Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. benih dan untuk membina usaha budidaya ikan rakyat dalam rangka

Mahmudin Arbie 1), Dr. Ir. Syamsuddin MP 2), Mulis S.Pi, M.Sc 3).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Intensitas Trichodina sp pada Ukuran Ikan Nila yang Berbeda

IDENTIFIKASI PARASIT PADA IKAN KERAPU (Epinephelus sp.) PASCA TERJADINYA HARMFULL ALGAL BLOOMS (HABs) DI PANTAI RINGGUNG KABUPATEN PESAWARAN ABSTRAK

I. Rustikawati, R. Rostika, D. Iriana & E. Herlina. Jurusan Pehkanan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat ABSTRACT

I. PENDAHULUAN. pada tahun Ikan nila merupakan ikan konsumsi air tawar yang diminati oleh

JIMVET. 01(3): (2017) ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Ikan bawal air tawar (Colossoma macopomum) merupakan ikan yang

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI EKTOPARASIT PADA UDANG VANNAMEI (Litopenaeus vannamei) DI KABUPATEN ACEH BESAR

JENIS-JENIS PARASIT PADA IKAN BAUNG (Mystus nemurus C.V.) DARI PERAIRAN SUNGAI SIAK KECAMATAN RUMBAI PESISIR PEKANBARU

Tabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor

PARASIT PADA IKAN HIAS AIR TAWAR (IKAN CUPANG, GAPI DAN RAINBOW) Parasites in Fresh Water Ornamental Fish (Cupang, Guppy and Rainbow Fish)

Prevalensi dan Intensitas Trichodina sp. Pada Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Desa Tambakrejo, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI ENDOPARASIT PADA USUS IKAN BAWAL AIR TAWAR

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan mas menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:

Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor 16680, Indonesia 2) Balai Karantina Ikan, Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Jakarta, Indonesia

INVENTARISASI CACING PARASIT PADA IKAN BANDENG (Chanos chanos) DI TAMBAK DESA KETAPANG KECAMATAN MAUK KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI EKTOPARASIT PADA IKAN KERAPU CANTANG

APLIKASI TEKNOLOGI NANO DALAM SISTEM AERASI PADA PENDEDERAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO)

INVENTARISASI PARASIT PADA IKAN TONGKOL (Auxis thazard) DI PERAIRAN TELUK MUARA BARU, JAKARTA UTARA

PENGENDALIAN INFESTASI EKTOPARASIT Dactylogyrus sp. PADA BENIH IKAN PATIN (Pangasius sp.) DENGAN PENAMBAHAN GARAM DAPUR

APLIKASI PENGGUNAAN BERBAGAI MACAM MIKROALGA POWDER UNTUK PAKAN JUVENIL IKAN BANDENG (Chanos chanos fork)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara maritim dengan luas perairan sekitar 5,8 juta

KEANEKARAGAMAN EKTOPARASIT PADA BIAWAK (Varanus salvator, Ziegleri 1999) DIKOTA PEKANBARU, RIAU. Elva Maharany¹, Radith Mahatma², Titrawani²

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ikan mas tergolong dalam jenis ikan air tawar. Ikan mas terkadang juga

PARASIT PADA IKAN GABUS (Channa striata, Bloch 1793) DI DESA SAWAH KECAMATAN KAMPAR UTARA

Inventarisasi, Prevalensi dan Intensitas Ektoparasit Pada Ikan Kerapu (Epinephelus sp.) di Keramba Jaring Apung Perairan Teluk Hurun Lampung

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

HUBUNGAN KUALITAS AIR TERHADAP PREVALENSI EKTOPARASIT PADA IKAN BANDENG (Chanos chanos) DI KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO

Udayana, Denpasar. Alamat (Diterima Juli 2017 /Disetujui September 2017) ABSTRAK

Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos) Pada Saat Pendederan

PENGARUH COD, Fe, DAN NH 3 DALAM AIR LINDI LPA AIR DINGIN KOTA PADANG TERHADAP NILAI LC50

PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 40 DAN 60 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN :

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL

PARASITES IDENTIFICATION ON CORAL GROUPER (Plectropomus reolatus) IN FLOATING NET CAGE IN PAGIMANA SUB-DISTRICT OF BANGGAI REGENCY

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI EKTOPARASIT DAN ENDOPARASIT PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus Linn) Di KOLAM BUDIDAYA PALEMBANG,SUMATERA SELATAN

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp.

KESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta

BAB III BAHAN DAN METODE

KERAGAMAN DAN KEBERADAAN PENYAKIT BAKTERIAL DAN PARASITIK BENIH KERAPU MACAN

PREVALENSI DAN INTENSITAS EKTOPARASIT PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio L.) DI KABUPATEN SIGI

EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN ABSTRAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pengendalian Monogenea pada benih ikan Nila gift 31

[ GROUPER FAPERIK] [Pick the date]

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

III. METODE PENELITIAN

PREVALENSI DAN JENIS-JENIS ENDOPARASIT IKAN YANG DITANGKAP DI SUNGAI PEMATANG IBUL KABUPATEN ROKAN HILIR

Kelimpahan dan Intensitas Ektoparasit Pada Ikan Hasil Tangkapan Di Muara Sungai Serayu Di Adipala Kabupaten Cilacap

(Infestation of Parasitic Worm at Mujair s Gills (Oreochromis mossambicus)) ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. ikan dilakukan di keramba jaring apung Danau Limboto, Kecamatan Batudaa,

IDENTIFIKASI DAN POTENSI PARASIT PADA SUMBER DAYA IKAN HIAS DI DANAU LAIS KALIMANTAN TENGAH. Universitas Lambung Mangkurat.

