Telepon Selular, Internet, dan Sentuhan Media

dokumen-dokumen yang mirip
Indikator kemiskinan pada penduduk muda di JATABEK

Meninjau Kembali Kebutuhan Kesehatan Reproduksi yang Tidak Terpenuhi di Kalangan Penduduk Dewasa Muda

The 2010 Greater Jakarta Transition to Adulthood Study. Policy Brief No. 5 Pelayanan Kesehatan Reproduksi untuk Penduduk Dewasa Muda Lajang

Gender and Reproductive Health Study

Survei Nasional Penyalah-Gunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada Kelompok Rumah Tangga di Indonesia Latar Belakang Tujuan Lokasi survei

METODOLOGI PENELITIAN. yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang sering terjadi di tengah-tengah masyarakat. Banyak hal yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

Laporan Hasil Penelitian. PENGGUNAAN MEDIA DIGITAL DI KALANGAN ANAK-ANAK DAN REMAJA DI INDONESIA Ringkasan Eksekutif

BAB I PENDAHULUAN. biasanya dimulai pada usia 9-14 tahun dan prosesnya rata-rata berakhir pada

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN TINGKAT KETERDEDAHAN

Our Mobile Planet: Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

PENGARUH USIA, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN JENIS KELAMIN TERHADAP PERILAKU KONSUMSI MEDIA

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan percepatan. perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial. Buku-buku Pediatri

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

Kuesioner (diisi dengan membuat tanda silang (X)) A. Demografi

BAB І PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

RESUME PRAKTEK PENELITIAN KOMUNIKASI HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON PROGRAM KUTHANE DEWE DENGAN TINGKAT PEMAHAMAN ISI BERITA YANG DIDAPAT

adalah sebesar 1,628 milyar US dollar (naik 15% dari tahun sebelumnya), untuk beriklan di koran sebesar 501 juta US dollar (naik 8,5%), di internet 14

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

Gender and Reproductive Health Study Policy Brief No. 2 Meningkatkan Pendidikan Kesehatan Reproduksi dalam Kurikulum Nasional Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV DATA PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. habis-habisnya mengenai misteri seks. Mereka bertanya-tanya, apakah

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB 1: PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara

LAPORAN TELESURVEI PERSEPSI PUBLIK TERHADAP PILKADA DKI JAKARTA JULI 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

RINGKASAN SDKI 2007 PROVINSI SULAWESI BARAT

HASIL SURVEI INDIKATOR TIK 2015

Pendidikan seksualitas remaja. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

INTERNET, APATISME, DAN ALIENASI POLITIK

PERAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRA NIKAH PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

GAMBARAN MEDIA INFORMASI, PENGARUH TEMAN, TEMPAT TINGGAL DENGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI KOTA PALEMBANG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

SEJARAH KOMUNIKASI MASSA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

Indonesia - Survei Prevalansi Kontrasepsi Nasional 1987

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IV. ANALISIS DAN SINTESIS

BAB I PENDAHULUAN. cara yang ditempuh untuk dapat berkomunikasi seperti melalui media massa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

QUICK COUNT PILPRES & PILKADA PALING PRESISI PROPOSAL SURVEI PILKADA SERENTAK 2018

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

di Era Digital Mendidik Anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. secara purposive sampling. Dalam analisa data ini peneliti menggunakan label

POPULASI DAN SAMPEL. Aria Gusti.

BAB V DESKRIPSI DATA KARAKTERISTIK PENDENGAR, PENGGUNAAN MEDIA RADIO, DAN KESENJANGAN KEPUASAN (GRATIFICATION DISCREPANCY)

BABI PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial secara kodrat mempunyai berbagai

REPORT REVIEW SDKI 2012 MODUL PRIA

Tabel 9. Jumlah dan Presentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Presentase (%) Perempuan Laki-Laki

BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kombinasi ( mixed

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)


BAB V TERPAAN TAYANGAN JIKA AKU MENJADI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

Media Informasi Cenderung Meningkatkan perilaku seks Pada Remaja SMP di Jakarta Selatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku seksual di kalangan remaja cukup menjadi sorotan akhir-akhir ini,

