BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN RENCANA KERJA TAHUN 2009

21 Universitas Indonesia

NAMA JABATAN : Direktur Jenderal Anggaran

RENCANA KERJA TAHUN 2008 DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN NO KEGIATAN OUTPUT. Program : Peningkatan Penerimaan dan Pengamanan Keuangan Negara

Bab IV Studi Kasus IV.1 Profil Direktorat Jenderal Perbendaharaan

POINTERS PENGARAHAN DIREKTUR JENDERAL ANGGARAN DHANAPALA, 25 JULI 2008

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

KERANGKA ACUAN KERJA (TERM OF REFERENCE) PENYUSUNAN STANDAR BIAYA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA UNIT ESELON PROGRAM : : :

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG SINKRONISASI PROSES PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN PEMBANGUNAN NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR ISI. Kata Pengantar Ikhtisar Eksekutif... 2

2017, No Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Pere

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman.

MENGAPA ANGGARAN KINERJA?

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

Arsip Nasional Republik Indonesia

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

BAB IV DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN. Bagian Pertama. Tugas dan Fungsi. Pasal 182

1/8/2014 Biro Analisa APBN 1

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang

DAFTAR ISI. Daftar Isi... i Daftar Tabel... ii BAB I JADWAL PELAKSANAAN PENERAPAN... 1 BAB II PENUTUP Daftar Isi i

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun anggaran 2013, kewenangan atas pengesahan Daftar Isian

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PENATAAN ARSITEKTUR DAN INFORMASI KINERJA DALAM RKA K/L 2016

DASAR HUKUM. Jawab Keuangan Negara;. PP No. 20 Tahun 2004 tentang RKP;. PP No. 21 Tahun 2004 ttg Penyusunan RKA-KL. dan Tanggung

- 1 - BAB I PENDAHULUAN

PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK

BAB I. PENDAHULUAN. Rencana Strategis Biro Perencanaan dan Keuangan

Keuangan telah melakukan perubahan kelembagaan yaitu. peningkat- an efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kinerja birokrasi dalam

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PPN/ KEPALA BAPPENAS NOMOR 1 TAHUN 2011 TANGGAL 31 JANUARI 2011 TATA CARA PENYUSUNAN INISIATIF BARU

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan mulai tahun anggaran 2005 dengan mengacu pada Undang-Undang Nomor

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam

LAPORAN MENTERI KEUANGAN ACARA PENYERAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) TAHUN ANGGARAN 2011

1. NAMA JABATAN: Direktur Evaluasi Pengelolaan dan Informasi Keuangan Daerah.

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2009

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

2016, No Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Menteri Keuangan dapat menetapkan pola pengelolaan k

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71...TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010

BAB III DESKRIPSI PROFIL APLIKASI SMART. Direktorat Jenderal Anggaran mempunyai misi sebagai berikut: meningkatkan kualitas perencanaan;

RENCANA STRATEGIS TAHUN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013

-1-1. NAMA JABATAN : Direktur Anggaran II

Disampaikan Dalam Pembekalan Tenaga Ahli DPR RI Tanggal April /3/2013 Biro Analisa APBN 1

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 66 TAHUN 2010 TENTANG

PERUBAHAN MENDASAR PENYUSUNAN ANGGARAN NEGARA SESUAI UNDANG-UNDANG NO 17 TAHUN 2003 DAN IMPLEMENTASINYA PADA MASA TRANSISI

1. NAMA JABATAN: Direktur Pendapatan dan Kapasitas Keuangan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUKU RENCANA STRATEGIS DEPARTEMEN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Anggaran merupakan suatu perencanaan dan pengendalian terpadu yang

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

DESA MENATA KOTA DALAM SEBUAH KAWASAN STRATEGI PEMBANGUNAN ROKAN HULU.

KATA PENGANTAR. Bandung, 2013 KEPALA BPPT KOTABANDUNG. Drs. H. DANDAN RIZA WARDANA, M.Si PEMBINA TK. I NIP

MEKANISME PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA NEGARA

REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL,DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

1. NAMA JABATAN: Sekretaris Direktorat Jenderal.

SISTEM PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

Oleh Drs. Setyanta Nugraha, MM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil di

- 1 - BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA TAHUN ANGGARAN 2013

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 20 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SOSIALISASI REFORMASI BIROKRASI KEMENTERIAN AGAMA

No Presiden. Untuk pengalaman Indonesia, terlihat sekali bahwa perlu adanya integrasi dan sinergi perencanaan dan penganggaran. Banyak fakta m

RENCANA KINERJA TAHUNAN BIRO PERENCANAAN TAHUN 2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244) sebagaimana t

