PERAN, TANGGUNG JAWAB, DAN HAK KONSULTAN PADA SAAT TERJADI WANPRESTASI OLEH

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMUTUSAN KONTRAK OLEH PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN Oleh : Abu Sopian (Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI DI INDONESIA

PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI. UU No. 31 TAHUN 1999 jo UU No. 20 TAHUN 2001

MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU SAKU UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI

ASPEK HUKUM DALAM SISTEM MANAJEMEN MUTU KONSTRUKSI

538 KOMPILASI KETENTUAN PIDANA DI LUAR KUHP

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN:

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

8. SELEKSI GAGAL DAN TINDAK LANJUT SELEKSI GAGAL

14. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2010 TENTANG

MODUL 1 KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAK

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

POTENSI KORUPSI DANA DESA DAN SANKSI HUKUMNYA pada

H. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Pengawasan dengan nilai di atas Rp ,- (lima puluh juta rupiah)

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Sistematika Penelitian...

A D D E N D U M D O K U M E N P E M I L I H A N. Nomor : PL /IV/PPGK-RSP/IV/2011. Tanggal : 02 Mei Untuk Pengadaan

9. PELELANGAN GAGAL DAN TINDAK LANJUT PELELANGAN GAGAL. 1) Kelompok Kerja ULP menyatakan Pelelangan gagal, apabila :

Pidana Korupsi di Indonesia Oleh Frans Simangunsong, S.H., M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

I. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Perencanaan dengan nilai di atas Rp ,- (lima puluh juta rupiah)

ADENDUM DOKUMEN PEMILIHAN

PERATURAN PEMERINTA H REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 29 TAHUN 2000

TUJUAN PELATIHAN. Setelah Materi Ini Disampaikan, Diharapkan Peserta Mampu Mengetahui dan Memahami :

Simulasi Kontrak Konstruksi (Penyusunan dan Pelaksanaan Kontrak)

PEMERINTAH KOTA SURABAYA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH...

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Prosedur Lelang Jasa Konstruksi. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.

C. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi Pengawas dengan nilai Rp ,- (lima juta rupiah) sampai dengan Rp ,- (lima puluh juta rupiah)

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK/SPK

ADENDUM DOKUMEN PEMILIHAN

POKJA DINAS PENDIDIKAN ULP PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN ANGGARAN 2011 JL. D.I panjaitan No. 12 Km. VIII Lt.

Standar Dokumen Pengadaan Secara Elektronik

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.347, 2011 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Pengadaan. Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi. Standar.

: 0157/S.Sangg./JK/IX/2017

2 Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 64); 2. Peraturan Pemerintah Nomor

MATERI 3 PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BAGIAN-2. PERATURAN PRESIDEN RI NOMOR 54 TAHUN 2010 beserta perubahannya

PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BAGIAN II

1 JDIH Kementerian PUPR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TATA CARA PENGADAAN BADAN USAHA DALAM RANGKA PERJANJIAN KERJASAMA

MATERI PELATIHAN PENGADAAN BARANG JASA

2. Pemilihan langsung dapat dilaksanakan untuk pengadaan yang bernilai sampai dengan Rp ,00 (seratus juta rupiah);

MANUAL PROCEDURE. Pelelangan Gagal dan Tindak Lanjut Pelelangan Gagal

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 07/PRT/M/2011 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DAN JASA KONSULTANSI

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK

A D E N D U M D O KUMEN KUA L IFIKASI. Pengadaan Jasa Konsultan Perencana untuk Rehabilitasi Rumah Dinas Bea dan Cukai di Juwangen

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999

Prosedur Mutu Pengadaan Barang/Jasa PM-SARPRAS-01

TATA CARA PENGADAAN BADAN USAHA DALAM RANGKA PERJANJIAN KERJASAMA

PENILAIAN KUALIFIKASI PEKERJAAN JASA PEMBORONGAN BERDASARKAN KEPPRES NOMOR 80 TAHUN 2003 DAN KEPMEN KIMPRASWIL NOMOR 339/KPTS/M/2003 * Edy Sriyono **

6. SELEKSI GAGAL DAN TINDAK LANJUT SELEKSI GAGAL

Standar Dokumen Pengadaan Secara Elektronik ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