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa tidak hanya dilihat dari aspek fisik

BAB I PENDAHULUAN. Remaja diidentifikasikan sebagai masa peralihan antara anak-anak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah normanorma,

P A N D U A N K O N T E N. berdasarkan survei 2017

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

Non-Probability Sampling. Pertemuan X

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal

Persepsi Khalayak Terhadap Tayangan Sinetron Yusra dan Yumna Di RCTI (Studi Deskriptif Pada Warga Tangerang Khususnya Desa Rempoa RW 03)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non-eksperimental yang

BAB I PENDAHULUAN. media dengan surat kabar, radio, televisi dan telepon dalam memenuhi kebutuhan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran media massa sangat membantu masyarakat dalam memperoleh

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan-perubahan yang dramatis. Perubahan-perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik.

Transkripsi:

The 2010 Greater Jakarta Transition to Adulthood Study Policy Brief No. 4 Telepon Selular, Internet, dan Sentuhan Media Iwu Dwisetyani Utomo, Peter McDonald, Terence Hull, Anna Reimondos, dan Ariane Utomo Dunia generasi muda (usia 20 34 tahun) semakin dikuasai oleh transformasi pengaruh digital. Telepon selular dan dalam beberapa hal penggunaan intenet sudah menjadi kebutuhan sehari hari. Akses ke Facebook, blogs, Twitter, You Tube, dan penggunaan Google untuk memperoleh informasi sudah menyebar dengan cepatnya di kalangan kaum muda. Sebagian anak muda Indonesia menggunakan media elektronik untuk selalu berhubungan dengan teman temannya di seluruh dunia, memperbaharui informasi status pribadinya, mencari peluang pendidikan dan pekerjaan, membeli dan menjual produk secara online dan memasarkan produk untuk memperoleh keuntungan ekonomi. Sebagian lainnya menggunakan internet untuk berpacaran dan mencari pasangan. Para pecandu digital tidak pernah meninggalkan rumah tanpa telepon selular dan menggunakan sebagian besar hari harinya untuk berhubungan dengan teman temannya melalui SMS. Kondisi ini dicerminkan oleh pengalaman rekanrekannya di negara negara maju, khususnya mereka yang berpendidikan lebih tinggi dan berasal dari latar belakang keluarga kaya dimana jejaring sosial dapat meningkatkan modal sosial seseorang (Hargittai and Hinnant, 2008). Popularitas mengakses internet lewat telepon selular meningkat tajam di Jepang, dimana hampir semua warganya lebih suka mengakses internet lewat telepon selular daripada lewat komputer (Ishii, 2004). Tujuan ringkasan kebijakan (policy brief) ini adalah untuk mengevaluasi bagaiamana kaum muda di Jakarta dan sekitarnya menggunakan telepon selular, internet, dan media lainnya. Maksudnya adalah mengevaluasi pola dan tujuan penggunaannya di kalangan kaum muda untuk diskusi kebijakan. Telepon Selular Survei 2010 Greater Jakarta Transition to Adulthood dengan jumlah reponden 3.006 mengungkapkan bahwa 85 persen responden memiliki telepon selular. Kepemilikan telepon selular berhubungan erat dengan tingkat pendidikan; 60 persen responden yang 1

berpendidikan sekolah dasar atau kurang, memiliki telepon selular dibandingkan dengan lebih 97 persen mereka yang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Di antara mereka yang memiliki telepon selular, sekitar 30 persen mengakses internet lewat telepon tersebut sekurang kurangnya seminggu sekali. Mereka yang berpendidikan lebih rendah secara signifikan lebih rendah pula frekuensinya dalam mengakses internet lewat telepon selular. Internet Enam dari 10 responden tidak pernah mengakses internet. Di antara mereka yang pernah mengakses internet, sebagian besar (85%) sangat sering melakukannya, setiap hari atau beberapa kali dalam seminggu. Frekuensi penggunaan internet sangat berkaitan dengan jenis kelamin, usia, dan pendidikan (Figur 2, 3 and 4). Umumnya laki laki, mereka yang berusia awal sampai dengan pertengahan 20an, dan berpendidikan tinggi lebih sering menggunakan internet. Lebih dari setengah responden yang berpendidikan diploma, dan lebih dari duapertiga yang berpendidikan sarjana menggunakan intenet setiap hari dibandingkan kurang dari lima persen responden yang berpendidikan sekolah dasar atau kurang. Telepon selular merupakan alat yang paling umum digunakan untuk mengakses internet. Di kalangan pengguna internet, tiga tujuan yang paling umum adalah situs jejaring sosial, email, dan mencari informasi umum (Figur 5). 2

