OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG OTSUS DAN PENYELESAIAN KONFLIK PAPUA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA DISAMPAIKAN PADA:

BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN. Pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 bahwa

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

PAPARAN Rancangan Awal RPJMD Tahun Wates, 27 September 2017

BAPPEDA Planning for a better Babel

GUBERNUR PAPUA. Sambutan Gubernur Papua Pada Seminar Efektivitas Pengunaan dan Pengelolaan Dana Otonomi Khusus Papua dan Papua Barat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

SUMATERA KALIMANTAN IRIAN JAYA JAVA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

GAMBARAN KEBUTUHAN DAN ROAD MAP PERSIAPAN PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN UMUM DI DAERAH

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

LANGKAH-LANGKAH ANTISIPASI PEMANTAPAN STABILITAS KEAMANAN DALAM NEGERI

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

ARAH KEBIJAKAN DIREKTORAT KETAHANAN EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

Penguatan Kapasitas Pemerintah Daerah Dalam Penanggulangan Bencana Di Daerah Tertinggal

RPJM PROVINSI JAWA TIMUR (1) Visi Terwujudnya Jawa Timur yang Makmur dan Berakhlak dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN

TINJAUAN HUKUM ATAS PENGELOLAAN DANA OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA

PENDIDIKAN PROVINSI JAMBI :

I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGUKURAN KINERJA VISI : TERWUJUDNYA KABUPATEN BIMA YANG RAMAH RELIGIUS, AMAN, MAKMUR, AMANAH DAN HANDAL

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG KOMISI HUKUM AD HOC DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA,

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2014 Bupati Bogor, RACHMAT YASIN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

CATATAN PENUTUP REFLEKSI AKHIR TAHUN PAPUA 2010 : MERETAS JALAN DAMAI PAPUA OLEH: LAKSAMANA MADYA TNI (PURN) FREDDY NUMBERI

2017, No Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah

LAMPIRAN I : PERATURAN BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TENTANG RENCANA AKSI PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN MAJELIS RAKYAT PAPUA BARAT DALAM KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN KAWASAN KHUSUS

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010

Bab I Pendahuluan 1 KONDISI DAERAH JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. pada akhirnya melakukan perbaikan perbaikan untuk mencapai taraf hidup dan

VISI DAN MISI BAKAL CALON BUPATI KABUPATEN KAIMANA

KAJIAN ATAS PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN DANA OTONOMI KHUSUS PROVINSI PAPUA, PAPUA BARAT DAN PROVINSI ACEH

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENUTUP. fakir miskin pada era otonomi khusus di Provinsi Papua, dapat dirumuskan

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Drs. LUTFI TMA, M.Si. Direktur Politik Dalam Negeri Direktorat Jenderal Kesatuan Bangsa dan Politik Kementerian Dalam Negeri

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah

PADA MUSRENBANG RKPD PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017 S O E D A R M O

PROBLEM OTONOMI KHUSUS PAPUA Oleh: Muchamad Ali Safa at

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2018 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Daftar Tabel Data Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka beberapa hal. yang dapat disimpulkan di antaranya adalah :

BAB 1 PENINGKATAN RASA SALING PERCAYA DAN HARMONISASI ANTARKELOMPOK MASYARAKAT

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan

SAMBUTAN/PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA MUSRENBANG RKPD PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ARAH KEBIJAKAN KEGIATAN FASILITASI KEWASPADAAN NASIONAL

ARAH KEBIJAKAN KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2019

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAGIAN I AGENDA MENCIPTAKAN INDONESIA YANG AMAN DAN DAMAI

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI PAPUA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

TARGET PEMBANGUNAN TAHUN KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA LAPORAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SELAKU SEKRETARIS DPOD KEBIJAKAN PENATAAN DAERAH TERKAIT

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINGKASAN EKSEKUTIF BUKU INDIKATOR MAKRO PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN BEKASI 2012

BAB 2 PERENCANAAN KINERJA. 2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

PAPARAN MENTERI DALAM NEGERI

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 01 TAHUN PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDes) TAHUN ANGGARAN 2013

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN RKPD KABUPATEN SIDOARJO TAHUN 2018

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBANGUNAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 38 TAHUN 2009 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI. Disampaikan oleh : Surabaya, 14 April 2015

KEBIJAKAN PENGANGGARAN DANA PERIMBANGAN DALAM APBD 2017 DAN ARAH PERUBAHANNYA

2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah. (RPJPD) Provinsi Riau , maka Visi Pembangunan

KEMENTERIAN DALAM NEGERI OLEH : BUDI PRASETYO,SH,MM SEKRETARIS DIREKTORAT JENDERAL POLITIK DAN PEMERINTAHAN UMUM MAKASAR, 28 OKTOBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.

