BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya komunikasi tidak dapat dipungkiri sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai

BAB I PENDAHULUAN. bagian internal dari sistem tatanan kehidupan sosial manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan manusia, dan manusia tidak bisa hidup tanpa

BAB I PENDAHULUAN. seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai konsumsi sehari hari seperti makanan.

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial. Pendek kata, komunikasi adalah bagian dimensi sosial yang khusus membahas

ANALISIS TINDAK TUTUR PADA DIALOG BUKU CATATAN SEORANG DEMONSTRAN SOE HOK GIE SUTRADARA RIRI REZA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata. communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan hal paling mendasar dalam setiap tindakan

BAB I PENDAHULUAN. yang menyanjung-nyanjung kekuatan sebagaimana pada masa Orde Baru, tetapi secara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini. Manusia merupakan khalayak sasaran media massa, sehingga keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak.

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. menganalisis, dan mengevaluasi media massa. Pada dasarnya media literasi

BAB I PENDAHULUAN. menganggapnya sebagai hal yang biasa, seperti bernafas atau berjalan. (Bloomfield,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENJADI TUAN DI NEGERI SENDIRI: PERSPEKTIF POLITIK. Dr. H. Marzuki Alie KETUA DPR-RI

BAB 1 PENDAHULUAN. media elektronik televisi; hal ini dapat diamati dari munculnya berbagai macam stasiun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, termasuk perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup yang lainnya, manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara. Demokrasi dalam bidang politik, menekankan

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dewasa ini telah memunculkan suatu

S A L I N A N KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA NOMOR 007/SK/KPI/5/2004 TENTANG

1. Kita harus melaporkan kejadian itu besok, tetapi mereka sekarang tidak berada di sini.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai dalam tugas akhir ini adalah membuat film

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina

BAB I PENDAHULUAN. Informasi sudah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam mendukung berbagai aktivitasnya. Teknologi pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. satunya melalui media massa, seperti televisi, radio, internet dan surat kabar.

I. PENDAHULUAN. Perubahan Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD tahun 1945) tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi antar umat manusia satu sama lain. Komunikasi begitu sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologi kita. 1. tersebar banyak tempat, anonym dan heterogen.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyiaran merupajan sebuah proses untuk menyampaikan siaran yang di

LAMPIRAN. Naskah Wawancara Vera Hermawan (Dosen Filmologi) 1. Apakah Bapak sudah menonton film Jerusalem 2013?

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di semua belahan dunia. Komunikasi adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kini, film merupakan salah satu pilihan utama masyarakat untuk mencari

BAB I PENDAHULUAN. populasi kucing bahkan mencapai ekor ( 5 Mei 2014).

2015 KAJIAN VISUAL POSTER FILM DRAMA PENDIDIKAN SUTRADARA RIRI RIZA PRODUKSI MILES FILMS

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari media massa. Pada perkembangannya film dianggap sebagai alat

PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. cara yang ditempuh untuk dapat berkomunikasi seperti melalui media massa,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari masyarakat mendapatkan informasi tentang kejadian-kejadian dan

BAB I PENDAHULUAN. pesan itu merupakan pikiran bersama antara komunikator dan komunikan. 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang ditandai. hingga mampu menembus ruang dan waktu.

BAB I PENDAHULUAN. membuat pemirsanya ketagihan untuk selalu menyaksikan acara-acara yang ditayangkan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman ini, informasi memegang peran penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa. Dalam komunikasi massainformasi disampaikan melalui media massa.

BAB I PENDAHULUAN. diputar sehingga menghasilkan sebuah gambar bergerak yang disajikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menganalisis diajarkan dengan tujuan agar siswa mampu

KUESIONER SURVEI PERILAKU MENONTON DAN PERSEPSI KHALAYAK TERHADAP PROGRAM JELAJAH DI TRANS TV. : (diisi oleh peneliti)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit

BAB I PENDAHULUAN. kabar, menonton berita, mendengarkan radio, mengakses berita melalui internet.

BAB I PENDAHULUAN. editing, dan skenario yang ada sehingga membuat penonton terpesona. 1

BAB V PENUTUP Kesimpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat kepada media massa menjadikan peranan pers semakin penting. Seorang

S A L I N A N KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA NOMOR 008/SK/KPI/8/2004 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan

RechtsVinding Online Mengembalikan Kejayaan Perfilman Indonesia Melalui Penyempurnaan Undang-Undang Perfilman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi massa merupakan jenis komunikasi yang ditujukan kepada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, segala sesuatu yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) Mass communication is

BAB I PENDAHULUAN. Dunia Broadcasting (penyiaran) adalah dunia yang selalu menarik

