PENGERTIAN PARTAI POLITIK

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM KEPARTAIAN DAN PEMILU. Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017

PEMILU. Oleh : Nur Hidayah

Partisipasi Politik dan Pemilihan Umum

SEJARAH PEMILU DUNIA

PARTAI POLITIK. Oleh : Nur Hidayah

SISTEM PEMILIHAN UMUM

Pemilu Serentak 2019 dan Penguatan Demokrasi Presidensial di Indonesia. Oleh Syamsuddin Haris

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)

Materi Bahasan. n Definisi Partai Politik. n Fungsi Partai Politik. n Sistem Kepartaian. n Aspek Penting dalam Sistem Kepartaian.

POLITICAL REGIMES. Lina Miftahul Jannah

PARTAI POLITIK DAN IDEOLOGI KEPARTAIAN. By FEBRIANI M.I.P

Sistem Pemilihan Umum

PERANAN KPU DAERAH DALAM MENCIPTAKAN PEMILU YANG DEMOKRATIS

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan

USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1

Partai Politik dan Kelompok Penekan

PEMANDANGAN UMUM FRAKSI KEBANGKITAN BANGSA DPR RI TERHADAP KETERANGAN PEMERINTAH TENTANG RUU PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR/DPRD DAN DPD

II. TINJAUAN PUSTAKA. golongan lain yang mempunyai pandangan berbeda. Sedangkan menurut

Isu Seputar Partai Politik: Kontroversi Calon Independen Dalam Pemilihan Kepala Daerah

TINJAUAN SINGKAT TENTANG SISTEM PEMILU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tangan rakyat, maka kekuasaan harus dibangun dari bawah. diantaranya adalah maraknya praktik-praktik money politics.

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia.

publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama.

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki ragam fungsi,platform (program partai) dan dasar pemikiran. Fungsi Partai

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

Pengantar Ketua KPU. Assalamu alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

DESAIN SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL YANG EFEKTIF

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tidak lagi terbatas pada kewenangan yang bersifat administratif tapi telah

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh organisasi politik memiliki strategi yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini kehidupan politik di Indonesia sangat dinamis. Ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

Kelebihan dan Kelemahan Pelaksanaan Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia

DINAMIKA POLITIK LOKAL SUKSESI PEMILU KEPALA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang menjadikan. Islam sebagai asas partai. PKS memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB VII PENUTUP. Universitas Indonesia. Pembubaran partai..., Muchamad Ali Safa at, FH UI., 2009.

Mengawal Sistem Pemilu Proporsional Terbuka

PEMILIHAN UMUM. R. Herlambang Perdana Wiratraman, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 6 Juni 2008

PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1

BAB 5 KESIMPULAN. Faktor-faktor kemenangan..., Nilam Nirmala Anggraini, FISIP UI, Universitas 2010 Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pemilihan umum (Pemilu) dimaknai sebagai sarana kedaulatan

Jakarta, 12 Juli 2007

ZULHEFI Berubah untuk Menang? Strategi Pemasaran yang Digunakan Partai Buruh Brazil pada Pemilu Tahun Josiane Cotrim-Macieira

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

IMPLIKASI HUKUM KOALISI PARTAI POLITIK DALAM MEMBENTUK PEMERINTAHAN YANG EFEKTIF

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

MUHAMMAD ARIF SYUHADA Program Studi Magister

BAB I PENDAHULUAN. dapat saling bertukar informasi dengan antar sesama, baik di dalam keluarga

SISTEM PEMILU DI JERMAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah melalui kegiatan pendidikan. Sebagai bagian dari masyarakat, kegiatan

NEGARA-NEGARA YANG MELAKUKAN PERUBAHAN SISTEM PEMILU

BAB V PENUTUP. sistem-sistem yang diterapkan dalam penyelenggaraan Pemilu di kedua Pemilu itu

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang

MAKNA PEMILU/PILKADA DEMOKRATIS DAN EFISIEN DALAM RANGKA PENGUATAN SISTIM PEMERINTAHAN PRESIDENSIIL

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

PEMILU NASIONAL DAN PEMILU DAERAH

Evaluasi Pemilih atas Kinerja Dua Tahun Partai Politik. Survei Nasional Maret 2006 Lembaga Survei Indonesia (LSI)

BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

BADAN EKSEKUTIF OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-6 (IK-1,3,4,5)

