BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 HASIL PENELITIAN Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Dental Anak Usia 6 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. akan menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya (Turner et al, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua dokter gigi yang merawat pasien anak menyadari bahwa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung singkat dan dapat dikendalikan. Kecemasan berfungsi sebagai suatu

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan kuesioner Children Fear Survey Schedule - Dental Subscale

BAB I PENDAHULUAN. kecemasan yang tidak terjamin atas prosedur perawatan. 2 Menurut penelitian, 1

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan ekstraksi adalah prosedur yang menerapkan prinsip bedah, fisika, dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Rasa Takut terhadap Perawatan Gigi dan Mulut. Rasa takut terhadap perawatan gigi dapat dijumpai pada anak-anak di berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pencabutan gigi. Berdasarkan penelitian Nair MA, ditemukan prevalensi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENGANTAR. A. Latar Belakang. Ansietas atau kecemasan adalah keadaan mood yang berorientasi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan. Upaya tersebut ditinjau dari beberapa aspek, di

BAB 3 ETIOLOGI TERJADINYA DENTAL FOBIA. Fobia terhadap perawatan gigi pada anak merupakan fenomena yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

BAB 1 PENDAHULUAN. praktek dokter gigi memiliki suasana dan peralatan yang asing, dan terlebih lagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB V PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. Bab ini penulis membahas mengenai permasalahan tentang respon nyeri

PERBEDAAN KECEMASAN DENTAL PADA ANAK USIA 6 TAHUN DAN 12 TAHUN (Kajian pada Sekolah Dasar Mahatma Gading, Kelapa Gading, Jakarta Utara)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan. tumbuh dan kembang sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak (Potter &

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB 1 PENDAHULUAN. krisis karena anak mengalami stres akibat perubahan baik terhadap status

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Anak juga seringkali menjalani prosedur yang membuat. Anak-anak cenderung merespon hospitalisasi dengan munculnya

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

DAFTAR GAMBAR. 2.1 Empat Faktor Utama Yang Mempengaruhi Terjadinya Karies Gambaran Klinis Karies Pada Daerah Occlusal...

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat awam pada umumnya cenderung memberi kesan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. dan gelisah dengan sesuatu yang dialaminya (Candido et al. 2014).

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera utara

TRIAD OF CONCERN KELOMPOK 3.B. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi. Universitas Sumatera Utara. Jalan Alumni No. 2 Kampus USU Medan PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis

******* Dedicated for God,pap,mum,brother and sister..

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

TUJUAN WAWANCARA MEDIS

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Eksodonsi merupakan salah satu prosedur yang ada pada ilmu spesialis

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,

DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol II. No 1. Maret 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan, kecemasan

ANGKET CFSS-DS CHILDREN FEAR SURVEY SCHEDULE DENTAL SUBSCALE. Mark ( ) only 1 answer from each number below. All answers are correct.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAMPIRAN. Tabel Karakteristik ADHD dan gangguan Sensori Integrasi (SI) Karakteristik Permasalahan ADHD Gangguan SI Terlalu lelah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu fasilitas pelayanan kesehatan. melahirkan. Rumah sakit dituntut lebih profesional dalam

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungannya dengan upaya stimulasi yang dapat dilakukan, sekalipun anak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Anak yang sakit. hospitalisasi. Hospitalisasi dapat berdampak buruk pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penderitanya semakin mengalami peningkatan. Data statistik kanker dunia tahun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian perbedaan metode pre-induksi hipnodonsi anak laki-laki dan

LAMPIRAN. Universita Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan metode survey deskriptif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

2.1 Perkembangan anak sekolah dasar. Perkembangan anak usia sekolah disebut juga perkembangan masa

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI) Mei Vita Cahya Ningsih. Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan merupakan suatu upaya. pemeriksaan, pengobatan atau perawatan di rumah sakit.

1. Bab II Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

B A B 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

BAB I PENDAHULUAN. dalam kata lain sunat adalah memotong kulup atau khitan. Budaya (2012)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan sejak usia dini yaitu dengan mencegah, merawat dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2014 dengan menggunakan

LAMPIRAN. PDF created with FinePrint pdffactory Pro trial version

Skizofrenia. 1. Apa itu Skizofrenia? 2. Siapa yang lebih rentan terhadap Skizofrenia?

