Kebijakan Penganggaran Tahun 2016

dokumen-dokumen yang mirip
Kebijakan Penganggaran Tahun 2016

KEBIJAKAN PENGANGGARAN SEKTOR PERTANIAN

Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014

PAGU ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN 2015

SINERGI PENGELOLAAN APBN YANG LEBIH BERKUALITAS DISAMPAIKAN OLEH DIRJEN ANGGARAN BUDGET DAY 22 NOVEMBER 2017

I... 1 PENDAHULUAN... 1 BAB II... 2 TATA CARA PELAKSANAAN PERTEMUAN TIGA PIHAK...

REVIEW ANGGARAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI DALAM APBN TAHUN 2017

REVIU ANGKA DASAR (BASELINE) (Bagian 1)

RENCANA DAN KEBIJAKAN ALOKASI TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

Disampaikan Dalam Pembekalan Tenaga Ahli DPR RI Tanggal April /3/2013 Biro Analisa APBN 1

PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

Kebijakan Penganggaran TA 2018

Tata Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2015

RAPAT KOORDINASI BIRO ANALISA ANGARAN DAN PELAKSANAAN APBN 19 MARET /19/2014 Biro Analisa APBN 1

PERANAN KEMENKEU DALAM IMPLEMENTASI JAKSTRANAS P4GN TAHUN

Terlampir. Terlampir

1/8/2014 Biro Analisa APBN 1

Revisi ke 03 Tanggal : 06 Oktober 2016

MENTERI KEUANGAN R I

PENDAPAT AKHIR PEMERINTAH PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II/PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG

Revisi ke 03 Tanggal : 06 Oktober 2016

Pokok Pokok Perubahan Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

Dalam Rangka Penyusunan RKP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PRA-MUSRENBANGNAS RKP 2016 Kelompok Pembahasan: Kesehatan

Oleh Drs. Setyanta Nugraha, MM

Oleh: Ellyna Chairani Direktorat Sistem dan Pelaporan EKP, BAPPENAS. Jakarta, 8 Desember 2015 Kementerian Kesehatan

DALAM RANGKA PENYUSUNAN RKP DAN RENJA K/L TAHUN 2014

Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta KUPA

MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA NEGARA

Oleh: Staf Ahli Menteri PPN Bidang Hubungan Kelembagaan

PAGU ALOKASI ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA TA 2015

RANCANGAN PAGU INDIKATIF TA 2010 DEPUTI BIDANG PENDANAAN PEMBANGUNAN BAPPENAS

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

TUGAS PEMBANTUAN (TP) DAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) DI LINGKUNGAN KEMDIKBUD. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RINGKASAN APBN TAHUN 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

Perspektif Kementerian Keuangan terhadap Anggaran untuk Pelayanan Kesehatan

SAL SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF SUMBER PEMBIAYAAN DALAM APBN

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

RANCANGAN AWAL RKP 2019

ARAH KEBIJAKAN PENDANAAN PENCAPAIAN SASARAN AIR MINUM

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

BAHAN I: PAK PURWIYANTO

REALISASI BELANJA NEGARA SEMESTER I TAHUN 2012

KEBIJAKAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG KESEHATAN TAHUN 2014

KEBIJAKAN DAK TAHUN 2018

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

LAMPIRAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

POKOK POKOK HASIL PEMBAHASAN RAPBN TAHUN 2012 DAN TINDAK LANJUT PENYELESAIANNYA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN PETIKAN TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA Catatan atas Laporan Keuangan Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2014 dan 2013

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010

PERHITUNGAN ALOKASI DAN KEBIJAKAN PENYALURAN DAK TA 2014, SERTA ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA. KETERANGAN PERS Pokok-Pokok UU APBN-P 2016 dan Pengampunan Pajak

Revisi ke 02 Tanggal : 30 September 2016

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO Jalan Imam Bonjol Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Mukomuko Kode Poss 38364

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

ARAH KEBIJAKAN PENGANGGARAN BELANJA 2012 dan 2013

Dukungan DPR dalam Menangani Defisit JKN dan Keberlangsungan Program JKN. Ketua Komisi IX DPR RI Dede Yusuf Macan Effendi, S.T, M.