Sistem Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD Tahun 2014 Oleh Husni Kamil Manik (Ketua KPU RI Periode )

BAB II TINAJAUAN UMUM TENTANG PEMILU DAN KONSEPS DASAR PEMBENTUKAN PARLIAMENTERY THRESHOLD DI INDONESIA

PARTISIPASI POLITIK PEMILU

PASKA MUNASLUB: Golkar Perlu Branding Baru? LSI DENNY JA Analis Survei Nasional, Mei 2016

Materi Bahasan. n Konsep Demokrasi. n Cakupan Demokrasi. n Prasyarat Demokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu

PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI DI INDONESIA

BAB V PENUTUP. Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan

PEMILIHAN UMUM DAN SISTEM KEPARTAIAN : SUATU STUDI TERHADAP PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) DALAM PEMILU LEGISLATIF DPRD KOTA MEDAN 2004

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan menurut UUD. Dalam perubahan tersebut bermakna bahwa

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

ANALISIS KEBIJAKAN SISTEM PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF DAERAH YANG IDEAL DALAM MEMBANGUN PEMERINTAHAN DAERAH YANG LEBIH DEMOKRATIS

PENGARUH SISTEM MULTI PARTAI DALAM PEMERINTAHAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan

MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015

melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem-sistem politik pada

PENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH

Kekuasaan & Proses Pembuatan Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan.

I. PENDAHULUAN. akuntabilitas bagi mereka yang menjalankan kekuasaan. Hal ini juga

Disampaikan oleh : Drs. AL MUZZAMIL YUSUF Nomor anggota A-249. Dibacakan pada Raker Pansus PEMILU dengan Pemerintah Kamis, 12 Juli 2007

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik

BAB 7 PENUTUP. dalam studi ini berikut argumentasinya. Saya juga akan membingkai temuantemuan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN BERDASARKAN SISTEM PRESIDENSIL

Negara Demokrasi Modern dan Negara Autokrasi Modern

BAB I PENDAHULUAN. Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi

TOPIK. Konsepsi SISTEM PEMILU

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

MENGANALISIS SISTEM PEMERINTAHAN DI BERBAGAI NEGARA

Program Sasaran

Transkripsi:

PENGERTIAN PARTAI POLITIK Partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir yang anggotaanggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan poltiik (biasanya dengan cara konstitusionil) untuk melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka. Carl J. Friedrich: partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan, berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat ideal maupun material. Sigmund Neumann: partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda.

Partai politik merupakan kelompok anggota yang terorganisasi secara rapi dan stabil yang dipersatukan dan dimotivasi dengan ideologi tertentu, dan yang berusaha mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan melalui pemilihan umum guna melaksanakan alternatif kebijakan umum yang mereka susun. George B. de Huszar dan Thomas H. Stevenson: partai politik adalah sekelompok orang-orang yang terorganisir untuk ikut serta mengendalikan suatu pemerintahan, agar dapat melaksanakan programnya dan menempatkan anggota-anggotanya dalam jabatan. Partai politik adalah sebuah organisasi permanen, tujuan utamanya adalah untuk mengikuti pemilihan umum dan untuk mempergunakan kekuasaan di dalam sebuah pemerintahan. partai menampilkan banyak fungsi, termasuk memobilisasi partisipasi masyarakat di dalam politik, recruitment elit, dan mewakili (bagian dari) masyarakat, tetapi memenangkan pemilu dan mengontrol mesin kekuasaan negara adalah yang utama. (barrie Axford dkk, an introduction secaond edition politics, p. 360)

FUNGSI PARTAI POLITIK Fungsi utama partai politik ialah mencari dan mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program-program yang disusun berdasarkan ideologi tertentu. Rod Huge dalam bukunya berpendapat bahwa fungsi partai politik terdiri dari 4 hal, yaitu: 1. Partai berfungsi sebagai agen dari rekruitmen elite. Mereka melayani sebagai mekanisme besar untuk menyiapkan dan merekrut kandidat untuk jabatan publik. Jika kamu ingin memimpin negaramu, pertamtama kamu harus membujuk partai politik untuk mengangkatmu sebagai kandidatnya. 2. Partai melayani sebagai agen dari aggregasi kepentingan. Mereka mentranformasi banyak tuntutan spesifik ke dalam paket-paket usul yang lebih mudah diatur. Partai-partai memilih, mengurangi dan mengkombinasi kepentingan-kepentingan. Mereka bertindak sebagai penyaring diantara masyarakat dan negara, memutuskan tuntutan mana yang diizinkan melalui jaringan mereka.