BAB I PENDAHULUAN. terakhir ini diketahui bahwa terdapatnya kecendrungan masyarakat Indonesia

Hesti Lestari Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unsrat RSUP Prof dr R.D. Kandou Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cemas dan Takut Yang dimaksud dengan kecemasan adalah suatu perasaan yang tidak jelas, tidak menyenangkan atau tidak nyaman disertai tanda bahwa sesuatu yang tidak diinginkan akan terjadi (Kagan dan Havemann, 1976). 3 Kecemasan merupakan emosi yang diturunkan dari rasa sakit atau rasa takut. 17 Beberapa psikolog berpendapat bahwa timbulnya rasa cemas dapat diketahui dari tindakan seseorang. 3 Kecemasan sangat berhubungan erat dengan rasa takut. Rasa cemas dan takut saling berhubungan dan hubungan antara cemas dan takut sering dipertukarkan baik oleh pasien maupun dokter gigi. 18, 19 Rasa takut adalah bentuk konkrit, yang memiliki latar belakang yang jelas, dan dapat diekspresikan melalui kata-kata apa yang ditakutkan. 18 Fischer menyebutkan bahwa rasa takut merupakan emosi yang timbul pada situasi stress dan tidak menentu (uncertainty) sehingga orang merasa dirinya terancam atau tidak berdaya dan akan menolak atau melarikan diri dari situasi dengan antisipasi rasa sakit, keadaan yang berbahaya (distress), atau bersifat menghancurkan/membinasakan (destruction). 17 Secara klinis, rasa takut digunakan untuk menggambarkan reaksi patologi terhadap obyek tertentu seperti jarum. Terdapat perbedaan antara rasa cemas dengan takut; cemas merupakan perasaan dari ketidaknyamanan sedangkan takut dianggap sebagai reaksi terhadap keadaan atau obyek tertentu (Kent dan Blinkhorn, 1991). Contoh, seseorang dapat merasa cemas terhadap kunjungan ke dokter gigi dan secara spesifik merasa takut terhadap ekstraksi. 3 Menurut Ramzy dan Wallerstein (1958), rasa cemas (anxiety), rasa takut (fear), dan rasa sakit (pain) merupakan hal yang saling mempengaruhi satu sama lain. Rasa sakit dapat menimbulkan rasa takut dan sebaliknya, sedangkan rasa cemas selalu diturunkan dari kedua hal tersebut. Hal ini diperlihatkan pada gambar berikut. 20 5

6 Rasa sakit Primer Rasa takut Primer atau Sekunder Rasa cemas Selalu sekunder Gambar 2.1 Hubungan rasa sakit dengan rasa takut dan cemas. 20 Kecemasan terkadang disebut sebagai suatu ketakutan yang tidak jelas, bersifat panjang/meluas (diffuse) dan tidak berkaitan terhadap ancaman spesifik tertentu. Kecemasan tampak dihasilkan oleh ancaman internal, perasaan yang tidak baik; berbeda dengan perasaan takut yang memiliki obyek eksternal atau apa yang dilihat pasien sebagai suatu bahaya. Oleh sebab itu, rasa cemas lebih sulit diatasi dibandingkan rasa takut. 18 FEAR ANXIETY Object-related Objectless Gambar 2.2 Perbedaan antara rasa cemas dan takut. Rasa takut tampak nyata sedangkan rasa cemas tampak abstrak. 18 Jadi, cemas dapat diartikan sebagai keadaan emosional yang berkaitan dengan rasa takut yang dialami seseorang tanpa orang tersebut mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Dapat juga diartikan sebagai ketegangan yang dialami seseorang akibat dari ancaman yang nyata maupun tidak nyata terhadap rasa aman pada orang itu sendiri. Sedangkan takut adalah perasaan yang mendorong individu untuk menjauhi sesuatu dan sedapat mungkin menghindari kontak dengan hal yang ditakutkan itu; dalam hal ini, seseorang dapat menyadari apa yang menyebabkan rasa takut dan mengetahui apa yang ditakutkan.