RANCANGAN AWAL RKP 2016 DAN PAGU INDIKATIF DEPUTI BIDANG PENDANAAN PEMBANGUNAN Jakarta, 15 April 2015

Press Briefing. Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (PMK Nomor 50/PMK.07/2017)

LANGKAH-LANGKAH PERCEPATAN PEMBUKAAN BLOKIR ANGGARAN BELANJA K/L APBN 2013

KEBIJAKAN UMUM DAN ALOKASI DAK TA 2014

KEBIJAKAN DAK FISIK TAHUN 2018

2 Sehubungan dengan lemahnya perekonomian global, kinerja perekonomian domestik 2015 diharapkan dapat tetap terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi p

KEBIJAKAN ANGGARAN DAN PELAPORAN KEUANGAN. KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI 19 Agustus 2015

DATA POKOK APBN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Boks... ix

PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009

DPR merupakan lembaga perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga negara. DPR mempunyai fungsi: legislasi; anggaran; dan pengawasan.

KATA PENGANTAR. Sebagai upaya memperkuat keterkaitan antara perencanaan dan penganggaran secara

DANA PERIMBANGAN DAN PINJAMAN DAERAH

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

Daftar Tabel Data Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharaan

MENGAPA ANGGARAN KINERJA?

INFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017

TINJAUAN TENTANG ANGGARAN BANTUAN SOSIAL Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN Setjen DPR RI

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN TAHUNAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

2 makro yang disertai dengan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal, dan pergeseran anggaran antarunit organisasi dan/atau antarprogram yang berdampak

UU No 17/2014 tentang MD3

Revisi ke 08 Tanggal : 07 Desember 2016

Inspektur Jenderal Kementerian Keuangan. Peningkatan Akuntabilitas RKA-K/L melalui Reviu oleh APIP

PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM. Direktorat Pembinaan PK BLU Direktorat Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan

Multilateral Meeting II dalam Rangka Penyusunan RKP 2017 PN REFORMASI FISKAL

KEBIJAKAN PENGANGGARAN 2016

NAMA JABATAN : Direktur Jenderal Anggaran

Revisi ke 03 Tanggal : 30 September 2016

TATA CARA PENYUSUNAN INISIATIF BARU

Transkripsi:

KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN Kebijakan Penganggaran Tahun 2016 disampaikan oleh: Direktur Anggaran I dalam Rapat Konsolidasi Teknis Perencanaan Kementerian Kesehatan Tahun 2016 Jakarta, Rabu 22 April 2015

Pokok Bahasan I. DASAR HUKUM II. KEBIJAKAN FISKAL DAN RESOURCE ENVELOPE 2016 1. Arah Kebijakan Fiskal Tahun 2016 2. Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2016 3. Pokok-Pokok Kebijakan Belanja Pemerintah Pusat 2016 III. SIKLUS DAN PROSES ANGGARAN 1. Siklus APBN 2. Proses Penetapan Pagu Anggaran 3. Langkah-Langkah dari Pagu Indikatif menuju Pagu Anggaran IV. PAGU INDIKATIF TAHUN 2016 1. Kebijakan Pengalokasian Pagu Indikatif Tahun 2016 2. Review Baseline dan SB Pagu Indikatif Kemenkes 2016 3. Rencana Target Sasaran Output Prioritas Kementerian Kesehatan Tahun 2016 V. PENUTUP 2

I. DASAR HUKUM 1. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 2. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. 3. UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pertanggungjawaban Keuangan Negara. 4. UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. 5. PP No. 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah. 6. PP No. 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-K/L). 7. Keppres No. 121/P Tahun 2014 tentang tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019 (Kabinet Kerja) 8. Perpres No. 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja 3