BAB I PENDAHULUAN. yang mudah untuk dicerna. Televisi secara universal juga mampu untuk menjangkau audiens

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Komunikasi adalah aktivitas proses penyampaian pesan yang dilakukan setiap manusia, salah satu komunikasi adalah komunikasi massa. Menurut Bittner (1980:10) bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah film. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual yang berfungsi untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekolompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu (Effendy, 1986: 134). Film juga merupakan sarana hiburan yang sangat menyenangkan bagi masyarakat. Tidak hanya itu film juga menjadi media yang disenangi semua kalangan untuk mendapatkan ilmu dan wawasan serta menjadi sarana efektif untuk proses pembelajaran. Mengapa menarik? Karena film adalah potret kecil kehidupan yang diceritakan dalam bentuk gambar audio visual yang sangat menarik. Wibowo (2006:196) mengungkapkan bahwa film adalah alat untuk menyampaikan berbagai pesan kepada khalayak melalui sebuah media cerita. Film juga merupakan medium ekspresi artistik sebagai suatu alat bagi para seniman dan insane perfilman dalam rangka mengutarakan gagasan-gagasan dan ide cerita. Secara esensial dan substansial film memiliki kekuatan yang akan berimplikasi terhadap komunikasan masyarakat. Ada berbagai jenis film, salah satunya adalah film pendek, film pendek ialah salah satu bentuk film paling simple dan paling kompleks, Di awal perkembangannya film pendek sempat dipopulerkan oleh comedian Charlie Chaplin, Secara teknis film pendek merupakan film yang memiliki durasi diabawah 50 menit. Mengenai cara bertuturnya, film pendek memberikan kebebasan bagi para pembuata dan pemirsanya, sehingga bentuknya menjadi sangat bervariasi. Film pendek dapat sanya hanya berdurasi 60 detik, yang penting ide dan pemanfaatan media komunikasinya dapat berlangsung efektif. Yang menjadi menarik justru ketika variasi-variasi tersebut menciptakan cara pandang-cara pandang baru tentang bentuk film secara umum, dan kemudian berhasil memberikan banyak sekali kontribusi bagi perkembangan sinema. (sumber: www. British Film Institute.com. Diakses pada 10 Agustus 2016). 1

Pada saat tahun 2012 ada sebuah film pendek yang mengangkat tema tentang kebebasan berpendapat, kebebasan berpendapat adalah Kebebasan mengeluarkan pendapat dan merupakan salah satu hak asasi yang dimiliki oleh setiap manusia dan dijamin dalam UUD 1945. Oleh karena itu setiap individu memiliki hak untuk mengemukakan pendapat baik secara lisan maupun tulisan, adanya kebebasan mengeluarkan pendapat hendaknya harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab serta memperhatikan peraturan hukum yang ada. Dengan demikian setiap manusia dituntut untuk belajar menghargai setiap perbedaan dalam berpendapat dan mampu mengembangkan sikap hidup yang mendukung kelangsungan hidup bermasyarakat namun kebebasan pers dan kebebasan pendapat di Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Soekarno dan masa pemerintahan Presiden Soeharto sangat dibatasi oleh kepentingan pemerintah. Pers dipaksa untuk memuat setiap berita harus tidak boleh bertentangan dengan pemerintah, di era pemerintahan Soekarno dan Soeharto, kebebasan pers ada, tetapi lebih terbatas untuk memperkuat status quo, ketimbang guna membangun keseimbangan antar fungsi eksekutif, legislatif, yudikatif, dan kontrol publik (termasuk pers). Karenanya, tidak mengherankan apabila kebebasan pers saat itu lebih tampak sebagai wujud kebebasan (bebasnya) pemerintah, dibanding bebasnya pengelola media dan konsumen pers, untuk menentukan corak dan arah isi pers tersebut. Pasca tahun 1999 lalu, atau tepatnya pasca kelahiran UU no 40 tahun 1999 tentang pers, pers Indonesia menerima kado yang sangat didamba selama ini yaitu kebebasan berpendapat. Kado ini jelas begitu istimewa bagi masyarkat khususnya pelaku dunia pers seperti wartawan, karena siapa pun tahu selama 30 tahun terakhir ini praktis kebebasan berpendapat dan berpolitik, apalagi untuk pers, merupakan komoditi yang amat mahal di negeri ini. Pers Di Indonesia mengalami perubahan yang luar biasa dalam mengekspresikan kebebasan. Fenomena itu ditandai dengan munculnya media-media baru cetak dan elektronik dengan berbagai kemasan dan segmen-segmen. Keberanian pers dalam mengkritik dan memantau penguasa juga menjadi ciri baru pers Indonesia. Pers yang bebas aktif dan independen merupakan salah satu komponen yang paling esensial dari masyarakat yang demokratis, sebagai prasyarat bagi perkembangan sosial dan ekonomi yang baik. Keseimbangan antara kebebasan pers dengan tanggung jawab sosial menjadi sesuatu hal yang penting. Hal yang pertama dan utama, perlu dijaga jangan sampai muncul ada tirani media terhadap publik. Sampai pada konteks ini, publik harus tetap mendapatkan informasi yang benar, dan bukan benar sekadar menurut media. Pers dan 2

