DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

dokumen-dokumen yang mirip
III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen.

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses pembangunan di bidang perekonomian memiliki tujuan mencapai

III. KERANGKA PEMIKIRAN. kesejahteraan, serta dampak kuota impor terhadap kesejahteran.

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara

III. KERANGKA TEORITIS

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P- 31/BC/2010

KEBIJAKAN TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU 2013 : SINERGI DALAM ROADMAP INDUSTRI HASIL TEMBAKAU

I. PENDAHULUAN. Sehubungan dengan cita-cita bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 179/PMK.011/2012 TENTANG TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1 of 5 21/12/ :02

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

2017, No c. bahwa pada tanggal 4 Oktober 2017, Pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia telah menyepakati tar

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.010/2017 TENTANG TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.437, 2009 DEPARTEMEN KEUANGAN. Cukai. Hasil Tembakau.

DAMPAK KEBIJAKAN HARGA DASAR PEMBELIAN PEMERINTAH TERHADAP PENAWARAN DAN PERMINTAAN BERAS DI INDONESIA RIA KUSUMANINGRUM

ANALISIS PENGARUH PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH NO.19 TAHUN 2003 TERHADAP PERMINTAAN ROKOK KRETEK DAN TENAGA KERJA INDUSTRI ROKOK KRETEK DI INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P-46/BC/2010 TENTANG

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

181/PMK.011/2009 TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU

P - 48/BC/2009 DESAIN PITA CUKAI HASIL TEMBAKAU DAN MINUMAN MENGANDUNG ETIL ALKOHOL

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN CENGKEH INDUSTRI ROKOK KRETEK DI INDONESIA OLEH: ROYAN AGUSTINUS SIBURIAN A

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c serta dalam rangka melaksanakan ketentuan

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 449 /KMK.04/2002 TENTANG PENETAPAN TARIF CUKAI DAN HARGA DASAR HASIL TEMBAKAU

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA

ANALISIS PERDAGANGAN BIJI KAKAO INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Cengkeh merupakan komoditas yang unik dan strategis bagi. perekonomian nasional. Dikatakan unik karena Indonesia adalah negara

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

SURAT PERNYATAAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA DI INDONESIA

III. KERANGKA TEORITIS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN RI NOMOR 597/KMK.04/2001 TANGGAL 23 NOVEMBER 2001 TENTANG PENETAPAN TARIF CUKAI DAN HARGA DASAR HASIL TEMBAKAU

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU (Studi Kasus Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor) ALFIAN NUR AMRI

203/PMK.011/2008 TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU

I. PENDAHULUAN. mencapai US$ per ton dan mendekati US$ per ton pada tahun 2010.

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H

VIII. SIMPULAN DAN SARAN

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya perkebunan dalam rangka peningkatan daya saing usaha perkebunan, nilai tambah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PROSPEK KONSUMSI CENGKEH DI INDONESIA

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H

KEBIJAKAN CUKAI HASIL TEMBAKAU

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON PENAWARAN KAKAO DI INDONESIA OLEH SUNDORO ARY ARMANDA H

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

ANALISIS RESPONS PENAWARAN KELAPA DI INDONESIA PADA PERIODE OLEH THOMSON MARGANDA SIANIPAR H

IV. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS DAMPAK IMPOR GULA TERHADAP HARGA GULA DOMESTIK DAN INDUSTRI GULA INDONESIA. Oleh: AGUS TRI SURYA NAINGGOLAN A

DAMPAK IMPOR GULA TERHADAP HARGA GULA DOMESTIK SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan lapangan usaha dan penyerapan tenaga kerja. Di samping itu, dalam. terhadap penerimaan negara. (Bapeda Bandung, 2011)

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KOMODITAS KERAMIK DI INDONESIA OLEH HANY LARASSATI H

VIII SKENARIO ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SISTEM AGROINDUSTRI KAKAO

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 89/KMK.05/2000 TENTANG PENETAPAN TARIF CUKAI DAN HARGA DASAR HASIL TEMBAKAU

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62/PMK.04/2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP- 16 / BC / 1998 TENTANG PENETAPAN HARGA JUAL ECERAN HASIL TEMBAKAU

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode ) OLEH M.

BAB 3 METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

RINGKASAN DWITA MEGA SARI. Analisis Daya Saing dan Strategi Ekspor Kelapa Sawit (CPO) Indonesia di Pasar Internasional (dibimbing oleh HENNY REINHARDT

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Industri rokok merupakan industri yang sangat besar di Indonesia,

ANALISIS EFISIENSI RELATIF KOMODITAS KELAPA PADA LAHAN PASANG SURUT DAN LAHAN KERING. Oleh: BEDY SUDJARMOKO

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62/PMK.04/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN 203/PMK.011/2008 TENTANG TARIF CUKAI HASIL TEMBAKAU MENTERI KEUANGAN,

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

Pemerintah Indonesia saat ini sedang berusaha meningkatkan. Namun dengan semakin menipisnya sumber devisa migas yang secara

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA KUNJUNGAN KERJA DI PT. GUDANG GARAM TBK Kediri, 27 Maret 2015

III. TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR KEP-22/BC/2001 TANGGAL 20 APRIL 2001 TENTANG KEMASAN PENJUALAN ECERAN HASIL TEMBAKAU

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman

Transkripsi:

PENGARUH KENAIKAN TARIF CUKAI ROKOK KRETEK TERHADAP HARGA, PENAWARAN DAN PERMINTAAN KOMODITAS ROKOK KRETEK DAN KOMODITAS TEMBAKAU SERTA KESEJAHTERAAN MASYARAKAT AI SURYA BUANA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan menyatakan bahwa skripsi Pengaruh Kenaikan Tarif Cukai Rokok Kretek terhadap Harga, Penawaran dan Permintaan Komoditas Rokok Kretek dan Komoditas Tembakau serta Kesejahteraan Masyarakat adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Maret 2013 Ai Surya Buana H44080083

RINGKASAN Ai Surya Buana. Pengaruh Kenaikan Tarif Cukai Rokok Kretek terhadap Permintaan, Penawaran dan Harga Komoditas Rokok Kretek dan Komoditas Tembakau serta Kesejahteraan Masyarakat (dibimbing oleh Aceng Hidayat dan Nia Kurniawati Hidayat). Industri rokok merupakan industri terbesar penyerap tembakau di Indonesia. Industri rokok dan sektor tembakau memberikan keuntungan ekonomi yang sangat besar. Keuntungan ekonomi tersebut adalah berupa penyediaan lapangan pekerjaan. Meskipun industri rokok dan sektor tembakau memberikan keuntungan ekonomi yang besar, rokok juga mempunyai dampak negatif. Dampak negatif tersebut merupakan efek negatif dari mengkonsumsi rokok. Konsumsi rokok dapat meningkatkan resiko kanker, serangan jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin. Pemerintah berusaha mengendalikan dampak negatif dari konsumsi rokok. Salah satu upaya pemerintah dalam pengendalian dampak negatif dari konsumsi rokok ini adalah dengan penetapan tarif cukai rokok. Setiap tahun, pemerintah meningkatkan tarif cukai rokok ini. Kenaikan tarif cukai rokok tiap tahun ini menyebabkan dampak negatif tersendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran, permintaan dan harga dari komoditas rokok kretek dan tembakau. Faktor-faktor tersebut digunakan untuk mengidentifikasi pengaruh kenaikan tarif cukai rokok kretek terhadap penawaran, permintaan dan harga dari komoditas rokok kretek dan tembakau. Hasil identifikasi tersebut diperlukan untuk menganalisa dampak kenaikan tarif cukai rokok kretek terhadap kesejahteraan konsumen rokok kretek, kesejahteraan petani tembakau, keuntungan perusahaan rokok kretek dan pendapatan pemerintah. Penelitian ini menggunakan model persamaan simultan dengan metode two-stage least squares (2-SLS). Adapun model persamaan simultan yang digunakan dibagi menjadi dua blok yaitu Blok Tembakau dan Blok Rokok Kretek. Hasil estimasi dari model yang diperoleh selanjutnya di uji dengan metode uji statistik yang berupa Uji statistik-f, Uji statistik-t dan Uji statistik Durbin- Watson. Setelah model dinyatakan valid, selanjutnya dilakukan simulasi kebijakan dengan menggunakan bantuan software SAS 9.0 for Windows. Permintaan rokok kretek dipengaruhi oleh harga riil rokok kretek di tingkat konsumen, jumlah penduduk dewasa dan pendapatan per kapita masyarakat. Penawaran rokok kretek dipengaruhi oleh harga riil cengkeh, harga riil rokok kretek di tingkat produsen dan harga riil ekspor rokok kretek. Harga rokok kretek di itngkat produsen dipengaruhi oleh penawaran rokok kretek. Harga rokok kretek di tingkat konsumen dipengaruhi oleh penawaran tembakau dan tarif cukai rokok kretek. Permintaan tembakau dipengaruhi oleh harga riil cengkeh dan permintaan tembakau oleh industri selain rokok kretek. Penawaran tembakau dipengaruhi oleh luas lahan perkebunan tembakau, harga riil tembakau di tingkat konsumen dan harga riil tembakau impor Indonesia. Harga tembakau di tingkat produsen