4 II. KEBIJAKAN FISKAL DAN RESOURCE ENVELOPE 2016

1. ARAH KEBIJAKAN FISKAL TAHUN 2016 Defisit dikendalikan pada tingkat yang sustainable (lebih rendah dari APBNP 2015), dengan tetap memperhatikan peran APBN dalam perekonomian. Mengoptimalkan pendapatan negara baik perpajakan maupun PNBP. Pengendalian dan peningkatan kualitas belanja negara baik belanja pusat maupun transfer ke daerah dan dana desa. Melanjutkan program-program prioritas di tahun 2015; Memperkuat desentralisasi fiskal. 5

Tantangan APBN ke Depan Pendapatan Negara 1. Penerimaan perpajakan sebagai sumber pembiayaan belanja negara masih perlu waktu untuk meningkat secara signifikan; 2. Lifting migas dan ICP cenderung semakin menurun, berpengaruh terhadap pendapatan SDA migas; 3. Sebagian dari PNBP dan BLU sudah terikat penggunaannya. Belanja Negara 1. Produktifitas, efisiensi, dan efektifitas alokasi belanja belum optimal; 2. Fiscal space APBN masih terbatas: komposisi belanja negara didominasi oleh belanja mengikat yang bersifat wajib (a.l. belanja operasional, pembayaran bunga utang, dan subsidi); 3. Mandatory spending semakin besar (a.l. anggaran pendidikan, DAU, dana desa, dan anggaran kesehatan); 4. Penyerapan anggaran belanja negara belum optimal dan menumpuk di triwulan III & IV; 5. Kualitas belanja daerah masih belum optimal. 6

2. Asumsi Dasar Ekonomi Makro, 2015-2016 Indikator 2015 APBN APBNP Outlook 2016 (Proyeksi) a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,8 5,7 5,2-5,7 6,0-6,6 b. Inflasi (%, yoy) 4,4 5,0 4,0-5,0 3,0-5,0 c. Tingkat bunga SPN 3 bulan (%) 6,0 6,2 6,0-6,2 4,0-6,0 d. Nilai tukar (Rp/US$) 11.900 12.500 12.500-13.000 12.800-13.200 e. Harga Minyak Mentah Indonesia (US$/barel) 105 60 60 60-80 f. Lifting Minyak (ribu barel per hari) 900 825 825 830-850 g. Lifting Gas (ribu barel setara minyak per hari) 1.248 1.221 1.221 1.100-1.200 Target pertumbuhan ekonomi 2016 diselaraskan dengan komitmen dalam RPJMN 2015-2019 7

3. Pokok-Pokok Kebijakan Belanja Pemerintah Pusat 2016 Belanja K/L Mempertahankan tingkat kesejahteraan aparatur pemerintah dengan memperhatikan tingkat inflasi. Melanjutkan kebijakan efisiensi pada belanja barang operasional dan pengendalian belanja perjalanan dinas. Mendukung pelaksanaan program pembangunan seperti infrastruktur, ketahanan pangan, energi, kemaritiman dan pariwisata sesuai dengan RKP 2016. Penguatan SDM pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, UMKM. Belanja Non K/L Pembayaran bunga utang tetap diarahkan untuk me-minimasi dan menjaga efisiensi pembayaran bunga utang (a.l. melalui pemilihan komposisi instrumen utang yang optimal dan melaksanakan transaksi lindung nilai). Menyediakan cadangan belanja (a.l. risiko fiskal, peningkatan PBI). Belanja hibah kepada pemda: Penerusan PHLN. Nationwide water hibah program (RM). Subsidi tepat sasaran. Mendukung pembangunan infrastruktur berupa kerjasama pemerintah swasta. 8

Pokok-Pokok Kebijakan Transfer ke Daerah & Dana Desa 2016 Transfer ke Daerah Melanjutkan kebijakan affirmatif DAK yang diprioritaskan pada bidang infrastruktur dasar Meningkatkan alokasi DAK. Penajaman bidang DAK sehingga lebih efektif, selektif dan optimal pemanfaatannya. Dana Desa Meningkatkan alokasi Dana Desa 2016 sehingga setara 6 persen dari dan diluar transfer ke daerah. Mengefektifkan program-program yang berbasis desa sesuai amanat UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Dana Desa 9