diharapkan memberikan berita harus dengan se-objektif mungkin. (sumber: www. detik.com Diakses pada 10 Agustus 2016). Dikarenakan hal mengenai kebebasan berpendapat tersebut seorang sutradara berkebangsaan Iran yang menetap dan bekerja di London Inggris bernama Babak Anvari membuat film pendek yang berjudul 2+2=5, film ini berdurasi selama 6 menit 53 detik, dalam film ini sang sutradara mencoba mengedepankan sisi negara dengan rezim penguasa otoriter dimana demokrasi dan kebebasan berpendapat merupakan suatu hal yang mustahil untuk dilakukan oleh masyarakat jika ingin bertahan hidup. (sumber: twoandtwofilm.com Diakses pada 10 agustus 2016). Cerita film ini dimulai ketika murid sedang menunggu guru mereka untuk mengajar,ketika sang guru datang,sang guru pertama-tama menyuruh mereka diam agar tidak rebut dikelas kemudian sang guru langsung menuliskan di papan tulis dan mengajarkan para murid bahwa 2+2=5 namun ada salah satu murid yang menolaknya dan menentang perkataan guru,murid tersebut tetap bersikeras bahwa 2+2-4 setelah berdebat sang guru kemudian memanggil 3 murid lain untuk datang ke kelas yang sedia dia ajar,,ketiga murid itu dating sambil membawa senapan yang diarahkan kepada murid yang menentang tadi,kemudia sang guru menanyakan kembali dan menyuruh si anak menulis 2+2=5 dipapan tulis,tetapi si anaka tetap menolak lalu kemudia senapan diarahkan dan menembak anak itu sampai meninggal.di akhir cerita akhirnya naka-anak lain menuruti perkataan guru bahwa 2+2=5.tetapi ada satu murid yang duduk dibelakang dan tetap menuliskan bahwa 2+2=4 dibuku tulisnya. (sumber: twoandtwofilm.com Diakses pada 10 agustus 2016). Atas inspiratifnya kisah di dalam film ini, sebuah penghargaan film terbaik juga dijatuhkan kepadanya, film ini mendapatkan penghargaan film pendek terbaik di dunia pada penghargaan film pendek internasional tahun 2012 serta film pendek terbaik pada penghargaan bafta film tahun 2012 (sumber: kapanlagi.com Diakses 10 November 2016). Dengan menonton film tersebut tentunya akan menghasilkan persepsi-persepsi yang berbeda dari masyarakat Menurut Sugihartono (2007: 8) melalui film, persepsi merupakan proses untuk menerjemahkan atau untuk menginterpretasi stimulus yang masuk dalam alat indera, maka dari itu setiap masyarakat yang menonton akan memiliki presepsinya masing-masing. 3

Pengertian persepsi masyarakat dapat disimpulkan adalah tanggapan atau pengetahuan lingkungan dari kumpulan individu-individu yang saling bergaul berinteraksi karena mempunyai nilai-nilai, norma-norma, cara-cara dan prosedur merupakan kebutuhan bersama berupa suatu sistem adat-istiadat yang bersifat berkelanjutan dan terikat oleh suatu identitas bersama yang diperoleh melalui interpretasi data indera (Kartono dan Gulo, 1987:343) seperti contohnya adalah unit kegiatan mahasiswa. Pada saat ini sudah banyak Unit Kegiatan Mahasiswa di berbagai kota, namun terdapat Salah satu unit kegiatan mahasiswa yang terkenal di kota Bandung yaitu unit kegiatan mahasiwa cinematography club UNPAD, sejak tahun 1988 kota bandung selalu mengadakan festival film bandung yang memberikan penghargaan kepada pembuat-pembuat film dan masih berkelanjutan hingga tahun sekarang, tentunya semenjak berdiri pada tanggal 30 Maret 1996 Cinematography Club UNPAD sering mengikuti festival tersebut untuk menunjukkan karya-karya yang sudah mereka buat, tidak hanya di festival film Bandung Unit Kegiatan Mahasiswa Cinematograpy Club UNPAD pernah masuk nominasi festival film Solo, Jogofest, dan festival film malang dengan judul karya film komik bagai dan juga mengikuti acara pekseminas tahun 2010 di Kalimantan dengan judul karya film Low Job, dan meraih juara 3. (sumber: fikomunpad9.co.id Diakses pada 10 Agustus 2016). Unit Kegiatan Mahasiswa Cinematography Club Unpad pada saat ini berjumlah 100 orang,100 orang yang terdiri dari mahasiswa angkatan 2014-2015, Unit Kegiatan Mahasiswa Cinematography Club UNPAD merupakan komunitas film terbesar yang hanya satu-satunya sudah menjadi Unit Kegiatan Mahasiswa resmi di Bandung. (sumber: fikomunpad9.co.id Diakses pada 10 Agustus 2016). Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti memilih kota Unit Kegiatan Mahasiswa Cinematograpy Club UNPAD 2012 sebagai objek penelitan. Terpilihnya Cinematography Club UNPAD karena merupakan satu-satu Unit Kegiatan Resmi film di Bandung dan sudah banyak menghasilkan karya-kara film. 4

