SUMMARY HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PENATALAKSANAAN DIARE PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS TILOTE KECAMATAN TILANGOKABUPATEN GORONTALO Jihan S. Nur NIM : 841 409 024 Program Studi Ilmu Keperawatan Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Prevalensi diare di Indonesia adalah 411 /1000 penduduk. Dari angka prevalensi tersebut 70%-80% menyerang balita. Penyebab utama kematian akibat diare adalah penatalaksanaan yang tidak tepat. Pengetahuan dan sikap ibu diduga mempengaruhi penatalaksanaan diare pada balita. Oleh karena itu tujuan peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan penatalaksanaan diare pada balita. Jenis penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectioanl study. Jumlah sampel sebanyak 42 responden yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Tilote Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Pemilihan sampel menggunakan metode Accidental Sampling. Analisa data menggunakan uji Korelasi Spearman rho. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan cukup (40,48%), mayoritas sikap ibu adalah mendukung (85,7%) dan penatalaksanaan diare pada balita adalah baik (54,8%). Hasil uji korelasi Spearman rho menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan penatalaksanaan diare pada balita dimana hasil p value 0,000 (<0,05). Dan adanya hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan penatalaksanaan diare pada balita dengan hasil p value 0,003(<0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu dengan penatalaksanaan diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Tilote Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Diharapkan petugas kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan dengan metode yang lebih efektif. Kata Kunci : Pengetahuan, sikap, penatalaksanaan diare. xviii
I. PENDAHULUAN Diare merupakan salah satu penyakit paling sering menyerang anak-anak di seluruh dunia termasuk Indonesia. Diperkirakan anak berumur dibawah lima tahun mengalami episode diare per tahunnya dan empat juta anak meninggal di seluruh dunia akibat diare dan malnutirisi. Kematian akibat diare umumnya disebabkan karena dehidrasi (kehilangan cairan) lebih kurang 10% episode Diare disertai dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit tubuh secara berlebihan. Bayi dan anak kecil lebih mudah mengalami dehidrasi dibanding anak yang lebih besar (IDAI 2008 ). Untuk Indonesia Diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita serta sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) (Adisasmito, 2007). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas,2007) yang dilakukan oleh Kemenkes cq Badan Litbangkes pada tahun 2007, penyakit diare menjadi penyebab utama kmatian bayi (31,4%) dan anak balita (25,2%). Angka kesakitannya pada tahun 2010 adalah 411 per seribu penduduk. Dari angka prevalensi tersebut 70%-80% menyerang anak dibawah usia lima tahun (balita). Golongan umur ini mengalami 2-3 episode Diare per tahun. Diperkirakan kematian anak akibat Diare sekitar 200-250 ribu setiap tahunnya (Widoyono, 2005:146). Data yang diambil pada tanggal 13 Maret 2013 di wilayah kerja Puskesmas Tilote Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo yang memiliki delapan desa terdapat data bahwa total kasus Diare pada tahun 2010 sebanyak 482 kasus, tahun 2011 sebanyak 437 kasus, dan tahun 2012 sebanyak 310 kasus. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan angka kejadian Diare. Namun pada kenyataannya, berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dari tahun ke tahun diketahui bahwa Diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia (Depkes RI, 2011). Diare merupakan penyebab kurang gizi yang penting terutama pada anak. Diare menyebabkan anoreksia (kurangnya nafsu makan) dan keadaan tubuh yang lemah, sehingga keadaan yang demikian sangat membahayakan kesehatan anak. Ibu biasanya tidak menanggapi secara sungguh-sungguh karena sifat diarenya ringan. Padahal penyakit Diare walaupun dianggap ringan tetapi sangat berbahaya bagi kesehatan anak (Widoyono, 2005:145). Penyebab utama kematian akibat Diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena Diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat (Kemenkes, 2011). Faktor ibu berperan sangat penting dalam kejadian Diare pada balita. Ibu adalah sosok yang paling dekat dengan balita. Jika balita terserang Diare maka tindakan-tindakan yang ibu ambil akan menentukan perjalanan penyakitnya. Tindakan tersebut dipengaruhi berbagai hal, salah satunya adalah pengetahuan. Salah satu pengetahuan ibu yang sangat penting adalah bagaimana praktek perawatan anak xix