7 Dalam rasa cemas, terdapat beberapa macam etiologi atau penyebab yaitu ingatan tidak sadar terhadap rangsangan atau hal menakutkan yang selama ini dipendam (direpresi). Situasi atau obyek yang menimbulkan rasa cemas mempunyai arti tersendiri bagi penderita karena apa yang dihadapi sekarang ini merupakan pencetus dari kecemasan atau keadaan yang berhubungan dengan pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan; dan generalisasi stimulus, adalah cara seseorang dalam mempelajari respon terhadap suatu rangsang sehingga ia akan melakukan respon yang sama terhadap semua situasi atau hal yang serupa dengan situasi atau rangsangan sebelumnya. 21 Rasa takut juga dapat timbul oleh karena situasi-situasi yang secara fisik tampak menakutkan, membuat seseorang tidak aman atau secara potensial menimbulkan frustasi; adanya antisipasi terhadap tanda akan dihadapinya hal atau situasi yang menakutkan sesuai dengan pengalaman yang telah dialami sebelumnya; adanya model (seseorang yang dapat ditiru) untuk berperilaku takut; sumber-sumber bacaan, cerita, film, televisi, yang memungkinkan seseorang mengolah rasa takut melalui ingatan dan imajinasinya; dan perubahan dalam persepsi seseorang terhadap suatu hal atau situasi yang ditakuti. 21 2.2 Cemas dan Takut terhadap Dental Kecemasan dental adalah suatu ketakutan abnormal atau ketakutan terhadap kunjungan ke dokter gigi untuk perawatan pencegahan ataupun terapi dan rasa cemas tidak beralasan terhadap dental. 22 Ini dapat dilihat saat pasien menghindari kunjungan ke dokter gigi atau tidak mau membiarkan dokter gigi menggunakan instrumen. 3 Weiner dan Sheehan (1990) mengelompokkan dentally anxious individuals menjadi 2, yaitu: Eksogen, adalah kecemasan yang timbul akibat pengalaman traumatik dental atau pengalaman orang lain; Endogen, adalah kecemasan yang berasal dari suatu kelainan (anxiety disorders) dan ditandai dengan keadaan cemas pada umumnya, beberapa ketakutan berlebih, dan kelainan emosi (mood). 23 Ketakutan dental disebut juga sebagai kecemasan dental. 22 Ketakutan merupakan manifestasi emosional yang akan menurunkan ambang rangsang sakit sehingga rasa sakit yang dirasakan semakin besar dan menyebabkan ketakutan

8 berlebih. 24 Ketakutan dental disebut juga ketakutan spesifik yang terdapat di antara anak-anak. Ini merupakan ketakutan yang unik dibandingkan dengan ketakutan spesifik lainnya karena ketakutan dental memiliki komponen bodily injury yang kuat dibandingkan ketakutan lainnya. Bagian rongga mulut merupakan daerah yang sangat sensitif dan terdapat reseptor sensasi somatis yang lebih banyak dibandingkan bagian tubuh manusia lainnya. 25 Pasien yang takut cenderung untuk menghindari perawatan gigi dan mulut, tidak menepati jadwal perjanjian yang telah ditentukan, serta menghabiskan waktu dokter gigi dalam usaha mengurangi ketakutan atau kecemasannya. 26 Jadi, kecemasan dan ketakutan dental merupakan suatu perasaan tidak nyaman saat seseorang akan atau sedang melakukan kunjungan dental yang menyebabkan pasien menunda atau menghindari kunjungan dental tersebut sehingga memberikan dampak yang tidak baik pada kesehatan rongga mulut. Salah satu penyebab timbulnya kecemasan dental pada anak dapat berasal dari orang tuanya, yang sering disebut juga dengan istilah maternal anxiety. Saat melakukan kunjungan ke praktek dokter gigi, anak lebih sering didampingi oleh orang tuanya (khususnya para ibu). Sifat cemas ibu ini akan mempengaruhi kunjungan dental anak tersebut. 27 Menurut Wright, banyak penelitian yang menemukan hubungan yang berarti antara maternal anxiety dan sikap kooperatif anak saat melakukan kunjungan dental. Orang tua dengan tingkat kecemasan tinggi cenderung secara negatif mempengaruhi tingkah laku anak. 28 Menurut Finn, anak mendapatkan rasa takut baik secara obyektif maupun subyektif. Rasa takut obyektif merupakan rasa takut yang dihasilkan dalam respon terhadap rangsangan sensoris yang tidak menyenangkan; sedangkan rasa takut subyektif hanya berdasarkan perasaan dan perilaku yang disugesti dari luar tanpa anak mengalaminya sendiri. Sugesti yang didapatkan berupa informasi yang 24, 29 berasal dari teman, buku, dan acara televisi. Ketakutan terhadap perawatan dental tersebar luas dan dirasakan baik secara sadar maupun tidak sadar. Saat pasien datang untuk kunjungan dental, kecemasan dan stress berada pada tingkat yang tinggi. Jika pasien dibiarkan duduk di ruang tunggu dalam jangka waktu yang lama, maka kecemasan pasien akan meningkat. Saat pasien dibawa ke ruang praktek, ia dihadapkan pada suatu