E. BENTUK SURAT PERJANJIAN KERJA KONSTRUKSI/KONTRAK HARGA SATUAN ATAU KONTRAK TAHUN TUNGGAL ATAU KONTRAK PENGADAAN TUNGGAL

ADENDUM DOKUMEN PEMILIHAN

1 / 8

A D E D D E N D U M D O K U M E N P E N G A D A A N Nomor : 235.4/PL.420/PA-STP/XI/2012 Tanggal : 30 November 2012

PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BAGIAN - 2

Subbagian Hukum BPK Perwakilan Provinsi Bali

NEGOSIASI DALAM PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH Oleh Abu Sopian Widyaiswara pada Balai Diklat Keuangan Palembang

MEMAHAMI UNTUK MEMBASMI BUKU PANDUAN UNTUK MEMAHAMI TINDAK PIDANA KORUPSI. Komisi Pemberantasan Korupsi

BAB II IDENTIFIKASI DATA

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Pengertian Tindak Pidana Korupsi dan Subjek Hukum Tindak Pidana

C. PENANDATANGANAN DAN PELAKSANAAN KONTRAK

LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 2 TAHUN 2011 TANGGAL : 5 JANUARI 2011

Sosialisasi Peraturan Presiden No. 8 Th Tentang Perubahan Keempat Keputusan Presiden No. 80 Th. 2003

SURAT EDARAN NOMOR : 03/SE/IJ/2006

Penjelasan tentang proyek yang akan dikerjakan. Panitia lelang nengumumkan kontraktor yang lolos dalam tahap pra kualifikasi

HUKUM KONSTRUKSI. Ringkasan Hukum Konstruksi UU No 18 Tahun 1999 Jasa Konstruksi. Oleh : Inggrid Permaswari C Kelas B NIM :

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DISTRIK NAVIGASI KELAS III SIBOLGA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 100 TAHUN 2012 TENTANG

ADENDUM DOKUMEN PEMILIHAN

Pasal 87 Perpres No. 54 Tahun 2010 DASAR PERATURAN

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG

KEMENTERIAN AGAMA MAN 2 MODEL PEKANBARU Jln. Diponegoro - Pekanbaru. Adendum Dokumen Pengadaan

PENJELASAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PASAL DEMI PASAL

PEKERJAAN TAMBAH/KURANG DALAM KONTRAK PEKERJAAN KONSTRUKSI (Abu Sopian BDK Palembang)

LAMPIRAN. SURAT EDARAN Nomor : SE - 237/MK.1/2011 TENTANG

ADDENDUM DOKUMEN PEMILIHAN

MODUL 2: KEBIJAKAN PENYUSUNAN DOKUMEN KONTRAK (Perpres 54/2010 jo Perpres 04/2015)

Tugas dan Kewenangan PA/KPA, PPK, ULP, dan PPHP dalam Pengadaan Barang/Jasa

Manajemen Pengadaan Barang /Jasa (PBJ)

LAMPIRAN I PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : 4 Tahun 2008 TANGGAL : 4 Pebruari 2008 BAB I PENGORGANISASIAN KEGIATAN

PENGADAAN LANGSUNG YANG BERTANGGUNG JAWAB. (Abu Sopian/Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang)

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

K. Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai di atas Rp ,- (lima puluh juta rupiah) KONTRAK PENGADAAN JASA KONSULTANSI Nomor :..

LARANGAN PENYAMPAIAN DOKUMEN PENAWARAN DENGAN CARA DUA TAHAP DALAM PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI

Transkripsi:

K E M E N T E R I AN P E K E R J A A N U M U M BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI Ir. Bambang Goeritno, MSc. MPA PERAN, TANGGUNG JAWAB, DAN HAK KONSULTAN PADA SAAT TERJADI WANPRESTASI OLEH PELAKSANA (KONTRAKTOR)(?)