Budidaya Perairan Mei 2016 Vol. 4 No. 2: 26-30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Stasiun Karantina Ikan Kelas I Djalaluddin Gorontalo. Pemeriksaan parasit yang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar

IDENTIFIKASI JENIS-JENIS EKTOPARASIT PADA IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) Identification of Ectoparasites in Dumbo Catfish (Clarias gariepinus)

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis penting yang banyak dibudidayakan oleh petani. Beternak lele

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBEDAAN SALINITAS MEDIA TERHADAP EFISIENSI PEMANFAATAN PAKAN BENIH IKAN NILA GIFT (Oreochromis sp)

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

BAB III BAHAN DAN METODE

KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT

PEMANFAATAN KOMPOS KULIT KAKAO (Theobroma cacao) UNTUK BUDIDAYA Daphnia sp. ABSTRAK

Azolla microphylla Bioremoval as Countermeasures Alternative of Heavy Metals (Zn) In the Cultivation Media

III. METODOLOGI. (Cr 3+ ). Faktor suhu menggunakan 2 level suhu media yaitu T i (suhu 20±2

INTENSITAS DAN PREVALENSI EKTOPARASIT PADA KEPITING BAKAU (Scylla serrata) DI DESA LUBUK DAMAR, KABUPATEN ACEH TAMIANG

Seleksi dan Potensi Budidaya Jenis-jenis Ikan Wader dari Genus Rasbora

Enlargement of Selais (Ompok hypopthalmus) With fish meal Containing Thyroxine (T 4 ) Hormone

PREVALENSI PARASIT DAN PENYAKIT IKAN AIR TAWAR YANG DIBUDIDAYA DI KOTA/KABUPATEN KUPANG. Yudiana Jasmanindar

INVENTARISASI PARASIT LELE DUMBO Clarias sp. DI DAERAH BOGOR. Inventarisation of Parasite in Dumbo Catfish Clarias sp.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

Unnes Journal of Life Science

PERIKANAN BUDIDAYA (AKUAKULTUR) Riza Rahman Hakim, S.Pi

PENDAHULUAN. perikanan laut yang sangat besar. Sebagai negara maritim, usaha budidaya laut

Patogenisitas Ektoparasit Pada Benih Ikan Hias Komet (Carassius auratus) Yang Dijual Di Pasar Ikan Beji Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas

INTRODUKSI KERAMBA JARING APUNG BERLAPIS SEBAGAI ALATERNATIF SISTEM PEMELIHARAAN IKAN DALAM KERAMBA RAMAH LINGKUNGAN DI DANAU MANINJAU SUMATERA BARAT

Pengaruh Garam (NaCl) terhadap Pengendalian Infeksi Argulus sp. pada Ikan Mas (Cyprinus carpio)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7. Bakteri Bacillus Sumber : Dokumentasi Pribadi

DAFTAR PUSTAKA. Afrianto, E. & E. Liviawati Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

PENDAHULUAN. Perkembangan usaha budidaya ikan air tawar di Indonesia. merupakan salah satu sektor usaha yang sangat potensial, sehingga

RESPON ORGANISME AKUATIK TERHADAP VARIABEL LINGKUNGAN (ph, SUHU, KEKERUHAN DAN DETERGEN)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock)

Unnes Journal of Life Science

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan

282 Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : ISSN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Ikan Bawal Air Tawar (Colossoma macropomum) Ikan bawal air tawar (Colossoma macropomum) merupakan ikan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sampai Desember Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Parasit

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

Gambar 4. Kelangsungan Hidup Nilem tiap Perlakuan

III. BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN BIOFLOK DARI LIMBAH BUDIDAYA LELE DUMBO (Clarias gariepinus) SEBAGAI PAKAN NILA (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

Transkripsi:

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: 231-241 ISSN : 2088-3137 INTENSITAS DAN PREVALENSI EKTOPARASIT PADA IKAN BANDENG (Chanos chanos) DALAM KARAMBA JARING APUNG (KJA) DI WADUK CIRATA KABUPATEN CIANJUR JAWA BARAT Yazid Alfa Riko*, Rosidah** dan Titin Herawati** *) Alumni Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran **) Staf Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis, intensitas dan prevalensi ektoparasit pada ikan bandeng yang dibudidayakan dalam Karamba Jaring Apung (KJA) di Waduk Cirata Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey. Sampel diambil berdasarkan ukuran yaitu ukuran kecil (8-13 cm) sebanyak 35 ekor dan ukuran besar (20-27 cm) sebanyak 35 ekor dengan tiga kali pengambilan setiap ukurannya. Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Dari hasil penelitian ditemukan empat jenis ektoparasit pada ikan bandeng ukuran kecil yaitu Trichodina sp. (86,41 %), Trichodinella sp. (0,15 %), Chilodonella sp. (3,97 %), dan I. multifiliis (9,48 %), sedangkan pada ikan bandeng ukuran besar ditemukan enam jenis ektoparasit yaitu Trichodina sp. (94,68 %), Trichodinella sp. (0,04 %), Chilodonella sp. (1,88 %), I. multifiliis (3,36 %), Apiosoma sp. (0,01 %), dan Dactylogyrus sp. (0,03 %). Intensitas dan prevalensi tertinggi terdapat pada ikan bandeng berukuran besar yaitu 99 individu/ekor ikan dan 93,33 %. Intensitas dan prevalensi ektoparasit tertinggi ditemukan pada ikan bandeng ukuran besar yaitu Trichodina sp. sebesar 94 individu/ekor ikan dengan prevalensi 74,28 %. Semakin besar ukuran ikan, intensitas dan prevalensi ektoparasit yang menyerang ikan bandeng cenderung meningkat. Kata kunci :,ektoparasit, ikan bandeng, intensitas, prevalensi, waduk cirata ABSTRACT This research was aimed to find out spesies, intensity and prevalence of ectoparasites on milkfish which was cultivated in floating net cage (KJA) at Cirata reservoir Cianjur regency West Java. Method used in this research was survey method. Sample were taken based on size i.e. small size (8-13 cm) and big size (20-27 cm). Fish as much as 35 fish for each category was sampled. Sampling was done three times for each category. Data were analyzed quantitatively described. Based on research result, four kinds of ectoparasites were found on small milkfish i.e. Trichodina sp. (86,41 %), Trichodinella sp. (0,15 %), Chilodonella sp. (3,97 %), and Ichthyophthirius sp. (9,48 %), whereas on big milkfish six kinds of ectoparasites were found i.e. Trichodina sp. (94,68 %), Trichodinella sp. (0,04 %), Chilodonella sp. (1,88 %), Ichthyophthirius sp. (3,36 %), Apiosoma sp. (0,01 %), and Dactylogyrus sp. (0,03 %). The highest intensity and prevalence of parasite found on big milkfish was Trichodina sp. with average intensity of 94 individu/fish with prevalence of 74,28%. The larger the fish size, intensity and prevalence of ectoparasites on milkfish tend to increase. Keywords : ectoparasites, milkfish, intensity, prevalence, cirata reservoir