9 rangsangan sensoris yang menghasilkan rasa tidak nyaman dan rasa gelisah atau khawatir. Rangsangan ini terdiri dari cahaya yang terang, peralatan dental, aroma atau bau medikasi yang tidak mengenakkan, pakaian seragam putih, dan suara bor. Jika disertai komunikasi yang buruk dengan dokter gigi maka akan menambah kecemasan pada pasien. 24 Faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan dental yaitu: faktor personal yang terdiri dari usia, ketakutan dan kecemasan secara umum, temperamen (emosional); faktor eksternal diantaranya ketakutan dan kecemasan dental yang terdapat pada orang tua, keadaan sosial dan latar belakang budaya di dalam keluarga, cara asuh anak serta peran anak di dalam masyarakat; dan faktor dental yang meliputi rasa sakit serta lingkungan dental. 30 Sikap orang tua terhadap perawatan dental atau yang disebut juga dengan maternal anxiety biasanya ditemukan pada orang tua, umumnya bagi para ibu, yang menemani anaknya ke praktek dental sehingga orang tua yang cemas terhadap perawatan dental pada akhirnya akan dirasakan oleh anak; pengalaman medis dan dental pada anak. Anak yang tidak kooperatif atau cemas selama kunjungan dental berhubungan dengan pengalaman traumatik atau prosedur dental yang tidak menyenangkan sebelumnya. Namun, tidak semua pasien yang mengalami nyeri atau rasa sakit selama perawatan dental nantinya akan mengalami rasa cemas; pengalaman dental dari teman dan saudara (viracious learning). Banyak orang yang belum mendapatkan perawatan dental tetapi merasa cemas. Anak dapat belajar dari cerita teman seusianya ataupun refleksi dari kecemasan orang tuanya; jenis persiapan yang dilakukan di rumah sebelum kunjungan dental; persepsi dari anak sendiri bahwa ada sesuatu yang bermasalah pada giginya. Rasa takut untuk merasakan sakit sangat umum ditemukan pada anak sehingga sering menimbulkan kecemasan tersendiri pada anak. 31 Kecemasan dental menyebabkan pasien menghindari atau menunda kunjungan serta perawatan dental. 32, 33 Metode yang digunakan untuk menilai kecemasan pasien adalah dengan melihat tabulasi dari kunjungan dental yang terlewatkan atau dibatalkan. 32, 34, 35 Sikap menghindar ini menyebabkan kerusakan dan pengabaian yang menimbulkan rasa sakit yang kemudian meningkatkan stress, semakin menghindar dan demikian seterusnya sehingga membentuk suatu

10 siklus. Siklus lingkaran yang terus menerus ini diperkuat oleh rasa malu pasien karena kondisi rongga mulut dan ketidakmampuannya untuk mengatasi situasi tersebut. 32 Gambar 2.3 Siklus lingkaran yang terus menerus dari stress, penghindaran, dan rasa sakit pada kedokteran gigi. 32 Siklus ini ditingkatkan oleh ingatan pengalaman traumatik masa lalu dan mekanisme pertahanan yang disesuaikan, seperti penolakan dan represi. Namun ketika rasa sakit yang dialami lebih tinggi daripada stress yang mungkin ditimbulkan oleh perawatan, maka perawatan pun dilakukan. Jika pada tahap ini terbentuk hubungan antar-perseorangan (interpersonal) yang baik antara pasien dengan dokter gigi, hal ini akan menimbulkan kelanjutan perawatan, penurunan rasa sakit yang dialami, peningkatan rapport (hubungan), penurunan stress, dan sebaliknya. Siklus positif dari perawatan dan rapport dapat ditingkatkan oleh kesadaran dan keinginan dalam memperhatikan serta menjaga keadaan rongga mulut. 32 2.3 Perkembangan Anak Usia 8 tahun Pada anak usia 8 tahun terjadi berbagai perubahan yang meliputi perubahan pada perkembangan sosial dan emosional, perkembangan fisik serta