3. Partai politik masih melayani sebagai point of reference untuk para pendukung dan pemilih, memberikan masyarakat sebuah kunci untuk mengintepretasikan sebuah dunia politik yang rumit. 4. Partai modern menawarkan direction to government, menampilkan tugas penting dari mengendalikan kapal yang bernama negara. Secara krusila, partai-partai menyediakan kepemimpinan untuk memerintah. Secara umum, partai politik dikenal menjalankan sejumlah fungsi sebagaimana berikut ini: Sebagai sarana komunikasi politik. Sebagai sarana sosialisasi politik. Sebagai sarana rekruitmen politik. Sebagai sarana artikulasi dan agregasi kepentingan. Sebagai sarana pembuatan kebijakan. Sebagai sarana pengatur konflik.

TIPE PARTAI POLITIK Tipologi partai politik adalah pengklasifikasian partai politik berdasarkan kriteria, seperti: Berdasarkan asas dan orientasi, partai politik diklasifikasikan menjadi partai politik pragmatis, partai politik doktriner, dan partai politik kepentingan. Berdasarkan komposisi dan fungsi anggota, partai politik diklasifikasikan menjadi partai massa/lindungan dan partai kader. Kebanyakan partai modern masuk ke dalam kategori yang diistilahkan Otto Kirchheimer (1966) sebagai catch all parties.

Berdasarkan basis sosial dan tujuan, partai politik diklasifikasikan menjadi: partai politik yang beranggotakan lapisan sosial dalam masyarakat, partai politik yang anggotanya berasal dari kalangan kepentingan tertentu, berasal dari pemeluk agama tertentu, dan berasal dari kelompok budaya tertentu. Berdasarkan tujuan partai politik, partai politik diklasifikasikan menjadi partai perwakilan kelompok, partai pembinaan bangsa, dan partai mobilisasi. Berdasarkan basis orientasi ideologis, partai politik diklasifikasikan menjadi partai sayap kiri dan partai sayap kanan.

SISTEM KEPARTAIAN Sistem kepartaian mengacu kepada sejumlah dan tipe dari partai yang bekerja di dalam sistem politik. Cara yang paling umum dalam membedakan tipe sistem partai politik adalah dengan referensi jumlah partai yang berkompetisi dalam memperebutkan kekuasaan. Sistem kepartaian yang kebanyakan ditemui dalam politik modern saat ini adalah sebagai berikut: SISTEM SATU PARTAI Jerzy J. Wiatr, seorang ahli politik kebijakan, membedakan sistem partai tunggal kedalam tiga sub tipe, yaitu: a. Sistem monopartai, dimana hanya ada satu partai yang secara resmi diizinkan untuk berdiri. b. Sistem hegemoni, dimana ada beberapa aprtai yang diizinkan untuk berdiri tetapi mereka dapat mengajukan kandidat hanya ketika mereka diizinkan untuk melakukannya oleh seorang petugas partai senior, dan tidak ada persaingan antar partai yang diperbolehkan. c. Sistem dominan, dimana beberapa partai poltiik boleh mengorganisasi dan mengajukan kandidat, tetapi sebuah partai yang memangkan hampir semua semua suara dan posisi karena ia memegang kesetiaan para pemilih.

SISTEM DUA PARTAI Sebuah sistem dua partai adalah duopolistic yangmana didominasi oleh dua partai besar yang secara kasar memiliki prospek yang seimbang dalam memenangkan kekuasaan pemerintah. dalam bentuk klasiknya, sebuah sistem dua partai dapat diidentifikasi dengan tiga criteria, yaitu: 1. Meskipun ada sejumlah partai kecil, hanya dua partai yang menikmati kekuasaan electoral dan legislatif yang cukup untuk memiliki prospek yang realistik dalam memenangkan kekuasaan pemerintah. 2. Partai yang lebih besar dapat memerintah sendirian (biasanya pada basis mayoritas legislatif) dan yang lain menjadi oposisi. 3. Alternatif kekuasaan diantara partai-partai ini adalah menjadi partai yang terpilih utnuk menjalankan pemerintahan atau memainkan peranan sebagai sayap oposisi dalam pemeritnaha partai yang sedang berkuasa tersebut.

