MATERNAL FACTOR THAT RELATED WITH LOW BIRTH WEIGHT BABIES AT THE REGIONAL GENERAL HOSPITAL PRINGSEWU YEAR Siti Indarti* ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

Faktor Terjadinya Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Rokan Hulu 2011

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

Relationships between Parity and Age of Pregnant Women with Infant Birth Weight in Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung in 2012

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD. PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO TAHUN Tri Rahyani Turede NIM

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG

PENELITIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TERHADAP HASIL LUARAN JANIN. Idawati*, Mugiati*

HUBUNGAN PARITAS DAN USIA IBU DENGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT UMUM INSANI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan suatu bentuk dari kebutuhan dasar manusia.

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI DESA KONANG KECAMATAN KONANG KABUPATEN BANGKALAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI DESA KONANG KECAMATAN KONANG KABUPATEN BANGKALAN

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN STANDART PELAYANAN KEHAMILAN TERHADAP KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS GEMOLONG SRAGEN TAHUN 2011

ABSTRAK. HUBUNGAN UKURAN LINGKAR LENGAN ATAS (LLA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) IBU KEHAMILAN ATERM DENGAN DISMATURITAS BAYI LAHIR DI SEBUAH RS DI MEDAN

PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN Sri Handayani, Umi Rozigoh

HUBUNGAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DENGAN BERAT BAYI LAHIR

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN NASKAH PUBLIKASI

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN

ANALISIS FAKTOR RISIKO USIA KEHAMILAN DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN ABORTUS. La Ode Ali Imran Ahmad Universitas Haluoleo Kendari.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEMATIAN NEONATAL DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 ABSTRAK

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

HAMIL GANDA PENYEBAB BERMAKNA BERAT BAYI LAHIR RENDAH

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia

Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Rendahnya Kunjungan (K4) Ibu Hamil di Puskesmas Bambu Apus, Jakarta Timur

BAB 1 PENDAHULUAN. dibawah 11 gr% (Saifuddin, 2001), sedangkan menurut Royston (1993) anemia

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN NILAI APGAR BAYI BARU LAHIR DI RSUD SUKOHARJO

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAHARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2012

FAKTOR DOMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ABORTUS IMMINENS

Studi Korelasi Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Perdarahan Post Partum pada Persalinan Spontan

Jurnal Sehat Mandiri Jilid 7 Nomor 1 Tahun 2013 Hal 13-22

HUBUNGAN USIA KEHAMILAN PADA IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2012

Harto P. Simanjuntak 1, Heru Santosa 2, Maya Fitria 2. Abstract

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMATIAN PERINATAL DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PERSALINAN PRETERM DI RUANG BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM MEURAXA KOTA BANDA ACEH TAHUN 2012

ABORTUS INKOMPLIT DAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DI RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU

FAKTOR-FAKTOR PREDISPOSISI TERJADINYA ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS JETIS I BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2013

Hubungan Pendidikan dan Paritas Ibu dengan Kelahiran Berat Badan Lahir Rendah di RSUD Datu Sanggul Rantau

BAB I PENDAHULUAN. Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor

Rendah. Veronica Magdalena Pinontoan 1, Sandra G.J Tombokan 2, 1. RSUP.Prof.Dr.R.D.Kandou Manado 2,3, Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Manado

ANALISIS MULTILEVEL PENYEBAB BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN. panjang badan 50 cm (Pudjiadi, 2003). Menurut Depkes RI (2005), menyatakan salah satu faktor baik sebelum dan saat hamil yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu penyebab kematian ibu adalah abortus. Abortus adalah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG AMBULASI DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2012

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN BAYI LAHIR. Nofi Yuliyati & Novita Nurhidayati Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

HUBUNGAN USIA DAN JARAK KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN

FAKTOR-FAKTOR PLASENTA YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMSIA PADA PRIMIGRAVIDA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD CILACAP PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

PERBEDAAN HASIL LUARAN BAYI ANTARA IBU PARITAS TINGGI DAN IBU PARITAS RENDAH

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

FAKTOR IBU YANG MELATARBELAKANGI KEJADIAN BBLR DI RSUD JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. hingga kelahiran dan pertumbuhan bayi selanjutnya. (Depkes RI, 2009)