11 perkembangan kognitif. Perkembangan sosial dan emosional pada anak usia 8 tahun yaitu anak suka bercanda dan lebih senang jika disapa dengan nama panggilan khusus. Pada usia ini, pemikiran anak semakin kritis dan kemampuan verbalnya meningkat dalam mencurahkan amarahnya. 8 Anak usia 8 tahun lebih suka merahasiakan suatu hal dan mereka memiliki ketakutan berlebih. Namun mereka senang jika diberikan penghargaan terhadap tingkah laku mereka. Anak usia ini memiliki sikap lebih perhatian, suka menolong, ceria, dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi; tetapi mereka juga dapat bersikap kasar, egois, bossy dan banyak permintaan. 7 Anak usia 8 tahun mulai mengembangkan sikap sportivitas dan menilai suatu hal itu benar-salah. Pada usia ini, anak tidak sabaran dan lebih antusias atau bersemangat sehingga menjadi kurang berhati-hati dan beresiko mengalami cedera. 8 Perkembangan Fisik pada anak usia 8 tahun adalah anak terlihat sibuk dan aktif sehingga kadang dapat terjadi cedera atau kecelakaan. Anak usia ini memiliki kecenderungan untuk buang air kecil saat mereka merasa cemas. Mereka juga memiliki nafsu makan yang baik dan dapat menerima makanan baru yang belum pernah dimakan sebelumnya. Kesehatan anak pada usia ini juga meningkat sehingga anak jarang ditemukan sakit. 7 Anak juga telah memiliki koordinasi otot yang baik, dan biasanya anak perempuan memiliki pertumbuhan yang lebih cepat daripada anak laki-laki. Pada usia ini, anak dapat berkonsentrasi dan bekerja dengan rajin dalam periode waktu yang lama; tetapi dapat juga menjadi tidak sabar terhadap penundaan atau kelambatan yang timbul pada diri mereka sendiri. 8 Pada perkembangan dental anak usia 8 tahun, umumnya gigi permanen I 2 atas telah erupsi. Namun pada beberapa anak usia 8 tahun, terdapat juga erupsi gigi permanen I 1 atas dan juga erupsi gigi permanen I 2 bawah.. 36 Pada usia 8 tahun, perkembangan kognitif yang dialami anak adalah anak mulai menyadari bahwa terdapat opini atau pendapat lain yang layak diterima selain dari pemikiran mereka sendiri. Anak sudah dapat berpikir secara konseptual serta memiliki tingkat kreativitas yang tinggi. 8 Pada usia ini, anak juga sering menganggap dirinya memiliki kemampuan yang lebih daripada keadaan yang sebenarnya. Mereka juga ingin mengetahui alasan atau penyebab dari suatu hal. 7