III. Siklus dan Proses Penganggaran 10

11 1. PROSES PENYUSUNAN RAPBN: SIKLUS APBN Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional (Januari) Resource envelope, Rancangan RKP dan Pagu Indikatif (Maret) Rincian APBN (Akhir November) SB 2 1 7 3 Pokok-pokok Kebijakan Fiskal, Kerangka Ekonomi Makro dan RKP (Pertengahan Mei) 8 DIPA (Desember) PERSETUJUAN DPR (BANGGAR) Perpres (RKP) DIPA 4 5 PERSETUJUAN DPR (KOMISI) Pagu Anggaran (Pertengahan Juni) RAPBN (Agustus) KMK RUU & NK Keppres/Perpres (2015) PERSETUJUAN DPR (KOMISI) 6 APBN (Akhir Oktober) UU PERSETUJUAN DPR (BANGGAR)

2. PROSES PENETAPAN PAGU ANGGARAN Pagu Indikatif (15 April) Pelaksanaan pertemuan tiga pihak (trilateral meeting). (20 April s.d 5 Mei) - Penetapan Perpres RKP - Penyampaian dan pembahasan KEM dan PPKF dalam pembicaraan pendahuluan RAPBN. (Pertengahan Mei) Menteri/ Pimpinan Lembaga menyusun Renja K/L (16 s.d 20 April) K/L menyampaikan Renja K/L kepada KemenPPN/ Bappenas dan Kemenkeu (awal Mei) Menteri Keuangan Menetapkan pagu anggaran K/L (Juni) 12

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dari Pagu Indikatif Menuju Pagu Anggaran N0. Uraian Pihak Terkait Substansi dan Hal Penting 1. Penyusunan Renja K/L (15 April) 2. Pertemuan Tiga Pihak (Trilateral Meeting) (20 April s.d 5 Mei) 3. Penyampaian Renja K/L kepada Kemenkeu dan Kementerian PPN (6 s.d 10 Mei) 4. Penyampaian KEM PPKF dan dan RKP 2016 (Pertengahan Mei) 6. Penetapan Pagu Anggaran K/L (Pertengahan Juni) K/L K/L menyusun Renja berdasarkan Pagu Indikatif dan Rancangan Awal RKP K/L yang terkait langsung dengan pencapaian prioritas nasional, capaian kinerja program/kegiatan harus tercermin dalam umusan kinerjanya. Kemenkeu, Kem PPN, K/L Kemenkeu, Kem PPN, K/L Kemenkeu dan Kemen PPN Kemenkeu Tujuan: meningkatkan koordinasi dan kesepahaman 3 pihak terkait pencapaian sasaran prioritas pembangunan nasional, dan pokok-pokok kebijakan fiskal dan kebijakan belanja tahun 2016; menjaga konsistensi kebijakan dalam RPJM, RKP, Renja K/L, serta RKA-K/L; Pagu Indikatif merupakan batas tertinggi atas belanja K/L yang tidak dapat dilampaui. Kebutuhan belanja operasional (pegawai dan barang), serta kebutuhan belanja operasional berkarakteristik operasional harus dipenuhi. Pemanfaatan alokasi anggaran dari PNBP dan BLU harus sesuai dengan penetapan penggunaannya Pergeseran alokasi anggaran dari rupiah murni menjadi PHLN dan sebaliknya tidak dapat dilakukan. Perubahan pagu antar program dan antar kegiatan masih dimungkinkan sepanjang sesuai dengan pencapaian prioritas nasional. Pengalokasian anggaran pada program/kegiatan harus mempertimbangkan penyerapan anggaran. Memperhatikan kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah. K/L menyampaikan Renja dengan melakukan penyesuaian berdasarkan dokumen kesepakatan dalam forum Trilateral Meeting. Menyampaikan pokok-pokok kebijakan fiskal dan rancangan Kerja Pemerintah di DPR yang menjadi dasar bagi penyusunan RAPBN 2016 Menteri Keuangan menyampaikan surat mengenai pagu anggaran K/L dengan berpedoman pada kapasitas fiskal, besaran pagu indikatif, Renja K/L, dan hasil evaluasi kinerja K/L. 13