DAFTAR ISI 1. ABSTRAK 2. SELEKSI PENGADAAN BARANG DAN JASA KONSULTANSI OLEH PEMERINTAH. 3. KONTRAK KERJA JASA KONSULTANSI. 4. HAK DAN TANGGUNG JAWAB PARA PIHAK 5. KEGAGALAN BANGUNAN

ABSTRAKSI Bada np e m b i n a a n K o n s t r u k s i K e m e n t e r i a n P e k e r j a a n U m u m

ABSTRAK PENGATURAN JASA KONSTRUKSI BERTUJUAN UNTUK : memberikan arah pertumbuhan dan perkembangan jasa konstruksi untuk mewujudkan struktur usaha yang kokoh, andal, berdaya saing tinggi, dan hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi yang menjamin kesetaraan kedudukan antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam hak dan kewajiban, serta meningkatkan kepatuhan pada ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku mewujudkan peningkatan peran masyarakat di bidang jasa konstruksi

SELEKSI PENGADAAN JASA KONSULTANSI OLEH PEMERINTAH Bada np e m b i n a a n K o n s t r u k s i K e m e n t e r i a n P e k e r j a a n U m u m

METODE PEMILIHAN PENYEDIA JASA KONSULTANSI Pemilihan penyedia jasa konsultansi pada prinsipnya harus dilakukan melalui seleksi umum. Dalam keadaan tertentu pemilihan penyedia jasa konsultansi dapat dilakukan melalui seleksi terbatas, seleksi langsung atau penunjukan langsung 1.SELEKSI UMUM metode pemilihan penyedia jasa konsultansi yang daftar pendek pesertanya dipilih melalui proses prakualifikasi yang diumumkan secara luas sekurang- kurangnya di satu surat kabar nasional dan/atau satu surat kabar provinsi 2.SELEKSI TERBATAS untuk pekerjaan yang kompleks dan diyakini jumlah penyedia jasa yang mampu melaksanakan k pekerjaan tersebut t jumlahnya terbatas t 3.SELEKSI LANGSUNG Dalam hal metoda seleksi umum atau seleksi terbatas dinilai tidak efisien dari segi biaya seleksi 4.SELEKSI PENUNJUKAN LANGSUNG Dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus

METODE PENYAMPAIAN DOKUMEN PENAWARAN Dalam pemilihan penyedia jasa konsultansi dapat dipilih salah 1 (satu) dari 3 (tiga) metoda penyampaian dokumen penawaran berdasarkan jenis jasa konsultansi yang akan diadakan dan harus dicantumkan dalam dokumen seleksi 1. METODA SATU SAMPUL; 2. METODA DUA SAMPUL; 3. METODA DUA TAHAP.

METODE EVALUASI PENAWARAN Dalam pemilihan penyedia jasa konsultansi dapat dipilih salah 1 (satu) dari 5 (lima) metoda evaluasi penawaran berdasarkan jenis jasa konsultansi yang akan diadakan dan harus dicantumkan dalam dokumen seleksi, yaitu : 1.METODA EVALUASI KUALITAS; evaluasi penawaran jasa konsultansi berdasarkan kualitas penawaran teknis terbaik, dilanjutkan dengan klarifikasi dan negosiasi teknis serta biaya 2.METODA EVALUASI KUALITAS DAN BIAYA; evaluasi pengadaan jasa konsultansi berdasarkan nilai kombinasi terbaik penawaran teknis dan biaya terkoreksi dilanjutkan dengan klarifikasi dan negosiasi teknis serta biaya 3.METODA EVALUASI PAGU ANGGARAN; evaluasi pengadaan jasa konsultansi berdasarkan kualitas penawaran teknis terbaik dari peserta yang penawaran biaya terkoreksinya lebih kecil atau sama dengan pagu anggaran, dilanjutkan dengan klarifikasi dan negosiasi teknis serta biaya

METODE EVALUASI PENAWARAN 4. METODA EVALUASI BIAYA TERENDAH; adalah evaluasi pengadaan jasa konsultansi berdasarkan penawaran biaya terkoreksinya terendah dari konsultan yang nilai penawaran teknisnya di atas ambang batas persyaratan teknis yang telah ditentukan, dilanjutkan dengan klarifikasi dan negosiasi teknis serta biaya 5. METODA EVALUASI PENUNJUKAN LANGSUNG; evaluasi terhadap hanya satu penawaran jasa konsultansi berdasarkan kualitas teknis yang dapat dipertanggungjawabkan dan biaya yang wajar setelah dilakukan klarifikasi dan negosiasi teknis dan biayametoda evaluasi pagu anggaran.