HUBUNGAN UMUR, PARITAS, DAN PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN ABSTRAK

GAMBARAN UMUR DAN PARITAS IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT MUHAMADIYAH PALEMBANGTAHUN 2014

BAB 1 : PENDAHULUAN. satu penyebab tingginya angka kematian bayi (AKB). sehingga akan berpengaruh kepada derajat kesehatan. (1-5)

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN LAMANYA PELEPASAN PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH BERSALIN AL-AMIN DONOYUDAN KALIJAMBE SRAGEN

HUBUNGAN PARITAS DAN RIWAYAT SC DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

FAKTOR MATERNAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN BBLR

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DETEKSI DINI TANDA BAHAYA KEHAMILAN DESCRIPTION OF MOTHER KNOWLEDGE ABOUT EARLY DETECTION OF PREGNANCY RISK SIGN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA DI RSUD Dr.H.Moch.ANSARI SALEH BANJARMASIN

Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang

JURNAL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RSUP DR SOERADJI TIRTONEGORO KABUPATEN KLATEN TAHUN 2009

HUBUNGAN ANTARA ANEMIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DAN PERDARAHAN POSTPARTUM

HUBUNGAN GRAVIDITAS DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RSUD

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Bersalin di Ruangan Camar II RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Tahun 2014

HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RSU MEURAXA BANDA ACEH

FAKTOR RISIKO IBU HAMIL KUNJUNGAN PERTAMA DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PAJANGAN KABUPATEN BANTUL Ayu Cahyaningtyas 1, Sujiyatini 2,Nur Djanah 3

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POST PARTUM PADA IBU BERSALIN DI RSUD PRINGSEWU TAHUN 2016

Bayi Berat Lahir Rendah di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo dan Faktor-faktor yang Berhubungan

HUBUNGAN KEJADIAN PRE EKLAMSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN PASCA PERSALINAN DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PREEKLAMSIA DAN PERDARAHAN ANTEPARTUM DENGAN KEJADIAN KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM DI RUANG BERSALIN RSUD ULIN BANJARMASIN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG MEDICAL RECORD RSUD PARIAMAN

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSU DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO SANTI WANTI NIM

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian maternal (maternal mortality) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

Prevalensi Kejadian Asfiksia Neonatorum Ditinjau Dari Faktor Risiko Intrapartum Di PONEK RSUD Jombang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN BERAT LAHIR BAYI DI RSUD WONOSARI GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA TAHUN 2012

Frekuensi Kunjungan ANC (Antenatal Care) Pada Ibu Hamil Trimester III

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia yang masih tinggi

Transkripsi:

MATERNAL FACTOR THAT RELATED WITH LOW BIRTH WEIGHT BABIES AT THE REGIONAL GENERAL HOSPITAL PRINGSEWU YEAR 2010 Siti Indarti* ABSTRACT Low Birth Weight Babies is one risk factor that have contributed to infant mortality, especially in the prenatal period. The purpose of this study was to determine maternal factors associated with incidence of Low Birth Weight Babies in the Regional General Hospital Pringsewu in 2010. This study uses cross-sectional design. The study population was all mothers who delivered Low Birth Weight Babies at the Regional General Hospital Pringsewu and recorded in medical records with the number 928 people, the study sample numbered 308. The data was collected using a sheet check list. Further data were analyzed using percentages univariate, bivariate and multivariate using chi square using multiple logistic regression. The results of logistic regression test showed that anemia is the most dominant variable in the incidence of Low Birth Weight Babies in Pringsewu Hospital in 2010. Suggested on Pringsewu Hospital to give curative intensively toward babies born with low birth weight and to priority programm in increasing healty service, preventive dan curative of Low Birth Weight Babies. To healthy cadre suggested give extension on pregnant mother to prevent of Low Birth Weight Babies. To pregnant mother suggested to increase ANC on healthy cadre in order to prevent of Low Birth Weight Babies and to keep mother healthy and her baby in pregnancy phase. Keyword : Maternal, Low Birth Weight Babies Literature: 14 (1997-2006) Hubungan Faktor Ibu dengan Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu Tahun 2010 Siti Indarti* ABSTRAK Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor resiko yanng mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor ibu yang berhubungan dengan kejadian berat bayi lahir rendah di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu tahun 2010. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. 1 P a g e