12 Berdasarkan berbagai perkembangan anak usia 8 tahun terlihat bahwa memiliki rasa ingin tahu yang besar, memiliki sikap sportif dalam setiap hal atau kegiatan yang mereka jalankan sehingga dokter gigi harus mempersiapkan diri sebelum melakukan perawatan pada anak usia ini dan dapat menjelaskan dengan baik setiap hal yang ditanyakan oleh anak. 2.4 Perkembangan Anak Usia 11 tahun Pada usia 11 tahun, anak mulai mengalami proses pendewasaan atau transisi dari masa kanak-kanak (childhood) menuju masa dewasa. 37 Pada usia ini juga terjadi perubahan pada perkembangan sosial dan emosional, fisik serta kognitif. Perkembangan sosial dan emosional pada anak usia 11 tahun adalah anak mulai berpikir bahwa figur orang tua atau seseorang yang berwibawa juga dapat melakukan kesalahan dan mulai menyukai suatu kegiatan rutinitas. Anak usia 11 tahun telah memiliki pengendalian emosi (amarah) yang lebih baik namun masih belum stabil dan lebih banyak menghabiskan waktunya bersama teman-temannya dibandingkan dengan orang tuanya dan mereka mudah terpengaruh oleh temantemannya. 8, 9, 37 Pada perkembangan fisik anak usia 11 tahun, umumnya perempuan lebih cepat 2 tahun dan perempuan sudah mulai mengalami menstruasi. 9 Sementara itu, pada laki-laki usia ini tidak terdapat perubahan fisik yang signifikan. 37 Anak usia ini memiliki rasa ingin tahu dan aktif namun cepat letih atau lelah. 8 Pada perkembangan dental anak usia 11 tahun telah erupsi gigi C dan juga P 1 serta P 2 baik pada rahang atas maupun rahang bawah. 36 Pada usia ini, anak umumnya sudah memiliki pengalaman dental yang banyak. Perkembangan kognitif anak usia 11 tahun umumnya mereka sudah mulai mengungkapkan pendapat mereka serta mengekspresikan diri mereka secara kreatif. Terkadang anak usia ini mulai berpikir diri mereka sebagai orang dewasa dan berperilaku seperti orang dewasa. 8 Pada usia 11 tahun, anak mulai tertarik membaca majalah juga mengoleksi sesuatu atau memiliki kegemaran tertentu. 9 Anak harus dapat mulai bersikap serius karena mereka akan dihadapkan lingkungan yang lebih luas. 37

13 Berdasarkan berbagai perkembangan anak usia 11 tahun terlihat bahwa anak telah memiliki kontrol emosi yang lebih baik namun belum begitu stabil. Pada usia ini, anak lebih banyak bersama dengan teman dibandingkan dengan orang tua dan terkadang cerita pengalaman dental negatif dari teman disekitar dapat mempengaruhi anak usia 11 tahun sehingga menjadi takut terhadap prosedur dental. 2.5 Alat ukur (skala) Tingkat Kecemasan Dental Kecemasan dan ketakutan terhadap perawatan dental pada anak-anak telah dianggap sebagai sumber masalah kesehatan. Efek dari ketakutan dental pada anak dapat berkepanjangan hingga dewasa sehingga pada akhirnya menyebabkan penghindaran terhadap perawatan dental atau gangguan selama perawatan. Untuk mencegah terjadinya proses yang mengancam kesehatan ini, sebaiknya digunakan teknik manajemen bagi anak-anak untuk mengidentifikasi kecemasan dental anak pada usia sedini mungkin. 13 Untuk menilai kecemasan dental pada anak, banyak teknik pengukuran yang dapat digunakan. Dalam menilai kecemasan atau ketakutan dental pada anak, dapat dibedakan menjadi dua tipe teknik penilaian secara luas: teknik yang berdasarkan observasi reaksi anak (misal penilaian perilaku dan psikologis) dan teknik yang berdasar pada beberapa bentuk dari verbal-cognitive self-report (misal kuesioner). 13 Macam-macam alat ukur yang dapat digunakan dalam penelitian ini antara lain: Corah Dental Anxiety Scale (DAS). DAS umumnya dikembangkan untuk mengukur kecemasan dan ketakutan dental pada pasien dewasa. Kuesioner ini terdiri dari empat soal dengan lima pilihan jawaban. Hasil skor pada metode ini berkisar dari 4 (sangat tidak cemas) hingga 20 (sangat amat cemas). DAS belum pernah dilakukan pada anak-anak karena pertanyaan DAS terlalu sulit untuk dimengerti oleh anak-anak sehingga terkadang dilakukan modifikasi atau hanya diberikan kepada anak yang berusia lebih tua. DAS memiliki reliabilitas dan stabilitas yang memuaskan. 13 The Venham Picture Test (VPT). VPT merupakan instrumen self-report yang menggunakan teknik gambar dalam menjawab dan terdiri dari delapan jenis