dipengaruhi oleh harga riil tembakau di tingkat konsumen Harga tembakau di tingkat konsumen dipengaruhi oleh permintaan tembakau total pada tahun sebelumnya. Kenaikan tarif cukai rokok kretek berpengaruh terhadap permintaan, penawaran dan harga rokok kretek. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa kenaikan tarif cukai rokok kretek akan berpengaruh secara positif terhadap harga riil rokok kretek di tingkat konsumen. Penawaran rokok kretek, permintaan rokok kretek dan harga riil rokok kretek di tingkat produsen dipengaruhi secara negatif. Tarif cukai rokok kretek berpengaruh terhadap permintaan, penawaran dan harga tembakau. Permintaan tembakau, penawaran tembakau dan harga tembakau baik di tingkat petani maupun konsumen dipengaruhi secara negatif oleh peningkatan tarif cukai rokok kretek. Perubahan yang disebabkan oleh perubahan tarif cukai rokok berdampak pada berubahnya kesejahteraan petani tembakau, konsumen tembakau, produsen rokok, konsumen rokok, pendapatan pemerintah dan keuntungan ekonomi total. Kenaikan tarif cukai rokok kretek akan menyebabkan meningkatnya pendapatan pemerintah. Kesejahteraan petani tembakau, kesejahteraan konsumen tembakau, kesejahteraan produsen rokok kretek,kesejahteraan konsumen rokok kretek dan keuntungan ekonomi total mengalami penurunan apabila terjadi kenaikan tarif cukai rokok kretek. pemerintah seharusnya tetap menaikkan tarif cukai rokok kretek sebesar 10 persen karena terbukti mampu mengurangi permintaan rokok kretek. Berkurangnya permintaan rokok kretek merepresentasikan pengurangan konsumsi rokok kretek. Berkurangnya konsumsi rokok kretek dapat meminimalisir kerugian dari konsumsi rokok kretek namun pemerintah harus melakukan suatu kebijakan untuk mengurangi dampak penurunan kesejahteraan dan keuntungan ekonomi total yang terjadi sebagai dampak kenaikan tarif cukai rokok kretek. Kata kunci: Tarif Cukai, Permintaan, Penawaran, Kesejahteraan ii

PENGARUH KENAIKAN TARIF CUKAI ROKOK KRETEK TERHADAP HARGA, PENAWARAN DAN PERMINTAAN KOMODITAS ROKOK KRETEK DAN KOMODITAS TEMBAKAU SERTA KESEJAHTERAAN MASYARAKAT AI SURYA BUANA Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Judul Skripsi : Pengaruh Kenaikan Tarif Cukai Rokok Kretek terhadap Harga, Penawaran dan Permintaan Komoditas Rokok Kretek dan Komoditas Tembakau serta Kesejahteraan Masyarakat Nama Mahasiswa : Ai Surya Buana Nomor Registrasi Pokok : H44080083 Disetujui, Pembimbing I, Pembimbing II, (Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT) NIP. 19660717 199203 1003 (Nia Kurniawati Hidayat, SP MSi) Diketahui, Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT NIP. 19660717 199203 1003 Tanggal Lulus:

UCAPAN TERIMAKASIH Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan karya ini tentunya tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Almarhum ayah saya Bapak Sukirno, Ibu saya Kelasworo, Kakak-kakak saya Ai Chandra Wulandari, Ai Dewi Punamasari, Ai Alam Winoto dan Ai Adi Buana serta keluarga besar saya yang telah memberikan dukungan moral dan materi kepada penulis. 2. Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT selaku dosen pembimbing I penulisan skripsi telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan dalam proses penyusunan skripsi. 3. Nia Kurniawati Hidayat, SP, MSi selaku dosen pembimbing II penulisan skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan dalam proses penyusunan skripsi. 4. Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, M.A. sebagai dosen penguji utama ujian akhir skripsi yang bersedia memberikan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan yang berguna. 5. Novindra, SP, MSi sebagai dosen perwakilan komisi pendidikan yang bersedia meluangkan waktu untuk memberikan saran dan masukan yang membangun. 6. Dosen dan Staf Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan yang telah memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis. 7. Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Keuangan dan World Trade Tobacco atas kerjasamanya dalam penyediaan data yang dibutuhkan oleh penulis. 8. Teman-teman satu kosan saya di Wisma Rizky, Musyawir, Wisnu, Aziz, Cesar, Danang, Dio, Febriangga dan Esa yang telah memberikan dukungan dan memberikan suasana yang kondusif untuk penyusunan skripsi.

9. Sahabat-sahabat saya, As Ad, Kiki, Dewi, Nanda, Mirza, Stevan, Shinta, Obin, Reza, Jabar, Agung, Moris, Daus, Mahmudin dan lainnya yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan laporan penelitian ini. 10. Teman-teman satu bimbingan, Mimi, Anggi, Esti, Aneke dan Arindy yang telah mendukung penulis dalam penyusunan skripsi ini. 11. Dea Amanda yang telah memberi inspirasi dalam penggunaan metode pada penelitian ini. 12. Pihak-pihak lain yang telah berkontribusi secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini. Bogor, Maret 2013 Ai Surya Buana H44080083 ix

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT, karena atas rahmat- Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul : Pengaruh Kenaikan Tarif Cukai Rokok Kretek terhadap Permintaan, Penawaran dan Harga Komoditas Rokok Kretek dan Komoditas Tembakau serta Kesejahteraan Pemerintah. Industri rokok merupakan salah satu industri yang memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian negara. Perubahan tarif cukai rokok kretek yang terjadi selama 20 tahun dari tahun 2000 sampai 2010, telah mengindikasikan banyak perubahan dalam hal permintaan, penawaran dan harga rokok kretek dan tembakau. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk menganalisis bagaimana pengaruh perubahan tarif cukai rokok kretek tersebut tersebut. Di samping itu, skipsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Semoga karya ini dapat memberikan manfaat, baik bagi penulis maupun pihak lain yang membutuhkan. Bogor, Maret 2013 Ai Surya Buana H44080083

