Key words : Stunting, duration of breastfeeding, mothers knowledge of breast milk

dokumen-dokumen yang mirip
POLA PEMBERIAN ASI DAN PENGETAHUAN IBU (ANALISIS PERBEDAAN BALITA STUNTED DAN NON STUNTED) Rahayu Purnawati 1, Muwakhidah 2

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian studi akhir pada Program Studi Gizi FIK UMS. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak. balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu

PERBEDAAN. NASKAH an. Diajukan oleh : J FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN. beban permasalahan kesehatan masyarakat. Hingga saat ini polemik penanganan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa balita merupakan periode penting dalam proses. tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 1 APRIL 2017

BAB V PEMBAHASAN. stunting pada balita ini dilaksanakan dari bulan Oktober - November 2016 di

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah D III Gizi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kematian bayi dan anak merupakan ciri yang umum

PERBEDAAN TINGKAT KONSUMSI DAN STATUS GIZI ANTARA BAYI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN NON ASI EKSKLUSIF

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 2 OKTOBER Joni Periade a,b*, Nurul Khairani b, Santoso Ujang Efendi b

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut United Nations International

Kata Kunci : Pola Asuh Ibu, Status Gizi Anak Balita

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK PEMBERIAN ASI SERTA STATUS GIZI BAYI USIA 4-12 BULAN DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN

Kata Kunci : Riwayat Pemberian ASI Eksklusif, Stunting, Anak Usia Bulan

Hubungan Frekuensi Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dengan Berat Badan Anak Usia di Bawah Dua Tahun

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : SRI REJEKI J

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

Volume 3 / Nomor 2 / November 2016 ISSN : HUBUNGAN PEKERJAAN IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS MOJOLABAN SUKOHARJO

Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Status Gizi pada Anak Usia Bawah Dua Tahun yang Diberi Susu Formula Di Daerah Tanjung Raja, Kabupaten Ogan Ilir 2015

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

Nurlindah (2013) menyatakan bahwa kurang energi dan protein juga berpengaruh besar terhadap status gizi anak. Hasil penelitian pada balita di Afrika

PERBEDAAN KARAKTERISTIK KELUARGA YANG MEMILIKI BALITA STUNTING DAN NON-STUNTING DI KELURAHAN KARTASURA KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO

PENINGKATAN PERILAKU IBU DALAM PENGATURAN POLA MAKAN BALITA DI POSYANDU MELATI DESA BINTORO KECAMATAN PATRANG KABUPATEN JEMBER Susi Wahyuning Asih*

Gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI (MP-ASI) anak umur 6-24 bulan di Dusun Pedes, Bantul, Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. pendek atau stunting. Stunting merupakan gangguan pertumbuhan fisik berupa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan syarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. faltering yaitu membandingkan kurva pertumbuhan berat badan (kurva weight for

Pengetahuan Ibu Menyusui Tentang Asi Ekslusif Di Desa Rambah Samo Kecamatan Rambah Samo I Kabupaten Rokan Hulu

PERBEDAAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN YANG ASI EKSLUSIF DAN NON EKSLUSIF

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BAYI DI KELURAHAN BIRA KOTA MAKASSAR TAHUN 2010

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) TERHADAP PERTUMBUHAN BALITA USIA 6-24 BULAN

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN POLA ASUH IBU DENGAN WASTING DAN STUNTING PADA BALITA KELUARGA MISKIN

PERBEDAAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI, PROTEIN DAN ZAT GIZI MIKRO ANTARA ANAK BALITA STUNTING

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU TERHADAP STATUS GIZI BAYI 6 12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKIS SKRIPSI

THE FACTORS ASSOCIATED WITH POOR NUTRITION STATUS ON TODDLERS IN THE PUSKESMAS PLERET BANTUL REGENCY YEARS Rini Rupida 2, Indriani 3 ABSTRACK

BAB I PENDAHULUAN. sering menderita kekurangan gizi, juga merupakan salah satu masalah gizi

SKRIPSI. Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : RATNA MALITASARI J PROGRAM STUDI S1 GIZI

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang. Stunting menurut WHO Child

PERBEDAAN SOSIAL EKONOMI DAN PENGETAHUAN GIZI IBU BALITA GIZI KURANG DAN GIZI NORMAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X. Prodi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung 2

HUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1


Daniel 1, Murniati Manik 2. Pengetahuan Wanita tentang ASI Eksklusif

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI DAN PERILAKU HIGIENE SANITASI TERHADAP KEJADIAN STUNTED PADA BALITA USIA 7-24 BULAN DI DESA HARGOREJO KULON PROGO

Aridiyah et al, Faktor yang Mempengaruhi Stunting pada Balita di Pedesaan dan Perkotaan...