IV. Pagu Indikatif Tahun 2016 14

1. Kebijakan Pengalokasian Pagu Indikatif Tahun 2016 1. Direncanakan awal sebesar Rp807,7 T dan dicadangkan anggaran sebesar Rp19,4 T yang akan dimanfaatkan utamanya pada pembangunan infrastruktur dan kegiatan prioritas lainnya, setelah mendapat konfirmasi kesiapan pelaksanaan hasil trilateral meeting dan Musrenbang. 2. Ditujukan untuk mendukung pelaksanaan program pembangunan seperti infrastruktur, ketahanan pangan, energi, kemaritiman dan pariwisata sesuai dengan prioritas pembangunan dalam RKP 2016, RPJMN tahun 2015-2019 serta untuk mendukung pencapaian sasaran dan prioritas pembangunan yang telah ditetapkan dalam agenda Nawacita dan Trisakti. 3. Pemenuhan alokasi anggaran pendidikan (sekurang-kurangnya 20% dari APBN) dan anggaran kesehatan (5% dari APBN), yang merupakan amanat UUD 1945 amandemen ke-4 dan UU Kesehatan. 4. Alokasi per program, di luar yang bersifat wajib dipenuhi dan wajib dialokasikan, merupakan ancar-ancar dan bersifat indikatif, sehingga dimungkinkan untuk dilakukan pergeseran antarprogram. 5. Dalam pengalokasian memperhatikan sinergitas antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (sinkronisasi antara kegiatan dalam Renja K/L dan kegiatan daerah), dengan berpedoman pada pembagian urusan dan kewenangan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. 15

1. Kebijakan Pengalokasian Pagu Indikatif Tahun 2016...(lanjutan) 6. Dalam hal terdapat usul-usul baru yang lebih prioritas, maka pendanaannya dilakukan melalui penajaman prioritas, refocusing, dan realokasi dari dana yang ada, serta didiskusikan/disepakati di dalam forum trilateral meeting. 7. Dihitung dengan memperhatikan kinerja penyerapan 2014, proyeksi 2015, dan rencana tahun 2016; 8. Mengikuti rencana peningkatan kualitas belanja negara, dan dilaksanakan dengan: a. Pengalihan program kurang produktif ke program yang lebih produktif b. Perbaikan kualitas perencanaan untuk mempertajam kualitas belanja; dan c. Perbaikan manajemen dan administrasi perencanaan, penganggaran, dan pelaksanaan anggaran, termasuk melalui penyempurnaan KPJM dan penataan arsitektur dan informasi kinerja. 9. Pagu Indikatif Tahun 2016 telah menampung: a. kebutuhan untuk kebutuhan dasar/wajib K/L; b. kebutuhan Prioritas (Rupiah Murni) untuk mendukung pencapaian prioritas-prioritas pembangunan; c. anggaran yang bersumber dari PNBP, BLU, PLN, HLN, PDN, dan SBSN 16

2. Review Baseline dan SB Pagu Indikatif Kemenkes TA 2016 Program Pagu APBN-P 2015 KPJM 2016 Hasil Review dan Koreksi Baseline KPJM 2016 % Kenaikan dari Pagu 2015 Baseline 2016 % Kenaikan dari Pagu 2015 (dalam Rupiah) 024.01.01 Program Dukungan Manajemen dan 24.288.900.137.000 22.093.832.578.000-9,04% 32.179.000.000.000 32,48% Naik Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan 024.02.03 Program Pengawasan dan Peningkatan 102.971.000.000 104.672.993.000 1,65% 111.300.000.000 8,09% Naik Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan 024.03.06 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan 2.682.576.400.000 1.842.910.293.000-31,30% 6.263.000.000.000 133,47% Naik Anak 024.04.07 Program Pembinaan Upaya Kesehatan 17.075.007.118.000 7.771.888.748.000-54,48% 22.841.400.000.000 33,77% Naik 024.05.08 Program Pengendalian Penyakit dan 2.201.978.361.000 2.844.928.383.000 29,20% 3.300.000.000.000 49,87% Naik Penyehatan Lingkungan 024.07.09 Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan 1.747.852.800.000 242.857.423.000-86,11% 2.828.200.000.000 61,81% Naik 024.11.04 Program Penelitian dan Pengembangan 744.683.100.000 627.812.209.000-15,69% 1.400.000.000.000 88,00% Naik Kesehatan 024.12.10 Program Pengembangan dan 3.000.568.570.000 4.321.286.321.000 44,02% 6.505.100.000.000 116,80% Naik Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (Ppsdmk) JUMLAH 51.844.537.486.000 39.850.188.948.000-23,14% 75.428.000.000.000 45,49% Keterangan 17