232 Yazid Alfa Riko, Rosidah dan Titin Herawati PENDAHULUAN Ikan Bandeng (Chanos chanos) merupakan salah satu jenis ikan budidaya air payau yang bernilai ekonomis dan potensial untuk dikembangkan. Ikan bandeng mampu mentolerir salinitas perairan yang luas (0-158 ppt) sehingga digolongkan sebagai ikan eurihalin. Ikan bandeng mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan seperti suhu, ph dan kekeruhan air, serta tahan terhadap serangan penyakit (Ghufron dan Kordi 1997). Dewasa ini budidaya ikan bandeng tidak hanya berkembang di air payau, namun saat ini juga sedang berkembang di air tawar maupun laut dengan sistem Karamba Jaring Apung (KJA). Budidaya KJA yang ada di Indonesia biasanya bersifat intensif dengan padat tebar yang tinggi. Hal ini dapat mempengaruhi kesehatan dan pertumbuhan ikan. Penyakit yang menyerang ikan disebabkan adanya hasil interaksi antara inang (host), jasad penyebab penyakit (pathogen) dan lingkungan (environtment) (Hartono et al. 2001). Interaksi yang tidak serasi ini menyebabkan stres pada ikan, sehingga mekanisme pertahanan diri yang dimiliki menjadi lemah, dengan demikian penyakit mudah masuk kedalam tubuh dan menimbulkan penyakit (Cahyono et al. 2006). Infeksi parasit merupakan salah satu faktor penghambat dalam budidaya ikan. Berdasarkan letak organ yang terinfeksi oleh parasit Kabata (1985) mengelompokkan parasit menjadi dua kelompok yang berbeda yaitu ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang terdapat pada bagian luar tubuh ikan atau di bagian yang masih mendapat udara dari luar. Ektoparasit menyerang kulit, sirip, dan insang ikan, sedangkan endoparasit adalah parasit yang hidupnya di dalam tubuh inang, misalnya di dalam alat pencernaan, peredaran darah, atau organ dalam lainnya (Trimariani 1994). Pada dasarnya infeksi ektoparasit pada ikan dapat menimbulkan kerugian, meskipun kerugian tersebut tidak sebesar kerugian akibat infeksi organisme patogen lain seperti virus dan bakteri, namun menurut Scholz (1999) infeksi ektoparasit dapat menjadi salah satu faktor predisposisi bagi infeksi organisme patogen yang lebih berbahaya. Kerugian non lethal lain dapat berupa kerusakan organ luar (Handayani et al. 2004 dalam Pramono dan Syakuri., 2008) pertumbuhan lambat, penurunan nilai jual, dan peningkatan sensitivitas terhadap stressor. Tingkat infeksi ektoparasit yang tinggi dapat mengakibatkan kematian akut, yaitu mortalitas tanpa menunjukkan gejala terlebih dahulu (Sommerville 1998 dalam Pramono dan Syakuri 2008). Parasit yang menyerang ikan bandeng kebanyakan termasuk dalam golongan Protozoa, Nematoda, Capepoda dan Acanthocephala (FAO 2012). Salah satu daerah yang mengembangkan budidaya ikan bandeng air tawar terdapat di Waduk Cirata Jawa Barat yaitu Balai Pelestarian Perikanan Perairan Umum (BPPPU) Maleber Cianjur, Jawa Barat. Sampai saat ini identifikasi parasit pada ikan bandeng yang di budidayakan di air tawar belum banyak dikaji. Identifikasi penyakit berfungsi sebagai alat bantu dalam upaya penanggulangan parasit yaitu dengan melihat jenis-jenis, intensitas dan prevalensi ektoparasit pada ikan bandeng. Selain itu dengan teridentisikasinya parasit akan memudahkan pembudidaya dalam melakukan pencegahan atau pengobatan secara tepat dan efisien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis, intensitas dan prevalensi ektoparasit pada ikan bandeng (Chanos chanos) yang dibudidayakan di KJA Waduk Cirata. METODE DAN BAHAN PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus sampai September 2012. Sampel ikan diambil dari Karamba Jaring Apung (KJA) Waduk Cirata, Cianjur Jawa Barat, sedangkan untuk pemeriksaan dan identifikasi parasit dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan Air Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran Jatinangor Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Scop net, ember,

Intensitas dan Prevalensi Ektoparasit pada Ikan Bandeng (Chanos chanos) 233 botol film, kantung plastik, botol air mineral 600 ml, ph meter, DO meter, thermometer air raksa, akuarium, aerator, timbangan digital, mistar, dissecting set, petridish, objek glass, cover glass, pipet tetes, mikroskop, hand counter, camera digital dan alat tulis. Bahan yang digunakan teridiri dari ikan uji dan bahan kimia. Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan bandeng ukuran kecil dengan panjang tubuh 8-13 cm dan ukuran besar dengan panjang tubuh 20-27 cm yang dipelihara dalam KJA di Waduk Cirata, Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Bahan kimia yang digunakan yaitu NaCl, Akuades, Giemsa, Ethyl Alkohol 50%, 70%, 90%, 100%, Canada Balsam, Formalin 4%, Alum Carmin, dan Xylol Prosedur Penelitian Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan sekali seminggu selama 3 kali, yaitu 35 ukuran besar dan 35 ukuran kecil, sehingga jumlah semua ikan sampel yang diambil adalah 210 ekor. Pengambilan ikan dilakukan dengan scopnet, kemudian ikan dimasukkan ke dalam kantung plastik yang telah diberi oksigen lalu dibawa ke Laboratorium Fisiologi Hewan Air Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran Jatinangor, dimasukkan ke dalam bak penampungan dan diaerasi. Pemeriksaan Parasit Pemeriksaan ektoparasit menggunakan metode Fernando et al. (1972). Pewarnaan Parasit Perlakuan pewarnaan berbeda sesuai dengan jenis parasit yang akan diawetkan. Golongan protozoa dilakukan pewarnaan berdasarkan Fernando et al. (1972) dan Monogenea berdasarkan Kabata (1985). Identifikasi Ektoparasit yang ditemukan diidentifikasi berdasarkan ciri-ciri morfologinya. Identifikasi parasit ini dilakukan sampai genus menggunakan buku identifikasi menurut Kabata (1985), Bunkley-Williams dan Williams (1994) dan Noga (2000). Analisis Data Data yang diperoleh yakni jenis dan jumlah parasit kemudian dianalisis secara deskriptif untuk dihitung intensitas serangan dan prevelensinya berdasarkan rumus berikut ini (Dogiel et al. 1970) : h = h h = 100% h HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis dan Jumlah Ektoparasit Hasil pemeriksaan terhadap 210 ekor ikan Bandeng yang terdiri dari 105 ekor ikan bandeng ukuran kecil dan 105 ekor ikan bandeng berukuran besar, ditemukan enam jenis ektoparasit yang terdiri dari filum Ciliophora dan Plathyhelminthes. Jenis ektoparasit dari filum Ciliophora adalah Trichodina sp., Trichodinella sp., Chilodonella sp., Ichthyopthirius multifiliis, dan Apiosoma sp., sedangkan yang termasuk dalam filum Plathyhelminthes adalah Dactylogyrus sp. (Tabel 1).