PERBEDAAN STATUS GIZI ANTARA BAYI YANG DIBERI ASI DENGAN BAYI YANG DIBERI PASI PADA BAYI KURANG DARI 6 BULAN DI DESA KATEGUHAN KECAMATAN SAWIT

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas anak sebagai penerus bangsa (1). Periode seribu hari,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

PERBEDAAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU, PENGETAHUAN GIZI IBU, PENGELUARAN PANGAN DAN NON

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stunting atau pendek merupakan salah satu indikator gizi klinis yang dapat memberikan gambaran gangguan keadaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Putri, et al, Hubungan Antara Faktor Ibu dan Inisiasi Menyusu Dini dengan Pemberian ASI... Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat 2

KEYWORDS: exclusive breastfeeding, infectious disease, nutritional status

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaian Program Studi Stara 1 pada JurusanIlmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Departemen Pendidikan Politeknik Kesehatan Manado

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN SETABELAN KOTA SURAKARTA TAHUN 2015 KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2012 yang sebesar 48,6%. Persentase pemberian ASI Eksklusif

Perbedaan Kenaikan Berat Badan pada Bayi yang Mendapat ASI Eksklusif dengan ASI Parsial di Puskesmas Jetis Kota

PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN

Ika Sedya Pertiwi*)., Vivi Yosafianti**), Purnomo**)

Kata Kunci: Status Gizi Anak, Berat Badan Lahir, ASI Ekslusif.

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

Transkripsi:

DEPARTEMENT OF NUTRITION FACULTY OF HEALTH SCIENCE MUHAMMADIYAH UNIVERSITY OF SURAKARTA THESIS RAHAYU PURNAWATI. J 310 080 013 THE DIFFERENCE OF BREASTFEEDING DURATION AND MOTHERS KNOWLEDGE OF BREAST MILK BETWEEN MOTHERS WITH STUNTED CHILDREN AND MOTHERS WITH NON-STUNTED CHILDREN IN KELURAHAN KARTASURA, KECAMATAN KARTASURA, KABUPATEN SUKOHARJO ABSTRACT. Stunted remains one of nutritional problems with great prevalence in Indonesia, which 35,6% (Riskesdas, 2010). A stunted incident is a chronical nutritional problem. Stunting occurrs in children maybe caused by several factors, which are prenatal growth disturbance, inadequate micronutrient intake, inadequate energy intake, infection and breastfeeding status. The research was aimed to investigate the difference of breastfeeding duration and mothers knowledge of breast milk between mothers with stunted children and mothers with non-stunted child in Kelurahan Kartasura, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. Participants of the research were 35 mothers of stunted and 35 mothers of non-stunted children. Results of the research indicate that average duration of breastfeeding for stunted children and non-stunted children were 3.8 months and 3.5 months, respectively. Average score of mothers knowledge of breast milk was 77.1 for mothers with stunted children and 79.5 for mothers with non-stunted children. Mothers who had a good knowledge were 31 people for mothers with stunted children and 29 people for mothers with non-stunted children. Result of differential test of breastfeeding duration between stunted children and non-stunted ones was p=0.485. Result of differential test of mothers knowledge of breast milk between mothers with stunted children and those with non-stunted children was p=0.49. There was no difference of duration of breastfeeding and mothers knowledge about breast milk between mother with stunted children and those with non-stunted children. Key words : Stunting, duration of breastfeeding, mothers knowledge of breast milk A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi badannya. Pendek atau yang dikenal dengan istilah stunting masih menjadi masalah gizi yang prevalensinya cukup besar di Indonesia. Data nasional tentang kejadian stunting pada anak balita menunjukkan bahwa sebesar 35,6 % balita di Indonesia mengalami