KONTRAK KERJA JASA KONSULTANSI Bada np e m b i n a a n K o n s t r u k s i K e m e n t e r i a n P e k e r j a a n U m u m

APA ITU KONTRAK (PERJANJIAN)? PASAL 1313 KUH PERDATA Suatu u perjanjian adalah a suatu u perbuatan a dengan mana a satu au orang oa atau aau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. UU NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG JASA KONSTRUKSI : keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi PP NO. 29 TAHUN 2000 Pasal 20 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI : Kontrak kerja konstruksi pada dasarnya harus dipisah (perencanaan, pelaksanaan, pengawasan), namun untuk kontrak kerja konstruksi pekerjaan terintegrasi dapat dalam satu kontrak.

APA ITU KONTRAK? KEPPRES 80 TAHUN 2003 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BAB I KETENTUAN UMUM PASAL 1 Definisi Butir 17 : Kontrak adalah perikatan antara pengguna barang/jasa dengan penyedia barang/jasa dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa. PERPRES NO. 8 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS KEPRES 80 TAHUN 2003 PASAL 1 Definisi Butir 17 : Kontrak adalah perikatan antara Pejabat Pembuat Komitmen dengan penyedia barang/jasa dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa. PERMEN PU NO. 43 TENTANG STANDAR DAN PEDOMAN PENGADAAN JASA KONSTRUKSI: Adalah keseluruhan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara PPK dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.

APA YANG DAPAT DIPERJANJIKAN OLEH PARA PIHAK? 1. Pada dasarnya para pihak dapat memperjanjikan apa saja yang dikehendaki 2. Prinsip diatas dikenal sebagai kebebasan berkontrak yang diatur dalam Pasal 1338 Kitab Undang undang d Hukum Perdata 3. Bunyi Pasal 1338 adalah sebagai berikut: Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang undang bagi mereka yang membuatnya (terjemahan: Subekti&Tjitrosudibio) 4. Hanya saja prinsip Kebebasan Berkontrak ada batasannya 5. Batasan dari Kebebasan Berkontrak diatur dalam Pasal 1339 dimana disebutkan bahwa batasannya adalah: a. Kepatutan; b. Kebiasaan; dan c. Undang undang/hukum d 6. Pasal 1339 KUHPer dengan demikian dapat menentukan sah tidaknya perjanjian 7 Disamping Pasal 1339 KUHPer yang juga ikut menentukan sah tidaknya perjanjian 7. Disamping Pasal 1339 KUHPer yang juga ikut menentukan sah tidaknya perjanjian adalah Pasal 1320 KUHPer

APA YANG DAPAT DIPERJANJIKAN OLEH PARA PIHAK? SYARAT SAH PERJANJIAN Subyektif Dapat Dibatalkan Kesepakatan (consensus) Kecakapan (capacity) 1320 KUHPer. Hal tertentu (certainty of Terms) Sebab yg Halal (legality) Obyektif Batal Demi Hukum 14

APA YANG DAPAT DIPERJANJIKAN OLEH PARA PIHAK? Dapat Dibatalkan Kalau syarat subyektif tidak dipenuhi maka perjanjian itu dapat dimintakan pembatalan/voidable/vernietigbaar Syarat-syarat Subyektif 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya 2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian Batal Demi Hukum Kalau syarat obyektif tidak dipenuhi maka perjanjian itu batal demi hukum/null and void/nietigbaar Syarat-syarat Obyektif 1. Mengenai suatu hal tertentu 2. Sebab yang halal

ISI DAN HIERARKI SURAT PERJANJIAN (KONTRAK) Dokumen Kontrak terdiri atas : 1. Surat Perjanjian. 2. Surat Penunjukan Penyedia Jasa (SPPJ) 3. Surat Penawaran 4. Adendum dokomen seleksi (bila ada) 5. Syarat syarat khusus kontrak 6. Syarat syarat umum kontrak. 7. Rencana Kerja dan Syarat 8. Kerangka Acuan Kerja 9. Dokumen lain yang tercantum dalam kontrak. Dokumen dokumen kontrak merupakan satu kesatuan yang tidak tidak terpisahkan dan harus diinterpretasikan dalam urutan hierarki kekuatan hukum berturut turut dari No. 1 s/d 9.