BAB V VISI, MISI DAN TUJUAN PEMERINTAHAN KABUPATEN SOLOK TAHUN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

Transkripsi:

Jakarta, 17 Desember 2012 OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT Pasal 18B ayat (1) UUD 1945: Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan yg bersifat khusus dan bersifat istimewa yg diatur dgn Undang-Undang. Pemberian Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat melalui pemberlakuan UU 21/2001 jo. UU 35/2008, dimaksudkan utk mewujudkan dan mendukung penyelenggaraan pemerintahan yg lebih baik, utamanya upaya mewujudkan keadilan, penegakan supremasi hukum, penghormatan terhadap HAM, percepatan pembangunan ekonomi, peningkatan kesejahteraan dan kemajuan masyarakat Papua dan Papua Barat dalam rangka kesetaraan dan keseimbangan dengan kemajuan provinsi lain. 1

EVALUASI PELAKSANAAN KEBIJAKAN OTSUS PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT (2) Pasal 78 UU 21/2001: Pelaksanaan Undang-Undang ini dievaluasi setiap tahun dan untuk pertama kalinya dilakukan pada akhir tahun ketiga sesudah Undang-Undang ini berlaku. Aspek Kebijakan o masih belum menyelesaikan secara keseluruhan Perdasus dan Perdasi sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 21 Tahun 2001, dan o pola serta mekanisme hubungan kerja belum terbangun secara sinergis antar Pemerintah Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, DPRP dan DPRPB, MRP Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, sehingga mengakibatkan kinerja pemerintahan daerah yang dihasilkan belum optimal. 2 EVALUASI PELAKSANAAN KEBIJAKAN OTSUS PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT (3) Bidang Pendidikan o terdapat peningkatan Angka Partisipasi Sekolah (APS) diberbagai jenjang usia pendidikan sejak tahun 2003-2011 (belum optimal dan memerlukan perbaikan dalam kualitas pendidikan berupa ketersediaan sarana pendidikan dan sumber daya manusia pendidiknya). o Penerapan Program Wajib Belajar 9 (sembilan) Tahun di Provinsi Papua dapat mencapai APS nasional lebih besar dari 70% terutama pada APS tingkat SLTP tahun 2011 sebesar 71,29%, sedangkan di Provinsi Papua Barat sebesar 88,59%. Untuk APS tingkat SLTA Provinsi Papua tahun 2011 sebesar 50,55% dapat mencapai APS nasional lebih besar dari 50%, sedangkan di Provinsi Papua Barat sebesar 65,40. 3

EVALUASI PELAKSANAAN KEBIJAKAN OTSUS PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT (4) o Angka Melek Huruf (AMH) Provinsi Papua sejak tahun 2003-2010 masih mengalami fluktuasi tahun 2003 sebesar 74,04% dan 2010 sebesar 76,83%, sedangkan di Provinsi Papua Barat terus mengalami peningkatan tahun 2003 sebesar 92,15% dan 2010 sebesar 93,19%. Perkembangan AMH ini menandakan bahwa kondisi Angka Buta Huruf (ABH) terus mengalami penurunan sehingga semakin banyak masyarakat yang bisa membaca dan menulis. Bidang Kesehatan o Jumlah dokter umum di Provinsi Papua tahun 2007 sebanyak 420 orang dan tahun 2010 sebanyak 619 orang atau mengalami kenaikan sebesar 47,38%, sedangkan Provinsi Papua Barat tahun 2007 sebanyak 56 orang dan tahun 2010 sebanyak 250 orang atau mengalami kenaikan sebesar 346,42%. 4 EVALUASI PELAKSANAAN KEBIJAKAN OTSUS PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT (5) o o o Jumlah rumah sakit di Provinsi Papua tahun 2007 sebanyak 12 buah dan tahun 2010 sebanyak 29 buah atau mengalami kenaikan sebesar 141,66%, sedangkan Provinsi Papua Barat tahun 2007 sebanyak 10 buah dan tahun 2010 sebanyak 14 buah atau mengalami kenaikan sebesar 40%. Jumlah puskesmas di Provinsi Papua tahun 2007 sebanyak 260 buah dan tahun 2010 sebanyak 360 buah atau mengalami kenaikan sebesar 38,46%, sedangkan di Provinsi Papua Barat tahun 2007 sebanyak 94 buah dan tahun 2010 sebanyak 126 buah atau mengalami kenaikan sebesar 34,04%. Namun demikian terkait pelayanan kesehatan masih memerlukan perhatian khusus, karena umumnya tenaga kesehatan masih terkonsentrasi di wilayah perkotaan. 5