Analisis lebih lanjut dengan menggunakan model regresi logistik (logistic regression) mengkaji alasan penggunakan intenet. Analisis tersebut mengungkapkan hanya sedikit perbedan antara laki laki dan perempuan untuk alasan penggunaan internet. Perbedaan besar ada di antara kelompok umur dimana alasan yang berkaitan dengan mencari pendidikan dan pekerjaan lebih banyak dikemukan oleh responden muda (20 24 tahun). Dalam hal pendidikan, mereka yang berpendidikan lebih tinggi cenderung menggunakan internet untuk berbagai alasan, namun email merupakan alasan yang paling banyak. Kemungkinan sesorang yang berpendidikan tinggi menggunakan email dan meningkatkan pendapatan hampir 5 kali kemungkinan mereka yang berpendidikan sekolah menengah atas atau kurang untuk masing masing alasan tersebut. 3

Sebagaimana diduga, responden yang menganggur secara signifikan lebih banyak menggunakan internet untuk mencari pekerjaan dibandingkan pekerja tingkat menengah dan pelajar yang menggunakan internet lebih banyak untuk hal hal yang berkaitan dengan pendidikan dan peningkatan pendapatan. Kami juga mengkaji apakah sentuhan media dan TV berhubungan dengan penggunaan internet. Hasilnya menunjukkan bahwa membaca koran berhubungan dengan penggunakan internet untuk memperoleh berita dan informasi, sedangkan sentuhan TV tidak ada hubungannnya dengan penggunaan internet. Akses Internet Perempuan lebih kecil kemungkinannya menggunakan internet di rumah, rumah teman, dan warung internet. Di kalangan pengguna telepon selular, juga terdapat perbedaan gender dalam penggunaan telepon selular untuk mengakses internet, namun di kalangan pekerja tidak ada perbedaan gender yang signifikan dalam hal penggunaan internet di tempat kerja. Mereka yang berusia 20 24 tahun secara jelas paling banyak menggunakan internet di semua tempat, kecuali di tempat kerja. Perbedaan tingkat pendidikan dalam hal akses internet terjadi secara konsisten di semua tempat tetapi perbedaan yang besar terutama di tempat kerja, rumah, dan penggunaan intenet melalui telepon selular (Tabel 1). Akses internet dan penggunaannya melalui telepon selular dan mereka yang sering mengakses internet dari rumah berhubungan erat dengan tujuan untuk mengakses jejaring sosial, mencari berita dan informasi, meningkatkan pendapatan, dan juga mencari informasi yang berkaitan dengan keagamaan. Sentuhan Media Cetak Kelihatannya koran bukanlah media yang populer bagi kaum muda karena hanya 18 persen laki laki dan 8 persen perempuan membaca koran setiap hari. Pola perbedaan gender, yang telah diduga sebelumnya, ditemukan pada majalah olahraga/ otomotif yang dibaca lebih banyak oleh laki laki dibandingkan perempuan yang lebih banyak membaca majalah wanita (Figur 6). 4

Sentuhan Tayangan TV Secara statistik pola menonton TV berbeda antara laki laki dan perempuan. Umumnya, lebih banyak perempuan yang menonton tayangan opera sabun Indonesia (sinetron), infotainmen (gosip selebriti), dan program keagamaan setiap harinya. Satu pengecualian adalah tayangan dari Barat, dimana proporsi laki laki yang menontonnya lebih banyak dibandingkan perempuan. Tidak seperti tayangantayangan TV lainnya, pola menonton tayangan dokumenter dan realitas antara laki laki dan peremuan hampir sama (Figur 7). Sentuhan Berita dan Program Radio Figur 8 menunjukkan distribusi persentase responden menurut jenis kelamin dan sentuhan jenis program radio tertentu. Kelihatannya mendengar berita nasional lebih populer bagi generasi muda (46% laki laki dan 49% perempuan) daripada mendengarkan berita luar negeri (5.6% laki laki dan 3.3% perempuan). Semua Jenis Media Kajian lebih lanjut dilakukan untuk melihat apakah jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan berhubungan dengan konsumsi berita dan isu isu terkini, informasi keagamaan, menonton program dari Barat, dan juga gosip selebriti dan musik pop dari kombinasi berbagai sumber media (membaca koran dan majalah, menyaksikan TV, dan mendengarkan radio). Hasilnya menunjukkan bahwa responden perempuan lebih sedikit membaca koran, 18 kali lipat lebih banyak membaca majalah wanita, enam kali lipat menonton gosip selebriti dan empat kali lipat menonton sinetron di TV. Responden yang berstatus pelajar/mahasiswa dua kali lipat kemungkinannya dibandingkan lainnya mendengarkan berita nasional, menonton film dokumenter dan isu isu terkini, membaca majalah olahraga, otomotof dan teknologi informasi dan mendengar musik pop. Mereka yang bukan pelajar/mahasiswa dan tidak bekerja lebih banyak menonton gosip selebriti dan sinetron di TV. 5

6

Diskusi untuk Kebijakan Mengakses dan menggunakan internet berhubungan erat dengan tingkat pendidikan, status pekerjaan, juga berhubungan erat dengan apakah responden mempunyai telepon selular yang dapat mengakses internet atau mempunyai akses internet di rumah. Responden yang mempunyai karakteristik di atas cenderung lebih banyak menggunakan internet untuk tujuan mengakses jejaring sosial, mencari informasi umum dan berita, dan meningkatkan pendapatan. Saat ini sekolah sekolah dasar negeri mempunyai akses dan penggunaan internet yang lebih terbatas dibandingkan sekolah sekolah dasar swasta elit. Pengadaan computer di sekolahsekolah negeri akan membantu mempersempit kesenjangan antara anak anak dari keluarga kaya dan anak anak dari keluarga miskin. Pengadaan komputer ini akan meningkatkan hasil mutu modal manusia di masa depan dimana bentukbentuk komunikasi elektronik akan membudaya. Media cetak, terutama koran, tidak lagi populer dibandingkan tontonan TV. Dengan demikian, penyediaan infromasi pendidikan dan berita beita terkini lebih efektif melalui TV. Meskipun tayangan opera sabun dan gosip selebriti sangat menyenangkan, namun itu tidak akan memperbaiki masa depan mereka yang sedang menganggur dan tidak sekolah. Referensi Hargittai, E. and Hinnat A. 2008. Digital inequality differences in young adults use ogf the internet, Communication Research, Vol. 35/5, p. 602 621. Ishii, K. 2004. Internet use via telepon selular in Japan. Telecommunication Policy 28, p. 43 58. (Judul naskah asli: The 2010 Greater Jakarta Transition to Adulthood Study, Policy Brief No.4, Mobile Phone, Internet, and Media Exposure. Diterjemahkan oleh Toto Purwanto). 7