Pagu Indikatif Kemenkes Per Sumber Dana TA 2016 Berdasarkan Surat Bersama Menteri Keuangan dan Menteri PPN/Kepala Bappenas No. S- 288/MK.02/2015 dan 0082/M.PPN/04/2015 tanggal 15 April 2015 hal Pagu Indikatif dan Rancangan RKP Tahun 2016, Kemenkes memperoleh Pagu Indikatif TA 2016 dengan rincian sebagai berikut : BA KODE UNIT ORG. 024 PROGRAM PROG RM PNBP BLU PLN HLN PDN SBSN JUMLAH Kementerian Kesehatan RINCIAN ANGGARAN BELANJA (dalam ribu Rp) 024 01 01 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan 32.161.848.674 17.151.326 32.179.000.000 024 02 03 Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Kementerian Kesehatan 111.300.000-111.300.000 024 03 06 Program Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak 6.262.411.211 588.789 6.263.000.000 024 04 07 Program Pembinaan Upaya Kesehatan 14.002.773.089 20.983.825 8.817.643.086 22.841.400.000 024 05 08 Program Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 3.161.601.428 122.148.572 16.250.000 3.300.000.000 024 07 09 Program Kefarmasian dan Alat Kesehatan 2.814.821.606 13.378.394 2.828.200.000 024 11 04 Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 1.397.332.148 2.667.852 1.400.000.000 024 12 10 Program Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (PPSDMK) 5.948.963.201 269.994.500 286.142.299 6.505.100.000 JUMLAH 65.861.051.357 446.913.258 9.103.785.385-16.250.000 - - 75.428.000.000 18

3. Rencana Target Sasaran Output Prioritas Kementerian Kesehatan Tahun 2016 (1) PAGU INDIKATIF (miliar rupiah) Rencana Output Prioritas Hasil Exercise Kem. Keuangan dengan Mempertimbangkan RPJMN Kementerian Kesehatan Sekretariat Jenderal 32.179 Direktorat Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak 6.263 - Premi PBI bagi 103,5 juta jiwa dengan premi Rp22.500/org/bln (Demand Side); - Pelayanan dan Pembinaan Kesehatan Haji pada saat pra, operasional, dan pasca haji (65%); - Kabupaten/Kota yang mendapatkan dukungan untuk mampu melaksanakan upaya pengurangan resiko krisis kesehatan di wilayahnya (34); - Provinsi yang mendapatkan advokasi dan sosialisasi untuk mendukung pelaksanaan upaya pengurangan resiko krisis kesehatan di wilayahnya (7); - Kebijakan Publik yang Berwawasan Kesehatan (3); - Kerjasama Dalam Negeri Organisasi Kemasyarakatan di Bidang Kesehatan (6); - Kerjasama Dalam Negeri dengan Dunia Usaha di Bidang Kesehatan (8) - Bantuan Operasional Kesehatan untuk 9.865 Puskesmas; - Pemberian Makanan Tambahan (PMT) 247.000 Bumil Kekurangan Energi Kronis (KEK); - Taburia untuk balita 6 s.d 24 bln (1,2 juta balita); - Tablet Tambah Darah (5,3 juta ibu hamil dan 1,95 juta remaja); - Tenaga terlatih bidang Kesehatan Bayi, Anak dan Remaja (85.800 org); - NSPK Bidang Kesehatan Bayi, Anak dan Remaja (15); - Sarana dan Prasana bidang kesehatan Bayi, Anak dan Remaja (63.237 unit); - Tenaga terlatih bidang Kesehatan Ibu dan Reproduksi (3.021 org); - NSPK Bidang Kesehatan Ibu dan Reproduksi (201.560); - Sarana dan Prasana bidang kesehatan Ibu dan Reproduksi (1.884 unit) 19