Populasi penelitian adalah semua ibu yang melahirkan bayi di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu dan tercatat dalam rekam medik dengan jumlah 928 orang, sampel penelitian berjumlah 308. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar check list. Data selanjutnya dianalisis secara univariat menggunakan persentase, bivariat menggunakan Chi Square dan multivariat menggunakan regresi logistik ganda. Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa anemia merupakan variabel yang paling dominan dalam kejadian BBLR di RSUD. Disarankan bagi RSUD Pringsewu untuk memberikan penanganan dan perawatan yang lebih intensif terhadap bayi BBLR sesuai dengan protap yang ada dan memprioritaskan program kerja periode ke depan dalam peningkatan pelayanan kesehatan, pencegahan dan penanganan BBLR. Bagi petugas kesehatan disarankan untuk meningkatkan penyuluhan kepada ibu hamil mengenai pencegahan BBLR sehingga ibu dan bayinya akan sehat dan selamat pada masa persalinan. Bagi para ibu hamil disarankan untuk meningkatkan kunjungan perawatan dan pemeriksaan kehamilan kepada petugas kesehatan dalam rangka mencegah terjadinya BBLR dan untuk menjaga kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya. kata kunci : kelahiran, berat bayi lahir rendah Latar Belakang Bayi lahir dengan BBLR merupakan salah satu faktor resiko yanng mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi dengan BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi (Anonim, 2006). Tahun 2009 di Kabupaten Pringsewu didapatkan data penyebab kematian bayi terbesar dan menempati urutan pertama adalah BBLR sebesar 37,8% dan 25,95% disebabkan karena kelahiran dengan asfiksia yang menempati urutan kedua. (Dinas Kesehatan Kabupaten Pringsewu, 2009). Data yang diperoleh dari Kabupaten terdekat Pringsewu yaitu Kabupaten Pesawaran angka kejadian BBLR pada Tahun 2008 mencapai 65 bayi atau sebesar 33,4%, pada tahun 2009 meningkat menjadi 138 bayi atau 35,2%, sedangkan data dari Kabupaten Tanggamus, tahun 2008 terdapat 141 bayi atau 32,7% dan tahun 2009 meningkat menjadi 186 bayi atau 34,6%. Data yang didapat dari Rekam Medik bagian Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pringsewu tahun 2008 terdapat 34,7% bayi lahir dengan BBLR dari 876 kelahiran bayi dan 7,2% meninggal dunia. Tahun 2009 meningkat menjadi 36,6% bayi lahir dengan BBLR dari 897 kelahiran bayi dan 6,8% meninggal dunia. Pada tahun 2010 terdapat 21,2% bayi dengan BBLR dari 928 kelahiran bayi dan 6,4% meninggal dunia. Berdasarkan fenomena ini dapat dilihat walaupun terjadi penurunan angka kelahiran bayi lahir dengan BBLR dari tahun 2009 sampai dengan 2010, namun kejadian BBLR turut menyumbang angka kematian bayi di wilayah RSUD Pringsewu. 2

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dan angka kejadian BBLR di Kabupaten Pringsewu pada tahun 2009 lebih tinggi yaitu dibandingkan dengan kabupaten terdekat, maka penulis melakukan penelitian berjudul Hubungan faktor ibu dengan kejadian METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang melahirkan bayi yang tercatat dalam rekam medik antara bulan Januari sampai Desember tahun 2010 dengan jumlah 928 ibu, di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu. Sampelnya berjumlah 308 ibu. Teknik analisis data yang akan digunakan dalam peneliti ini adalah analisi data secara univariat, bivariat Uji tatistik yang dilakukan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Analisis Univariat a. Distribusi Frekuensi Kejadian BBLR BBLR Frekuensi Persenta se BBLR 102 33,1 Tidak BBLR 206 66,9 Diketahui bahwa dari 308 responden, terdapat 102 ibu (33,1%) yang bayinya mengalami BBLR. BBLR di Rumah Sakit Umum daerah. Faktor ibu yang dimaksud dalam penelitian ini terdiri dari umur ibu, paritas, hipertensi, anemia, jarak kelahiran, pemeriksaan kehamilan dan umur kehamilan menggunakan Chi Square. Analisis multivariat dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan regresi logistik ganda, karena variabel terikat pada penelitian ini termasuk variabel dikotomi dan variabel bebasnya termasuk variable categorical. Analisis multivariat ditunjukkan untuk melihat pengaruh variabel bebas (independent variable) terhadap variabel terikat (dependent variable) sehingga faktor-faktor penentu apa saja yang paling berpengaruh terhadap kejadian BBLR di RSUD Pringsewu. b. Distribusi Frekuensi Umur Ibu Umur Ibu Frekuensi % Beresiko 144 46,8 Tidak Beresiko 164 53,2 Diketahui bahwa dari 308 responden, terdapat 144 ibu (46,8%) yang umurnya beresiko melahirkan bayi BBLR. 3

c. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Paritas Ibu Paritas Persentas Frekuensi e Beresiko 126 40,9 Tidak Beresiko 182 59,1 Diketahui bahwa dari 308 responden, terdapat 126 ibu (40,9%) dengan status paritas yang beresiko. d. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Hipertensi Hipertensi Frekuensi Persentase Hipertensi 122 39,6 Tidak Hipertensi 186 60,4 Diketahui bahwa dari 308 responden, terdapat 122 ibu (39,6%) yang menderita hipertensi. g. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kunjungan ANC Kunjungan ANC Frekuensi Persentase Beresiko 268 87,0 Tidak Beresiko 40 13,0 Diketahui bahwa dari 308 responden, terdapat 268 ibu (87,0%) yang kunjungan ANCnya beresiko. e. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Anemia Anemia Frekuensi Persentase Anemia 149 48,4 Tidak Anemia 159 51,6 Diketahui bahwa dari 308 responden, terdapat 149 ibu (48,4%) yang menderita anemia. f. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jarak Lahir Jarak Lahir Frekuensi Persentase Beresiko 165 53,6 Tidak Beresiko 143 46,4 Diketahui bahwa dari 308 responden, terdapat 165 ibu (53,6%) yang jarak kelahirannya bayinya beresiko. h. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Kehamilan Umur Kehamilan Frekuensi Persentase Beresiko 139 45,1 Tidak Beresiko 169 54,9 Diketahui bahwa dari 308 responden, terdapat 139 ibu (45,1%) yang umur kehamilannya beresiko. 4

2. Hasil Analisis Bivariat a. Hubungan Antara Umur Ibu dengan di RSUD Pringsewu Tahun 2010 Umur Ibu BBLR Tdk BBLR Total P OR n % n % n % value Beresiko 75 52,1 69 47,9 144 100 0,001 5,515 Tidak Beresiko 27 16,5 137 83,5 164 100 (3,258-9,337) Diketahui dari 144 ibu yang umurnya beresiko, terdapat 75 (52,1%) ibu yang bayinya mengalami kejadian BBLR. Sedangkan dari 164 ibu yang umurnya tidak beresiko hanya ada 27 (16,5%) ibu yang bayinya mengalami kejadian BBLR. Hasil pengujian statistik diperoleh p value=0,001 < α=0,05, berarti ada hubungan signifikan antara usia ibu dengan BBLR di RSUD Pringsewu Tahun 2010. Analisis keeratan hubungan kedua variabel ditunjukkan oleh nilai OR= 5,515 (3,258-9,337), artinya adalah ibu yang umurnya beresiko memiliki kemungkinan untuk melahirkan bayi BBLR sebesar 5,515 kali dibandingkan dengan ibu yang umurnya tidak beresiko b. Hubungan Antara Paritas dengan di RSUD Pringsewu Tahun 2010 Paritas BBLR Tdk BBLR Total P OR n % n % n % value Beresiko 64 50,8 62 49,1 126 100 0,000 3,912 Tidak Beresiko 38 20,9 144 79,1 182 100 (2,373-6,448) Diketahui dari 126 ibu yang paritasnya beresiko, terdapat 64 (50,8%) ibu yang bayinya mengalami kejadian BBLR. Sedangkan dari 182 ibu yang paritasnya tidak beresiko hanya ada 38 (20,9%) ibu yang bayinya mengalami kejadian BBLR. Hasil pengujian statistik diperoleh p value=0,000 < α=0,05, berarti ada hubungan signifikan antara paritas dengan di RSUD Pringsewu Tahun 2010. Analisis keeratan hubungan kedua variabel ditunjukkan oleh nilai OR= 3,912 (2,373-6,448), artinya adalah usia ibu yang paritasnya beresiko memiliki kemungkinan untuk melahirkan bayi BBLR sebesar 3,912 kali dibandingkan dengan ibu yang paritasnya tidak beresiko. 5