SISTEM PARTAI DOMINAN Sistem partai dominan adalah sistem kepartaian yang kompetitif dalam pengertian bahwa sejumlah partai berkompetisi pada pemilu reguler dan populer, tetapi didominasi oleh partai besar yang tunggal yang secara konsekuen menikmati periode kekuasaan yang panjang. Contoh: LDP di Jepang, Congress party di India, SAP di Swedia, dan DC di Italia. SISTEM MULTI PARTAI Sebuah sistem multi partai dikarakterkan dengan kompetisi diantara lebih dari dua partai, mengurangi kesempatan pemerintahan oleh satu partai dan meningkatkan kemungkinan koalisi. Keunggulan dari sistem multi partai, yaitumereka dapat menciptakan checks and balances internal di dalam pemerintahan dan menunjukkan sebuah bias dalam debat yang menguntungkan, konsolidasi dan kompromi. Kritik mendasar dari sistem multi partai berhubungan dengan perangkap dan kesulitan-kesu;itan dalam pembentukan koalisi. Lebih serius, pemerintahan koalisi dapat retak dan tidak stabil, memebrikan perhatian yang lebih besar pada pertengkaran diantara partner koalisi daripada menjalankan tugas pemerintahan.

Giovanni Sartori mengemukakan adanya tujuh sistem kepartaian yang dapat digunakan untuk mengamati perubahan sistem kepartaian disuatu negara berikut segala konsekuensinya terhadap mekanisme pengambilan keputusan politik. Ketujuh sistem itu adalah: 1. Atomized party system Jumlah partai antara 10, 20, atau lebih. 2. Polarized pluralism Tipe polarized pluralism merupakan tipe sistem kepartaian yang diwarnai pola fragmentasi yang tinggi. Fragmentasi tersebut mencakup jarak ideologi/polarisasi berdasarkan ideologi. Tipe ini sering dikenal sebagai extreme pluralism. 3. Moderate pluralism Jumlah partai di legislatif antara 5-6. Partai yang ada terfragmentasi berdasarkan parameter sosial ekonomi tertentu tetapi tidak terpolarisasi berdasarkan ideologi. 4. Two party system 5. Pre-dominant party system Sistem partai pre-dominan bermakna ada partai besar yang secara konsisten didukung oleh 50%+1 (absolute majority) suara dari pemilih. Sistem partai ini diakui terbentuk minimal berdasarkan 4 kali hasil pemilu legislatif secara berurutan. 6. Hegemonic party system Ada 1 partai dengan kekuasaan yang sangat dominan (mayoritas dominan), jika suarasuara partai lain digabungkan, masih tidak dapat mengalahkan partai tersebut. Pragmatic hegemonic a. Pragmatic Hegemonic b. Ideological hegemonic 7. Single party system a. Totalitarian b. Authoritarian c. Pragmatic

Giovanni Sartori dalam bukunya Parties and Party System (1976) mengungkapkan bahwa sistem kepartaian disuatu negara dapat berubah-ubah karena variabel pembentuknya tidak bersifat diskrit. Sartori menunjukkan adanya empat variabel pembentuk, yaitu: Sistem dan mekanisme pemilu yang berlaku. Nilai demokrasi pada tataran operasional yang dipahami oleh satu bangsa. Pola mekanisme pengambilan keputusan politik yang dikenal dalam nilai kultural yang berlaku. Kuat atau tidaknya idelogi nasional.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan dari sebuah partai politik untuk bertahan akan ikut mempengaruhi evolusi dari sistem kepartaian yang ada. Sebuah partai politik bisa bertahan apabila mempunyai: Basis sosial yang berhubungan dengan indeks of heterogeneity. Basis ideologi. Basis material. Infrastruktur dan sebaran kader. Program dan kandidat.

Sarana legitimasi politik. Sirkulasi kekuasaan. Representasi politik untuk mengaktualisasikan aspirasi dan kepentingan rakyat. Implementasi kedaulatan rakyat. Sosialisasi dan pendidikan politik masyarakat.

Electoral Law: Aturan yang disepakati berdasarkan prinsip-prinsip pemilih. ex: simple majority. Electoral Process: Metode yang mentransfer suara menjadi kursi. - OPOVOV (One person, One Vote, One Value). - Bilangan Pembagi Pemilih.