stunting. Di Jawa Tengah, balita yang mengalami kejadian stunting adalah sebesar 33,9% (Riskesdas, 2010). Kejadian stunting merupakan gangguan gizi yang bersifat kronis. Stunting yang terjadi pada balita disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya akibat gangguan pertumbuhan dalam kandungan, kurang gizi mikro, intake energi yang kurang dan infeksi. Jika hal ini terjadi pada usia balita, akan menyebabkan penurunan kemampuan intelektual dan pertumbuhan (Bhutta et al., 2008). Seorang anak yang sehat dan normal akan tumbuh sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya. Tetapi pertumbuhan ini juga dipengaruhi oleh asupan zat gizi yang dikonsumsi. Pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi memerlukan masukan zat-zat gizi yang seimbang dan relatif besar. Namun, kemampuan bayi untuk makan dibatasi oleh keadaan saluran pencernaannya yang masih dalam tahap pendewasaan. Satusatunya makanan yang sesuai dengan keadaan saluran pencernaan bayi dan memenuhi kebutuhan selama bulan-bulan pertama adalah ASI (Maryunani, 2010). 2. Tujuan a. Tujuan umum Mengetahui perbedaan lama pemberian ASI dan pengetahuan ibu tentang ASI antara ibu yang memiliki balita stunting dan non stunting di Kelurahan Kartasura Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo b. Tujuan khusus 1) Mengetahui prevalensi balita stunting di Kelurahan Kartasura 2) Mendeskripsikan rata-rata lama pemberian ASI pada balita stunting dan non stunting 3) Mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI pada ibu yang memiliki balita stunting dan non stunting 4) Menganalisis perbedaan lama pemberian ASI antara balita yang stunting dan non stunting 5) Menganalisis perbedaan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI antara ibu yang memiliki balita stunting dan non stunting

B. METODE PENELITIAN 1. Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode cross sectional yang akan menjelaskan perbedaan variabel bebas yaitu lama pemberian ASI serta pengetahuan ibu tentang ASI dan variabel terikat yaitu keadaan stunting pada balita. Pelaksanaan penelitian dilakukan mulai bulan Juli 2011 hingga Februari 2012. Lokasi penelitian ini adalah Kelurahan Kartasura Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo, dengan pertimbangan sebagai berikut : a. Prevalensi balita yang mengalami gizi buruk dan gizi kurang mencapai angka tertinggi yaitu sebesar 4,32% dari 12 desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kartasura. b. Prevalensi pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Kartasura masih rendah yaitu sebesar 34,2 %. 2. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki balita (usia 1 sampai 5 tahun) di Kelurahan Kartasura Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Kriteria Sampel Kriteria sampel dapat dibagi menjadi 2, yaitu : 1) Kriteria inklusi Kriteria inklusi pada penelitian ini meliputi : a) ibu yang memiliki balita stunting (z-score <-2) b) ibu yang memiliki balita non stunting (z-score -1) c) berdomisili di Kelurahan Kartasura Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo d) ibu dan balita tidak menderita penyakit kronis dan mengalami cacat fisik atau mental e) bersedia menjadi responden 2) Kriteria eksklusi Kriteria eksklusi pada penelitian ini meliputi : a) ibu atau balita pindah tempat tinggal b) ibu atau balita dalam keadaan sakit atau tidak hadir saat pengambilan data Sampel Sampel dihitung menggunakan rumus Sastroasmoro (2006) dengan proporsi anak stunting sebesar 24,16% (berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo).

Perhitungan besar sampel tersebut adalah sebagai berikut : n P1 P2 : Jumlah sampel : Proporsi pada kelompok kasus (0.24) : Proporsi pada kelompok control (0.76) d : Ketepatan absolute (0.20) Zα : Tingkat kemaknaan (1.96) Berdasarkan perhitungan maka besar sampel minimal yang diperlukan pada penelitian ini adalah 35 ibu balita untuk masing-masing kelompok stunting dan non stunting, sehingga jumlah total sampel adalah 70 ibu balita yang di ambil dari 11 posyandu di wilayah Kelurahan Kartasura. Teknik sampling menggunakan sistem random sampling. 3. Jenis dan Teknik Pengambilan Data Data primer berupa data karakteristik sampel, lama pemberian ASI dan pengetahuan ibu tentang ASI diperoleh dengan wawancara langsung kepada ibu dari anak balita dengan acuan pertanyaan menggunakan kuesioner. Status stunting pada balita diperoleh menggunakan metode antropometri dengan indeks TB/U. Data sekunder berupa gambaran umum wilayah, data jumlah balita, data prevalensi stunting, data prevalensi pemberian ASI eksklusif dan data jumlah ibu yang memiliki balita diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo, Puskesmas Kartasura serta Kantor Kelurahan Kartasura. 4. Analisis Data Data yang dianalisis meliputi data status gizi balita, lama pemberian ASI dan pengetahuan ibu tentang ASI. Data status gizi balita diukur dengan alat microtoice ( untuk anak usia >2 tahun) dan baby board ( untuk anak usia <2 tahun) dengan tingkat ketelitian 0,1 cm. Menggunakan metode antropometri dengan indeks TB/U. Kategori stunting = z-score <-2 dan non stunting = z-score -1. Data Lama pemberian ASI di ukur dengan kuesioner dalam satuan bulan. Data pengetahuan ibu tentang ASI diukur dengan kuesioner pengetahuan ibu