c. Hubungan Antara Hipertensi dengan di RSUD Pringsewu Tahun 2010 Hipertensi BBLR Tdk BBLR Total P OR n % n % n % value Hipertensi 64 52,5 58 47,5 122 100 0,001 4,298 Tidak Hipertensi (2,598-7,109) 38 20,4 148 79,6 186 100 Diketahui dari 122 ibu yang menderita hipertensi, terdapat 64 (52,5%) ibu yang bayinya mengalami kejadian BBLR. Sedangkan dari 186 ibu yang tidak menderita hipertensi hanya ada 38 (20,4%) ibu yang bayinya mengalami kejadian BBLR. Hasil pengujian statistik diperoleh p value=0,001 < α=0,05, berarti ada hubungan signifikan antara hipertensi dengan Kejadian BBLR di RSUD Pringsewu Tahun 2010. Analisis keeratan hubungan kedua variabel ditunjukkan oleh nilai OR= 4,298 (2,598-7,109), artinya adalah ibu yang menderita hipertensi memiliki kemungkinan untuk melahirkan bayi BBLR sebesar 4,298 kali dibandingkan dengan ibu yang tidak menderita hipertensi. d. Hubungan Antara Anemia dengan di RSUD Pringsewu Tahun 2010 Anemia BBLR Tdk BBLR Total n % n % n % P value Anemia 86 57,7 63 42,3 149 100 0,000 12,200 Tidak Anemia 16 10,1 143 89,9 159 100 OR (6,626-22,463) Diketahui dari 149 ibu yang menderita anemia, terdapat 86 (57,7%) ibu yang bayinya mengalami kejadian BBLR. Sedangkan dari 159 ibu yang tidak menderita anemia hanya ada 16 (10,1%) ibu yang bayinya mengalami kejadian BBLR. Hasil pengujian statistik diperoleh p value=0,000 < α=0,05, berarti ada hubungan signifikan antara anemia dengan di RSUD Pringsewu Tahun 2010. Analisis keeratan hubungan kedua variabel ditunjukkan oleh nilai OR= 12,200 (6,626-22,463), artinya adalah ibu yang menderita anemia memiliki kemungkinan untuk melahirkan bayi BBLR sebesar 12,200 kali dibandingkan dengan ibu yang tidak menderita anemia. 6 P a g e

e. Hubungan Antara Jarak lahir dengan di RSUD Pringsewu Tahun 2010 Jarak lahir BBLR Tdk BBLR Total P OR n % n % n % value Beresiko 84 50,9 81 49,1 165 100 0,001 7,202 Tidak Beresiko 18 12,6 125 87,4 143 100 (3,029-12,872) Diketahui dari 165 ibu yang jarak kelahiran bayinya beresiko, terdapat 84 (50,9%) ibu yang bayinya mengalami kejadian BBLR. Sedangkan dari 143 ibu yang jarak kelahiran bayinya tidak beresiko hanya ada 18 (12,6%) ibu yang bayinya mengalami kejadian BBLR. Hasil pengujian statistik diperoleh p value=0,000 < α=0,05, berarti ada hubungan signifikan antara jarak lahir dengan BBLR di RSUD Pringsewu Tahun 2010. Analisis keeratan hubungan kedua variabel ditunjukkan oleh nilai OR= 7,202 (3,029-12,872), artinya adalah ibu yang jarak kelahiran bayinya beresiko memiliki kemungkinan untuk melahirkan bayi BBLR sebesar 7,202 kali dibandingkan dengan ibu yang jarak kelahiran bayinya tidak beresiko. f. Hubungan Antara Kunjungan ANC dengan di RSUD Pringsewu Tahun 2010 Kunjungan ANC BBLR Tdk BBLR Total P n % n % n % value Beresiko 94 35,1 172 64,9 268 100 0,087 Tidak Beresiko 8 20,0 32 80,0 40 100 Tidak ada hubungan antara kunjungan ANC dengan, sebab dari 268 ibu yang kunjungan ANCnya beresiko justru ibu yang status bayinya tidak BBLR lebih besar yaitu 172 (64,9%) dibandingkan dengan ibu yang bayinya mengalami kejadian BBLR yaitu 94 (35,1%). Hasil pengujian statistik diperoleh p value=0,087 > α=0,05, berarti tidak ada hubungan signifikan antara kunjungan ANC dengan BBLR di RSUD Pringsewu Tahun 2010 7 P a g e

