya, melaksanaklan pengawasan, pengendalian, dan evaluasi kegiatan, melaksanakan pemantapan mutu, memberikan pendapat terhadap hasil pemeriksaan laboratorium, memberikan konsultasi dan memberikan masukan ke pihak manajemen mengenani pelaksanaan kegiatan dan peningkatan mutu pelayanan.

Tugas dokter spesialis dan atau dokter selaku teknis laboratorium antara lain melaksanakan kegiatan teknis dan melakukan pembinaan kepada tenaga analis kesehatan, mengkoordinir kegiatan pemantapan mutu, mengkoordinir dan melaksanakan kegiatan keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium serta melakukan konsultasi medis dengan tenaga medis lain.

Tabel 2. Personal berdasarkan Klasifikasi Laboratorium Klinik (Permenkes 411 tahun 2010) NO JENIS TENAGA LABORATORIUM KLINIK UMUM PRATAMA MADYA UTAMA 1 Penanggung jawab Teknis Dokter + sertfikat (*) DSPK DSPK 2 Tenaga teknis administrasi 2 orang analis kesehatan 4 orang analis kesehatan Min 1 orang DSPK, 6 orang Analis kesehatan 3 Tenaga Perawat Tidak 1 orang 1 orang 4 Tenaga analis sertifikat Mikrobiologi Tidak Tidak 2 orang 5 Tenaga Administrasi 1 orang 2 orang 3 orang

Tugas analis kesehatan atau sedrajat melakukan pengambilan dan pengumpulan specimen sesuai standar pelayanan dan standar operasional prosedur, melaksanakan kegiatan pemantapan mutu, melaksanakan kegiatan keamanan dan keselamatan di laboratorium dan melakukan konsultasi kepada penanggung jawab teknis atau tenaga teknis lainnya

Tugas Perawat di laboratorium klinik melakukan tindakan pengambilan specimen klinik, melakukan pertolongan pertama terhadap pasien, melakukan kegiatan keamanan dan keselamatan kerja serta melakukan konsultasi dengan penanggung jawab teknis

Struktur manajemen/ administrasi Permenkes 411 tahun 2010 tidak secara nyata menuliskan persyaratan administrasi laboratorium misalnya Visi, misi dan tujuan pelayanan laboratorium, Bagan struktur organisasi, Perencanaan kegiatan, secara tersirat dapat dibaca pada tugas dan tanggung jawab dari personal laboratorium Klinik.

Aturan Pemerintah Pada Permenkes 411 tahun 2010, pasal 8 dituliskan bahwa setiap penyelenggaraan laboratorium klinik harus memiliki ijin. Laboratorium diberi ijin bila memenuhi standar menurut pedoman Akreditasi Laboratorium Kesehatan merujuk KEPMENKES no. 298/Menkes/SK/III/2008. Akreditasi ini wajib diikuti oleh laboratorium klinik, sebagai tertulis pada pasal 6 permenkes 411 tahun 2011.

Ijin Laboratorium Izin laboratorium klinik Pratama dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan kabupaten/ Kota Izin laboratorium klinik madya dikeluarkan oleh kepala dinas propinsi Izin laboratorium klinik utama dikeluarkan oleh Direktur jendral Bina Pelayanan Medik

Tabel 1. Proses kegiatan pelayanan di Laboratorium Klinik (Garza D and Becan-McBride, 2002) Praanalitk di luar laboratorium Identifikasi dan informasi Pengambilan darah vena, kapiler Penggunaan peralatan dengan benar Transportasi dan penanganan spesimen Praanalitik di dalam laboratorium Analitik Pascaanalitik Penanganan specimen Registrasi specimen dan distribusi Sentrifugasi Identifikasi alikuot Penyimpanan spesimen Pelaksanaan analisis spesimen Pelaporan hasil analisis tes Pemantauan tes atau pengulangan tes

Lanjutan Lab PA hanya dapat melakukan pemeriksaan atas permintaan tertulis Dokter Spesialis PA (Pasal 8 ayat 1) Perlu diperhatikan bahwa laboratorium klinik dilarang mendirikan pos sampel atau laboratorium pembantu (pasal 9)

Dalam hal kegiatan berkaitan dengan pengambilan specimen, pada permenkes 411 tahun 2010, pada pasal 8 Permintaan pemeriksaan laboratorium yang dapat dilayani : (a) fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah atau swasta (b) dokter (c) dokter gigi untuk pemeriksaan keperluan kesehatan gigi dan mulut (d) bidan untuk pemeriksaan kehamilan dan kesehatan ibu (e) instansi pemerintah untuk penegakkan hukum

KELUARAN Survei kepuasan pelanggan Laboratorium Klinik wajib memperhatikan fungsi sosial. Laboratorium melakukan survey kepuasan pelanggan. Kegiatan ini dilakukan secara berkala, minimal 2 kali dalam satu tahun. Dari hasil evaluasi, hendaknya ditindak lanjuti dalam bentuk perubahan atau perbaikan (Pedoman Akreditasi, 2009).

Lanjutan Kendali Mutu Pasal 6 Permenkes 411 tahun 2010 tercantum bahwa laboratorium Klinik wajib melaksanakan pemantapan mutu eksternal yang diakui oleh pemeriksaan, Melaksanakan akreditasi yang diselenggarakan komite Akreditasi Laboratorium Kesehatan (KALK) setiap 5 tahun.

KESIMPULAN Mutu Laboratorium Klinik harus dipantau dan selalu ditingkatkan Mutu lab Klin adalah fitness for use Indikator mutu: Teknik dan nonteknik Keamanan, ketepatan waktu, efektifitas dan efisiensi Struktur, proses, keluaran (Permenkes 411-2010) Praanalitik, analitik dan pascaanalitik

TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA