ANALISIS DEGRADASI LAHAN DENGAN PENDEKATAN TOPOSEQUEN DAN TEKANAN PENDUDUK TERHADAP LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG. Esti Sarjanti ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS

ANALISIS TEKANAN PENDUDUK TERHADAP LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN KEMBARAN KABUPATEN BANYUMAS. Oleh: Esti Sarjanti 1 dan Sigid Sriwanto 2

Analisis Dampak Konversi Lahan Terhadap Produksi Pertanian Lahan Basah Di Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk yang disebabkan oleh fertilitas diukur dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia membutuhkan lahan untuk mengalokasi sarana dan prasarana

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan Penduduk dan Dampaknya terhadap Perkembangan Suatu Wilayah

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung. Secara geografis, kabupaten ini terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa

TINGKAT KERAWANAN BENCANA TSUNAMI KAWASAN PANTAI SELATAN KABUPATEN CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari sekedar

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Temanggung terletak di tengah-tengah Propinsi Jawa Tengah

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. KARAKTERISTIK WILAYAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak semua kerusakan alam akibat dari ulah manusia. yang berbentuk menyerupai cekungan karena dikelilingi oleh lima gunung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan Penduduk di Kecamatan Sukaraja dan di Kecamatan Sukamakmur

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

PENGANTAR. Latar Belakang. Tujuan pembangunan sub sektor peternakan Jawa Tengah adalah untuk

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, bahwa penduduk Indonesia dari

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawah Tengah. DAS Garang terdiri dari tiga Sub DAS yaitu Kripik, Kreo

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

PENERAPAN IPTEKS ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu W.Lumbantoruan Anik Juli Dwi Astuti Rohani

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Jateng)

KEADAAN UMUM WILAYAH. Sleman merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa

PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP DEBIT PUNCAK PADA SUBDAS BEDOG DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. R. Muhammad Isa

BAB III TINJAUAN WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG

BAB 3 POTENSI DAN KONDISI LOKASI

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Kebutuhan tersebut terkait untuk pemenuhan kebutuhan hidup

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama

III. KEADAAN UMUM LOKASI

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PANGAN MENJADI KELAPA SAWIT DI BENGKULU : KASUS PETANI DI DESA KUNGKAI BARU

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya

PROFIL SANITASI SAAT INI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara

BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Tingkat (dati) I Sumatera Utara, terletak antara 1-4 Lintang

Penggunaan Lahan Pertanian dan Arah Pengembangan ke Depan

BAB II TINJAUAN UMUM

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia,

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

Transkripsi:

16 ANALISIS DEGRADASI LAHAN DENGAN PENDEKATAN TOPOSEQUEN DAN TEKANAN PENDUDUK TERHADAP LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG Esti Sarjanti Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi degradasi lahan di Kecamatan Sumbang. Data untuk mengetahui potensi degradasi lahan berupa kemiringan lereng, penggunaan lahan dan penduduk diperoleh dari data sekunder dan primer untuk mengetahui tingkat toposequen, tingkat bahaya erosi dan tingkat tekanan penduduk terhadap lahan. Analisis data dengan cara skor dan analisisn keruangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah penelitian telah terdegradasi dari tingkat rendah hingga sangat tinggi. Potensi degradasi sangat tinggi berada yaitu Desa Gandatapa dan Ciberem, berpotensi sedang yaitu Desa Kotayasa,Banjarsari wetan, Banjarsari kulon dan Sikapat sedangkan serta 13 Desa lainnya berpotensi degradasi renda hingga sedang. Desa yang berpotensi degradasi tinggi hingga sangat tinggi perlu mendapat perhatian dalam pengelolaan potensi desa yang berkelanjutna. Kata Kunci : Degradasi, Toposequen, Tekanan Penduduk dan Bahaya Erosi A. Pendahuluan Penggunaan lahan merupakan aktualisasi manusia terhadap lingkungannya dalam uapaya menyelenggarakan kehidupannya. Dalam menyelenggarakan kehidupannya, manusia membutuhkan lahan untuk mengalokasikan sarana dan prasarana fisik dalam kegiatannya dan membutuhkan lahan sebagai sumberdaya penghasil bahan pangannya. Dua kebutuhan lahan ini seringkali berbenturan, pada saat salah satu pemenuhan kebutuhan lahan lebih dominan dari pada kebutuhan lainnya. Pertanian memegang peranan penting dalam menciptakan ketahanan pangan masyarakat. Hal ini karena pangan karena merupakan sumber pemenuhan bahan pokok dan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan juga erat berkaitan dengan ketahanan ekonomi dan politik suatu negara (Timmer, 1986 dalam Awang dkk, 2001) Peningkatan jumlah dan keragaman aktivitas penduduk terkait erat dengan kebutuhan terhadap lahan. Masalah tersebut dapat menyebabkan terjadinya konversi lahan pertanian ke lahan non-pertanian. Kecenderungan konversi lahan pertanian ke non pertanian telah terjadi di wilayah Purwokerto, yang disebabkan adanya dinamika pertumbuhan perkotaan baik segi demografis maupun fisik daerah terbangun, yaitu dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan penduduk, pergeseran mata pencaharian dan kebijakan pemerintah (Esti Sarjanti dan Suwarno, 2004).

17 Kecamatan Sumbang merupakan salah satu daerah yang berpotensi dikembangkan untuk menjadi lahan pertanian bahan pangan (Esti Sarjanti dan Suwarno, 2007). Secara makro Kecamatan Sumbang memiliki morfologi vulkan, dari bagian tengah gunung api hingga dataran kaki gunung api dengan kemiringan lereng bervariasi, sehingga proses-proses penurunan permukaan tanah akibat erosi berjalan intensif. Penduduk di daerah penelitian sebagian besar bermatapencaharian pertanian dapat mempercepat terjadinya erosi. Kondisi lereng sangat berpengaruh terhadap kemampuan lahan, semakin terjal/curam kemiringan lereng maka semakin rendah kemampuan lahan untuk pertanian, karena salah satu faktor pembatas kemampuan lahan yang permanen adalah kemiringan lereng (Ananta Kusuma Seta 1991). Cara pemanfaatan lahan untuk kegiatan pertanian maupun non pertanian masih kurang sesuai dengan kaidah konservasi tanah dan air, dapat mempercepat terjadinya degradasi lahan. Penggunaan lahan dapat mempengaruhi tingkat bahaya erosi yang terdapat di suatu lahan. Sutikno dan Su Ritohardoyo (1996), menyatakan bahaya erosi merupakan kemudahan material tanah berpindah ke tempat lainnya, penentuan bahaya erosi dapat diketahui dari penggunaan lahan yang bervegetasi, diasumsikan semakin lebat vegetasi maka bahaya erosi semakin ringan. Tingkat tekanan penduduk terhadap lahan pertanian telah dianalisis oleh Otto Soemarwoto (1985) yang mendasarkan pada analisis luas lahan minimal untuk hidup layak, matapencaharian dan laju pertumbuhan penduduk. Tekanan penduduk terhadap lahan diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kelas yaitu tekanan penduduk melebihi kemampuan lahan, penggunanaan lahan pertanian optimal terhadap kemampuan lahan dan belum terjadi tekanan penduduk terhadap lahan (lahan masih kurang termanfaatkan). Oleh karena itu, penelitian mengenai evaluasi degradasi lahan yang didasarkan atas toposequen, bahaya erosi dan tekanan penduduk terhadap lahan pertanian penting untuk dilakukan. Penelitian degradasi lahan di suatu daerah dimaksudkan untuk mengetahui potensi suatu daerah yang mengalami degradasi yang akan mempengaruhi kegiatan dalam bidang pertanian (arabel atau non erabel). Fungsi evaluasi degradasi lahan adalah memberikan pengertian tentang hubungan antara kondisi lahan dan penggunaan lahannya serta memberikan kepada perencana berbagai perbandingan dan alternatif pilihan penggunaan yang dapat diharapkan dapat berhasil dan berkelanjutan. Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengkaji variasi toposequen di Kecamaatan Sumbang Kabupaten Banyumas. 2. Mengkaji tingkat bahaya erossi di Kecamaatan Sumbang Kabupaten Banyumas? 3. Mengkaji tingkat tekanan penduduk terhadap lahan pertanian di Kecamaatan Sumbang Kabupaten Banyumas. 4. Mengkaji agihan potensi degradasi lahan pertanian di Kecamaatan Sumbang Kabupaten Banyumas.

18 B. Metode Penelitian 1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian meliputi seluruh wilayah Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas yang terdiri dari 19 desa. 2. Materi Penelitian a. Materi Penelitian meliputi : 1) Foto udara pankromatik hitam putih skala 1 : 50.000 2) Peta rupa bumi lembar Purwokerto skala 1 : 25.000 3) Data sekunder : data penduduk, luas lahan dan penggunaan lahan 4) Data primer kemiringan lereng dan matapencaharian, penggunaaan lahan b. Sarana penelitian 1) Perangkat software dan hardware LCLP (Land Classification and Land Use Planing) dan Arcview 3.2, di Laboratorium Pendidikan geografi UMP 2) Alat : Stereoskop cermin, abney level, roll meter di Laboratorium Pendidikan geografi UMP 3. Tahap Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survai dan studi pustaka dengan tahapan sebagai berikut : a. Tahap Persiapan Pada tahap ini dilakukan interpretasi foto udara dan peta rupa bumi yang digunakan untuk membuat peta sementara berupa peta administrasi, peta toposequen dan peta penggunaan lahan. Peta toposequen dibuat berdasarkan kemiringan lereng sementara yang diperoleh dari peta rupa bumi. Hasil pembuatan peta-peta tersebut digunakan sebagai acuan dalam penentuan sampel dan pengambilan sampel di lapangan, yang dilakukan secara purposive sampling dengan pertimbangan dan tujuan survai yaitu melihat tingkat kemudahan dalam pengambilan sampel, dan selanjut digunakan dalam perbaikan peta. b. Tahap Pengumpulan data Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data primer beberapa parameter degradasi lahan di lapangan yang meliputi : kemiringan lereng, matapencaharian, dan penggunaan lahan. Data sekunder yang berupa data statistik diambil dari kantor Kecamatan Sumbang dan monografi desa berupa data jumlah desa, jumlah penduduk tahun 2005 dan 2010, matapencaharian, dan luas penggunaan lahan. c. Tahap Pengolahan Data Tahapan ini ditempuh setelah semua data terkumpul, selanjutnya dianalisis untuk menentukan kelas terhadap parameter degradasi lahan pada setiap kemiringan lereng (toposequen). Selanjutnya dibuat dalam bentuk peta yaitu peta kemiringan lereng, peta bahaya erosi, peta tekanan penduduk terhadapap lahan pertanian. Ketiga peta tersebut sebagai dasar untuk membuat peta potensi degradasi lahan. Dalam menentukan karakteristik degradasi lahan tersebut menggunakan pedoman sebagai berikut : 1). Kemiringan lereng

19 Kondisi lereng sangat berpengaruh terhadap kemampuan lahan, semakin terjal/curam kemiringan lereng maka semakin rendah kemampuan lahan untuk pertanian. Data kemiringan lereng dapat diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan dipadukan dengan peta rupa bumi. Adapun klasifikasi lereng yang digunakan berdasarkan atas Undang-undang No. 24 tahun 1992 tentang penataan ruang untuk lahan pertanian dan Hockensmith, RH dan J.G. Steele 19943 (Jamulyo dan Sunarto, 1996) seperti dalam Tabel 1, yaitu : Tabel 1. Klasifikasi Kemiringan Lereng Kemiringan lereng (%) Kelas Skor 0-4 Datar 1 4,1 8 Landai 2 8,1 30 Miring 3 30,1 45 Agak Curam 4 > 45 curam 5 Sumber : Anonim, 1992, Jomulyo dan Sunarto 1996 dengan modifikasi 2) Bahaya erosi Bahaya erosi menunjukkan kemudahan material tanah berpindah ke tempat lainnya, penentuan bahaya erosi dapat diketahui dari penggunaan lahan yang bervegetasi, diasumsikan semakin lebat vegetasi maka bahaya erosi semakin ringan. Klasifikasi bahaya erosi disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Klasifikasi Bahaya Erosi Bahaya Erosi Kelas Skor Sawah datar, hutan Ringan 1 Kebun campuran, Tegalan, permukiman datar Sedang 2 Sawah berteras, permukiman miring, rumput Agak Berat 3 Lahan terbuka, singkapan Berat 4 Sumber : Sutikno dan Su Ritohardoyo, 1996 dengan modifikasi 3) Tekanan Penduduk terhadap Lahan Analisis tekanan penduduk terhadap lahan pertanian diketahui dari luas lahan minimal untuk hidup layak (0,5 Ha sawah), jumlah penduduk petani, jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk dalam kurun waktu 5 tahun dari tahun 2005 dan 2010. Adapun besarnya tekanan penduduk dapat diketahui menurut Otto Soemarwoto (1985), kemudian diklasifikasikan menjasi 3 kelas yaitu rendah, sedang dan tinggi, sebagai berikut : TP = z (f t. Po (1+ r) t /L t Keterangan : TP = Tekanan Penduduk Terhadap lahan Pertanian z = Luas lahan minimal untuk hidup layak f t. = Persentase petani dalam populasi penduduk Po = Populasi penduduk Tahun awal

20 r = Laju Pertumbuhan penduduk ( r diketahui dari Pt = Po (1+ r) t ) t = Tahun Lt = Luas Lahan sawah Pt = Populasi Penduduk tahun akhir Tabel 3. Klasifikasi Tekanan Penduduk Terhadap Lahan Pertanian Tekanan Penduduk Kelas Skor <1 Rendah 1 1 Sedang 2 >1 Tinggi 3 Sumber : Otto Soemarwoto, 1985 dengan modifikasi 4. Potensi Degradasi Lahan Analisis potensi degradasi lahan diketahui dengan menjumlahkan skor pada setiap parameter degradasi lahan yaitu kemiringan lereng, bahaya erosi dan tekanan penduduk terhadap lahan pertanian. Selanjutnya dari hasil penjumlahan skor tersebut potensi degradasi lahan dikalasifikasikan menjadi 4 kelas yaitu rendah, sedang dan tinggi, sangat tinggi. Tabel 4. Skor Degradasi Lahan Degradasi Lahan Kelas < 3 Rendah 3 < 6 Sedang 6 < 9 Tinggi > 9 Sangat tinggi C. Hasil dan Pembahasan 1. Kondisi Fisik Wilayah a. Letak, Luas dan Batas Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas merupakan salah satu bagian wilayah Propinsi Jawa Tengah secara astronomis (Kantor Statistik, 2010) terletak diantara : a. 109 0 23 17 109 0 25 15 Bujur Timur dan b. 7 0 12 05 7 0 15 10 Lintang Selatan. Luas wilayah Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas seluas 53,42 km 2 dengan jumlah desa sebanyak 19 desa. Desa terluas adalah Desa Limpakuwus (10,75 km 2 ) dan yang tersempit adalah Desa Kawungcarang (0,47 km 2 ). Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas berbatasan dengan beberapa wilayah yaitu : di sebelah Utara : Kecamatan Purbalingga, di sebalah Timur Kabupaten Purbalingga, di sebelah Selatan : Kecamatan Kembaran, di sebelah Barat Kecamatan Baturaden dan Purwokerto Utara. b. Topografi Wilayah Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas terletak di lereng Gunung Slamet membujur dari arah tenggara ke utara dan berada di sisi timur laut dari wilayah Kabupaten Banyumas. Sebagian besar relief wilayah hampir 47 %

21 merupakan daerah bergelombang hingga berbukit yang membujur dari bagian tengah hingga puncak utara dan selebihnya merupakan daerah yang datar hingga landai. Ketinggian wilayah sebagian berada pada kisaran 100 300 m dpl meliputi area seluas 16,67 km 2 dan sebagian besar pada ketinggian di atas 300 600 m dpl seluas 36,75 km 2. c. Iklim Kabupaten Banyumas mempunyai iklim Tropis basah dengan rara-rata suhu udara 26,3 o C derajat celsius. Suhu minimum sekitar 24,4 o C dan suhu maksimum sekitar 30,9 o C. Selama tahun 2010 di Kecamatan Sumbang Kabupaten Bnyumas terjadi hujan rata-rata sebanyak 185 hari dengan curah hujan rata-rata 2.355,56 mm. 2. Kondisi Penggunaan Lahan Wilayah Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas memiliki luas lahan, yang merupakan lahan sawah terdiri dari 162600 Ha berpengairan setengah teknis dan 42708 Ha berpengairan sederhana (sawah berteras), lahan untuk bangunan/pekarangan 62635 Ha, Hutan dan Perkebunan dan kayu-kayuan 86274 Ha, Tegalan dan Kebun 74886 Ha, selebihnya digunakan untuk lahan lainnya (Monografi Desa, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa lahan pertanian hanya 38,43 % bagian dari luas wilayah (Tabel 5) Oleh karena itu, agar lahan pertanian tetap stabil dan tidak terjadi degradasi lahan lebih lanjut maka usaha pengelolaan lahan pertanian perlu dioptimalkan dan mengalihkan matapencaharian penduduk petani ke matapenharian non pertanian pada lahan dengan degradasi tinggi hingga sangat tinggi. Tabel 5. Penggunaan Lahan di Kecamatan Sumbang No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) % 1 Sawah 162600 30,43 2 Sawah berteras 42708 7,99 3 Bangunan/pekarangan 62635 11,73 4 Tegalan dan Kebun 74886 14,01 5 Hutan dan Perkebunan dan kayu-kayuan 86274 16,15 6 Lain-lain 105095 19,67 Jumlah 534200 Sumber : Monografi Desa 2010 3. Kondisi Penduduk Kondisi penduduk sangat berpengaruh terhadap ketersediaan lahan di suatu wilayah, khususnya lahan untuk ketersedian lahan untuk sarana dan prasarana (permukiman), disisi lain untuk lahan pertanian. Penduduk Kecamatan Sumbang Tahun 2010 sebanyak 73.593 jiwa tersebar di 19 desa dengan pertumbuhan penduduk 1,04 %. Penduduk terbanyak terdapat di Desa Kotayasa sebanyak 7.721 jiwa dan paling sedikit terdapat di Desa Kawungcarang yaitu 1.134 jiwa. Jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat akan berpengaruh terhadap ketersediaan lahan untuk sarana dan prasarana yang

22 semakin luas. Hal ini dapat mempertinggi tekanan penduduk terhadap lahan (Tabel 6) IV. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa di Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas potensi degradasi lahan sudah terjadi pada tingkatan rendah hingga sangat tinggi. Namun demikian, secara keseluruhan terdapat desa dengan potensi rendah hingga sedang sebanyak 13 desa, yaitu berpotensi degradasi rendah masih ada yaitu 5 desa yaitu Desa Karangcegak, Tambaksogra, Susukan, Karanggintung, dan Kawungcarang. Desa dengan potensi sedang sejumlah 8 desa yaitu Desa Kotayasa, Karangturi, Silado, Sumbang, Banteran, Kebanggan, Datar dan Kedungmalang. Tabel 6. Desa, Penduduk, Matapencaharian, Pertumbuhan, Matapencaharian Penduduk, Kemiringan, Penggunaan Lahan Tiap Desa NO. DESA LUAS PDDK (Jiwa) Ptn r Kmr Sw/Ht St/Pm Tk/Pk Km2 2005 2010 Jiwa % % Ha Ha Ha 1 KARANGGINTUNG 1,43 3.343 4.137 342 0,76 3,8 36091 5 7147 2 TAMBAK SOGRA 2,60 6.171 6.846 709 0,66 3,4 18466 267 3 KARANG CEGAK 1,20 2.253 2.497 237 0,67 3,6 93870 2076 4 KARANG TURI 1,77 2.167 3.509 1.001 1,11 3,4 133 29 5 SILADO 1,71 2.053 2.279 402 0,67 3,5 128 3621 6 SUSUKAN 2,08 3.722 3.729 435 0,59 3,7 144 64 7 SUMBANG 2,36 5.134 5.703 2.723 0,67 4,2 1827 2 8 KEBANGGAN 1,81 3.119 3.434 588 0,66 3,3 6862 3755 55 9 KARANG CARANG 0,47 1.089 1.139 72 0,62 3,2 335 35 10 DATAR 0,87 2.214 1.302 403 0,31 4,6 519 343 11 BANJARSARI KULON 2,12 3.202 3.396 784 0,63 29,6 99 5835 12 BANJARSARI WETAN 1,97 2.641 2.783 873 0,62 33,8 12166 7012 13 BANTERAN 3,36 5.899 7.411 1.070 0,78 3.9 98 96 6911 14 CIBEREM 2,34 3.424 4.051 275 0,72 43,8 1939 1264 15 SIKAPAT 3,97 3.165 3.543 515 0,67 15,3 74500 9132 62533 16 GANDATAPA 5,42 6.310 7.597 1.230 0,74 46.3 419 1270 544 17 KOTAYASA 5,06 7.557 8.416 4.577 0,67 23,2 33112 14455 18 LIMPAKUWUS 11,7 4.205 4.805 1.170 0,69 46,3 11500 12652 6787 19 KEDUNG MALANG 0,95 2.389 2.618 205 0,65 3.3 43 491 Sumber : Kantor Kecamatan (2006) dan Monografi Desa 2010 Desa dengan potensi degradari tinggi terdapat pada 4 desa yaitu Banjarsari kulon, Banjarsari wetan, Sikapat dan Limpakuwus. Desa dengan potensi terdegradasi sangat tinggi terdapat di 2 desa yaitu Desa Gandatapa dan Ciberem (Tabel 7). Dengan keberadaan potensi degradasi lahan dengan tinggi hingga sangat tinggi di 6 desa tersebut, maka desa tersebut perlu dikembangkan alternatif lain