234 Yazid Alfa Riko, Rosidah dan Titin Herawati Tabel 1. Jenis dan jumlah ektoparasit yang ditemukan pada ikan bandeng Ukuran Sampling Jenis Parasit ikan I II III Total Persentase (%) Trichodina sp. 519 481 786 1786 86,41 Kecil Trichodinella sp. 3 0 0 3 0,15 Chilodonella sp. 16 30 36 82 3,97 I. multifiliis 60 70 66 196 9,48 Total 598 581 888 Persentase (%) 28,93 28,11 42,96 2067 100 Trichodina sp. 1904 1797 5522 9223 94,68 Trichodinella sp. 4 0 0 4 0,04 Besar Chilodonella sp. 50 47 86 183 1,88 I. multifiliis 90 110 127 327 3,36 Apiosoma sp. 0 0 1 1 0,01 Dactylogyrus sp. 3 0 0 3 0,03 Total 2051 1954 5736 Persentase (%) 21,06 20,06 58,88 9741 100 Keterangan : Ikan kecil - Panjang : 8,0-13,0 cm dengan berat rata-rata : 9,94 gram Ikan besar - Panjang : 20,0-27,0 cm dengan berat rata-rata : 95,53 gram Tabel 1 memperlihatkan bahwa jenis ektoparasit yang paling banyak menginfeksi ikan bandeng ukuran kecil adalah Trichodina sp. yaitu sebanyak 1.786 individu (86,41%) dan 9.223 individu (94,68%) pada ikan bandeng ukuran besar. Tingginya jumlah ektoparasit Trichodina sp. disebabkan karena parasit ini mempunyai penyebaran yang luas, dapat berkembang biak secara cepat, dan merupakan parasit yang umum dijumpai pada ikan air tawar serta dapat menempel pada berbagai spesies ikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kabata (1985), bahwa Trichodina sp., selalu bergerak aktif dan merupakan ektoparasit yang universal dan bukan parasit spesifik. Jenis ektoparasit yang paling sedikit ditemukan pada ikan bandeng ukuran kecil adalah Trichodinella sp. yaitu tiga individu atau 0,15%, sedangkan ektoparasit pada ikan bandeng ukuran besar adalah Apiosoma sp. yaitu satu individu (0,01%). Sedikitnya jumlah ektoparasit yang ditemukan pada ikan bandeng ukuran kecil maupun ikan bandeng ukuran besar diduga karena kegagalan parasit dalam menyerang, menempel dan berkembang biak pada tubuh ikan bandeng. Hal ini sesuai dengan pernyataan Olsen (1974) bahwa inang akan melakukan respon jika mendapat serangan dari parasit, jika parasit tidak mampu melawan respon tersebut maka parasit tidak bisa menempel ke tubuh inang dan tidak terjadi serangan. Selain itu juga dapat disebabkan karena memang populasi kedua jenis ektoparasit sedikit diperairan tersebut. Pada Tabel 1 terlihat jumlah ektoparasit pada sampling ketiga mengalami peningkatan yaitu 888 individu atau 42,96% lebih banyak dari sampling pertama 598 individu (28,93%) dan kedua 581 individu (28,11%) pada ikan bandeng berukuran kecil. Hal serupa juga terjadi pada ikan bandeng berukuran besar yaitu terdapat 5.736 individu ektoparasit atau 58,88% pada sampling ketiga, 2.051 individu (21,06%) sampling pertama dan 1.954 individu (20,06%) pada sampling kedua. Peningkatan jumlah ektoparasit tesebut diduga karena ikan mengalami stres karena sehari sebelum pengambilan sampling terjadi hujan ditambah saat melakukan penangan dan pengangkutan ikan. Hal ini sesuai dengan pendapat Irianto (2005) yaitu keadaan yang dapat menjadi sebagai stressor yaitu stressor kimiawi, stressor fisik, stressor biologis dan stressor prosedural. Stres yang berlangsung lama akan semakin menurunkan efektifitas sistem imun sehingga kemungkinan timbulnya penyakit menjadi tinggi (Irianto 2005).

Intensitas dan Prevalensi Ektoparasit pada Ikan Bandeng (Chanos chanos) 235 Tabel 2. Kisaran nilai kualitas air pada ikan bandeng Parameter Ukuran ikan Kualitas air Standar kualitas air bagi yang Kecil Besar optimum untuk perikanan diamati I II III I II III ikan bandeng Hasil Suhu (0C) 28,1 30,5 30 28 30,5 29 25-32* 22-35 Optimum ph 8,1 8,16 8,17 7,8 8,64 8,17 6,0-9,0** 6.8-8.7 Optimum DO (mg/l) 5,5 5,4 4,5 4,7 5,3 4,1 < 0,5 (Lethal) 3,0-5**** Optimum < 3 (Dapat hidup, pertumbuhan terhambat) > 5 (Pertumbuhan optimum)*** BOD (mg/l) 4,5 5,1 50 6 6,5 55 < 3 (Tidak tercemar) 3,1-4,9 (Tercemar ringan) 5,0-15,0 (Tercemar sedang) > 15 (Tercemar berat)* Sumber : * = Boyd (1990) ** = Odum (1971) *** = Alabaster dan Llyod, (1982) **** = Requintina et al. (2006) Tercemar Ringan, Sedang, Berat. Kualitas air secara keseluruhan masih layak untuk budidaya ikan, tetapi jumlah ektoparasit pada sampling ke-3 mengalami peningkatan (Tabel 1). Peningkatan jumlah ektoparasit tersebut berhubungan dengan parameter kualitas air yang kurang menunjang, karena sehari sebelum pengambilan sampling turun hujan, sehingga masuknya air permukaan ke sungai. Menurut Sukadi (1999) penurunan kadungan BOD dalam air disebabkan oleh dua hal yaitu sedimentasi dan deoksigenasi efektif dari badan air sungai/waduk dan limbah. Hal tersebut akan mengakibatkan ikan stres dan memudahkan terserang parasit. Latama (2002) dalam Awik et al. (2010) melaporkan stres lingkungan kemungkinan dapat menambah penurunan resistensi inang pada patogen. Ektoparasit yang Menginfeksi Organ Ikan Bandeng Menurut Fernando et al. (1972) setiap jenis parasit mempunyai habitat yang berbeda pada organ inang sebagai tempat hidupnya, namun ada beberapa ektoparasit yang menginfeksi dua atau lebih organ tubuh inangnya, seperti Trichodina sp. yang dapat menginfeksi sisik, kulit, sirip dan insang. Menurut Kabata (1985), parasit dapat menginfeksi, menempati dan berkembang biak pada habitat tertentu pada organ inangnya dan serangan parasit tersebut dapat terjadi pada dua atau lebih organ inangnya. Tabel 3. Prevalensi dan intensitas ektoparasit yang menginfeksi organ ikan bandeng Organ Terinfeksi Ukuran Jenis ektoparasit Kulit Sirip Insang ikan P (%) I P (%) I P (%) I Trichodina sp. 72,38 16 54,29 9 29,52 2 Kecil Trichodinella sp. 0,95 3 0 0 0 0 Chilodonella sp. 19,05 2 14,29 2 7,62 1 I. multifiliis 34,29 3 22,86 3 16,19 2 Jumlah total ektoparsit (ind) 1385 590 1.385 Trichodina sp. 9,33 54 87,62 36 31,43 5 Trichodinella sp. 0,95 4 0 0 0 0 Besar Chilodonella sp. 32,38 3 20 2 13,33 2 I. multifiliis 31,43 6 22,86 4 12,39 3 Apiosoma sp. 0 0 0,95 1 0 0 Dactylogyrus sp. 0 0 0 0 1,9 2 Jumlah total ektoparsit (ind) 6029 3466 6.029 Keterangan : P = Prevalensi (%) I = Intensitas (individu) Ind = Individu

236 Yazid Alfa Riko, Rosidah dan Titin Herawati Berdasarkan Tabel 3 baik pada ikan bandeng kuran kecil dan ukuran besar ektoparasit yang paling banyak ditemukan yaitu pada organ kulit, dengan masing-masing sebanyak 1385 individu dan 6029 individu. Tingginya jumlah ektoparasit yang menginfeksi kulit dikarenakan kulit merupakan salah satu bagian yang berhubungan langsung dengan air maka parasit akan lebih mudah menempel dibagian kulit dibandingkan dengan organ tubuh ikan lainnya, selain itu kulit mengandung banyak lendir. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kabata (1985), bahwa kulit ikan seluruhnya dilindungi oleh lendir yang merupakan makanan yang baik bagi parasit dan kulit merupakan organ yang dapat dijadikan tempat hidup ektoparasit. Ektoparsit yang ditemukan pada sirip adalah Trichodina sp., Chilodonella sp., I. multifiliis dan terdapat Apiosoma sp. pada ikan bandeng ukuran besar. Pada insang ditemukan Dactylogyrus sp. sebanyak tiga individu. Dactylogyrus sp. hanya ditemukan pada bagian insang karena insang merupakan habitat tempat cacing ini hidup. Hal ini sesuai dengan pernyataan Trimariani (1994) bahwa Dactylogyrus sp. merupakan jenis cacing trematoda monogenea yang habitat hidupnya pada insang. Intensitas Ektoparasit yang Menginfeksi Ikan Bandeng (Chanos chanos) Intensitas ektoparasit yang menginfeksi ikan bandeng ukuran kecil secara keseluruhan yaitu sebesar 25 individu/ekor ikan, sedangkan pada ikan bandeng ukuran besar sebesar 99 individu/ekor ikan (Tabel 4). Tabel 4. Intensitas ektoparasit yang menginfeksi ikan bandeng Ukuran ikan Jenis Parasit Intensitas (ind) pada sampling ke- Rata-rata Intensitas I II III (ind) Trichodina sp. 19 34 31 23 Kecil Trichodinella sp. 3 0 0 3 Chilodonella sp. 3 3 3 3 I. multifiliis 3 5 4 4 Total Intensitas (ind) 20 20 22 33 Trichodina sp. 56 54 178 94 Trichodinella sp. 4 0 0 4 Besar Chilodonella sp. 3 5 7 5 I. multifiliis 6 6 7 6 Apiosoma sp. 0 0 1 1 Dactylogyrus sp. 1,5 0 0 2 Total Intensitas (ind) 60 60 60 185 Keterangan : ind = individu Pada Tabel 4 Trichodina sp. mempunyai nilai intensitas yang tinggi, baik pada ukuran kecil maupun ukuran besar dengan jumlah masing-masing sebesar 23 indvidu/ekor ikan dan 94 individu/ekor ikan. Besarnya nilai intensitas Trichodina sp. disebabkan karena memilki siklus hidup yang cepat dan merupakan ektoparasit universal dimana parasit ini terdapat pada ikan air tawar dan ikan air laut, sedangkan ikan bandeng merupakan ikan yang habitat aslinya di air laut. Intensitas Trichodinella sp. pada ikan bandeng ukuran kecil yaitu tiga individu/ekor ikan dan pada ikan bandeng ukuran besar empat individu/ekor ikan. Intensitas Chilodonella sp. pada ikan bandeng ukuran kecil adalah tiga individu/ekor ikan. Pada ikan bandeng ukuran besar Chilodonella sp. ditemukan sebanyak lima individu/ekor ikan. Rendahnya intensitas Trichodinella sp. dan Chilodonella sp. diduga adanya infeksi bersama antara dua atau lebih spesies parasit yang dapat mengurangi jumlah salah satu spesies parasit. Menurut Noble dan Noble (1989) infeksi bersama antar spesies akan menghambat perkembangan atau bahkan merugikan spesies yang lain. Selain itu infeksi bersama juga dapat bersifat sinergistik atau saling menunjang kehidupan masing-masing parasit. I. multifiliis yang ditemukan paka ikan bandeng ukuran kecil yaitu sebanyak empat individu/ekor ikan dan enam individu/ekor ikan pada ikan bendeng