dengan Diare yaitu dengan mencegah dan mengatasi keadaan dehidrasi, pemberian cairan pengganti (IDAI, 2008). Selain pengetahuan sikap ibu juga berpengaruh dalam penatalaksanaan Diare di rumah. Sikap ibu yang kurang baik misalnya, tidak memberikan makanan pada anak yang Diare (memuasakan) daripada harus menyiapkan makanan khusus dan membujuk atau memaksa anak yang sakit untuk makan. Ini bisa menyebabkan keadaan anak akan bertambah buruk. Dengan adanya penjelasan di atas maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Dengan Penatalaksanaan Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tilote Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. II. METODE PENELITIAN Desain penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan pendekatan Cross Sectional yaitu peneliti mempelajari hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung dengan melakukan pengukuran sesaat, jadi dilihat apakah ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu tentang diare dengan penatalaksanaan diare pada balita. Penelitian ini selain bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu peristiwa yang dilakukan secara sistematik juga mencari hubungan variabel independen dan dependen tanpa ada intervensi. (Nursalam, 2011). Variabel yang digunakan yaitu variabel independen adalah Pengetahuan dan Sikap. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Penatalaksanaan Diare Pada Balita. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita berumur 0-59 bulan yang mengalami diare di wilayah kerja Puskesmas Tilote Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo sebanyak 42 orang. Sampel adalah ibu yang memiliki balita berumur 0-59 bulan yang mengalami diare di wilayah kerja Puskesms Tilote Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo sebanyak 42 orang. Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan teknik Accidental sampling yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel utama, sesuai dengan karakteristik yaitu apabila menemukan ibu yang memiliki anak balita umur 0-59 bulan yang mengalami diare di Wilayah Kerja Puskesmas Tilote Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo maka dapat dijadikan sampel. Sebelum digunakan kuesioner yang berisi 34 pertanyaan diuji terlebih dahulu kepada 30 sampel yang berbeda kemudian data diolah dengan uji validitas dan reliabilitas. Untuk Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan Guttman Split-Half Coefficient dengan menggunakan pengolahan data melalui program SPSS, dimana hasil pengujian yaitu sebesar 0,920. Ini berarti bahwa alat ukur yang digunakan reliabel. Data di entri dengan tabular. Analisis univariat untuk melihat nilai rata-rata, nilai minimal dan maksimal serta distribusi frekuensi. Analisis bivariat untuk melihat hubungan antara dua kedua variabel yaitu pengetahuan dan sikap ibu dengan xx
penatalaksanaan diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Tilote Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Lokasi penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Tilote Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo dan waktu penelitian dilakukan 17 Mei-03 Juni 2013. III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Penelitian Karakteristik responden berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 17-24 tahun (50,0%), pendidikan responden sebagian besar SMP/sederajat (40%), sebagian besar responden adalah tidak bekerja atau IRT (90%), dan jumlah penghasilan keluarga yang <Rp.1.000.000 sebanyak 86%. 3.1.1 Pengetahuan Ibu Tentang Penatalaksanaan Diare Pada Balita Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tingkat Pengetahuan Frekuensi (orang) % Baik 12 28,57 Cukup 17 40,48 Kurang 13 30,95 Total 42 100 Sumber : data primer 2013 Tabel 3.1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dalam penelitian memiliki pengetahuan cukup yaitu sebesar 40,48%. Kemudian 28,57% memiliki tingkat pengetahuan baik, sedangkan 30,95% responden memiliki tingkat pengetahuan kurang. 3.1.2 Sikap Ibu Tentang Penatalaksanaan Diare Pada Balita Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Sikap Frekuensi (orang) % Mendukung 36 85,7 Kurang Mendukung 6 14,3 Total 42 100 Sumber : data primer 2013 Tabel 3.2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki sikap yang mendukung terhadap penatalaksanaan diare pada balita sebesar 85,7%, dan yang memiliki sikap kurang mendukung sebesar 14,3%. xxi