EVALUASI PELAKSANAAN KEBIJAKAN OTSUS PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT (6) Bidang Perekonomian o Indeks Pembangunan Manusia (IPM/Human Development Index/HDI) Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat sejak tahun 2002-2010 terus mengalami peningkatan, tahun 2002 Provinsi Papua memiliki IPM sebesar 60,10% dan tahun 2010 sebesar 64,94% menempati urutan ke 33 secara nasional, sedangkan Provinsi Papua Barat tahun 2008 sebesar 67,95% dan tahun 2010 sebesar 69,15% menempati urutan ke 29 secara nasional. Distribusi pendapatan dapat dilihat dari rasio gini, pada tahun 2008-2010 di Provinsi Papua Barat distribusi pendapatan lebih merata dibandingkan Provinsi Papua, kondisi pada tahun 2010 rasio gini di Provinsi Papua sebesar 0,41 dan Provinsi Papua Barat sebesar 0,38. 6 EVALUASI PELAKSANAAN KEBIJAKAN OTSUS PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT (7) Dana Otsus dan Dana Tambahan Infrastruktur o Jumlah dana otonomi khusus dan dana tambahan infrastruktur yang telah diserahkan ke Provinsi Papua dan Papua Barat dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan, sejak tahun 2002-2012 untuk Provinsi Papua sebesar Rp. 28,413 T dan Provinsi Papua Barat mulai ditransfer langsung sejak tahun 2009-2012 sebesar Rp. 5,269 T o Alokasi dana otonomi khusus sebesar 2% dari DAU Nasional tersebut, proporsi pengalokasiannya tiap tahun dalam APBD untuk Provinsi Papua sebesar 70% dan untuk Provinsi Papua Barat sebesar 30%. o Dana tambahan infrastruktur telah dialokasikan sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2009. Jumlah dana tambahan infrastruktur untuk Provinsi Papua sebesar Rp. 2,501 T dan Provinsi Papua Barat sebesar Rp. 2,298 T, dimana hanya pada tahun 2012 mengalami penurunan. 7

EVALUASI PELAKSANAAN KEBIJAKAN OTSUS PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT (8) o Belum adanya Perdasus tentang Pembagian dan Pengelolaan Penerimaan dalam rangka Pelaksanaan Otonomi Khusus Papua, sehingga pembagian dan pengelolaan penerimaan dimaksud hanya berdasarkan Peraturan Gubernur. Pengaturan pembagian besaran dana otonomi khusus yang didistribusikan pemerintah provinsi ke pemerintah kabupaten/kota belum dilakukan secara proporsional, hal ini diakibatkan karena masih banyak faktor-faktor lain yang belum dijadikan sebagai acuan atau pertimbangan oleh pemerintah, seperti: faktor luas wilayah, jumlah penduduk, kondisi geografis, tingkat kesulitan wilayah, pendapatan asli daerah, penerimaan pajak bumi dan bangunan dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). 8 EVALUASI PELAKSANAAN KEBIJAKAN OTSUS PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT (9) o Kinerja dari MRP sebagai kelembagaan khusus masih belum optimal, terutama dalam meningkatkan perlindungan hak-hak orang asli Papua dengan berlandaskan pada penghormatan terhadap adat dan budaya, pemberdayaan perempuan dan pemanfaatan kerukunan hidup beragama. 9

PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT (P4B) Dalam rangka mencapai tujuan pelaksanaan otonomi khusus, maka pembangunan di Provinsi Papua dan Papua Barat perlu terus dilaksanakan dan bahkan memerlukan percepatan serta peningkatan dan optimalisasi guna efektifitas pelaksanaan otonomi khusus. Telah dibentuk Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (UP4B) berdasarkan Perpres No. 66 Tahun 2011, dengan program percepatannya berdasarkan Perpres No. 65 Tahun 2011. UP4B dibentuk untuk mendukung koordinasi, sinergi dan sinkronisasi, serta mengendalikan pelaksanaan percepatan pembangunan di Provinsi Papua dan Papua Barat, dengan tujuan untuk mempercepat terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan pelayanan publik. 17 SASARAN RENAKSI P4B Sasaran akhir Rencana Aksi P4B yang merupakan keberlanjutan dari Inpres 5/2007, adalah: 1. Meningkatnya ketahanan pangan lokal melalui optimalisasi potensi bahan pangan lokal. 2. Berkurangnya kemiskinan dan meningkatnya perekonomian masyarakat melalui optimalisasi potensi sumber daya alam. 3. Terbangunnya infrastruktur dasar pembangunan terutama yang membuka keterisolasian wilayah melalui peningkatan aksesibilitas transportasi dan informasi serta layanan dasar (pendidikan, kesehatan, pemukiman, air bersih, ketenagalistrikan, telekomunikasi) di kawasan terisolir. 18