Intensitas dan Prevalensi Ektoparasit pada Ikan Bandeng (Chanos chanos) 237 ukuran besar. Rendahnya intensitas I. multifiliis pada ikan bandeng disebabkan I. multifiliis merupakan ektoparasit spesifik pada ikan air tawar, sedangkan ikan bandeng adalah ikan yang habitat aslinya air laut. Apiosoma sp. dan Dactylogyrus sp. yang hanya ditemukan pada ikan bandeng ukuran besar dengan jumlah masingmasing satu individu/ekor ikan dan dua individu/ekor ikan. Rendahnya intensitas kedua ektoparasit diduga ektoparasit tersebut tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar sehingga tidak dapat berkembak biak dengan baik. Menurut Noga (1996) dalam Aulia (2007), keberadaan Dactylogyrus sp. dalam jumlah besar dapat dijadikan indikator dari sanitasi dan kualitas air yang buruk, kepadatan yang tinggi, kandungan amoniak yang tinggi serta kandungan oksigen yang rendah. Hasil pengamatan visual terhadap intensitas ektoparasit yang menyerang ikan sampel yaitu terdapat perubahan warna tubuh ikan, serta ikan bandeng dengan intensitas Trichodina sp. yang tinggi menunjukkan gejala abnormal seperti produksi lendir meningkat, pergerakan lamban, ikan berenang terbalik dan melompat-lompat pada permukaan (Lampiran 7). Hal ini sesuai dengan pernyataan Kabata (1985) bahwa ikan yang terserang parasit trichodinid dapat menyebabkan tingkan laku atau warna tubuh abnormal, pergerakan yang lamban, adanya iritasi pada kulit, hiperlasia, degenerasi dan necrosis pada sel epitel yang terjadi secara berdampingan dan dosertai dengan proliferasi sel mukus. Selain itu pada tubuh ikan yang terinfeksi akan terlihat adanya bintik-bintik putih keabuan yang tidak teratur (Stickney 1979), lendir diproduksi berlebihan sehingga kulit tampak mengkilap. Prevalensi Ektoparasit yang Menginfeksi Ikan Bandeng Prevalensi ektoparasit yang menyerang ikan ukuran kecil yaitu 79,05% yang berarti dari sampel ikan sebanyak 105 ekor ditemukan 83 ekor ikan terinfestasi ektoparasit. Berdasarkan kategori Williams dan Williams (1996), prevalensi tersebut termasuk dalam kategori usually. Sedangkan prevalensi pada ikan bandeng ukuran besar yaitu 93,33% atau sebanyak 98 ekor dari 105 ikan yang diperiksa, termasuk dalam almost always (Tabel 5). Tabel 5. Prevalensi ektoparasit yang menginfeksi ikan bandeng Ukuran Prevalensi pada sampling ke Rata-rata Kategori Prevalensi Jenis Parasit ikan I II III Prevalensi (%) Williams & Williams (1996) Trichodina sp. 80 71,43 71,43 74,28 Usually (70-89 %) Kecil Trichodinella sp. 2,86 0 0 0,95 Rarely (0.1-<1 %) Chilodonella sp. 14,29 31,43 31,43 25,71 Often (10-29 %) I. multifiliis 62,86 42,86 45,71 50,48 Frequently (50-69 %) Total Prevalensi 87,71 74,28 77,14 79,05 Usually (70-89 %) Trichodina sp. 97,14 94,28 88,57 93,33 Almost always (90-98 %) Trichodinella sp. 2,86 0 0 0,95 Rarely (0.1-<1 %) Besar Chilodonella sp. 37,14 28,57 37,14 34,28 Commonly (30-49 %) I. multifiliis 42,86 57,14 54,28 51,43 Frequently (50-69 %) Apiosoma sp. 0 0 2,86 0,95 Rarely (0.1-<1 %) Dactylogyrus sp. 5,71 0 0 1,9 Occasionally (1-9 %) Total Prevalensi 97,14 94,28 88,57 93,33 Almost always (90-98 %) Tabel 5 memperlihatkan bahwa Trichodina sp. memiliki nilai prevalensi yang paling tinggi pada ikan bandeng ukuran kecil dan ikan bandeng ukuran besar, dengan nilai masing-masing sebesar 74,28 yeng termasuk dalam kategori usually, dan 93,33% termasuk dalam kategori almost always. Tingginya jumlah parasit Trichodina sp. disebabkan karena parasit ini mempunyai penyebaran yang luas, dan dapat berkembang biak secara cepat, dan merupakan parasit yang umum dijumpai pada ikan air tawar dan terdapat pada berbagai spesies ikan (Sachlan 1972). Prevalensi Trichodinella sp. pada ikan ukuran kecil sama dengan ikan ukuran besar yaitu 0,95% termasuk dalam kategori rarely. Prevalensi Chilodonella sp. pada ikan bandeng ukuran kecil lebih

238 Yazid Alfa Riko, Rosidah dan Titin Herawati sedikit dibandingkan ikan bandeng ukuran besar yaitu 25,71% termasuk dalam kategori often, sedangkann pada ikan bandeng ukrang besar yaitu 34,28% ketegori ini termasuk dalam commonly. I. multifiliis pada ikan bandeng ukuran kecil maupun ukuran besar tergolong frequenty dengan jumlah masing-masing sebesar 50,48% dan 51,43%. Ikan bandeng ukuran besar terinfeksi Apiosoma sp. dengan prevalensi 0,95% termasuk ke dalam kategori rarely. Dactylogyrus sp. pada ikan kecil termasuk dalam kategori jarang ditemukan rarely yaitu sebesar 1,,95%, sedangka pada ikan bandeng berukuran besar termasuk dalam kategori occasionally. Hubungan Intensitas dan Prevalensi Ektoparasit Terhadap Ukuran Tubuh Ikan Bandeng Dari hasil pemeriksaaan yang dilakukan terhadap ikan bandeng ukuran kecil dan ikan bandeng ukuran besar ditemukan adanya perbedaan nilai intensitas yaitu ektoparasit meningkat jumlahnya seiring dengann bertambahnya ukuran ikan (Gambar 1). 100 94 90 Intensitas (Individu/ekor ikan) 80 70 60 50 40 30 20 10 0 23 4 6 3 3 4 5 0 0 1 Kecil (8.0-13.0 cm) Besar (20,0-27,0) 2 Trichodina sp. Trichodinella sp. Chilodonella sp. I. multifiliis Apiosoma sp. Dactylogyrus sp. Ukuran Ikan Gambar 1. Hubungan intensitas ektoparasit terhadap ukuran tubuh pada ikan bandeng Pada Gambar 1 terdapat hubungan intensitas ektoparsit terhadap ukuran tubuh ikan bandeng bahwa semakin bertambah ukuran ikan maka jumlah intensitas bertambah. Bertambahnya nilai intensitas diduga karena ikan kecil memiliki luas penampang yang lebih kecil daripada ikan besar, maka parasit yang hidup dan menempel lebih sedikit dan peluang kontak antara parasit dengan inang lebih sedikit pula. Hal ini sesuai dengan pernyataan Noble dan Noble (1989) bahwa semakin besar ukuran atau berat inang maka semakin tinggi pula terinfeksi oleh parasit tertentu. Inang yang lebih besar dapat mengandung jumlah parasit yang lebih besar, meskipun telah terjadi saling adaptasi maka inang menjadi toleran terhadap parasitnya. (Noble dan Noble 1989). Selain itu lamanya pemeliharaan ikan bandeng juga dapat mengakibatkan tingginya jumlah intensitas ektoparasit. Hal ini sesuai dengan pernyataan Aristyaningsih (2004) bahwa semakin lama pemeliharaan intensitas dan prevalensi ektoparasit yang menyerang ikan cenderung meningkat.

Intensitas dan Prevalensi Ektoparasit pada Ikan Bandeng (Chanos chanos) 239 Prevalensi (%) 100 93.33 90 80 74.28 70 60 50.48 51.43 50 40 34.28 30 25.71 20 10 0.95 0 0 0.95 0.95 1.9 0 Trichodina sp. Trichodinella sp. Chilodonella sp. I. multifiliis Apiosoma sp. Dactylogyrus sp. Kecil (8.0-13.0 cm) Besar (20,0-27,0) Ukuran Ikan Gambar 2. Hubungan prevalensi ektoparasit terhadap ukuran tubuh pada ikan bandeng. Berdasarkan Gambar 10. terlihat ada dua hubungan prevalensi ektoparasit terhadap ukuran tubuh ikan bandeng (Chanos chanos). Hubungan yang pertama yaitu prevalensi ektoparasit meningkat dengan bertambahnya ukuran ikan. Hubungan ini terdapat pada ektoparasit Trichodina sp., Chilodonella sp., I. multifiliis, Apiosoma sp., dan Dactylogyrus sp. Hal ini disebabkan karena ukuran dan luas penampang permukaan tubuh inang yang semakin besar sehingga ektoparasit lebih banyak menempel. Menurut Dogie (1970), Noble dan Noble (1989) ukuran inang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi intensitas dan prevalensi parasit tertentu. Hubungan kedua yaitu prevalensi ektoparasit tidak meningkat dengan bertambahnya ukuran ikan, yang berarti bahwa keberadaan parasit tidak dipengaruhi oleh ukuran ikan. Hubungan ini terdapat pada ektoparasitt Trichodinella sp. Hal ini diduga karena populasi Trichodinella sp. jumlahnyaa sedikit di perairan tersebut. Selain itu juga disebabkan karena adanya infeksi bersama antara dua atau lebih spesies parasit yang dapat mengurangi jumlah salah satu spesies parasit. Menurut Noble dan Noble (1989) infeksi bersama antar spesies akan menghambat perkembangan atau bahkan merugikan spesies yang lain. KESIMPULAN Dari hasil penelitian ditemukan Ektoparasit yang menginfeksi ikan bandeng terdiri dari filum Ciliophora dan Plathyhelminthes. Jenis ektoparasit dari filum Ciliophora adalah Trichodina sp., Trichodinella sp., Chilodonella sp., Ichthyopthirius multifiliis dan Apiosoma sp., sedangkan ektoparasit berasal dari filum Plathyhelminthes adalah Dactylogyrus sp. Intensitass dan prevalensi ektoparasit yang menginfeksi ikan bandeng berukuran besar lebih tinggi yaitu 99 individu/ekor ikan dan 93,33 % jika dibandingkan dengan ikan bandeng berukuran kecil yaitu 25 individu/ekor ikan dan 79,05 %. Trichodina sp. mempunyai nilai intensitas dan prevalensi tertinggi yaitu 94 individu/ekor ikan dengan prevalensi 74,28 % padaa ikan bandeng ukuran besar dan 23 individu/ekor ikan dengan nilai prevalensi 93,33% pada ikan bandeng ukuran kecil. Terdapat perilaku abnormal dan perubahan fisik pada ikan bandeng yang memiliki intensitas ekroparasit dengan jumlah yang tinggi. Terdapat dua hubungan ektoparasit terhadap ukuran inang, yaitu prevalensi meningkat seiring dengan bertambahnya ukuran inang dan prevalensi ektoparasit tidak meningkat seiring dengan bertambahnya ukuran inang. Untuk hubungan intensitas ektoparasit dengan ukuran inang yaitu meningkat seiring dengan bertambahya ukuran inang.