g. Hubungan Antara Umur Kehamilan dengan di RSUD Pringsewu Tahun 2010 Umur BBLR Tdk BBLR Total P OR Kehamilan n % n % n % value Beresiko 69 49,6 70 50,4 139 100 0,003 4,062 Tidak Beresiko 33 19,5 136 80,5 169 100 (2,451-6,732) Diketahui dari 139 ibu yang umur kehamilannya beresiko, terdapat 69 (49,6%) ibu yang bayinya mengalami kejadian BBLR. Sedangkan dari 169 ibu yang umur kehamilannya tidak beresiko hanya ada 33 (33,1%) ibu yang bayinya mengalami kejadian BBLR. Hasil pengujian statistik diperoleh p value=0,003 < α=0,05, berarti ada hubungan signifikan antara umur lahir dengan BBLR di RSUD Pembahasan Depkes RI (2000), mengelompokkan adanya dua keadaan BBLR yaitu: (1) Bayi lahir kecil karena kurang bulan (premature) yaitu bayi lahir pada umur kehamilan antara 28 sampai 36 minggu. Bayi lahir kurang bulan mempunyai organ dan alat-alat tubuh yang belum berfungsi dengan normal unuk bertahan hidup diluar rahim. Makin muda umur kehamilan, fungsi organ tubuh bayi makin kurang sempurna, prognosisnya semakin buruk. (2) Bayi lahir kecil untuk masa kehamilan (KMK) yaitu bayi lahir Usia reproduktif sehat adalah 20-29 tahun dan usia beresiko adalah kurang dari 20 tahun. Menurut pendapat Herbert Hutabarat yang mengemukakan usia yang memiliki resiko tinggi adalah kurang dari 19 Pringsewu Tahun 2010. Analisis keeratan hubungan kedua variabel ditunjukkan oleh nilai OR= 4,062 (2,451-6,732), artinya adalah ibu yang umur kehamilannya beresiko memiliki kemungkinan untuk melahirkan bayi BBLR sebesar 4,062 kali dibandingkan dengan ibu yang umur kehamilannya tidak beresiko. kecil akibat retardasi pertumbuhan janin dalam rahim.organ dan alat tubuh bayi KMK sudah matang (mature) dan berfungsi lebih baik dibandingkan dengan bayi lahir kurang bulan walaupun berat badannya sama di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu dalam penelitian ini berhubungan dengan faktor ibu, yang terdiri dari umur ibu, paritas, hipertensi, anemia, jarak kelahiran, pemeriksaan kehamilan dan umur kehamilan. tahun atau lebih dari 35 tahun. Persalinan sangat baik dilakukan pada usia kurang dari 35 tahun dan lebih dari 19 tahun (Manuaba, 1998) akibat dari kehamilan yang beresiko menurut Manuaba adalah abortus, BBLR, 1