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra KL) adalah dokumen perencanaan Kementerian/Lembaga jangka menengah (5 tahun) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga, yang disusun dengan menyesuaikan kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM Nasional) dan bersifat indikatif. Dikarenakan adanya penataan organisasi di lingkungan DJA, maka disusunlah revisi Renstra Direktorat Jenderal Anggaran (DJA) Tahun 2005 2009 untuk mengakomodir perubahan organisasi di lingkungan DJA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional pasal 15 ayat (1) dan pasal 19 ayat (2), setiap kementerian/lembaga wajib menyusun Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra KL) untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan serta menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Di samping itu, sesuai dengan Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Diktum Kedua, setiap instansi pemerintah sampai tingkat Eselon II wajib menyusun Rencana Strategis untuk melaksanakan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai wujud pertanggungjawaban kinerja instansi pemerintah. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara memuat berbagai perubahan mendasar dalam pendekatan penyusunan anggaran. Perubahan mendasar tersebut, meliputi aspek-aspek penerapan pendekatan penganggaran dengan perspektif jangka menengah (medium term expenditure framework/mtef), penerapan penganggaran secara terpadu (unified budget), dan penerapan penganggaran berdasarkan kinerja (performance based budgeting). Dengan mengacu kepada perubahan mendasar dalam pendekatan penyusunan anggaran tersebut, akan lebih menjamin peningkatan keterkaitan antara proses perencanaan dan penganggaran. Sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tersebut, khususnya pasal 12 ayat (2) telah diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 1

Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan pasal 14 ayat (6) telah diterbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA KL). Dalam pasal 1 butir 9 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 dan pasal 2 ayat (1) beserta penjelasannya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tersebut di atas disebutkan bahwa rencana kerja kementerian negara/lembaga periode 1 (satu) tahun yang dituangkan dalam RKA KL merupakan penjabaran dari RKP dan Renstra KL. Dengan demikian dalam tahap implementasinya fungsi Renstra KL menjadi sangat penting, karena digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan dokumen perencanaan jangka pendek (1 tahun), yaitu Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga (Renja KL), dan Rencana Kerja Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA KL) sebagai lampiran Nota Keuangan dalam rangka mengantarkan RUU APBN. B. Tugas dan Fungsi DJA Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketujuh Atas Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan, di lingkungan Departemen Keuangan telah dibentuk kembali Direktorat Jenderal Anggaran (DJA). Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan tersebut, DJA mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang penganggaran sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tersebut, DJA menyelenggarakan fungsi : a. penyiapan perumusan kebijakan Departemen Keuangan di bidang penganggaran; b. pelaksanaan kebijakan di bidang penganggaran; c. perumusan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang penganggaran; d. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penganggaran; e. pelaksanaan administrasi direktorat jenderal. 2

C. Struktur Organisasi Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan, susunan organisasi DJA terdiri dari : 1. Sekretariat Direktorat Jenderal; 2. Direktorat Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; 3. Direktorat Anggaran I; 4. Direktorat Anggaran II; 5. Direktorat Anggaran III; 6. Direktorat Penerimaan Negara Bukan Pajak. 7. Direktorat Sistem Penganggaran Struktur organisasi Direktorat Jenderal Anggaran nampak pada bagan berikut: 3

BAGAN ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN Direktorat Jenderal Anggaran Sekretariat Direktorat Jenderal Direktorat Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Direktorat Anggaran I Direktorat Anggaran II Direktorat Anggaran III Direktorat Penerimaan Negara Bukan Pajak Direktorat Sistem Penganggaran 4

D. Profil Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia memegang peranan penting dalam pelaksanaan kegiatan DJA. Jumlah pegawai Direktorat Jenderal Anggaran per 28 Februari 2009 sebanyak 712 orang (termasuk pegawai yang diperbantukan/dipekerjakan pada instansi di luar DJA) dengan klasifikaksi sebagai berikut : I. Berdasarkan golongan No. Golongan 2007 2008 2009 1. Golongan I 2 1 1 2. Golongan II 146 150 150 3. Golongan III 503 502 503 4. Golongan IV 54 59 58 TOTAL 705 712 712 II. Berdasarkan Pendidikan No. Pendidikan 2007 2008 2009 1. SD 2 2 2 2. SLTP 2 1 1 3. SLTA 124 134 134 4. Sarjana Muda/DIII 134 107 84 5. Sarjana (S1) 289 284 304 6. Master (S2) 149 179 180 7. Doktor (S3) 5 5 5 TOTAL 705 712 712 5

E. Sarana dan Prasarana Direktorat Jenderal Anggaran sebagai salah satu organisasi Departemen Keuangan menempati gedung kantor yang terletak di Jl. Senen Raya Gedung Sutikno Slamet Jakarta Pusat. 6