240 Yazid Alfa Riko, Rosidah dan Titin Herawati DAFTAR PUSTAKA Alabaster, J.S dan R. Lloyd. 1982. Water Quality Criteria for Freshwater Fish. Second Edition. Food and Agriculture Organization of The United Nations. Butterworths. London. Aristyaningsih, D. 2004. Intensitas dan Prevalensi Ektoparasit pada Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) di Kolam Pendederan Cigantiri. Skripsi. Fakultas Pertanian. Jurusan Perikanan. Universitas Padjadjaran. Jatinangor. Aulia, L. 2007. Intensitas dan Prevalensi Ektoparasit Pada Neon Tetra (Paracheirodon innesi Myers) dari Beberapa Eksportir. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Padjadjaran. Bandung. Awik, P.D.N., D. Hidayati dan H, Karimatul. 2010. Identifikasi Parasit Pada Insang Dan Usus Halus Ikan Kerapu (Epinephelus sexfasciatus) Yang Tertangkap Di Perairan Glondong Gede, Tuban. Berk. Panel. Hayati Edisi Khusus: 4F (9-12). Boyd, C.E. 1982. Water Quality Management for PondFish Culture. Aurburn University Agricultural Experiment Station, Alabama, USA. 318 hlm. Boyd, C.E. 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Alabama Agriculture Experiment Station, Auburn University. Birmingham Publishing Co. Alabama. 482 hlm. Bunkley-Williams, L. and E. H. Williams, Jr. 1994. Parasites of Puerto Rican Freshwater Sport Fishes. Puerto Rico Depart-ment of Natural and Environmental Resources, San Juan, PR and Department of Marine Sciences, University of Puerto Rico, Mayaguez, PR, 168 hlm. Cahyono, PM., D.S. Mulia, dan E. Rochmawati. 2006. Identifikasi Ektoparasit Protozoa Pada Benih Ikan Tawes (Puntius Javanicus) Di Balai Benih Ikan Sidabowa Kabupaten Banyumas dan Balai Benih Ikan Kutasari Kabupaten Purbalingga. Jurnal Protein. Vol. 13 No.2 Th. 2006. Dogie, V.A., G.K. Petrushevski and I. Polyanski. 1970. Parasitologi of Fishes. T.F.H. Publisher. Hongkong. 384 hlm. FAO. 2012. Fisheries and Aquaculture Chanos chanos. http://www.fao.org/fishery/cultured species/chanos_chanos/en (Online) 22 Juni 2012. Fernando, C.H., J.I. Furtado., A.V. Gusse., Harek and A. Kakoge. 1972. Method for the Study of Freshwater Fish Series. Univerdity of Waterloo. Canada. 144 hlm. Ghufron, M. dan H. Kardi. 1997. Budidaya Kepiting dan Ikan Bandeng di Tambak Sistem Polikultur. Semarang: Dahara Prize. 272 hlm. Hartono, P., J. Dewi dan T. Tusihadi. 2001. Penyakit Pada Budidaya Ikan Kerapu. Balai Budidaya Laut Lampung. Bandar Lampung. Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 255 hlm. Kabata, Z. 1985. Parasites and Diseases of Fish Cultured in The Tropics. Tailor and Feancis Inc. London and Philadelphia. 381 hlm. Noble, E.R and G.A. Noble. 1989. Parasitologi Biologi Parasit Hewan. Edisi ke-5. Wardiarto, Penerjemah; Soeripto N. Editor. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Parasitology: The Biology of Animal Parasites 5th edition.

Intensitas dan Prevalensi Ektoparasit pada Ikan Bandeng (Chanos chanos) 241 Noga, E.J. 2000. Fish Disease Diagnosis and Treatment. Iowa State Uneversity Press. 367 hlm. Odum, E.P. 1971. Fundamentals of Ecology 3rd Ed. 1971. W.B. Saunders Co., Toronto : 374 hal. Olsen, O.W. 1974. Animal Parasites, Their Life Cycles and Ecology. University Park Press. Baltimore. London. 562 hlm. Pramono, T.B dan H. Syakuri. 2008. Infeksi Parasit Pada Permukaan Tubuh Ikan Nilem (Osteochilus hasellti) yang Diperdagangkan Di PPI Purbalingga. Berkala Ilmiah Perikanan. Vol. 3 No. 2, November. Requintina, E. D., A.J. Mmochi. and F.E. Msuya. 2006. A Guide to Milkfish Culture in Tanzania. Sustainable Coastal Communities and Ecosystems Program. Western Indian Ocean Marine Science Association, Institute of Marine Sciences, University of Hawaii, Hilo and the Coastal Resources Center, University of Rhode Island. 49 hlm. Sachlan, M. 1972. Penyakit Ikan. Direktorat Jendral Periknan. Departemen Pertanian. Bogor. 61 hlm. Scholz, T. 1999. Parasites in Cultured and Feral Fish. Veterinary Parasitology 84, 317 335. Stickney, R.R. 1979. Principles of Warm Water Aquaculture. John Wiley and Sons. New York. 375 hlm. Sukadi. 1999. Pencemaran Sungai Akibat Buangan Limbah dan Pengaruhnya Terhadap BOD dan DO. Makalah. Jurusan Pendidika Teknik Bangunan. Fakultas Pendidikan Teknologi dan Penjuruan.Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung. Trimariani, A. 1994. Petunjuk Pratikum Parasit dan Penyakit Ikan, Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Bandung. Van Duijn. 1972. Disease of Fishes. Butterworth and Co. Publisher Ltd. London. 371 hlm. Williams, E. H., Jr. and L.B. Williams 1996. Parasites of offshore big game fishes of Puerto Rico and the western Atlantic. Puerto Rico Department of Natural and Environmental Resources, San Juan, PR, and the University of Puerto Rico, Mayaguez, PR, 382 hlm.