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I. PENDAHULUAN... 1 1.1.Latar Belakang... 1 1.2.Perumusan Masalah... 5 1.3.Tujuan Penelitian... 11 1.4.Manfaat Penelitian... 12 1.5.Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian... 12 II. TINJAUAN PUSTAKA... 13 2.1.Pustaka Tentang Tembakau dan Rokok... 13 2.2.Pustaka Tentang Pengaruh Kebijakan terhadap Kesejahteraan Masyarakat... 13 2.3.Pustaka Tentang Pengaruh Cukai Rokok terhadap Industri Tembakau... 15 2.4.Pustaka Tentang Data Penelitian... 16 2.5.Kebaruan Penelitian... 16 III. KERANGKA PEMIKIRAN... 18 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis... 18 3.1.1. Fungsi Produksi Tembakau dan Penawaran Tembakau... 18 3.1.2. Fungsi Permintaan Tembakau oleh Industri Rokok... 20 3.1.3. Permintaan Rokok oleh Konsumen... 22 3.1.4. Harga... 24 3.1.5. Elastisitas... 24 3.1.6. Model Persamaan Simultan... 25 3.1.7. Surplus Produsen dan Surplus Konsumen... 26 3.2.Kerangka Pemikiran Operasional... 27 IV. METODE PENELITIAN... 30 4.1.Spesifikasi Model... 30 4.1.1. Blok Perkebunan Tembakau... 31 4.1.1.1.Luas Lahan Perkebunan Tembakau Virginia... 32 4.1.1.2.Luas Lahan Perkebunan Tembakau Selain Virginia... 33 4.1.1.3.Luas Lahan Perkebunan Tembakau Total... 34 4.1.2. Blok Tembakau... 34 4.1.2.1.Produksi Tembakau Domestik... 35 4.1.2.2.Total Ekspor Tembakau... 35 4.1.2.3.Total Impor Tembakau Indonesia... 36 4.1.2.4.Penawaran Tembakau... 37 4.1.2.5.Permintaan Tembakau oleh Industri Rokok Kretek... 37 xii xiii xiv

Halaman 4.1.2.6.Permintaan Tembakau Total... 38 4.1.2.7.Harga Riil Tembakau di Tingkat Petani... 39 4.1.2.8.Harga Riil Tembakau di Tingkat Konsumen... 40 4.1.3. Blok Rokok Kretek... 41 4.1.3.1.Produksi Rokok Kretek... 41 4.1.3.2.Total Ekspor Rokok Kretek... 42 4.1.3.3.Penawaran Rokok Kretek... 43 4.1.3.4.Permintaan Rokok Kretek... 44 4.1.3.5.Harga Riil Rokok Kretek di Tingkat Konsumen... 44 4.1.3.6.Harga Riil Rokok Kretek di Tingkat Produsen... 45 4.2.Prosedur Analisis... 46 4.2.1.Identifikasi Model... 46 4.2.2.Metode Pendugaan Model... 48 4.2.2.1.Uji Statistik F... 49 4.2.2.2.Uji Statistik t... 49 4.2.3.Uji Masalah Autocorrelation... 50 4.2.4.Validasi Model... 51 4.3.Simulasi Model... 52 4.4.Estimasi Perubahan Kesejahteraan... 52 V. KONDISI UMUM SEKTOR TEMBAKAU DAN SEKTOR ROKOK KRETEK... 54 5.1.Kondisi Umum Sektor Tembakau... 54 5.1.1.Luas Lahan Perkebunan Tembakau... 54 5.1.2.Produksi Tembakau Indonesia... 55 5.1.3.Konsumsi Tembakau Indonesia... 56 5.1.4.Harga Tembakau... 57 5.2.Kondisi UmumSektor Rokok Kretek... 57 5.2.1.Produksi Rokok Kretek... 59 5.2.2.Konsumsi Rokok Kretek... 60 5.2.3.Harga dan Tarif Cukai Rokok Kretek... 60 VI. FAKTOR FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PERMINTAAN, PENAWARAN DAN HARGA TEMBAKAU DAN ROKOK KRETEK... 61 6.1.Hasil Estimasi Model... 61 6.1.1. Luas Lahan Perkebunan Tembakau Virginia... 62 6.1.2. Luas Lahan Perkebunan Tembakau Selain Virginia... 64 6.1.3. Luas Lahan Perkebunan Tembakau Total... 66 6.1.4. Produksi Tembakau Domestik... 67 6.1.5. Total Ekspor Tembakau... 68 6.1.6. Total Impor Tembakau Indonesia... 69 6.1.7. Penawaran Tembakau... 71 6.1.8. Permintaan Tembakau oleh Industri Rokok Kretek... 72 6.1.9. Permintaan Tembakau Total... 74 6.1.10. Harga Riil Tembakau di Tingkat Petani... 74 6.1.11. Harga Riil Tembakau di Tingkat Konsumen... 76 x

Halaman 6.1.12. Produksi Rokok Kretek... 78 6.1.13. Total Ekspor Rokok Kretek... 79 6.1.14. Penawaran Rokok Kretek... 81 6.1.15. Permintaan Rokok Kretek... 82 6.1.16. Harga Riil Rokok Kretek di Tingkat Konsumen... 84 6.1.17. Harga Riil Rokok Kretek di Tingkat Produsen... 86 VII. PENGARUH KENAIKAN TARIF CUKAI ROKOK KRETEK... 88 7.1.Validasi Model... 88 7.2.Simulasi Historis... 88 7.2.1. Simulasi Historis Tahun 2006... 90 7.2.2. Simulasi Historis Tahun 2007... 92 7.2.3. Simulasi Historis Tahun 2008... 93 7.2.4. Simulasi Historis Tahun 2009... 95 7.2.5. Simulasi Historis Tahun 2010... 96 7.3.Perubahan Kesejahteraan... 98 7.3.1. Perubahan Kesejahteraan Tahun 2006... 99 7.3.2. Perubahan Kesejahteraan Tahun 2007... 100 7.3.3. Perubahan Kesejahteraan Tahun 2008... 101 7.3.4. Perubahan Kesejahteraan Tahun 2009... 102 7.3.5. Perubahan Kesejahteraan Tahun 2010... 103 VIII. SIMPULAN DAN SARAN... 105 8.1.Simpulan... 105 8.2.Saran... 106 DAFTAR PUSTAKA... 108 xi

Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1. Peranan Sektor Tembakau dan Sektor Industri Rokok dalam Penyerapan Tenaga Kerja Tahun 2000... 1 2. Penerimaan Pemerintah Indonesia Tahun 2009-2012 (dalam Triliun Rupiah)... 3 3. Batasan Harga Jual Eceran dan Tarif Cukai per Batang atau Gram Hasil Tembakau Dalam Negeri Tahun 2012... 6 4. Harga Riil Tembakau di Tingkat Petani dan Harga Riil Rokok Kretek di Tingkat Konsumen Tahun 2000-2010... 9 5. Range Statistik Durbin-Watson... 50 6. Hasil Estimasi Persamaan Luas Lahan PerkebunanTembakau Virginia... 62 7. Hasil Estimasi Persamaan Luas Lahan Perkebunan Tembakau Selain Virginia... 65 8. Hasil Estimasi Persamaan Produksi Tembakau Domestik... 67 9. Hasil Estimasi Persamaan Total Ekspor Tembakau... 68 10. Hasil Estimasi Persamaan Total Impor Tembakau... 70 11. Hasil Estimasi Persamaan Permintaan Tembakau oleh Industri Rokok Kretek... 72 12. Hasil Estimasi Persamaan Harga Riil Tembakau di Tingkat Petani... 75 13. Hasil Estimasi Persamaan Harga Riil Tembakau di Tingkat Konsumen... 76 14. Hasil Estimasi Persamaan Produksi Rokok Kretek... 78 15. Hasil Estimasi Persamaan Total Ekspor Rokok Kretek... 80 16. Hasil Estimasi Persamaan Permintaan Rokok Kretek... 82 17. Hasil Estimasi Persamaan Harga Riil Rokok Kretek di Tingkat Konsumen... 85 18. Hasil Estimasi Persamaan Harga Riil Rokok Kretek di Tingkat Produsen... 86 19. Hasil Validasi Model Pengaruh Kenaikan Tarif Cukai Rokok Kretek... 88