SASARAN AKHIR RENAKSI P4B (2) 4. Terjangkaunya pendidikan yang bermutu dan relevan di kawasan terisolir. 5. Meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat di kawasan terisolir. 6. Meningkatnya perekonomian masyarakat melalui peningkatan investasi. 7. Terwujudnya kebijakan yang berpihak kepada penduduk asli Papua, golongan ekonomi kecil dan menengah, serta menuju kesetaraan dalam proses pembangunan di kawasan terisolir. 8. Meningkatnya keamanan dan ketertiban serta penegakkan supremasi hukum di kawasan terisolir. 9. Meningkatnya perekonomian masyarakat melalui peningkatan investasi di kawasan terisolir. 19 ARAH KEBIJAKAN P4B 1. Program Ketahanan Pangan; 2. Program Penanggulangan Kemiskinan; 3. Program Pengembangan Ekonomi Rakyat; 4. Program Peningkatan Pelayanan Pendidikan; 5. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan; 6. Program Pengembangan Infrastruktur Dasar; 7. Program Pemihakan Terhadap Masyarakat Asli Tanah Papua; 8. Program Penguatan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Pengelolaan Pertanahan; 9. Program Peningkatan Keamanan dan Ketertiban; dan 10. Program Pengembangan Kapasitas Kelembagaan. 20

PROGRAM PENINGKATAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN NO KEGIATAN INSTANSI PELAKSANA 1 Pemetaan Masalah Sumber Konflik antara Pemerintah dengan Masyarakat 2 Pendekatan terhadap Kelompok-Kelompok Masyarakat Tanah Papua, Dalam Rangka Membangun Kesepahaman Bidang Politik dan Budaya Kemendagri, Kemhan, Polri dan Pemda Kemendagri, Kemhan dan Pemda 3 Penyusunan Rencana Kebijakan Politik dan Budaya Kemendagri, Kemhan dan Pemda 4 Penyiapan Mekanisme Penyelesaian Bersama Masalah- Masalah Sosial-Politik dan Sosial-Budaya dalam Kerangka NKRI Kemendagri, Kemhan, Polri dan Pemda 21 PROGRAM PENINGKATAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN LINGKUP KEMENDAGRI Pemetaan Masalah Sumber Konflik Antara Pemerintah dengan Masyarakat NO OUTPUT KEGIATAN PROGRESS PROV PAPUA 1 Kerja Sama dengan Ormas/LSM/LNL Dalam Rangka Analisis Potensi Konflik sosial PROGRESS PROV PAPUA BARAT belum memiliki dana awal dalam pelaksanaan kegiatan 2 Kerja Sama dengan Ormas/LSM/LNL Dalam Rangka Penanganan Konflik Pemerintahan dan Keamanan 3 Kerja Sama dengan Ormas/LSM/LNL Dalam Rangka Penanganan Konflik sosial belum bisa dilaksanakan karena situasi dan kondisi keamanan yang belum kondusif kegiatan masih dalam proses penyelesaian seleksi administrasi terhadap proposal dari LSM/Ormas karena situasi dan kondisi keamanan yang belum kondusif kegiatan masih dalam proses penyelesaian seleksi administrasi terhadap proposal dari LSM/Ormas 22

PROGRAM PENINGKATAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN LINGKUP KEMENDAGRI Pendekatan terhadap Kelompok-kelompok Masyarakat Tanah Papua, dalam rangka Membangun Kesepahaman Bidang Politik dan Budaya NO OUTPUT KEGIATAN PROGRESS PROV PAPUA 1 Peningkatan Pemahaman kebangsaan aparatur pemerintah Prov dan Kab/Kota melalui forum dialog kebangsaan 2 Peningkatan kualitas dan kuantitas pelaksanaan dialog kebangsaan melalui forum dialog kebangsaan yang melibatkan ormas kepemudaan, Tokohtokoh adat yang memiliki jaringan sampai ke tingkat daerah (Kab/Kota) belum terakomodir dalam kegiatan dan anggaran Tahun 2012. PROGRESS PROV PAPUA BARAT terfasilitasinya rapat-rapat koordinasi dalam rangka pembentukan Pusat Pendidikan Kebangsaan dan telah dilaksanakan pada tgl 7 s/d 8 Mei 2012 di Hotel Dili Jaya belum terakomodir dalam kegiatan dan anggaran tahun 2012 23 PROGRAM PENINGKATAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN LINGKUP KEMENDAGRI Pendekatan terhadap Kelompok-kelompok Masyarakat Tanah Papua, dalam rangka Membangun Kesepahaman Bidang Politik dan Budaya No OUTPUT KEGIATAN PROGRESS PROV PAPUA 3 Peningkatan kualitas dan kuantitas pelaksanaan dialog kebangsaan bagi masyarakat di wilayah perbatasan melalui pelaksanaan forum dialog kebangsaan 4 Peningkatan pemahaman kebangsaan di kalangan pelajar tingkat SLTA dan Perguruan Tinggi Negeri/swasta 5 Peningkatan pemahaman kebangsaan bagi guru dibidang pendidikan kewarganegaraan (PKN) belum terakomodir dalam kegiatan dan anggaran Tahun 2012. PROGRESS PROV PAPUA BARAT belum terakomodir dalam kegiatan dan anggaran Tahun 2012. 24