23 bagi penduduk bermatapecahrian petani antara lain dengan memberikan keterampilan selain pertanian atau pengelolaan lahan pertanian yang berwawasan lingkungan, sehingga ketersediaan lahan untuk pertanian dapat berkelanjutan (Peta 1). Tabel 7. Potensi Degradasi Lahan NO. DESA Toposequen Erosi Tekanan Jumlah Degradasi 1 KARANGGINTUNG 1 1 1 3 R 2 TAMBAK SOGRA 1 1 1 3 R 3 KARANG CEGAK 1 1 1 3 R 4 KARANG TURI 1 1 3 5 S 5 SILADO 1 2 3 6 S 6 SUSUKAN 1 1 1 3 R 7 SUMBANG 2 3 1 6 S 8 KEBANGGAN 1 2 1 4 S 9 KAWUNG CARANG 1 1 1 3 R 10 DATAR 2 2 1 5 S 11 BANJARSARI KULON 3 2 3 8 T 12 BANJARSARI WETAN 4 3 1 8 T 13 BANTERAN 1 2 1 4 S 14 CIBEREM 5 3 3 11 ST 15 SIKAPAT 3 3 1 7 T 16 GANDATAPA 5 3 3 11 ST 17 KOTAYASA 3 3 1 7 S 18 LIMPAKUWUS 5 3 1 9 T 19 KEDUNG MALANG 1 1 3 5 S Keterangan : R : Rendah, S :Sedang, T : Tinggi, ST : Sangat Tinggi D. Simpulan dan saran Simpulan Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas berpotensi terdegradasi lahannya pada tingkatan rendah hingga sangat tinggi. Namun demikian secara keseluruhan daerah yang berpotensi terdegradasi rendah hingga sedang masih banyak yaitu ada 13 desa. Desa yang termasuk potensi degradari tinggi ada 4 desa yaitu Banjarsari kulon dan Banjarsari wetan, dan Limpakuwus, serta Sikapat. Desa dengan potensi degradasi sangat tinggi terdapat di 2 desa yaitu Desa Gandatapa dan Ciberem. Saran Dengan keberadaan degradasi lahan di 6 desa dengan kategori tinggi hingga sangat tinggi, maka perlu dikembangkan alternatif lain bagi penduduk bermatapecahrian petani yaitu diberikan keterampilan selain pertanian atau pengelolaan lahan yang berwawasan lingkungan, sehingga ketersediaan lahan

24 untuk pertanian dapat berkelanjutan. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui degradasi lahan dengan memperhatikan produktivitas lahan, kemampuan lahan dan sesesuaian lahan yang lebih terinci.

25 DAFTAR PUSTAKA Awang dkk, 2001. Kebijakan Beras dan Pangan Nasional. Pelajaran dari baru dan orde reformasi. Jurnal Pertanian IPB Edisi 2. Bogor : IPB Press. Anonim, 1992. Undang-undang No. 24 Jakarta Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. Ananta Kusuma Seta, 1991. Konservasi Tanah dan Air. Jakarta : Kalam Mulia. Esti Sarjanti dan Suwarno, 2004. Pola spasial konversi lahan pertanian dan faktorfaktor yang berpengaruh di Purwokerto. Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Saintek. Volume V No.1 Februari 2004 UMP. Purwokerto : LPPM UMP Esti Sarjanti dan Suwarno, 2007. Analisis potensi lahan pertanian bahan pangan di Kabupaten Banyumas. Laporan Penelitian. Purwokerto : LPPM UMP Jomulyo dan Sunarto. 1996. Kemampuan Lahan. Materi Pelatihan Evaluasi Lahan Angkatan VI. Yogyakarata : Fakultas Geografi UGM. Otto Soemarwoto. 1985. A Qualitative of population Pressure and It s Potensial Use in Development Planning. Majalah Demografi Indonesia, Vol.12 (24). Jakarta. Sutikno, dan SuRitohardoyo, 1996. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Yogyakarta : Fakultas Geografi UGM