Nomor Halaman 20. Hasil Simulasi Rata-Rata Tahun 2006-2010... 89 21. Hasil Simulasi Historis Tahun 2006... 91 22. Hasil Simulasi Historis Tahun 2007... 92 23. Hasil Simulasi Historis Tahun 2008... 94 24. Hasil Simulasi Historis Tahun 2009... 95 25. Hasil Simulasi Historis Tahun 2010... 97 26. Perubahan Kesejahteraan Rata-Rata Dampak Kenaikan Tarif Cukai Rokok Kretek... 98 27. Perubahan Kesejahteraan sebagai Dampak Kenaikan Tarif Cukai Rokok Kretek Tahun 2006... 99 28. Perubahan Kesejahteraan sebagai Dampak Kenaikan Tarif Cukai Rokok Kretek Tahun 2007... 100 29. Perubahan Kesejahteraan sebagai Dampak Kenaikan Tarif Cukai Rokok Kretek Tahun 2008... 101 30. Perubahan Kesejahteraan sebagai Dampak Kenaikan Tarif Cukai Rokok Kretek Tahun 2009... 102 31. Perubahan Kesejahteraan sebagai Dampak Kenaikan Tarif Cukai Rokok Kretek Tahun 2010... 103 xiii

DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Demand Tembakau Nasional (dalam Ton)... 4 2. Produksi Tembakau 2000-2010 (dalam Ton)... 10 3. Kurva Penawaran dan Permintaan... 24 4. Kerangka Pemikiran Operasional... 29

Nomor DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Matriks Keterkaitan Tujuan, Indikator, Parameter Penelitian, Jenis, Cara Mendapatkan, Sumber dan Metode Analisis Data... 113 2. Data Variabel... 115 3. Hubungan Antar Variabel dalam Model Pengaruf Kenaikan Tarif Cukai Rokok Kretek... 116 4. Perintah yang Digunakan pada Program SAS... 119 5. Perintah yang Digunakan pada SAS untuk Simulasi... 125 6. Output Program SAS... 128 7 Output Simulasi SAS... 150

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara beriklim tropis yang memiliki sumberdaya alam (SDA) yang melimpah dan tanah yang subur. Melimpahnya SDA dan tanah yang subur ini akan lebih baik apabila ada suatu sektor industri yang bisa memanfaatkannya. Adapun salah satu industri yang mampu memanfaatkan SDA yang melimpah dan tanah yang subur adalah industri rokok karena rokok menggunakan tembakau sebagai bahan baku utamanya. Rokok merupakan komoditas hasil industri pengolahan tembakau yang sangat menguntungkan dilihat dari segi lapangan pekerjaan yang dihasilkan dari industri ini. Industri pengolahan tembakau umumnya merupakan industri padat karya. Banyak masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari industri rokok maupun menjadi petani tembakau. Hal ini membawa keuntungan ekonomi yang sangat besar bagi negara karena dapat menambah lapangan pekerjaan dan mengurangi pengangguran. Tabel 1 merupakan data peranan sektor tembakau dan sektor industri rokok dalam penyerapan tenaga kerja. Tabel 1. Peranan Sektor Tembakau dan Sektor Industri Rokok dalam Penyerapan Tenaga Kerja Tahun 2000 Sektor/Komoditas Jumlah Tenaga Kerja (ribu orang) Pangsa (%) Tembakau 616 0.66 Industri rokok 392 0.42 Pertanian 38 988 41.78 Nonpertanian 54 333 58.22 Nasional 93 321 100.00 Sumber: Data I-O Badan Pusat Statistik, diolah (2004) Tabel 1 menunjukkan bahwa sektor tembakau mempunyai peranan jauh lebih besar dibanding sektor industri rokok dalam penyerapan tenaga kerja. Pangsa sektor tembakau dan sektor industri rokok dalam penyerapan tenaga kerja

masing-masing adalah 0.66 persen dan 0.42 persen atau 1.08 persen secara keseluruhan yang masing-masing setara dengan 616 423 orang dan 391 646 orang atau 1 008 069 orang secara keseluruhan pada tahun 2000. Rokok memiliki keuntungan ekonomi yang sangat besar namun juga memiliki kerugian. Kerugian rokok ada pada faktor kesehatan. Orang yang mengkonsumsi rokok lebih beresiko terkena kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin daripada yang tidak mengkonsumsi. Kerugian itu tidak hanya dialami oleh perokok (perokok aktif) namun juga dialami orangorang disekitar perokok (perokok pasif). Bahkan dampak negatif perokok pasif lebih besar dari perokok aktif. Rokok juga dapat menimbulkan kecanduan akibat dari kandungan nikotin di dalamnya. Pemerintah berusaha mengendalikan dampak negatif dari rokok. Dampak negatif ini harus dikendalikan untuk menekan angka kematian akibat penyakit yang ditimbulkan rokok. Beberapa usaha pemerintah untuk mengurangi dampak negatif ini antara lain adalah menerbitkan beberapa peraturan yang membatasi perdagangan rokok dan industri tembakau. Salah satu peraturan tersebut adalah PP No.19 Tahun 2003, pelarangan merokok ditempat umum, dan penetapan cukai rokok. Pemerintah juga menggalakkan kampanye anti-rokok. Pemerintah sangat peduli pada dampak negatif rokok. Cukai rokok pada tahun 2009 ditetapkan melalui Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 181/PMK.011/2009. Pada tahun 2011, tarif cukai rokok dinaikkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia nomor 167/PMK.011/2011. Kenaikan cukai ini sesuai dengan program 2

pemerintah tentang kampanye anti-rokok. 1 Kenaikan ini juga sebagai upaya memenuhi target pendapatan dari cukai sebesar 72.44 triliun rupiah pada tahun 2012. Lebih besar 6.4 persen dari target 2011. Penerimaan pemerintah dapat dilihat dari Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Penerimaan Pemerintah Indonesia Tahun 2009-2011 Sumber Penerimaan 2009 1) 2010 1) 2011 2) Penerimaan Perpajakan 619.92 723.31 878.69 (Rp triliun) Pajak Dalam Negeri 601.25 694.39 831.75 Pajak Penghasilan 317.62 357.05 431.98 Pajak Pertambahan Nilai 193.07 230.61 298.44 Pajak Bumi dan 24.27 28.58 29.06 Bangunan Bea Perolehan Hak 6.47 8.03 - atas Tanah dan Bangunan Cukai 56.72 66.17 68.08 Pajak Lainnya 3.12 3.97 4.19 Pajak Perdagangan 18.67 28.92 46.94 Internasional Bea Masuk 18.11 20.02 21.50 Pajak Ekspor 0.565 8.90 25.44 Penerimaan Bukan Pajak 227.17 268.94 286.57 (Rp triliun) Penerimaan Sumber Daya 138.96 168.83 191.98 Alam Bagian laba BUMN 26.05 30.10 28.84 Penerimaan Bukan Pajak 53.80 59.43 50.34 Lainnya Pendapatan Badan Layanan Umum 8.37 10.59 15.42 Jumlah (Rp Triliun) 847.09 992.25 1 165.25 Sumber: Badan Pusat Statistik (2012) Kenaikan tarif cukai rokok ini mendapat protes dari Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI). APTI merasa kebijakan kenaikan cukai ini sangat tidak berpihak pada petani tembakau. APTI memprediksi akan terjadi penurunan 1 Diambil dari http://bisnis.vivanews.com/news/read/267398-cukai-rokok-naik-16-persen-tahundepan diakses pada tanggal 1 April 2012 3