3. Rencana Target Sasaran Output Prioritas Kementerian Kesehatan Tahun 2016 (2) PAGU INDIKATIF (miliar rupiah) Ditjen Bina Upaya Kesehatan 22.841,40 Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 3.300 Rencana Output Prioritas Hasil Exercise Kem. Keuangan dengan Mempertimbangkan RPJMN - Puskesmas yang memberikan pelayanan sesuai standar termasuk Puskesmas rawat inap (1.400); - Puskesmas yang telah bekerjasama dengan UTD dan RS (1.600); - Operasional dan Sarana Prasarana (Sarpras) 47 RS/Balai; - Peningkatan Sarpras 14 RS Nasional dan 130 RS Regional (Supply Side); - Obat-Obatan, Bahan Medis Habis Pakai dan Bahan Makanan Pasien. - Anak usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap (91,5 %); - Kesiapsiagaan penanggulangan kedaruratan berpotensi wabah (46% kab/kota); - Pencegahan dan Pengendalian Kasus Malaria (360 Kab/Kota); - Pemberian obat massal Filariasis (10 kab/kota); - Pengendalian DBD (62 % kab/kota); - Kab/kota yang melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) minimal 50 persen sekolah (20%); - Puskesmas yang melaksanakan pengendalian PTM terpadu (20%); - Desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan pos pembinaan terpadu PTM (20%); - Kasus HIV diobati (47%); - Persentase kabupaten/kota dengan angka keberhasilan pengobatan TB paru (81%); - Persentase cakupan penemuan kasus baru kusta tanpa cacat (85 %) 20

3. Rencana Target Sasaran Output Prioritas Kementerian Kesehatan Tahun 2016 (3) Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan PAGU INDIKATIF (miliar rupiah) 2.828,20 Rencana Output Prioritas Hasil Exercise Kem. Keuangan dengan Mempertimbangkan RPJMN - Penyediaan Obat dan Vaksin Program Nasional untuk 9.865 Puskesmas; - Jumlah bahan baku obat dan obat tradisional yang diproduksi di dalam negeri (10); - Jumlah industri yang memanfaatkan bahan baku obat dan obat tradisional produksi dalam negeri (4); - Produk alkes dan PKRT di peredaran yang memenuhi syarat (77%) Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan 6.505,10 - Penempatan dan Pendayagunaan 20.600 Nakes di Fasyankes termasuk Tim Nusantara Sehat; - Tambahan Tenaga Kesehatan (Nakes) Baru Non Dokter (20.000 org); - Tambahan 1000 Tenaga Kesehatan Penerima Bantuan Tugas Belajar; - Tenaga Kesehatan yang melaksanakan Internship (6.500 Dokter); - Pelaksanaan Akreditasi pada Program Study/Institusi Poltekkes (60%) 21

V PENUTUP 1. Segera setelah diterbitkannya Surat Bersama Menkeu dan Bappenas tentang Pagu Indikatif K/L tahun 2016, K/L melakukan finalisasi atas Renja K/L masing-masing sejalan dengan prioritas pembangunan dan tugas dan fungsi masingmasing K/L. 2. Penyelesaian proses penyusunan anggaran harus tepat waktu dan disiplin, baik dalam pembahasan intern Pemerintah maupun dengan DPR (Komisi & Banggar). 3. Perencanaan dan penganggaran yang baik akan membantu penyerapan anggaran yang lebih optimal sehingga target-target pembangunan dapat dicapai. 4. Evaluasi dan langkah-langkah terobosan untuk perbaikan pelaksanaan dan pengelolaan program/kegiatan bidang kesehatan perlu dilakukan dalam rangka peningkatkan efisiensi dan produktivitas pemanfaatan anggaran. 22

Terima Kasih 23