14 yang menggambarkan situasi atau keadaan dari kecemasan. Anak diwakili delapan pasang gambar anak kecil yang memperlihatkan emosi yang bervariasi dan diminta untuk memilih gambar yang mencerminkan emosi anak itu sendiri. Skor yang dihasilkan dapat bervariasi dari 0 hingga 8. VPT mudah untuk dikelola, hanya memakan waktu satu hingga dua menit, dan dikatakan bahwa skala ini sesuai digunakan untuk anak kecil. Pada beberapa studi, VPT digunakan sebagai alat ukur kecemasan dental; misalnya VPT dapat digunakan untuk mengukur perubahan kecemasan dental sebagai akibat hadir atau tidak hadirnya orang tua pada ruang praktek dental. VPT juga dapat digunakan sebagai alat ukur kecemasan dental situasional pada suatu studi yang memprediksi tingkah laku anak selama perawatan dental. Namun, reliabilitas VPT masih memerlukan studi lebih lanjut. 13 Children s Fear Survey Schedule Dental Subscale (CFSS-DS). CFSS- DS merupakan revisi dari Fear Survey Schedule for Children (FSS-CS) [Scherer dan Nakamura (1968)] 14 untuk memasukkan ketakutan dental spesifik sebagai salah satu sub-skala (subscales). 13 CFSS-DS dikembangkan oleh Cuthbert dan Melamed 15 yang terdiri dari lima belas variabel dan setiap variabel mewakili aspek yang berbeda dari situasi dental misalnya perawatan dental invasif seperti 13, 14, 16 suntikan dan pengeboran, tetapi juga terdapat aspek kedokteran umum. Lima belas variabel dari situasi dental yang merupakan pertanyaan yang terdapat pada CFSS-DS yaitu dokter gigi, dokter, jarum suntik, mulutnya diperiksa orang lain, membuka mulut, disentuh orang asing, dilihat orang lain, dokter gigi mengebor, melihat dokter gigi mengebor, suara bor dokter gigi, orang meletakkan instrumen dalam mulutmu, tersedak, pergi ke rumah sakit, orang berseragam putih, dan suster membersihkan gigimu. 13 Pada setiap variabel dari CFSS-DS terdapat lima pilihan jawaban dengan masing-masing pilihan mempunyai skor tertentu. Pilihan jawaban tersebut yaitu sama sekali tidak takut (not afraid at all) diberi skor 1, agak takut (a little afraid) diberi skor 2, cukup takut (a fair amount afraid) diberi skor 3, takut (Pretty much afraid) diberi skor 4, dan sangat takut (very afraid) yang diberi skor 5 (Milgrom, Fiset, Melnick, dan Weinstein; 1988). 13, 16 Total skor CFSS-DS berkisar dari 15 hingga 75 13 dan skor 38 berhubungan dengan ketakutan dental klinis. 14 Ini dapat digunakan untuk

15 membedakan pasien dengan kecemasan dental yang tinggi dan rendah. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Klingberg (2008) yang membagi subyek penelitian menjadi dua kategori yaitu tingkat kecemasan dental rendah dan tingkat kecemasan dental tinggi berdasarkan hasil penilaian CFSS-DS. 38 Reliabilitas dan validitas CFSS-DS juga telah terbukti secara tepat. 14 CFSS-DS telah digunakan untuk tujuan berbeda-beda; misal CFSS-DS digunakan untuk menilai prevalensi ketakutan dental pada anak-anak di Singapura. Pada studi lain, CFSS-DS digunakan untuk menunjukkan perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, atau untuk melihat anak yang takut dan yang tidak takut dari sejumlah populasi yang tersebar. Pada beberapa penelitian, kuesioner diisi oleh orang tua. 13 Jadi, dalam penelitian mengenai Perbedaan Tingkat Kecemasan Dental Anak Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin terhadap Lingkungan Perawatan Dental pada anak usia 8 dan 11 tahun dapat digunakan CFSS-DS untuk mengukur tingkat kecemasan pada anak karena reliabilitas, stabilitas serta validitasnya cukup baik dan alat ini pada umumnya dapat cukup dimengerti oleh anak-anak. 2.6 Kerangka Teori Rasa sakit/nyeri 1. Faktor Personal 2. Faktor Eksternal 3. Faktor Dental Takut Cemas Anak usia 8 & 11 tahun Tingkat kecemasan dental Perkembangan fisik Perkembangan sosio-emosional Perkembangan kognitif Perawatan Gigi Mulut yang optimal