permintaan pada produk tembakau (Gambar 1). Penurunan permintaan tersebut adalah sebagai dampak dari pengurangan produksi pabrik-pabrik rokok akibat berkurangnya permintaan rokok karena harga rokok meningkat. Gambar 1 menunjukkan bahwa pada tahun 2009 terjadi kenaikan jumlah permintaan tembakau namun sebenarnya, kenaikan tersebut terjadi pada tahun 2008. Tanaman tembakau memerlukan waktu tanam begitu juga dampak kenaikan cukai rokok sehingga penurunan permintaan tembakau nasional baru terlihat pada data permintaan tembakau nasional tahun 2010. Permintaan tembakau berkurang pada saat cukai meningkat yaitu pada tahun 2009 namun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan peningkatan cukai rokok dengan penurunan permintaan tembakau untuk mengetahui pengaruh cukai rokok terhadap permintaan tembakau. Permintaan Tembakau (000 Ton) 200.00 150.00 100.00 50.00 0.00 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2012) Gambar 1. Permintaan Tembakau Nasional 2006-2010 Kenaikan cukai rokok memang memiliki dampak positif namun juga memiliki dampak negatif. Dampak positif tersebut berupa pengurangan perokok aktif yang membahayakan perokok pasif dan juga memberikan pendapatan bagi pemerintah. Di sisi lain, kenaikan cukai rokok sering dihubungkan dengan kerugian pabrik rokok dan masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari industri tembakau termasuk petani tembakau. Kenaikan cukai ini sangat 4

berpengaruh bagi masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari bertani tembakau dan industri rokok terutama petani dengan modal kecil dan perusahaan rokok skala rumah tangga. Konsumsi rokok di Indonesia didominasi oleh rokok kretek. Rokok kretek merupakan produk rokok asli Indonesia, bahkan dianggap sebagai bagian dari kebudayaan asli Bangsa Indonesia oleh beberapa masyarakat pecinta budaya lokal. Perbedaan utama rokok kretek dan rokok lain adalah digunakannya cengkeh sebagai bahan campuran atau bumbu rokok. Penggunaan cengkeh sebagai bumbu menyebabkan rokok kretek memiliki rasa yang manis dan disukai oleh mayoritas perokok di Indonesia. Proporsi konsumsi rokok kretek dibanding rokok yang lain di Indonesia mencapai lebih dari 90 persen dari tahun 1990 sampai 2010 (BPS, 2012). Konsumsi yang mencapai lebih dari 90 persen menjadikan rokok kretek sebagai rokok yang tepat untuk mewakili gambaran kondisi permintaan, penawaran dan harga rokok nasional. 1.2. Perumusan Masalah Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 167/PMK.011/2011 merupakan perubahan ketiga atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.011/2009 tentang tarif cukai rokok. Peraturan tersebut menetapkan tarif cukai rokok pada awal tahun 2012 dan menetapkan batasan harga eceran rokok. Tarif tersebut bervariasi tergantung jenis hasil tembakau, golongan dan harga ecerannya (Tabel 3). 5

Tabel 3. Batasan Harga Jual Eceran dan Tarif Cukai per Batang atau Gram Hasil Tembakau Dalam Negeri Tahun 2012 No Urut Golongan pengusaha pabrik hasil tembakau Jenis Golongan Batasan harga jual eceran per batang atau gram Tarif cukai per batang atau gram 1 SKM I Lebih dari Rp 600 355 Lebih dari Rp 630 sampai dengan Rp 660 345 Paling rendah Rp 600 sampai dengan Rp 630 325 II Lebih dari Rp 430 270 Paling rendah Rp 374 sampai dengan Rp 430 235 2 SPM I Paling rendah Rp 375 365 II Lebih dari Rp 300 235 Lebih dari Rp 254 sampai dengan Rp 300 190 Paling rendah Rp 217 sampai dengan Rp 254 125 3 SKT atau SPT 4 SKTF atau SPTF I Lebih dari Rp 590 255 Paling rendah Rp 520 sampai dengan Rp 590 195 II Lebih dari Rp 379 125 Lebih dari Rp 349 sampai dengan Rp 379 115 Paling rendah Rp 336 sampai dengan Rp 349 105 III Paling rendah Rp 234 75 I Lebih dari Rp 660 355 Lebih dari Rp 630 sampai dengan Rp 660 345 Paling rendah Rp 600 sampai dengan Rp 630 325 II Lebih dari Rp 430 270 Paling rendah Rp 374 sampai dengan Rp 430 235 5 TIS Tanpa golongan Lebih dari Rp 250 21 Lebih dari Rp 149 sampai dengan Rp 250 19 Paling rendah Rp 40 sampai dengan Rp 149 5 6 KLB Tanpa golongan Lebih dari Rp 250 25 Paling rendah Rp 180 sampai dengan Rp 250 18 7 KLM Tanpa golongan Paling rendah Rp 180 17 8 CRT Tanpa golongan Lebih dari Rp 100.000 100 000 Lebih dari Rp 50.000 sampai dengan Rp 100.000 20 000 Lebih dari Rp 20.000 sampai dengan Rp 50.000 10 000 Lebih dari Rp 5.000 sampai dengan Rp 20.000 1 200 Paling rendah Rp 275 sampai dengan Rp 5.000 250 9 HPTL Tanpa golongan Paling rendah Rp 275 100 Sumber: Kementerian Keuangan (2011) Tembakau adalah komoditas yang bernilai ekonomis tinggi. Sebagai bahan baku yang dibutuhkan oleh industri rokok dan cerutu, maka peran tembakau dalam perekonomian nasional sangat tinggi. Sumber-sumber penerimaan negara yang berasal dari tembakau dan industri hasil tembakau berupa cukai. Cukai merupakan pajak penjualan komoditas hasil olahan tembakau dan minuman beralkohol. Menurut data BPS (2008), penerimaan negara dari cukai dari tahun 2001 sampai 2006 terus meningkat. Pada tahun 2001 besarnya cukai yang diterima Negara adalah Rp 17.6 triliun, kemudian meningkat pada tahun 2003 dan 6

2006 masing-masing menjadi Rp 26.1 triliun dan Rp 37.7 triliun. Target penerimaan negara pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 42 triliun. Tarif cukai pada tahun 2000 mengacu pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai sebagai mana telah diubah dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai. Dari tahun 1990-2000 terjadi delapan kali sedangkan sejak tahun 2000-2010 telah terjadi perubahan tarif cukai rokok sebanyak 11 kali yaitu: 1. Tahun 2000-2001 terjadi lima kali perubahan tarif cukai rokok. Tarif cukai tahun 2000-2001 ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 89/KMK.05/2000 tentang Penetapan Tarif Cukai dan Harga Dasar Hasil Tembakau sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 384/KMK.04/2001, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 453/KMK.05/2000 tentang Kenaikan Harga Dasar Hasil Tembakau, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 144/KMK.04/2001 tentang Kenaikan Harga Dasar Hasil Tembakau, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 383/KMK.04/2001 tentang Kenaikan Harga Dasar Hasil Tembakau dan terakhir berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 597/KMK.04/2001. 2. Tahun 2002, tarif cukai rokok ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 449/KMK.04/2002. 3. Tahun 2005, tarif cukai rokok ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 43 / PMK.04 / 2005. 7