ISI DAN HIERARKHI SURAT PERJANJIAN (KONTRAK) Syarat syarat umum kontrak. 1. Merupakan bagian dari dokumen seleksi dan disampaikan bersama sama dengan dokumen dokumen lelang lainya pada saat pelaksanaan pelelangan. 2. Berisikan ketentuan ketentuan( a.l hak dan kewajiban,jaminan, prosedur sanksi dan kompensasi) yang wajib diikuti / ditaati/ mengikat para pihak yang mengadakan perjanjian dalam pelaksanaan kontrak Syarat syarat khusus kontrak. 1. Ketentuan ketentuan yang merupakan perubahan, tambahan dan/atau penjelasan dari ketentuan ketentuan yang ada pada syarat syarat umum kontrak. 2 Apabila terjadi perbedaan antara syarat umum dan syarat khusus maka yang 2. Apabila terjadi perbedaan antara syarat umum dan syarat khusus, maka yang berlaku adalah syarat syarat khusus.

KONTRAK KERJA JASA KONSULTANSI DARI ASPEK HUKUM PERDATA DAN PIDANA Proses Pengadaan/ Pemilihan Penyedia Jasa Sanggahan, Sanggahan banding, Pengaduan Proses Pelaksanaan Kontrak Terjadi Wanprestasi HAN/PTUN Pengadaan Barang/Jasa Terjadi KKN KUH PERDATA KUH PIDANA

HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK Bada np e m b i n a a n K o n s t r u k s i K e m e n t e r i a n P e k e r j a a n U m u m

HAK DAN KEWAJIBAN PPK 1. Menyerahkan lapangan sebagian / seluruhnya 2. Mengawasi dan memeriksa pekerjaan (memberikan peringatan/ teguran/ menolak hasil pekerjaan/ memerintahkan perbaikan) 3. Meminta laporan-laporan secara periodik 4. Menghentikan, memutus dan membatalkan kontrak berdasarkan ketentuan kontrak 5. Mengenakan denda / sanksi 6. Melakukan perubahan kontrak 7. Membayar uang muka, prestasi / hasilpekerjaan, e uang retensi, ganti rugi / kompensasi 8. Mengambil alih tanggung jawab atas tuntutan hukum,tuntutan lainya yang timbul karena kesalahan, kecerobohan dan pelanggaran kontrak yang dilakukan oleh PPK.

HAK DAN KEWAJIBAN PENYEDIA JASA 1. Menerima pembayaran uang muka, prestasi/ hasil pekerjaan, ganti rugi/kompensasi 2. Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai jadwal yang telah ditentukan dalam kontrak 3. Menyampaikan laporan pelaksanaan pekerjaan secara periodik. 4. Memberikan informasi dini dan keterangan-keterangan yang diperlukan untuk keperluan pemeriksaan pelaksanaan yang dilakukan pihak PPK. 5. Memutus kontrak berdasarkan ketentuan dalam kontrak 6. Menyusun dan menyelenggarakan program mutu dan program K3 7. Menolak / menyetujui perubahan kontrak 8. Mengambil langkah-langkah yang memadai untuk melindungi lingkungan baik didalam maupun diluar tempatt kerja dan membatasi perusakan dan pengaruh/gangguan kepada masyarakat maupun miliknya, sebagai akibat polusi, kebisingan dan kerusakan lain yang disebabkan kegiatan penyedia jasa

KEGAGALAN BANGUNAN Bada np e m b i n a a n K o n s t r u k s i K e m e n t e r i a n P e k e r j a a n U m u m

KEGAGALAN BANGUNAN Keadaan bangunan, yang setelah diserahterimakan oleh penyedia jasa kepada pengguna jasa, menjadi tidak berfungsi baik sebagian atau secara keseluruhan dan/atau tidak sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam kontrak kerja konstruksi k atau pemanfaatannya yang menyimpang sebagai akibat kesalahan penyedia jasa dan/atau pengguna jasa (UUJK) Kegagalan Bangunan merupakan keadaan bangunan yang tidak berfungsi, baik secara keseluruhan maupun sebagian dari segi teknis, manfaat, keselamatan dan kesehatan kerja, dan atau keselamatan umum sebagai akibat kesalahan Penyedia Jasa dan atau Pengguna Jasa setelah penyerahan akhir pekerjaan konstruksi (PP 29)