tentang ASI, jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0, kategori baik jika jumlah skor benar 70% dan kategori kurang jika jumlah skor benar <70%. Analisis data menggunakan skala rasio dengan diskripsi persentase dan teknik analisis analisis mann whitney karena data berdistribusi tidak normal (p <0,05). C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karateristik Respoden Berdasarkan Pendidikan Terakhir dan Status Pekerjaan Ibu Pendidikan terakhir dan status pekerjaan ibu dapat dilihat pada gambar berikut ini : Gambar 1. Tingkat Pendidikan Ibu 30 24 22 20 10 8 10 5 1 0 stunting non stunting dasar menengah tinggi Rata-rata pendidikan terakhir ibu yang memiliki balita stunting maupun non stunting adalah tamat SMP yang termasuk dalam kategori pendidikan menengah (68,58% dan 62,86%). Gambar 2. Status Pekerjaan Ibu 9 Chart Title bekerja stunting tidak bekerja 26 18 22 non stunting Data status pekerjaan ibu dapat dilihat bahwa rata-rata ibu yang memiliki balita stunting adalah tidak bekerja yaitu sebesar 72,3 %, sedangkan ibu yang memiliki balita non-stunting lebih banyak yang bekerja yaitu sebesar 51,4 %. Hal tersebut berarti status pekerjaan dapat mempengaruhi status gizi anak balita. Ibu yang bekerja akan meningkatkan keadaan ekonomi keluarga, yang selanjutnya dapat berpengaruh terhadap tingkat konsumsi keluarga. Adapun jenis pekerjaan ibu yaitu karyawan pabrik, guru, penjahit serta pedagang. 2. Status gizi balita Rata-rata nilai z-score anak balita stunting adalah -2,78 ± 0,86 dan balita non stunting adalah 1,23 ± 1,35. Berdasarkan jenis kelamin, balita terdiri dari 45 anak perempuan (64,3%) dan 25 anak

laki-laki (35,7%). Rata-rata umur balita pada kelompok stunting adalah 2,38 tahun ± 0,93 dan pada kelompok non stunting adalah 2, 89 ± 1,21. Menurut Khomsan (2003), pertumbuhan fisik sering dijadikan indikator status gizi baik individu maupun populasi. Anak-anak yang menderita gizi kurang berpenampilan lebih pendek dengan bobot badan lebih rendah dibandingkan dengan rekan-rekannya sebaya yang sehat dan bergizi baik. Bila defisiensi gizi berlangsung lama dan parah, maka tinggi badan akan terpengaruh, bahkan proses pendewasaan mulai terganggu. Menurut Gibson (2005), indikator TB/U merupakan ukuran yang menggambarkan pertumbuhan linier dan dapat digunakan sebagai indeks untuk mengetahui staus gizi atau status kesehatan pada masa lampau. Nilai TB/U yang rendah sering diartikan sebagai pendek, hal tersebut merupakan salah satu akibat dari gagal tumbuh yang terjadi pada anak-anak. 3. Lama Pemberian ASI Rata-rata lama pemberian ASI pada balita stunting adalah 3,8 bulan dan balita non-stunting sebesar 3,5 bulan. Dapat dilihat bahwa balita stunting lebih lama mendapatkan ASI saja dibandingkan dengan balita non stunting. Hasil penelitian mengenai status pekerjaan, menunjukkan bahwa ibu dari balita stunting lebih banyak yang tidak bekerja (72,3%), hal tersebut menyebabkan ibu lebih memiliki banyak waktu untuk memberikan ASI saja kepada balita. Balita stunting yang diberi ASI Eksklusif sebesar 62,5%, sedangkan balita non stunting sebesar 37,5%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa jumlah seluruh balita yang mendapat ASI eksklusif adalah sebanyak 16 balita (22,8%) dari 70 balita yang menjadi sampel. Berdasarkan hasil penelitian, masih banyak balita yang tidak diberikan ASI eksklusif sampai usia 6 bulan, adapun jenis makanan yang diberikan pada balita usia < 2 bulan berupa susu formula dan madu, balita usia 2 sampai 4 bulan berupa bubur instan (SUN, Nesle, Serelac, Milna atau Promina) dan pada balita usia >4 sampai 6 bulan balita diberikan bubur instan serta buah berupa pisang dan jeruk. Alasan ibu memberikan MP-ASI terlalu dini adalah karena ASI tidak bisa keluar setelah melahirkan sehingga bayi