kelainan bawaan, mudah terjadi infeksi baik pada saat hamil, persalinan maupun nifas. Usia di bawah 20 tahun dan diatas 35 tahun dianggap memiliki resiko pada kehamilan karena pada usia di bawah 20 tahun alat reproduksi belum matang sedangkan jika diatas 35 tahun alat reproduksi telah berkurang fungsinya baik secara fisiologis dan anatomis sehingga memperngaruhi kesehatan ibu dan janin. Banyak ditemukan pada ibu dengan frekuensi paritas beresiko, bayi yang dilahirkan mengalami BBLR. Kehamilan yang optimal adalah kehamilan ke dua sampai dengan keempat. Kehamilan pertama dan kehamilan setelah keempat mempunyai resiko terhadap BBLR. Hipertensi merupakan salah satu faktor yang beresiko terjadinya BBLR. Penyakit hipertensi merupakan komplikasi yang terjadi sebelum kehamilan dalam kehamilan atau permulaan nifas dan merupakan salah satu penyebab kematian neonatal. Jarak lahir dinyatakan beresiko apabila bagi ibu yang sebelumnya melahirkan secara normal adalah kurang dari 3 tahun dan bagi yang melahirkan post sc kurang dari 3 tahun. Jarak kelahiran adalah jarak atau waktu antara kelahiran terakhir dengan kehamilan yang sedang berlangsung. Seorang ibu yang hamil atau melahirkan dengan jarak kurang dari 2 tahun mempunyai resiko lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang jarak kelahirannya labih dari 2 tahun. Umur kehamilan berisiko yang dimaksud dalam penelitian ini adalah apabila umur kehamilan kurang dari 37 bulan Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa penyakit hipertensi merupakan salah satu penyakit yang berkaitan erat dengan angka kesakitan dan kematian pada ibu maupun janin. Anemia merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumlah sel darah merah di bawah 11 gr/dl (Bobak, dkk 2005). Anemia adalah keadaan dimana kadar hemoglobin < 11 gr/dl, sebagai akibat dari difesiensi besi atau beberapa unsur makanan yang esensial yang dapat mempengaruhi timbulnya difesiensi besi. Status Anemia berhubungan signifikan dengan terjadinya BBLR, artinya banyak ditemukan pada persalinan dengan status Anemia, bayi yang dilahirkan mengalami BBLR. Hal ini sesuai teori yang menyatakan bahwa Anemia merupakan salah satu penyakit yang beresiko mengakibatkan terjadinya BBLR karena kekurangan haemoglobin. Anemia pada ibu hamil bukan tanpa risiko. sedangkan yang tidak beresiko adalah yang lebih dari atau sama dengan 37 bulan. Secara keseluruhan, faktor ibu yang paling dominan berhubungan dengan kejadian BBLR di RSUD Pringsewu Tahun 2010 adalah anemia. Hal ini didasarkan nilai Exp (B) faktor ini yang mencapai 13,377 yang lebih besar dibandingkan dengan nilai Exp (B) faktor jarak kelahiran yaitu 7.189 dan umur kehamilan yaitu 3.283. Maknanya adalah ibu yang memiliki riwayat anemia memiliki kemungkinan untuk melahirkan bayi dengan BBLR 1

yang lebih besar dibandingkan dengan berbagai faktor ibu lainnya. Ibu yang memiliki status anemia berhubungan signifikan dengan terjadinya BBLR Hal ini dapat dipahami sebab anemia merupakan salah satu penyakit yang beresiko mengakibatkan terjadinya BBLR karena kekurangan haemoglobin. Selain itu, ibu hamil yang kekurangan zat besi melahirkan anak-anak dengan daya tahan rendah terhadap infeksi. Penyebabnya, sel fagosit yang bertugas menangkal KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Terdapat sebanyak 109 ibu (35,4%) yang melahirkan bayi dengan BBLR di RSUD Pringsewu pada tahun 2010,. 2. Terdapat 144 ibu (46,8%) di RSUD Pringsewu yang umurnya beresiko melahirkan bayi BBLR 3. Terdapat 126 ibu (40,9%) di RSUD Pringsewu dengan status paritas yang beresiko. 4. Terdapat 122 ibu (39,6%) di RSUD Pringsewu yang menderita hipertensi. 5. Terdapat 149 ibu (48,4%) di RSUD Pringsewu yang menderita anemia. 6. Terdapat 165 ibu (53,6%) di RSUD Pringsewu yang jarak kelahirannya bayinya beresiko. 7. Terdapat 268 ibu (87,0%) di RSUD Pringsewu yang kunjungan ANCnya beresiko. dan berimlikasi pada banyaknya kasus bayi dengan BBLR dilahirkan oleh ibu yang menderita anemia. bakteri infeksi tak berfungsi maksimal. Secara ringkas dapat dinyatakan bahwa anemia menjadi salah satu faktor yang beresiko, sehingga ibu harus memenuhi kebutuhan gizi secara seimbang sehingga terhindar dari penyakit anemia dan berdampak pada lahirnya bayi dengan BBLR. 8. Terdapat 139 ibu (45,1%) di RSUD Pringsewu yang umur kehamilannya beresiko. 9. Ada hubungan signifikan antara umur ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Pringsewu Tahun 2010, dengan p value=0,001 < α=0,05 dan nilai OR 5,515. 10. Ada hubungan signifikan antara paritas ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Pringsewu Tahun 2010, dengan p value=0,001 < α=0,05, dan nilai OR 3,912. 11. Ada hubungan signifikan antara hipertensi dengan kejadian BBLR di RSUD Pringsewu Tahun 2010, dengan p value=0,001 < α=0,05, dan nilai OR 4,298. 12. Ada hubungan signifikan antara anemia dengan kejadian BBLR di RSUD Pringsewu Tahun 2010, dengan p value=0,001 < α=0,05, dan nilai OR 12,200 13. Ada hubungan signifikan antara jarak kelahiran dengan kejadian BBLR di RSUD Pringsewu Tahun 2010, dengan p value=0,001 < α=0,05, dan nilai OR 7,202. 14. Tidak ada hubungan antara kunjungan ANC dengan Kejadian 1