3.1.3 Penatalaksanaan Daire Pada Balita Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penatalaksanaan Diare pada Balita Penatalaksanaan Diare Frekuensi (orang) % Baik 23 54,8 Kurang 19 45,2 Total 42 100 Sumber : data primer 2013 Dari tabel 3.3 tentang distribusi frekuensi responden berdasarkan penatalaksanaan diare pada balita diketahui bahwa sebagian besar responden dalam penelitian memiliki penatalaksanaan yang baik yaitu sebesar 54,8%, sedangkan yang memiliki penatalaksanaan kurang sebesar 45,2%. 3.1.4 Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Penatalaksanaan Daire Pada Balita 3.1.4.1 Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Penatalaksanaan Diare Tabel 3.4 Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Penatalaksanaan Diare Penatalaksanaan Diare p Total % Baik % Kurang % value Baik 12 100 0 0 12 100 0,591 Sig= 0,000 <0,05 Pengetahuan Ibu Cukup 8 47,1 9 52,9 17 100 Kurang 3 23,1 10 76,9 13 100 Total 23 54,8 19 45,2 42 100 Sumber : data primer 2013 Berdasarkan uji Korelasi Spearman rho dapat dilihat bahwa terdapat hubungan positif sebesar π=0.591 dan menurut interpretasi angka korleasi Prof.Sugiyono (2007) maka hubungan ini termasuk dalam kategori hubungan yang sedang, pada taraf signifikan p=0,000 (p<α=0,05) artinya semakin baik pengetahuan ibu maka semakin baik pula penatalaksanaan diare pada balita. Dengan demikian hipotesis nol (Ho) ditolak H1 diterima dimana terdapat hubungan antara pengetahuan ibu dengan penatalaksanaan diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Tilote Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. xxii
3.1.4.2 Hubungan Sikap Ibu Dengan Penatalaksanaan Diare Tabel 3.5 Hubungan Sikap Ibu Dengan Penatalaksanaan Diare Penatalaksanaan Diare Total % p value Baik % Kurang % Mendukung 23 63,9 13 36,1 36 100 Sikap Kurang 0,449 sig= Ibu 0 0 6 100 6 100 Mendukung 0,003<0,05 Total 23 54,8 19 45,2 42 100 Sumber : Data Primer 2013 Berdasarkan hasil uji Korelasi Spearman rho diketahui bahwa terdapat hubungan positif sebesar π=0.449 dan menurut interpretasi angka korleasi Prof.Sugiyono (2007) maka hubungan ini termasuk dalam kategori hubungan yang sedang, pada taraf signifikan p=0,003 (p<α=0,05) artinya semakin mendukung sikap ibu dalam penatalaksanaan diare pada balita maka semakin baik pula penatalaksanaan yang dilakukan. Dengan demikian hipotesis nol (Ho) ditolak dan H1 diterima dimana terdapat hubungan antara sikap ibu dengan penatalaksanaan diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Tilote Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. 3.2 Pembahasan 3.2.1 Pengetahuan Ibu Tentang Penatalaksanaan Diare Pada Balita Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan diare pada balita sebagian besar memiliki pengetahuan yang cukup sebesar 40,48%. Hasil ini didukung oleh penelitian Endah Purbasari (2009) mayoritas tingkat pengetahuan ibu dalam penanganan awal diare di rumah adalah cukup sebanyak 33 responden (48%). Sebagian besar ibu-ibu balita menjawab benar pada pertanyaan nomor 8 tentang cara pemberian ASI sebesar 81,0% artinya ibu-ibu tersebur mengetahui bahwa balita yang sedang mengalami diare harus tetap dilanjutkan pemberian ASI. Asumsi saya bahwa ibu-ibu yang yang menjawab bahwa ASI harus tetap dilanjutkan pemberiannya pada balita diare dikarenakan mereka telah memperoleh cukup informasi tentang pentingnya ASI bagi balita terutama saat diare. Selain itu mereka juga tahu bahwa ASI itu makanan yang paling penting untuk balita. Tetapi ada beberapa pertanyaan yang dijawab salah oleh sebagian besar ibuibu balita seperti pertanyaan nomor 5 yang dijawab salah oleh sebagian besar responden sebesar 83,3% tentang prinsip pemberian oralit. Jawaban pertanyaan ini juga ada hubungannya dengan jawaban ibu-ibu balita pada pertanyaan pengetahuan nomor 6 tentang dosis pemberian oralit 3 jam pertama yang sebagian besar 76,2% menjawab salah. Hal ini dapat terjadi karena mereka memang tidak mengetahui bagaimana prinsip pemberian oralit yang seharusnya diberikan pada saat anak mengalami diare karena banyak ibu-ibu yang memilih jawaban tidak tau disebabkan kurangnya informasi tentang penanganan diare di rumah. Selain itu xxiii
karena ibu-ibu sendiri memang tidak mengetahui tentang dosis pemberian oralit di rumah karena kurangnya informasi dari petugas kesehatan itu sendiri. 3.2.2 Sikap Ibu Tentang Penatalaksanaan Diare Pada Balita Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar sikap ibu dalam penatalaksanaan diare pada balita yaitu sikap yang mendukung sebesar 85,7%. Dari 10 pernyataan yang diajukan rata-rata 48,58% yang menjawab sangat setuju, 42,85% yang menjawab setuju, 8,33% yang menjawab tidak setuju, dan yang menjawab sangat tidak setuju sebesar 0,24%. Pernyataan yang dijawab sangat setuju maupun setuju oleh sebagian besar ibu-ibu balita yaitu pernyataan nomor 1 tentang penanganan diare dalam arti diare harus segera ditangani sebesar 73,8%. Hal ini menggambarkan bahwa sudah banyak ibu yang memberi perhatian lebih pada anak yang sedang mengalami diare. Karena memang diare harus segera ditangani untuk mencegah terjadinya dehidrasi atau kekurangan cairan. Sedangkan masih ada juga beberapa ibu-ibu yang memilih jawaban tidak setuju maupun sangat tidak setuju yaitu pada pernyataan nomor 2 tentang penanganan awal diare dapat dilakukan di rumah sebesar 33,3%. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Endah Purbasari (2009) dimana hasil jawaban penelitian tentang sikap ibu dalam penanganan awal diare dapat dilakukan di rumah walaupun sebagian besar 76% menjawab sangat setuju ternyata masih ada 21% yang menjawab tidak setuju. Ibu yang menjawab tidak setuju dikarenakan mereka memiliki kepercayaan bahwa jika anak sakit harus segera dibawa ke dokter atau puskesmas atau bisa juga karena mereka tidak mengetahui bagaimana penangana awal diare di rumah. Karena sebenarnya penanganan awal diare dapat dilakukan di rumah dengan prinsip mencegah dehidrasi, yaitu dengan memberikan cairan lebih banyak. 3.2.3 Penatalaksanaan Diare Pada Balita Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar penatalaksanaan diare pada balita yang dilakukan oleh ibu-ibu balita diare adalah baik yaitu sebesar 54,8%. Dimana penatalaksanaan atau perawatan yang dilakukan ini dinilai dari jawaban ibu-ibu balita diare apakah mereka menjawab benar atau salah dengan pertanyaan yang diajukan. Dari 12 pertanyaan yang diajukan rata-rata 43% yang menjawab benar dan 57% yang menjawab salah. Pertanyaan yang sebagian besar dijawab benar oleh ibu-ibu balita diare adalah pertanyaan nomor 2 tentang memberikan oralit selama anak diare sebesar 66,7% dimana ibu-ibu balita menjawab benar, tetapi masih ada 33,3% ibu-ibu balita yang menjawab salah. Hasil ini didukung oleh hasil penelitian Endah Purbasari (2009) ibu yang memberikan oralit sebanyak 53 responden (78%) dan ibu yang tidak memberikan oralit sebanyak 15 responden (22%). Dimana penatalaksanaan atau perawatan yang dilakukan ini dinilai dari jawaban ibu-ibu balita diare apakah mereka menjawab benar atau salah dengan xxiv
pertanyaan yang diajukan. Dari 12 pertanyaan yang diajukan rata-rata 43% yang menjawab benar dan 57% yang menjawab salah. Pertanyaan yang sebagian besar dijawab benar oleh ibu-ibu balita diare adalah pertanyaan nomor 2 tentang memberikan oralit selama anak diare sebesar 66,7% dimana ibu-ibu balita menjawab benar, tetapi masih ada 33,3% ibu-ibu balita yang menjawab salah. Hasil ini didukung oleh hasil penelitian Endah Purbasari (2009) ibu yang memberikan oralit sebanyak 53 responden (78%) dan ibu yang tidak memberikan oralit sebanyak 15 responden (22%).. Ibu yang tidak memberikan oralit saat ditanyakan, mereka menjawab anaknya tidak suka dan tidak mau minum oralit. Dan masih banyak yang menganggap bahwa oralit adalah obat diare. Setelah diberikan oralit dan diare anaknya tidak sembuh, banyak ibu beranggapan anaknya tidak cocok dengan oralit, pemahaman seperti ini harus segera diluruskan. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang bukan mengobati diare (Kemenkes RI, 2011). Selain itu tentang pemberian suplemen zin selama 10 hari kepada balita diare dan saat diare berhenti adalah tindakan penting untuk dilakukan, namun masih ada 61,9% ibu-ibu balita diare yang tidak melakukannya. Hasil penelitian didukung oleh penelitian Endah (2009) dimana ibu yang memberikan suplemen zink sebanyak 8 responden (12%) dan yang tidak memberikan suplemen zink saat anaknya diare sebanyak 60 responden (88%). Berdasarkan wawancara mereka mengatakan bahwa tidak mengetahui tentang suplemen zinc. Hal ini menjadi masukan bagi Sarana Kesehatan (Puskesmas) agar ketika memberikan obat kepada ibu balita diare sebaiknya menjelaskan atau mempromosikan obat apa yang diberikan terutama untuk suplemen zinc, apa manfaatnya dan bagaimana cara minumnya. Masih perlu promosi lebih gencar lagi mengenai penggunaan suplemen zink saat anak diare. 3.2.4 Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Penatalaksanaan Diare Pada Balita Hasil Uji Korelasi Speaman rho mempunyai hubungan yang positif sebesar 0,591 dan menurut interpretasi angka korleasi Prof. Sugiyono (2007) maka hubungan ini termasuk dalam kategori hubungan yang sedang pada taraf signifikan p=0,000 (p<α=0,05), berarti ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan penatalaksanaan diare pada balita, artinya semakin baik pengetahuan ibu maka semakin baik pula penatalaksanaan diare pada balita. Hasil penelitian Tami Fediani (2011) tentang hubungan pengetahuan dengan tindakan ibu didapati hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu dengan tindakan ibu terhadap kejadian diare pada balita dengan hasil p value chi square 0.0001 (<0.05). Pengetahuan ibu sangat berpengaruh dalam penatalaksanaan diare di rumah. Karena bila pengetahuannya baik maka ibu akan mengetahui tentang cara merawat anak diare di rumah, terutama tentang upaya rehidrasi oral dan juga ibu akan xxv
mengetahui tentang tanda-tanda untuk membawa anak berobat atau merujuk ke sarana kesehatan. 3.2.5 Hubungan Sikap Ibu Dengan Penatalaksanaan Diare Pada Balita Sedangkan hasil Uji Korelasi Spearman rho mempunyai hubungan yang positif sebesar 0,449 dan menurut interpretasi angka korleasi Prof.Sugiyono (2007) maka hubungan ini termasuk dalam kategori hubungan yang sedang/moderat pada taraf signifikan p=0,003 (p<α=0,05), berarti ada hubungan antara sikap ibu dengan penatalaksanaan diare pada balita, artinya semakin mendukung sikap ibu maka semakin baik pula penatalaksanaan diare pada balita. Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa: sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tetentu. Dalam kata lain fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan), atau reaksi tertutup. Selain pengetahuan sikap ibu juga berpengaruh dalam penatalaksanaan diare di rumah. Misalnya, tindakan penyapihan yang jelek (penghentian ASI yang terlalu dini, pemberian susu botol) akan mengakibatkan diare pada anak. Sikap ibu yang kurang baik misalnya, tidak memberikan makanan pada anak yang diare (memuasakan), ini bisa menyebabkan keadaan anak akan bertambah buruk. Sedangkan sikap ibu yang baik misalnya, bila terjadi dehidrasi maka anak segera di bawa ke petugas kesehatan. 3.2.6 Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Penatalaksanaan Diare Pada Balita Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan dengan hasil semua nilai p<0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan penatalaksanaan diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Tilote Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Pengetahuan ibu, sikap ibu dan penatalaksanaan diare pada balita merupakan komponen penting yang saling berkaitan. Pengetahuan merupakan salah satu komponen faktor predisposisi yang penting. Dan pengetahuan yang sangat penting dari seorang ibu adalah bagaimana penatalaksanaan diare pada balita yaitu dengan mencegah dan mengatasi keadaan dehidrasi. Karena itu peran ibu dalam perawatan anak dengan diare sangat diperlukan suatu pengetahuan. Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang. Pengetahuan berpengaruh terhadap praktek baik secara langsung atau tidak langsung, melalui perantara sikap (Notoatmodjo,2010). Praktek seseorang dalam hal ini tindakan penatalaksanaan diare pada balita dibentuk oleh interaksi individu dengan lingkungan, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap terhadap objek. xxvi
IV. SIMPULAN DAN SARAN Sebagian besar responden dalam penelitian memiliki pengetahuan cukup yaitu 40,48%. Sikap responden tentang penatalaksanaan diare pada balita sebagian besar memiliki sikap mendukung sebesar 85,7%. Penatalaksanaan diare pada balita sebagian besar responden memiliki penatalaksanaan yang baik sebanyak 54,8%. Adanya hubungan antara pengetahuan ibu dengan penatalaksanaan diare pada balita yaitu sebesar 0,591 pada taraf signifikan p=0,000 (p<α=0,05), dengan interpretasi hubungan kategori sedang/moderat. Dan adanya hubungan antara sikap ibu dengan penatalaksanaan diare pada balita yaitu sebesar 0,449 pada taraf signifikan p=0,003 (p<α=0,05), dengan interpretasi hubungan kategori sedang/moderat. Bagi ibu-ibu balita agar lebih menambah pengetahuannya tentang cara perawatan balita saat mengalami diare dengan benar dan tepat. Terutama dalam hal mengetahui prinsip-prinsip pengelolaan efektif penderita diare, yaitu memberikan cairan secara oral pada anak di rumah segera setelah diare bukan langsung dibawa berobat ke sarana kesehatan. xxvii