Maka dari itu untuk tugas akhir ini, penulis mengangkat judul tentang Persepsi Mahasiswa Cinematography Club UNPAD mengenai film 2+2=5. dengan respondennya adalah anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Cinematography Club UNPAD 1.2 rumusan masalah Rumusan masalah yang di rumuskan oleh peneliti adalah apa persepsi mahasiswa Unit Kegiatan Mahasiswa Cinematography Club UNPAD mengenai film 2+2=5? 1.3 Tujuan Penilitian 1.3.1 Tujuan penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : apa persepsi mahasiswa Unit Kegiatan Mahasiswa Cinematography Club UNPAD mengenai film pendek 2+2=5? 1.4 Manfaat Penilitian a) Manfaat Teoritis 1) Dengan penelitian ini, diharapkan penulis dapat menerapkan ilmu yang penulis terima saat perkuliahan dan dapat menambah wawasan penulis. 2) Diharapkan melalui penelitian ini penulis dapat menguraikan teori mengenai pengaruh dari suatu film. 3) Penelitian ini pun dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya, dan perbandingan dengan penelitian sebelumnya. b) Manfaat Praktis Kegunaan praktis dari penelitian ini kita dapat mengetahui seperti apa persepsi mahasiswa Unit Kegiatan Mahasiswa Cinematography Club UNPAD mengenai film pendek 2+2=5? 5

1.5 Tahapan Penelitian 1) Observasi Dalam tahap ini peneliti mencari fenomena dan pokok permasalahan yang akan diangkat menjadi topik dalam penelitian. Setelah topik penelitian ditemukan lalu selanjtnya menentukan judul penelitian. Peneliti menemukan ketertarikan pada persepsi Unit Kegiatan Mahasiswa Cinematoraphy Club UNPAD mengenai film pendek 2+2=5 2) Merumuskan dan mengidentifikasikan masalah Judul penelitian yang telah ditentukan lalu diturunkan menjadi rumusan masalah dan kemudia diturunkan kembali menjadi pertanyaan- pertanyaan ilmiah dalam identifikasi masalah. Hal ini menjadi fokus dan batasan dari penelitian. 3) Pengumpulan Data Data primer penelitian didapatkan dari survei yaitu dengan menyebarkan kuisioner kepada responden yaitu anggota Unit Kegiatan Mahasiwa cinematography Club UNPAD yang sudah pernah menonton film 2+2=5 Survei dilakukan secara manual disebar oleh penulis. Selain itu data sekunder juga didapatkan dari penelitian terdahulu dan data- data pendukung yang dapat membantu kelengkapan penelitian ini. 4) Menganalisa Data Data yang terkumpul kemudian dianalisisi dengan cara dihitung menggunakan rumus- rumus statistik yang haru berkaitan dengan topik penelitian 5) Menyajikan dan Membahas Data dari hasil data yang telah dihitung secara sistematis kemudian disajikan dan dibahas secara detail ditambah dengan pengaplikasian teori- teori yang dapat memperkuat pembahasan masalah dalam penelitian. 6

6) Kesimpulan dan Saran Menyimpulkan seluruh proses penelitian dari awal hingga akhir lalu memberikan saran berupa alternatif- alternatif yang ditawarkan menyangkut masalah yang diangkat dalam penelitian, dengan harapan dapat bermanfaat bagi peneliti dan juga pembaca. 1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kota Bandung dan respondennya berasal dari anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Cinematography Club UNPAD dengan survei kuesioner dilakukan penyebaran manual oleh penulis, sehingga anggota Unit Kegiatan Mahasiwa Cinematography Club UNPAD termasuk kriteria responden dan pernah menonton film 2+2=5 bisa mengisi kuisioner. Periode penelitian ± 9 bulan dilakukan terhitung mulai bulan November 2015 sampai Agustus 2016 7