BBLR, dengan p value=0,001 > α=0,87. 15. Ada hubungan signifikan antara umur kehamilan dengan kejadian BBLR di RSUD Pringsewu Tahun Saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi RSUD Pringsewu Disarankan untuk memberikan penanganan dan perawatan yang lebih intensif terhadap bayi BBLR sesuai dengan protap yang ada. Selain itu secara khusus disarankan pada masa mendatang untuk menyusun program kerja tentang pencegahan dan pengobatan penyakit anemia yang diderita para ibu hamil. 2. Bagi petugas kesehatan Disarankan untuk meningkatkan penyuluhan kepada ibu hamil mengenai pencegahan BBLR, khususnya dalam pencegahan anemia selama persalinan, sehingga ibu dan bayinya akan sehat dan selamat pada masa persalinan. Penyuluhan dapat DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta Jakarta. 2002 Posedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek. PT. Asdi Mahastya Jakarta Debra dkk, 2002. Neonatus Resiko Tinggi. EGC Jakarta Depkes RI, 2003 Buku Panduan Manajemen Masalah BBL untuk Dokter Bidan 2010, dengan p value=0,001 < α=0,05, dan nilai OR 4.062. 16. Anemia merupakan variabel yang paling dominan dalam kejadian BBLR di RSUD Pringsewu tahun 2010. dilakukan dengan cara berkoordinasi dengan puskesmaspuskesmas yang berada di wilayah Kabupaten Pringsewu. 3. Bagi para ibu hamil Disarankan untuk meningkatkan kunjungan perawatan dan pemeriksaan kehamilan kepada petugas kesehatan dalam rangka mengetahui ada tidaknya penyakit anemia, mencegah terjadinya BBLR dan untuk menjaga kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya. 4. Bagi peneliti selanjutnya Disarankan bagi para peneliti yang akan membahas berbagai faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR agar memilih variabel bebas yang lain seperti faktor janin atau faktor plasenta. dan Perawat di RS IDAI. Jakarta Hardjono. 1991. Kamus Kedokteran Dorland. EGC Jakarta Klaus dan Fanaroff. 1998. Penatalaksanaan Neonatus Resiko Tinggi. EGC Jakarta Lesmiayani, 2002. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. EGC Jakarta Manuaba. IBG 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. EGC Jakarta 1

Mochtar, Rustam 1998 Sinopsis Obstetri. EGC Jakarta Prawirohardjo, Sarwono 2002 Ilmu Kebidanan Yayasan Binapustaka Jakarta Pusdiknakes. 1993 Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks Keluarga. Depkes RI. Jakarta Pusdiknakes. 1996. Buku V Kedaruratan Neonatal. Depkes RI. Jakarta Sukadi Abdurrahman, 2000. Diktat Kuliah Perinatologi. SMF IKA RSHS Bandung Wahdiad, I. 1985 Ilmu Kesehatan Anak. Lembaga Penerbit FK UI Jakarta *Dosen D III keperawatan STIKes Muhammadiyah Pringsewu 1