langsung diberi susu formula sebesar 12,8% dan ibu bekerja sehingga tidak bisa memberikan ASI pada balita sebesar 87,2%. 4. Pengetahuan Ibu tentang ASI Jumlah ibu dari balita stunting yang memiliki pengetahuan baik sebesar 51,6%, sedangkan ibu balita non stunting sebesar 48,4% pada balita non-stunting. Data ibu yang memiliki pengetahuan kurang sebesar 40% pada balita stunting dan 60% pada ibu yang memiliki balita non-stunting. Daftar pertanyaan yang paling sulit dijawab oleh sampel adalah pertanyaan mengenai mitos-mitos tentang ASI, sebanyak 67,2% sampel menjawab benar dan 32,8% menjawab salah. Andarwati (2007), dalam penelitiannya menyatakan bahwa pengetahuan ibu tentang gizi mempunyai hubungan yang signifikan dengan status gizi anak balita. Tingkat pengetahuan ibu tentang gizi yang tinggi dapat mempengaruhi pola makan balita yang pada akhirnya akan mempengaruhi status gizi balita. 5. Perbedaan Lama Pemberian ASI Perbedaan lama pemberian ASI antara balita stunting dan nonstunting adalah sebagai berikut : Status Gizi Balita Stunting Non stunting N 35 35 Rata-rata (bulan) 3,8 3,5 p 0,485 Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa rata-rata lama pemberian ASI Eksklusif balita stunting adalah 3,8 bulan, sedangkan balita non stunting 3,5 bulan, dengan p-value sebesar 0,485, maka tidak ada perbedaan lama pemberian ASI eksklusif antara balita stunting dan non stunting. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syarif (2008) yang menunjukan tidak ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada anak umur 2-3 tahun. Kejadian stunting pada balita lebih dipengaruhi oleh pemberian MP-ASI. Dalam penelitiannya, Astari (2006) menyatakan bahwa konsumsi MP- ASI lebih dominan mempengaruhi kecukupan energi dan zat gizi anak usia 6-12 bulan dibandingkan dengan konsumsi ASI, sehingga konsumsi MP-ASI yang rendah merupakan faktor yang

menyebabkan rendahnya asupan energi dan zat gizi serta dapat menyebabkan terjadinya kejadian stunting. Priandini (2007), juga menyatakan bahwa ada hubungan antara frekuensi pemberian MP-ASI dengan status gizi balita. Faktor lain yang mempengaruhi kejadian stunting pada balita adalah asupan makan dan sosial ekonomi keluarga. Putra (2012), dalam penelitian menyatakan bahwa terdapat perbedaan tingkat konsumsi energi, protein, dan zat gizi mikro berupa Zinc, Fe dan vitamin A, antara anak balita yang stunting dan non stunting di Kelurahan Kartasura Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Arini (2012), juga menyatakan bahwa ada perbedaan pendapatan keluarga dan status pekerjaan ibu antara keluarga yang memiliki balita stunting dan non stunting. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Tarigan (2003), yang menyatakan bahwa faktor penyebab langsung timbulnya masalah gizi kurang pada balita adalah adanya penyakit infeksi dan parasit, serta konsumsi yang tidak mencukupi kebutuhannya. Penyakit infeksi akan mengganggu metabolisme sehingga mengganggu fungsi imunitas. Menurut Pudjiadi ( 2000), Interaksi antara malnutrisi dan penyakit infeksi sudah lama diketahui. Infeksi dapat mempengaruhi asupan makanan sehingga akan kehilangan zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi berpengaruh negatif terhadap daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Interaksi sinergistik antara malnutrisi dan penyakit infeksi. Zat antibodi yang terkandung didalam ASI berperan dalam kekebalan tubuh. ASI akan mencegah malnutrisi karena ASI mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan bayi dengan tepat, mudah digunakan secara efisien oleh tubuh bayi terhadap infeksi. Selama tahun pertama kehidupannya, sistem kekebalan belum sepenuhnya berkembang dan tidak bisa melawan infeksi seperti halnya anak yang lebih besar atau orang dewasa, oleh karena itu zat kekebalan yang terkandung dalam ASI sangat berguna (Mexitalia, 2010). ASI terdiri dari air, alfalatoalbumin, laktosa, kasien, asam amino, antibodi terhadap kuman