4. Tahun 2008, tarif cukai rokok ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.04/2007. 5. Tahun 2009, tarif cukai rokok ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 203/PMK.011/2008. 6. Tahun 2010, terjadi perubahan tarif cukai rokok sebanyak dua kali yaitu berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.011/2010 yang kemudian diubah lagi berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.011/2010 namun baru diterapkan pada tanggal 1 Januari 2011. Setelah tahun 2010, pemerintah menetapkan bahwa tariff cukai akan selalu meningkat tiap tahun yaitu melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.011/2010 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 167/PMK.011/2011. Perubahan tarif cukai rokok ini tidak selalu meningkat namun penurunan hanya terjadi pada tahun 2010 yaitu berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan yang baru berlaku tanggal 1 Januari 2011, Nomor 190/PMK.011/2010. Beberapa perusahaan rokok kretek menanggung beban cukai ini sedangkan sebagian lainnya membebankan tarif cukai ini kepada konsumen. Tarif cukai rokok kretek yang di tanggung oleh perusahaan akan mengurangi keuntungan perusahaan rokok kretek, perusahaan yang membebankan tarif cukai kepada konsumen akan menyebabkan naiknya harga rokok kretek di tingkat konsumen. Data keuntungan perusahaan rokok kretek merupakan data rahasia perusahaan yang tidak pernah dipublikasikan bahkan pada laporan tahunan untuk para pemegang saham. Data harga rokok kretek di tingkat konsumen menunjukkan peningkatan dan data harga tembakau berfluktuatif karena mayoritas perusahaan rokok kretek membebankan tarif cukai ini kepada 8

konsumen (Tjahjaprijadi dan Indarto, 2003). Secara umum, data perubahan harga rokok kretek dapat dilihat pada tabel 4. Perubahan harga rokok kretek ini secara teori dapat berdampak pada permintaan rokok kretek (Perloff, 2008). Permintaan rokok kretek akan berkurang. Berkurangnya permintaan akan menyebabkan berkurangnya keuntungan perusahaan rokok yang pada akhirnya juga mengurangi produksi yang pada akhirnya akan mempengaruhi penawaran rokok. Tabel 4. Harga Riil Tembakau di Tingkat Petani dan Harga Riil Rokok Kretek di Tingkat Konsumen Tahun 2000-2010 Tahun Harga riil tembakau di tingkat petani (Rp/Kg) Harga riil rokok kretek di tingkat konsumen (Rp/batang) 2000 9 262 225 2001 11 084 262 2002 13 023 315 2003 14 025 317 2004 13 668 304 2005 12 832 311 2006 15 129 289 2007 21 419 328 2008 23 503 419 2009 23 462 433 2010 22 150 380 Sumber: BPS (2012) Pada komoditas tembakau, penurunan produksi rokok kretek akan mengurangi permintaan tembakau karena perusahaan rokok kretek merupakan pembeli utama tembakau Indonesia. Penurunan permintaan ini akan mengurangi harga tembakau dari yang seharusnya. Data tabel 4 tidak menunjukkan penurunan tersebut karena selain permintaan tembakau, harga tembakau di tingkat petani juga ditentukan faktor-faktor yang lainnya. Meskipun harga tembakau ditingkat petani secara umum tetap meningkat namun produksi tembakau mengalami penurunan (Gambar 2). 9

Produksi Tembakau (000 Ton) 250 200 150 100 50 0 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan (2012) Gambar 2. Produksi Tembakau 2000-2010 Perubahan yang terjadi pada sektor komoditas tembakau dan rokok kretek tersebut secara teori dapat mengakibatkan perubahan kesejahteraan baik konsumen rokok, perusahaan rokok maupun petani tembakau. Perubahan kesejahteraan ini diakibatkan bergesernya kurva permintaan dan penawaran yang mengakibatkan berubahnya surplus produsen dan konsumen. Surplus produsen ini dapat menunjukkan besarnya perubahan kesejahteraan (Vesdapunt, 1984). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk menanggulangi dampak negatif dari rokok berpotensi memberikan dampak lain kepada konsumen, perusahaan rokok dan petani tembakau. Baik atau buruknya dampak tersebut dan seberapa besar pengaruh penetapan tarif cukai rokok ini perlu untuk diteliti lebih lanjut. Secara umum, masalah-masalah yang harus diteliti tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi permintaan, penawaran dan harga rokok kretek? 2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi permintaan, penawaran dan harga tembakau? 10

3. Bagaimana pengaruh perubahan tarif cukai rokok kretek terhadap permintaan, penawaran dan harga rokok kretek? 4. Bagaimana pengaruh perubahan tarif cukai rokok kretek terhadap permintaan, penawaran dan harga tembakau? 5. Bagaimana pengaruh perubahan tarif cukai rokok kretek terhadap kesejahteraan petani tembakau, kesejahteraan konsumen rokok kretek, keuntungan perusahaan rokok kretek dan pendapatan pemerintah? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas, maka perlu adanya suatu penelitian yang menjelaskan mengenai permasalahan yang ada. Penelitian ini diajukan untuk menjawab permasalahan-permasalahan tersebut. Adapun secara rinci, tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan, penawaran dan harga rokok kretek. 2. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan, penawaran dan harga tembakau. 3. Mengestimasi pengaruh perubahan tarif cukai rokok kretek terhadap permintaan, penawaran dan harga rokok kretek. 4. Mengestimasi pengaruh perubahan tarif cukai rokok kretek terhadap permintaan, penawaran dan harga tembakau. 5. Mengestimasi pengaruh perubahan tarif cukai rokok kretek terhadap kesejahteraan petani tembakau, kesejahteraan konsumen tembakau, kesejahteraan konsumen rokok kretek, kesejahteraan produsen rokok kretek dan pendapatan pemerintah. 11

1.4. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan yang diuraikan di atas, penelitian ini diharapkan memiliki manfaat. Manfaat yang dapat diperoleh merupakan kontribusi penelitian ini bagi ilmu pengetahuan. Adapun secara rinci, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Pemerintah pusat, sebagai pertimbangan kebijakan dimasa yang akan datang. 2. Perusahaan rokok, sebagai pertimbangan antisipasi terhadap perubahan tarif cukai produk olahan tembakau dimasa yang akan datang. 3. Petani tembakau, sebagai pertimbangan antisipasi terhadap perubahan tarif cukai produk olahan tembakau dimasa yang akan datang. 4. Akademisi, sebagai acuan untuk penelitian yang akan datang. 1.5. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan data sekunder time series dari tahun 1990-2010. Penelitian ini berfokus pada masalah pengaruh perubahan tarif cukai rokok kretek sehingga tidak mencantumkan persamaan hasil olahan tembakau yang lain di dalam model. Harga tembakau yang digunakan merupakan rata-rata harga yang didapat dari data BPS. Tarif cukai yang digunakan merupakan rata-rata dari tarif cukai untuk SKM (sigaret kretek mesin) dan SKT (sigaret kretek tangan) untuk semua golongan perusahaan rokok kretek. Penelitian ini menggunakan model persamaan simultan dengan metode 2SLS dengan bantuan program SAS 9.0 for Windows. 12

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pustaka Tentang Tembakau dan Rokok Penelitian terdahulu tentang tembakau merupakan penelitian Tjahjaprijadi dan Indarto (2003). Penelitian tersebut berjudul Analisis Pola Konsumsi Rokok Sigaret Kretek Mesin (SKM), Sigaret Kretek Tangan (SKT), dan Sigaret Putih Mesin (SPM). Tujuan dari penelitian tersebut adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh harga rokok dan harga rokok substitusi terhadap konsumsi rokok SKM, SKT, dan SPM. 2. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan konsumen rokok terhadap konsumsi rokok SKM, SKT, dan SPM. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Tjahjaprijadi dan Indarto (2003) adalah Penetapan tarif cukai dan harga jual eceran berdampak kepada harga rokok yang diterima oleh konsumen. Konsumsi rokok sigaret kretek mesin (SKM) dipengaruhi oleh harga rokok SKM, namun tidak terpengaruh oleh harga rokok sigaret kretek tangan (SKT) dan sigaret putih mesin (SPM). Konsumsi rokok SKM juga tidak dipengaruhi oleh pendapatan. Harga rokok SKT dan SPM mempengaruhi konsumsi rokok SKT. Namun harga rokok SKM tidak mempengaruhi konsumsi rokok SKT. Pendapatan juga tidak berpengaruh terhadap konsumsi rokok SKT. Konsumsi rokok SPM dipengaruhi oleh harga rokok SPM, SKM, SKT, dan juga pendapatan. Perkiraan konsumsi rokok SKM, SKT, dan SPM untuk tahun 2003 menunjukkan perubahan yang sangat kecil. 2.2. Pustaka Tentang Pengaruh Kebijakan terhadap Kesejahteraan Masyarakat Penelitian terdahulu mengenai pengaruh kebijakan terhadap kesejahteraan petani dilakukan oleh Novindra (2011). Penelitian yang dilakukan oleh Novindra