JANGKA WAKTU PERTANGGUNGJAWABAN KEGAGALAN BANGUNAN a. Jangka waktu pertanggungjawaban atas kegagalan bangunan ditentukan sesuai dengan umur konstruksi yang direncanakan dengan maksimal 10 tahun, sejak penyerahan akhir pekerjaan konstruksi. b. Penetapan umur konstruksi yang direncanakan harus secara jelas dan tegas dinyatakan dalam dokumen perencanaan, serta disepakati dalam kontrak kerja konstruksi. c. Jangka waktu pertanggungjawaban atas kegagalan bangunan harus dinyatakan dengan tegas dalam kontrak kerja konstruksi

PENILAIAN KEGAGALAN BANGUNAN a. Pengguna jasa dan penyedia jasa wajib bertanggung jawab atas kegagalan bangunan b. Ditentukan terhitung sejak penyerahan akhir pekerjaan konstruksi paling lama 10 tahun c. Ditetapkan oleh pihak ketiga selaku Penilai Ahli a) Penetapan kegagalan hasil pekerjaan konstruksi oleh pihak ketiga selaku penilai ahli dimaksudkan untuk menjaga obyektivitas dalam penilaian dan penetapan suatu kegagalan hasil pekerjaan konstruksi b) Penilai Ahli terdiri dari orang perseorangan, atau kelompok orang atau lembaga yang disepakat para pihak, yang bersifat independen dan mampu memberikan penilaian secara obyektif dan profesional

PENILAIAN KEGAGALAN BANGUNAN a. Kegagalan bangunan dinilai dan ditetapkan oleh 1 (satu) atau lebih penilai ahli yang profesional dan kompeten dalam bidangnya serta bersifat independen dan mampu memberikan penilaian secara obyektif, yang harus dibentuk dalam waktu paling lambat 1 (satu) bulan sejak diterimanyai laporan mengenai terjadinya kegagalan bangunan. b. Penilai ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipilih, dan disepakati bersama oleh penyedia jasa dan pengguna jasa. c. Pemerintah berwenang untuk mengambil tindakan tertentu apabila kegagalan bangunan mengakibatkan kerugian dan atau menimbulkan gangguan pada keselamatan umum, termasuk memberikan pendapat dalam penunjukan, proses penilaian dan hasil kerja penilai ahli yang dibentuk dan disepakati oleh para pihak

PENILAI AHLI Penilai ahli harus memiliki sertifikat keahlian dan terdaftar pada Lembaga a. Penilai i ahli, bertugas untuk antara lain : a) menetapkan sebab-sebab terjadinya kegagalan bangunan; b) menetapkan pihak yang bertanggung jawab atas kegagalan bangunan serta tingkat t dan sifat kesalahan yang dilakukan;b. k menetapkan tidak berfungsinya sebagian atau keseluruhan bangunan; c) menetapkan besarnya kerugian, serta usulan besarnya ganti rugi yang harus dibayar oleh pihak atau pihak-pihak yang melakukan kesalahan; d) menetapkan jangka waktu pembayaran kerugian. b. Penilai ahli berkewajiban untuk melaporkan hasil penilaiannya kepada pihak yang menunjuknyanj dan menyampaikan kepada Lembaga dan instansi yang mengeluarkan izin membangun, paling lambat 3 (tiga) bulan setelah melaksanakan tugasnya c. Penilai i ahli berwenang untuk : a) menghubungi pihak-pihak terkait, untuk memperoleh keterangan yang diperlukan; b) memperoleh data yang diperlukan; c) memasuki lokasi tempat terjadinya kegagalan bangunan. d) melakukan pengujian yang diperlukan

KEGAGALAN BANGUNAN a. Terjadi karena kesalahan perencana atau pengawas konstruksi :wajib bertanggung jawab sesuai dengan bidang profesi dan dikenakan ganti rugi b. Terjadi karena kesalahan pelaksana konstruksi : wajib bertanggung jawab sesuai dengan bidang usaha dan dikenakan ganti rugi c. Terjadi karena kesalahan pengguna jasa dalam pengelolaan bangunan dan menimbulkan kerugian pihak lain: wajib bertanggung jawab dan dikenai ganti rugi d. Ketentuan mengenai jangka waktu dan penilai ahli, tanggung g jawab pengguna jasa dan penyedia jasa diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah

KEGAGALAN BANGUNAN Apabila terjadi kegagalan pekerjaan konstruksi/kegagalan bangunan, maka: a. Barang siapa yang melakukan perencanaan pekerjaan konstruksi yang tidak memenuhi ketentuan keteknikan dikenai pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denda paling banyak 10% (sepuluh persen) dari nilai kontrak. b. Barang siapa yang melakukan pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang bertentangan atau tidak sesuai dengan ketentuan keteknikan yang ditetapkan dikenai pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denda paling banyak 5% (lima persen) dari nilaikontrak. c. Barang siapa yang melakukan pengawasan pelaksanaan pekerjaan konstruksi dengan sengaja memberi kesempatan kepada orang lain yang melaksanakan pekerjaan konstruksi melakukan penyimpangan terhadap ketentuan keteknikan dikenai pidana paling lama 5 (lima) tahun penjara atau dikenakan denda paling banyak 10% (sepuluh persen) dari nilai kontrak.

KEGAGALAN BANGUNAN a. Sebagai dasar penetapan jangka waktu pertanggung jawaban, perencana konstruksi k wajib menyatakan dengan jelas dan tegas tentangt umur konstruksi k yang direncanakan, dalam dokumen perencanaan dan dokumen lelang, dilengkapi dengan penjelasannya. b. Apabila terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan oleh kesalahan perencana konstruksi, maka perencana konstruksi hanya bertanggung jawab atas ganti rugi sebatas hasil perencanaannya yang belum/tidak diubah. c. Apabila terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan oleh kesalahan pelaksana konstruksi, maka tanggung jawab berupa sanksi dan ganti rugi dapat dikenakan pada usaha orang perseorangan dan atau badan usaha pelaksana konstruksi penandatangan kontrak kerja konstruksi. d. Apabila terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan oleh pengawas konstruksi, maka tanggung jawab berupa sanksi dan ganti rugi dapat dikenakan pada usaha orang perseorangan dan atau badan usaha pengawas konstruksi penandatangan kontrak kerja konstruksi.

terimakasih K e m e n t e r i a n P e k e r j a a n U m u m Badan P e m b i n a a n K o n s t r u k s i

KATEGORI TINDAK PIDANA KORUPSI (UU No. 20/2001) 1. Pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau penjual bahan bangunan yang waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanaan orang atau barang, atau keselamatan negara dalam keadaan perang (UU No. 20/2001 Pasal 7) 2. Setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan bahan bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang (UU No. 20/2001 Pasal 7) 3. Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan untuk jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya, atau memberikan uang atau surat berharga tersebut diambil atau digelapkan orang lain, atau membantu melakukan perbuatan tersebut (UU No. 20/2001 Pasal 8) 4. Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan untuk jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja memalsu buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi (UU No. 20/2001 Pasal 9)

KATEGORI TINDAK PIDANA KORUPSI (UU No. 20/2001) 1. Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan untuk jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja (termasuk membiarkan dan membantu orang lain) menggelapkan, menghancurkan, merusakkan atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar yang digunakan untuk meyakinkan atau membuktikan dimuka pejabat yang berwenang (UU No. 20/2001 Pasal 10) 2. Pegawai negeri atau penyelenggara negara meminta, atau memotong pembayaran kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah mempunyai utang kepadanya (UU No. 20/2001 Pasal 12) 3. Pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau persewaan, yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya (UU No. 20/2001 Pasal 12)

SANGGAHAN Peserta pemilihan penyedia barang/jasa yang merasa dirugikan, baik secara sendiri maupun bersama-sama dengan peserta lainnya, dapat mengajukan surat sanggahan kepada Pejabat Pembuat Komitmen apabila ditemukan 1. penyimpangan terhadap ketentuan dan prosedur yang telah ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa; 2. rekayasa tertentu sehingga menghalangi terjadinya persaingan yang sehat; 3. penyalahgunaan wewenang oleh Pejabat/Panitia Pengadaan/Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) dan/atau pejabat yang berwenang lainnya; 4. adanya unsur KKN di antara peserta pemilihan penyedia barang/jasa; 5. adanya unsur KKN antara peserta dengan anggota panitia/pejabat pengadaan dan/ atau dengan pejabat yang berwenang lainnya