First past the post plurality system Pemilik jumlah suara terbesar yang memenangkan kursi/pemilihan. Negara pengguna: Amerika, Inggris, Kanada. Absolute majority system. Pemenang dalam pemilihan adalah yang mengumpulkan suara 50% + 1. Negara pengguna: Perancis, Rusia, Nigeria. Preferential ballot. Pemilih memberikan nomor urut pilihan pada setiap kandidat disamping nama mereka. Contoh negara yang menerapkan: Australia.

Party list system. Pemilih memilih nama yang dinominasikan oleh partai politik. contoh negara yang menerapkan: Israel, Swiss, Indonesia (pada masa ORBA). Single tranferable vote system. Pemilih dapat menentukan sendiri siapa kandidat yang akan dia pilih (tidak ada pilihan nama kandidat di lembar pemilihan). Diberlakukannya electoral quota. Suara yang dihitung adalah pilihan pertama dari pemilih. Adanya transfer perolehan suara seperti disistem proporsional. Contoh negara yang menerapkan sistem ini: Irlandia. Approval voting. Pemilih tidak dibatasi dalam memberikan dukungan. Tidak ada pengurutan dalam proses memilih kandidat. Yang paling banyak dimuat namanya yang memenangkan pemilihan. Contoh: pemilihan di lembaga pendidikan.

Keunggulan: Wakil yang terpilih dapat dikenal oleh penduduk distrik sehingga hubungannya dapat lebih erat. Mendorong kearah integrasi partai. Berkurangnya jumlah partai dan meningkatnya kerjasama antar partai. Sederhana dan mudah diselenggarakan. Kelemahan: Kurang memperhitungkan partai kecil dangolongan minoritas, apalagi jika tersebar di berbagai daerah pemilihan. Kurang representatif, partai/kandidat yang kalah akan kehilangan suara pendukungnya.

Keunggulan: Tidak ada suara yang hilang. Lebih representatif. Kelemahan: Mempermudah fragmentasi dan timbulnya partai-partai baru. Wakil terpilih lebih terikat kepada partai. Sukar membentuk koalisi dan pemerintahan yang stabil.

Sistem distrik cenderung menghasilkan sistem dua partai, kecuali terdapat partai ketiga yang kuat di daeraha tertentu. Sistem distrik cenderung diterapkan dalam masyarakat yang memiliki homogenitas masyarakat yang tinggi, tidak hanya dalam hal komposisi sosialnya, tetapi juga budayanya. Sistem proporsional cenderung mempertahankan sistem multi partai dan diterapkan oleh negara dengan masyarakat yang tingkat kemanjemukannya relatif tinggi. Koalisi menjadi sebuah mekanisme yang dimiliki oleh sistem proporsional. Sementara dalam sistem distrik, yang mungkin terjadi adalah penggabungan partai atau kandidat.

Maklumat Wapres No. X tahun 1945. Munculnya sistem multi partai. Transisi presidensiil ke parlementer. Pelaksanaan pemilu 1955. Munculnya partai pemenang pemilu dan tidak adanya partai dominan. Kepartaian yang terbelah secara ideologis..

Pembatasan kebebasan berorganisasi. Pertentangan politik antara presiden dengan partai politik tertentu. Pembubaran partai politik yang bertentangan dengan rezim. Perkembangan PKI sebagai calon partai besar.

Fusi partai politik. Penguasaan pemerintah terhadap lembaga pemilihan umum. Rekruitmen elit politik melalui proses pemilihan dan pengangkatan. Terbentuknya sistem kepartaian yang hegemonik.

Kebebasan berorganisasi jilid 2. Menjamurnya partai politik. Pergeseran sistem pemilihan umum dari proporsional tertutup menuju proporsional terbuka. Pengurangan militer dalam tubuh legislatif. Pergeseran sistem kepartaian. Adanya electoral treshold sebesar 2%.

Pemilihan presiden secara langsung. Sejak 2005 sistem politik Indonesia melaksanakan Pilkada Langsung baik di propinsi maupun kabupaten/kota. Pilkada untuk mengimbangi kekuasaan legislatif yang besar. Penggunaan simple majority system dengan ketentuan minimal 25% untuk memenangkan pilkada, menyisakan kelemahan pada sisi legitimasi pemenang pemilu. Pemilihan DPD. Peningkatan electoral treshold menjadi 3%.