(2011) berjudul Dampak Kebijakan Domestik dan Perubahan Faktor Eksternal Terhadap Kesejahteraan Produsen dan Konsumen Minyak Sawit di Indonesia. Tujuan dari penelitian tersebut adalah: 1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan minyak sawit di Indonesia. 2. Mengevaluasi dampak kebijakan domestik dan perubahan faktor eksternal terhadappenawaran dan permintaan minyak sawit Indonesia, penerimaan devisa, dan kesejahteraan pelaku industri minyak sawit Indonesia tahun 2003-2007. 3. Mengkaji ramalan dampak kebijakan domestik terhadap penawaran dan permintaan minyak sawit Indonesia, penerimaan devisa, dan kesejahteraan pelaku industri minyak sawit Indonesia tahun 2012-2016. Metode yang digunakan adalah Sistem persamaan simultan dengan metode pendugaan Two-Stage Least Squares (2SLS). Hasil dari penelitian Novindra (2011) adalah Harga minyak sawit domestik lebih responsif terhadap perubahan jumlah permintaan minyak sawit domestik daripada permintaan ekspor minyak sawit, maka pengembangan industri hilir minyak sawit domestik akan meningkatkan jumlah permintaan minyak sawit sehingga meningkatkan harga yang diterima produsen minyak sawit domestik. Kebijakan domestik berupa pembatasan ekspor minyak sawit dengan penetapan pajak ekspor minyak sawit sebesar 20 persen dapat meningkatkan kesejahteraan netto yang lebih besar dibandingkan dengan kebijakan kuota domestik dan kebijakan kuota ekspor dan peningkatan kuota domestik memberikan dampak negative bagi kesejahteraan netto. Hal ini dikarenakan peningkatan penawaran 14

minyak sawit domestik belum didukung dengan perkembangan industri hilir minyak sawit selain industri minyak goreng sawit terlebih dahulu. Hal tersebut menyebabkan peningkatan penawaran minyak sawit domestik hanya akan mengakibatkan harga minyak sawit dan harga minyak goreng sawit domestik mengalami penurunan. 2.3. Pustaka Tentang Pengaruh Cukai Rokok terhadap Industri Tembakau Penelitian tentang cukai rokok sudah dilakukan oleh Yustishia (2007). Penelitian ini berjudul Analisis Dampak Kenaikan Tarif Cukai Tembakau terhadap Permintaan Rokok Kretek, Keuntungan Usaha dan Kesempatan Kerja Industri Rokok Skala Kecil Tanpa Cukai. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis dampak kenaikan tarif cukai terhadap permintaan rokok kretek. 2. Menganalisis dampak kenaikan tarif cukai terhadap keuntungan usaha dan kesempatan kerja pada industri rokok skala kecil tanpa cukai. Metode yang digunakan adalah metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil dari penelitian Yustishia (2007) adalah Kenaikan tarif cukai yang dilihat dari faktor harga rokok kretek tidak dipengaruhi secara signifikan terhadap permintaan rokok kretek. Hal ini didukung oleh data tren produksi rokok kretek dari tahun 1996 hingga tahun 2006, jumlah produksi rokok nasional mengalami peningkatan sehingga dapat disimpulkan bahwa kenaikan tarif cukai tidak berpengaruh terhadap permintaan rokok. Hasil keuntungan usaha pada industri rokok skala kecil tanpa cukai meningkat dari sebelum dan sesudah tarif cukai ditetapkan. Akibat kenaikan tarif cukai ini, kesempatan kerja juga meningkat. 15

2.4. Pustaka Tentang Data Penelitian Penelitian meninjau data dari beberapa sumber literatur. Adapun literatur yang digunakan untuk meninjau data adalah hasil penelitian oleh Puri dkk (2012). Penelitian yang dilakukan oleh Puri dkk (2012) adalah berjudul Buku Bunga Rampai Fakta Tembakau dan Permasalahannya di Indonesia Tahun 2012 yang diterbitkan Tobacco Control Support Center - Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan. Data yang ditinjau adalah data mengenai ekspor-impor tembakau dan produksi tembakau. 2.5. Kebaruan Penelitian Penelitian ini memiliki persamaan dan kebaruan dibandingkan penelitian Tjahjaprijadi (2003), Novindra (2011), Abdurahman (2011) dan Yustishia (2007). Persamaan penelitian ini dan penelitian Tjahjaprijadi dan Indarto (2003) adalah sama-sama meneliti tentang tembakau dan rokok sedangkan kebaruan dari penelitian ini adalah dari metode dan fokus penelitian. Tjahjaprijadi dan Indarto (2003) meneliti tentang pola konsumsi rokok dengan metode regresi linear berganda sedangkan penelitian ini meneliti tentang pengaruh cukai rokok terhadap permintaan, penawaran, harga tembakau dan rokok serta kesejahteraan produsen tembakau dengan menggunakan metode simultan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Novindra (2011) dan Abdurahman (2011) adalah sama-sama meneliti tentang dampak kebijakan terhadap kesejahteraan produsen dan sama-sama menggunakan model persamaan simultan dengan metode pendugaan Two-Stages Least Squares. Perbedaannya adalah dari objek yang diteliti dan kebijakan yang mempengaruhi, Novindra (2011) meneliti dampak pajak perdagangan terhadap perdagangan 16

minyak kelapa sawit dan hasil olahannya, Abdurahman meneliti tentang dampak AFTA terhadap beras nasional. Penelitian ini meneliti tentang dampak cukai rokok terhadap kondisi pasar tembakau dan rokok. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Yustishia (2007) adalah salah satu tujuan penelitian yaitu menganalisis dampak tarif cukai rokok kretek. Perbedaannya adalah pada tujuan utama penelitian dan metode yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak tarif cukai rokok kretek terhadap permintaan, penawaran dan harga komoditas tembakau dan rokok kretek serta kesejahteraan masyarakat sedangkan penelitian Yustishia (2007) bertujuan untuk menganalisis dampak tariff cukai rokok terhadap keuntungan perusahaan rokok dan kesempatan kerja. Penelitian ini menggunakan model persamaan simultan dengan metode pendugaan Two-Stages Least Squares sedangkan penelitian Yustishia (2007) menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). 17

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis pada penelitian ini merupakan penjelas dari metode penelitian yang akan digunakan untuk menjawab masing-masing tujuan dari penelitian ini. Kerangka pemikiran teoritis ini digunakan untuk melihat dasar teori dari metode yang digunakan. Dasar teori pada penelitian ini diambil dari beberapa literatur yang sesuai dengan masing-masing metode yang digunakan. 3.1.1. Fungsi Produksi Tembakau dan Penawaran Tembakau Fungsi produksi dapat didefinisikan sebagai hubungan secara teknis dalam transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara hubungan input dengan output (Debertin, 1986; Doll dan Orazem, 1984). Secara umum hubungan antara input-output untuk menghasilkan produksi suatu komoditi pertanian (Y) secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : Y = f (X 1, X 2, X 3, X 4 )...(1) dimana : Y X 1 X 2 X 3 X 4 = Output (Kg/ha) = Luas areal produksi (ha) = Jumlah modal (Rp/ha) = Tenaga kerja (HOK/ha) = Faktor produksi lainnya Produsen yang rasional berusaha memaksimumkan keuntungannya pada tingkat produksi optimum dengan tingkat harga tertentu. Keuntungan maksimum harus memenuhi syarat FOC (First Order Condition) dan SOC (Second Order Condition).