SELEKSI ULANG 1. SELEKSI UMUM DAN TERBATAS DINYATAKAN GAGAL OLEH PEJABAT/PANITIA PENGADAAN/UNIT LAYANAN PENGADAAN (PROCUREMENT UNIT), APABILA; a. jumlah penyedia jasa konsultansi yang memasukkan penawaran kurang dari 3 (tiga) peserta; atau b. tidak ada penawaran yang memenuhi persyaratan administrasi dan teknis; atau c. negosiasi atas harga penawaran gagal karena tidak ada peserta yang menyetujui/ menyepakati klarifikasi dan negosiasi 2. SELEKSI DINYATAKAN GAGAL OLEH PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN ATAU PEJABAT BERWENANG LAINNYA APABILA; a. sanggahan dari penyedia jasa ternyata benar; b. pelaksanaan seleksi tidak sesuai atau menyimpang dari dokumen pengadaan yang telah ditetapkant

KKN DALAM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH Bada np e m b i n a a n K o n s t r u k s i K e m e n t e r i a n P e k e r j a a n U m u m

APA ITU KORUPSI Setiap orang yang secara hukum memperkaya diri sendiri atau orang lain, atau suatu korporasi, yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara (UU No. 31 Tahun 1999)

KATEGORI TINDAK PIDANA KORUPSI (UU No. 31 Tahun 1999) 1. Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan kerugian negara atau perekonomian negara (Pasal 3) 2. Setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatannya atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukannya (Pasal 13) 3. Setiap orang yang melakukan percobaan, pembantuan, atau pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana korupsi (Pasal 15) 4. Setiap orang di luar wilayah negara RI yang memberikan bantuan, kesempatan, sarana, atau keterangan untuk terjadinya tindak pidana korupsi (Pasal 16)

KATEGORI TINDAK PIDANA KORUPSI (UU No. 20/2001) 1. Pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau penjual bahan bangunan yang waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanaan orang atau barang, atau keselamatan negara dalam keadaan perang (UU No. 20/2001 Pasal 7) 2. Setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan bahan bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang (UU No. 20/2001 Pasal 7) 3. Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan untuk jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya, atau memberikan uang atau surat berharga tersebut diambil atau digelapkan orang lain, atau membantu melakukan perbuatan tersebut (UU No. 20/2001 Pasal 8) 4. Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan untuk jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja memalsu buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi (UU No. 20/2001 Pasal 9)

KATEGORI TINDAK PIDANA KORUPSI (UU No. 20/2001) 1. Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan untuk jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja (termasuk membiarkan dan membantu orang lain) menggelapkan, menghancurkan, merusakkan atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar yang digunakan untuk meyakinkan atau membuktikan dimuka pejabat yang berwenang (UU No. 20/2001 Pasal 10) 2. Pegawai negeri atau penyelenggara negara meminta, atau memotong pembayaran kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah mempunyai utang kepadanya (UU No. 20/2001 Pasal 12) 3. Pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau persewaan, yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya (UU No. 20/2001 Pasal 12)

KKN DAPAT TERJADI DI KE 15 TAHAP PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH 1. Perencanaan Pengadaan 3. Prakualifikasi Perusahaan 2. Pembentukan Panitia Lelang 4. Penyusunan Dokumen Lelang

KKN DAPAT TERJADI DI KE 15 TAHAP PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH 5. Pengumuman Pelelangan 6. Pengambilan Dokumen Lelang 7. Penentuan Harga Perkirakan Sendiri (HPS) 8. Penjelasan Lelang

KKN DAPAT TERJADI DI KE 15 TAHAP PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH 9. Penyerahan Penawaran Harga dan Pembukaan Penawaran 10 Evaluasi Penawaran 11 Pengumuman Calon Pemenang 12 Sanggahan Peserta Lelang

KKN DAPAT TERJADI DI KE 15 TAHAP PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH 13 Penunjukan Pemenang Lelang 14 Penandatangan Kontrak Perjanjian 15 Penyerahan Barang/ Jasa kepada User