virus dan jamur. Demikian juga ASI mengandung growth factor yang diantaranya untuk perkembangan mukosa usus. ASI akan melindungi bayi terhadap infeksi dan juga merangsang pertumbuhan bayi yang normal. Antibodi yang terkandung dalam air susu adalah Imunoglobin A (IgA), bersama dengan berbagai sitem komplemen yang terdiri dari makrofag, limfosit, laktoferin, laktoperisidase, lisozim, laktoglobulin, inter leukin sitokin dan sebagainya (Proverawati dan Rahmawati, 2010). 6. Perbedaan Pengetahuan Ibu tentang ASI antara Ibu yang memiliki Balita Stunting dan Non stunting Perbedaan lama pengetahuan ibu tentang ASI antara ibu yang memiliki balita stunting dan nonstunting di Kelurahan Kartasura adalah sebagai berikut : Status Gizi Balita Stunting Non stunting N 35 35 Ratarata p 77,1 79,5 0,498 Berdasarkan hasil analisis, didapatkan nilai p sebesar 0,498, maka tidak ada perbedaan pengetahuan ibu tentang ASI antara ibu yang memiliki balita stunting dan non-stunting di wilayah Kelurahan Kartasura Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Hal ini sejalan dengan penelitian yag dilakukan oleh Arini (2011), yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan ibu tentang gizi antara ibu yang memiliki balita stunting dan non stunting di Kelurahan Kartasura Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Hasil penelitian ini tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik, namun rata-rata skor pengetahuan ibu tentang ASI pada ibu yang memiliki balita non stunting lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang memiliki balita stunting. Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap status gizi balita. Yuliati (2008), dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang gizi merupakan faktor risiko kejadian gizi buruk pada balita. Pengetahuan ibu tentang gizi yang cukup akan membantu ibu khususnya dalam hal pemenuhan zat-zat gizi dalam penyediaan makanan sehari-hari, karena dengan hal itu ibu akan

mengetahui pola pemberian makanan yang memiliki gizi kepada balita maupun keluarga sehingga pemenuhan gizi bagi keluarga akan terjadi dan dengan hal ini akan membuat kecukupan gizi bagi balita dan keluarga akan terpenuhi. Andhani (2004), juga menyatakan bahwa ada hubungan pengetahuan ibu tentang ASI, PASI dan MP-ASI dengan status gizi anak usia 6 sampai 24 bulan. Hasil penelitian Adriani (2011), menyatakan ada hubungan antara pengetahuan ibu, peran keluarga, tingkat pendidikan ibu, serta informasi terhadap pemberian MP- ASI dini. Tingkat pengetahun ibu merupakan hal yang penting dalam menjaga asupan dan kesehatan bayi. Briawan dan Suciarni (2007), menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang ASI dengan sikap ibu tentang ASI. Ibu yang mempunyai pengetahuan baik akan menyusui bayinya lebih lama karena ibu sadar tentang manfaat dan keunggulan memberikan ASI eksklusif bagi bayi. D. KESIMPULAN Kesimpulan dalam penelitian ini adalah : 1. Prevalensi balita stunting di wilayah Kelurahan Kartasura Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo adalah sebesar 12,80% 2. Rata-rata lama pemberian ASI eksklusif pada balita stunting adalah selama 3,8 bulan, sedangkan pada balita non stunting adalah selama 3,5 bulan. 3. Rata-rata nilai pengetahuan ibu tentang ASI pada ibu yang memiliki balita stunting adalah 77,1, sedangkan pada ibu yang memiliki balita non stunting adalah 79,5. 4. Tidak terdapat perbedaan lama pemberian ASI antara balita stunting dan non stunting di Kelurahan Kartasura Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo (p = 0,485) 5. Tidak terdapat perbedaan pengetahuan ibu tentang ASI antara ibu yang memiliki balita stunting dan non stunting di Kelurahan Kartasura Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo (p=0,498)