Syarat pertama dipenuhi apabila turunan pertama dari fungsi keuntungan sama dengan nol, yang berarti produktivitas marginal faktor produksi sama dengan harga faktornya, sedangkan syarat kedua yang harus dipenuhi yaitu, jika fungsi produksinya cembung, dan nilai determinan Hessian lebih besar dari nol (Koutsoyiannis, 1979). Jika digambarkan secara sederhana, fungsi produksi tembakau secara kasar dapat dituliskan: Y= f (L, M)...(2) Dimana: Y L M = jumlah produksi tembakau (Kg) = luas lahan tembakau (Ha) = jumlah modal yang digunakan (Unit) Pada tingkat harga produksi tembakau tertentu (hy), maka fungsi keuntungan produksi tembakau dapat dirumuskan sebagai berikut: π = hy * f ( L,M ) hl*l hm*m...(3) Dimana: π hy hl hm = Keuntungan (Rp/Kg) = harga tembakau (Rp/Kg) = harga faktor produksi L (Rp/Ha) = harga faktor produksi M (Rp/Unit) Fungsi keuntungan maksimum diperoleh jika turunan pertama dari fungsi keuntungan sama dengan nol dan turunan keduanya mempunyai nilai Hessian Determinan lebih besar dari nol. Dengan melakukan prosedur penurunan secara matematis dari persamaan 3 di atas maka diperoleh : 19

π L π M y y = hy hl = 0 atau hy = hl...(4) L L y y = hy hm = 0 atau hy = hm...(5) M M dimana y L dan y M adalah produk marjinal dari masing-masing faktor produksi. Oleh sebab itu, keuntungan maksimum diperoleh jika produk marjinal sama dengan rasio harga faktor produksi terhadap harga produk. Dapat juga dikatakan bahwa keuntungan maksimum diperoleh jika nilai produk marginal sama dengan harga faktor produksinya (NPM = HFP). Dari persamaan 4 dan 5, fungsi permintaan faktor produksi oleh petani dirumuskan sebagai berikut : L = g ( hl, hy, hm )... (6) M = i (hl, hy, hm )... (7) dengan mendistribusikan persamaan 6 dan 7 ke persamaan 5, maka diperoleh fungsi penawaran tembakau sebagai berikut: Q s = q s ( hy, hl, hm )... (8) Dolan (1974), mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran suatu komoditi, yaitu harga komoditi itu sendiri, harga komoditi lain (sebagai substitusinya), biaya faktor produksi, biaya perusahaan, tujuan perusahaan, tingkat teknologi, pajak, subsidi, harga yang diharapkan dan keadaan alam. 3.1.2. Fungsi Permintaan Tembakau oleh Industri Rokok Sebagai bahan baku untuk industri rokok, permintaan terhadap tembakau dapat diturunkan melalui fungsi permintaan turunan (derived demand), yaitu melalui fungsi keuntungan. Secara rasional, produsen akan berproduksi pada tingkat dimana keuntungan yang diperolehnya dalam keadaan maksimum 20

(Debertin, 1986; Henderson dan Quant, 1980; Beattie dan Taylor, 1985). Dalam kondisi ini input yang digunakan berada dalam jumlah yang optimal. Bila Π adalah profit, P adalah harga output Y dan ri adalah harga input Xi, maka persamaan profit dapat dituliskan sebagai berikut : Π = P Y r i X i... (9) dengan menurunkan fungsi di atas terhadap masing-masing input maka diperoleh : δπ = P δy r δx i δx i = 0... (10) i atau P PM i = r i... (11) dimana PM i adalah produk marjinal dan P*PM i adalah nilai dari produk marjinal dari input i. Pada persamaan di atas, penggunaan input yang optimal dicirikan oleh kondisi dimana nilai produk marjinal dari masing-masing input (P,PM i ) sama dengan harga input yang bersangkutan. Implikasi dari kondisi ini adalah permintaan suatu input oleh industri sangat dipengaruhi oleh harga input yang bersangkutan (r), harga output (P) dan teknologi produksi (PM i ). Disamping itu, permintaan suatu input dapat pula dipengaruhi oleh harga input substitusi dan faktor lain yang dapat mendistorsi pasar. Pada industri rokok, permintaan terhadap tembakau selain dipengaruhi oleh harga tembakau, juga dipengaruhi oleh harga rokok, dan tingkat bunga. Dalam model ekonomi, permintaan input tersebut dituliskan sebagai berikut: D t = f (Pc t, P t, i t, D t-1 )... (12) 21

dimana D t adalah permintaan tembakau oleh industri rokok, Pc t adalah harga tembakau, P t adalah harga rokok, i t adalah tingkat suku bunga, dan D t-1 adalah permintaan tembakau pada tahun sebelumnya. 3.1.3. Permintaan Rokok oleh Konsumen Secara umum, fungsi permintaan konsumen terhadap suatu barang diturunkan dari fungsi utilitas konsumen. Diasumsikan fungsi utilitas konsumen adalah: U= u (C s, C n )...(13) dimana U adalah total utilitas konsumen dari konsumsi rokok (C s ) dan konsumsi barang kebutuhan pokok (beras) (C n ). Konsumen yang rasional akan berupaya memaksimumkan utilitas pada tingkat harga yang berlaku sesuai dengan kendala pendapatan (I). P s *C s + P n *C n = I...(14) atau P s *C s + P n *C n -I = 0 dimana P s adalah harga rokok dan P n adalah harga kebutuhan pokok. Dengan pendekatan Langrangian Multipliers, persoalan maksimisasi berkendala di atas dapat dinyatakan sebagai berikut: Maksimum: U = u (C s ) Dengan kendala: P s *C s + P n *C n = I Fungsi komposit berupa gabungan dari kedua fungsi di atas atau disebut sebagai fungsi Langrangian dapat ditulis sebagai berikut: = U = u(c s ) λ(p s *C s + P n *C n I)...(15) untuk mendapatkan utilitas maksimum, maka syarat pertama adalah turunan parsial dari fungsi Langrangian harus sama dengan nol. 22

= U λ(p C s C s ) = 0...(16) s = U λ(p C n C n ) = 0...(17) n λ = (P s C s + P n C n I) = 0... (18) dari persamaan (19),(20) dan (21) di atas, diperoleh: U = λ(p C s ) atau λ = U /P s C s...(19) s U = λ( P C n ) atau λ = U /P n C n...(20) n P s C s + P n C n = I... (21) Sedangkan U C s = MU s dan U C n = MU n maka: λ = MU s P s = MU n P n... (22) dan MU s MU n = P s P n = MRS s,n... (23) yang menyatakan bahwa kepuasan konsumen akan maksimum pada kondisi dimana rasio marjinal utilitas terhadap harga sama untuk semua komoditi, yaitu sebesar koefisien pengganda Langrangian (λ). Penyelesaian P s dan P n pada persamaan (26) dan kemudian substitusikan ke dalam persamaan (24), maka dapat diperoleh fungsi permintaan terhadap rokok, yaitu: C s = f ( P s, P n, I)... (24) yang menyatakan bahwa konsumsi atau permintaan konsumen terhadap rokok ditentukan oleh harga rokok itu sendiri, harga barang kebutuhan pokok, dan pendapatan konsumen. Menurut Dolan (1974), permintaan suatu barang dipengaruhi oleh harga barang tersebut, harga barang lain, selera, pendapatan, distribusi pendapatan, jumlah penduduk dan harapan harga. 23