PROGRAM PENINGKATAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN LINGKUP KEMENDAGRI Penyusunan Rencana Kebijakan Politik dan Budaya No OUTPUT KEGIATAN PROGRESS PROV PAPUA 1 Terfasilitasinya Pembentukan dan Penguatan Pusat Pendidikan Kebangsaan 2 Terfasilitasinya Kelompok Kerja Demokrasi kegiatan masih dalam proses persiapan pelaksanaan kegiatan belum terlaksana karena belum teralokasi dalam dana APBN-P Tahun 2012 PROGRESS PROV PAPUA BARAT terfasilitasinya rapat - rapat koordinasi dalam rangka pembentukan pusat pendidikan kebangsaan, kendalanya adalah karena belum teralokasi dana APBN-P Tahun 2012 belum ada progres kegiatan 3 Dialog kebangsaan dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi daerah pasca konflik kegiatan belum dilaksanakan, dikarenakan belum teralokasi dalam dana APBN-P Tahun 2012 25 PROGRAM PENINGKATAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN LINGKUP KEMENDAGRI Penyiapan Mekanisme Penyelesaian Bersama Masalah-Masalah Sosial-Politik dan Sosial-Budaya dalam Kerangka NKRI No OUTPUT KEGIATAN PROGRESS PROV PAPUA 1 Pelaksanaan sosialisasi Permendagri No. 29 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemerintah Daerah Dalam Rangka Revitalisasi dan Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila PROGRESS PROV PAPUA BARAT kegiatan masih belum dapat dilaksanakan, kendalanya adalah belum terlaksana karena belum teralokasi dana APBN-P Tahun 2012 2 Tercapainya peningkatan kesadaran Bela Negara kegiatan masih belum dapat dilaksanakan, kendalanya adalah karena belum teralokasi dana APBN-P Tahun 2012 3 Dialog kebangsaan dalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi daerah pasca konflik kegiatan telah selesai dilaksanakan 26

KESIMPULAN Setelah 11 (sebelas) tahun pelaksanaan UU No. 21 Tahun 2001, hasilnya belum optimal, kesejahteraan masyarakat Papua belum dapat disejajarkan dengan provinsi lain di Indonesia, disamping itu masih terjadi konflik horizontal maupun konflik vertikal yang berkepanjangan dan dorongan dari kelompok masyarakat tertentu untuk merdeka. Untuk mengatasi permasalahan yang ada di Papua dan Papua Barat saat ini, maka PEMBANGUNAN MERUPAKAN SOLUSI PERSOALAN DI PROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARAT, agar dapat mengejar ketertinggalan dan kesenjangan dari provinsi lain dan sesuai tujuan dari pelaksanaan otonomi khusus, meningkatkan taraf hidup masyarakat dan pelayanan publik di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. 27 KESIMPULAN (2) Pembangunan tidak saja melalui pembangunan fisik, tapi yang lebih penting adalah pembangunan sumber daya manusia, karena pada jiwa yang sehat dan cerdas akan membawa implikasi perubahan dimasa mendatang. Pemberdayaan aparatur menjadi kunci, untuk menatakelola pemerintahan yang baik, bebas KKN, dan mendorong terwujudnya inovasi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Pemetaan masalah sumber konflik di Papua harus segera dilaksanakan sebagai langkah awal katalisator perdamaian dan keadilan di Papua. Pendekatan kepada masyarakat yang berbasis budaya dalam kerangka NKRI, harus lebih dikedepankan dalam setiap penanganan konflik dan upaya menciptakan perdamaian serta keadilan di Papua. 28