DAFTAR PUSTAKA Adriani, M. 2011. Hubungan Pengetahuan Ibu dan Peran Keluarga terhadap Pemberian MP-ASI dini serta Pemberian MP-ASI dini terhadap Status Gizi. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Airlangga. Surabaya Andarwati, D. 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Balita Pada Keluarga Petani Di Desa Purwojati Kecamatan Kertek Kabupaten Wonosobo. Skirpsi. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Semarang Andhani, A. 2004. Hubungan Perilaku Menyusui pada Ibu Balita dengan Status Gizi Balita Usia 6-24 bulan. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro. Semarang Arini, M.S. 2012. Perbedaan Karakteristik Keluarga yang Memiliki Balita Stunting dan Non stunting di Kelurahan Kartasura Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta Bhutta, Z.A., Ahmed, T., Black, R.E., Cousens, S., Dewey, K., Giugliani, E., Haider, B.A., Kirkwood, B., Marris, S.S.., Sachdev, H.P.S., and Shekar, M. (2008) Mathernal and Child Undernutrition 3, What works? Interventions for Maternal and Child Undernutrition and Survival; www.thelancet.com; [diakses 1 Juni 2011] Briawan, D dan Suciarni, E. 2007. Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Praktek Ibu dengan Keberlanjutan Pemberian ASI Eksklusif dari Umur 4 menjadi 6 bulan. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor. Bogor Deba, U. 2007. Perbedaan Status Gizi antara Bayi yang diberi ASI Eksklusif dengan Bayi yang diberi Makanan Pendamping ASI dini di Puskesmas Perumnas Kota Kendari. Kendari Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Laporan Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo. 2010. Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo 2010. Sukoharjo Gibson (2005). Principles of Nutrition Assesment. Oxford University. New York Kristiyansari, W. 2009. ASI, Menyusui, dan Sadari. Nuha Medika. Yogyakarta Maryunani, A. 2010. Ilmu Kesehatan Anak dalam Kebidanan. Trans Info Media. Jakarta Mexitalia, M. 2010. ASI sebagai Pencegah Malnutrisi pada Bayi. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta Priandini, A.R. 2007. Hubungan antara Pola Pemberian MP-ASI dan Penyakit Infeksi Terhadap Status Gizi Balita Usia 6-24 Bulan. Skripsi. Fakultas

Kesehatan Masyarakat. Universitas Airlangga. Surabaya Profil Kelurahan Kartasura. 2011. Daftar Isian Tingkat Perkembangan Kartasura. Kelurahan Kartasura. Kabupaten Sukoharjo Proverawati, A. dan Rahmawatiti, E. 2010. ASI dan Menyusui. Nuha Medika. Yogyakarta Pudjiadi, S. 2000. Ilmu Gizi Klinik Pada Anak. (ed. 4), Penerbit FKUI. Jakarta. Putra, P. 2012. Perbedaan Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Zat Gizi Mikro antara Balita Stunting dan Non stunting di Kelurahan Kartasura Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta Simondon, B.K, Simondon F, Costes R, Delaunay V, and Diallo A. (2001) Breast feeding is associated with improved growth in length, but not weight, in rural Senegalese toddlers. USA [diakses1 Juni 2011] Syarif, I. 2008. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Stunting pada anak umur 2-3 tahun di Kabupaten Seluma Propinsi Bengkulu. Tesis. Fakultas Kedokteran. UGM. Yogyakarta Tarigan, I.U. 2003. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Anak Umur 6-36 bulan Sebelum dan Saat Krisis Ekonomi di Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Kesehatan, Vol. 31 (1) :1-12. Jakarta Taufiqurrahman. 2009. Defisiensi Vitamin A Dan Zinc Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Stunting Pada Balita Di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Tesis. Fakultas Kedokteran. UGM. Yogyakarta Yuliati. 2008. Faktor Risiko Kejadian Gizi Buruk Pada Balita di Kecamatan Mandonga Kota Kendari Tahun 2008. Skripsi. Fakultas Kesehatan. Universitas Haluoleo. Kendari