Tim Peneliti Australian Demographic and Social Research Institute Australian National University (ADSRI ANU): Dr. Iwu Dwisetyani Utomo (Kepala/Peneliti Utama I) Prof. Peter McDonald (Peneliti Utama II) Prof. Terence Hull (Peneliti Utama III) Anna Reimondos Dr. Ariane Utomo Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia: Dr. Sabarinah Prasetyo Prof. Budi Utomo Heru Suparno Dadun Yelda Fitria Asian Research Institute National University of Singapore (ARI NUS): Prof. Gavin Jones Bila ada pertanyaan tentang policy brief ini dapat ditanyakan melalui e mail pada: Peter.McDonald@anu.edu.au atau Iwu.Utomo@anu.edu.au Deskripsi Studi dan Survei Transisi Penduduk Usia Muda 2010 di JATABEK Penelitian tentang transisi penduduk usia muda (20 34 tahun) ini dilakukan di JATABEK. Penelitian yang dibiayai oleh Australian Research Council, WHO, ADSRI ANU dan ARI NUS, merupakan penelitian yang pertama kali dilakukan di Indonesia. Penarikan sampel dilakukan dalam dua tahap dengan metode gugus (cluster) dan dengan memakai metode probabilitas proporsional (probability proportional to size PPS). Pada tahap pertama, ditarik 60 kelurahan dengan menggunakan PPS. Pada tahapan kedua, dari setiap kelurahan yang sudah dipilih, 5 Rukun Tetangga dipilih dengan menggunakan sampel acak sistematis (systematic random sampling). Dari 300 RT yang terpilih kemudian dilakukan sensus dan pemetaan. Sensus rumah tangga tersebut dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang umur, jenis kelamin, status pernikahan dan hubungan dengan kepala rumah tangga. Sensus ini dilakukan untuk semua anggota keluarga. Dari hasil sensus ini diperoleh daftar dari semua calon responden yang berusia antara 20 34 tahun yang tinggal di RT tersebut. Dari setiap RT yang terpilih, dipilih 11 responden dengan menggunakan sampel acak sederhana (simple random sampling). Dengan menerapkan metode sampling tersebut terpilih sebanyak 3.006 responden. Dua daftar pertanyaan digunakan dalam penelitian ini. Daftar pertanyaan pertama ditanyakan pada responden dengan menggunakan teknik wawancara mendalam yang dilakukan oleh pewawancara yang sudah dilatih. Daftar pertanyaan pertama meliputi pertanyaanpertanyaan tentang keadaan demografis dari responden dan juga tentang latar belakang orangtua responden dan suami/istri bagi responden yang sudah menikah. Dalam daftar pertanyaan yang pertama ini ditanyakan tentang: sejarah pendidikan, pekerjaan dan migrasi; pendapatan dan keadaan ekonomi; kondisi pekerjaan; tempat tinggal; hubungan dengan lawan jenis dan pernikahan, jumlah anak, KB dan aborsi; kesehatan fisik dan mental serta kebahagiaan; tingkah laku merokok dan mimum minuman keras; keimanan, serta afiliasi pada organisasi keagamaan dan organisasi politik; norma norma tentang gender, nilai anak dan pandangan pandangan terhadap keadaan dunia. Untuk menjaga kerahasiaan responden, daftar pertanyaan kedua yang berisi pertanyaan pertanyaan yang lebih sensitif, diisi sendiri oleh responden. Daftar pertanyaan ini diberikan pada responden dalam amplop dan dikembalikan pada interviewer setelah responden selesai menuliskan jawabannya. Untuk daftar pertanyaan yang kedua ini pertanyaanpertanyaan yang ditanyakan meliputi perilaku seksual, praktek praktek seks yang aman, pengetahuan tentang STDs/HIV/AIDS, akses pada pelayanan kesehatan reproduksi, dan pegunaan narkoba. Setelah survei selesai dilakukan, 100 responden dipilih secara random dan kemudian dilakukan wawancara yang mendalam terhadap responden yang terpilih tersebut. Berdasarkan hasil analisa peneltian ini akan dihasilkan sejumlah policy brief dan bila mendapatkan dana maka survei ini akan diulang setiap 3 tahun sekali selama 10 tahun dengan mewawancarai responden yang sama untuk mengikuti perubahan perubahan yang terjadi pada responden sehubungan dengan transisi kehidupannya dalam bidang karakteristik demografi responden, pendidikan dan karirnya. Acknowledgement: Policy brief ini didanai oleh AusAID melalui Australian Development Research Award, Ford Foundation, ADSRI ANU dan BAPPENAS. 8