BAB II VISI DAN MISI A. Visi Visi DJA adalah menjadi unit organisasi yang profesional, kredibel, transparan dan akuntabel dalam perumusan dan pengelolaan kebijakan di bidang penganggaran. B. Misi Sebagai sebuah institusi pemerintah, DJA mengemban dan melaksanakan tugas sesuai dengan visi yang telah ditetapkan agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik. Agar pelaksanaan tugas dan fungsi dapat mencapai hasil yang optimal sesuai dengan visi yang telah ditetapkan, DJA menetapkan misi sebagai berikut : 1. Mewujudkan perencanaan kebijakan APBN yang sehat, kredibel, dan sustainable; 2. Mewujudkan efektivitas dan efisiensi pengeluaran negara serta pengamanan keuangan negara untuk menjaga kesinambungan fiskal berdasarkan prinsip transparansi dan akuntabilitas; 3. Mewujudkan peningkatan penerimaan negara bukan pajak dengan mempertimbangkan perkembangan dunia usaha dan aspek keadilan masyarakat; 4. Meningkatkan kualitas unsur pendukung. 7

BAB III IDENTIFIKASI PERMASALAHAN Secara spesifik identifikasi permasalahan dan kendala yang dihadapi DJA adalah sebagai berikut : I. Penerimaan Negara Bukan Pajak Optimalisasi PNBP sebagai sumber penerimaan dalam negeri menghadapi kendala : 1. Adanya kecenderungan penurunan produksi minyak dan gas bumi yang disebabkan terutama oleh faktor alam dan kurangnya investasi baru di bidang eksplorasi potensi PNBP Sumber Daya Alam (SDA) minyak dan gas bumi; 2. Masih terdapat tunggakan terhadap kewajiban PNBP oleh usaha pertambangan sehingga penerimaan SDA pertambangan umum menjadi kurang optimal; 3. Masih tingginya kegiatan pembalakan liar (illegal logging) yang mengakibatkan penurunan potensi PNBP kehutanan; 4. Risiko tidak tercapainya penerimaan atas laba BUMN terutama karena faktor kinerja BUMN dan makro ekonomi; 5. Belum akuratnya penetapan target dan penyuunan pagu penggunaan PNBP oleh Kementerian Negara/Lembaga; 6. Masih terdapat Kementerian Negara/Lembaga yang memungut PNBP tanpa ada dasar hukumnya (belum dituangkan atau ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah); 7. Penetapan target dan pelaporan realisasi PNBP belum sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; 8. Penggunaan dana PNBP belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan penggunaan PNBP, sehingga menimbulkan inefisiensi dalam penggunaan PNBP; 9. Kurang tegasnya sanksi di bidang PNBP; 10. Kurangnya koordinasi dalam penetapan target PNBP dan pagu anggaran serta revisinya sehingga menimbulkan keterlambatan proses penyusunan target maupun pagu penggunaannya dikarenakan banyaknya Satuan Kerja. 8

II. Belanja Pemerintah Pusat Efisiensi dan tepat sasaran merupakan kata kunci dalam pengelolaan pengeluaran negara baik belanja pusat maupun belanja transfer ke daerah. Identifikasi permasalahan terhadap pengeluaran negara sebagai berikut : 1. Komposisi dan struktur belanja negara yang belum sehat dimana ruang gerak fiskal pemerintah yang sangat terbatas, diantaranya seperti : a. Pemenuhan amanat konstitusi 20% APBN untuk anggaran pendidikan; b. Besarnya belanja wajib yang harus dialokasikan Pemerintah (non discretionary) yang antara lain meliputi belanja pegawai, subsidi, dan pembayaran bunga utang yang menyebabkan alokasi untuk belanja yang bersifat investasi menjadi sangat terbatas. c. Penetapan jumlah belanja (terutama belanja wajib/non discretionary) masih banyak bersifat incremental. d. Belanja yang belum sepenuhnya direncanakan secara terprogram untuk kesinambungan pembangunan. 2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara sebagai salah satu produk dari Reformasi Pengelolaan Keuangan Negara, diharapkan dapat menjawab berbagai kelemahan sistem penganggaran yang meliputi anggaran terpadu (unified budget), anggaran berbasis kinerja (performance based budgeting), dan kerangka pengeluaran jangka menengah (medium term expenditure framework). Akan tetapi penerapan sistem tersebut masih mengalami kendala, diantaranya dalam bidang penganggaran yaitu : a. Sistem informasi penganggaran yang terpadu dan komprehensif belum sepenuhnya terbangun; b. Kurangnya pemahaman tentang proses penganggaran dan keterlambatan Kementerian/Lembaga dalam menyampaikan RKA-KL dan data dukungnya mengakibatkan sempitnya waktu penelaahan RKA-KL; c. Masih terdapat usulan penyediaan dana yang bersifat sangat segera untuk dialokasikan tanpa melalui proses penelaahan terlebih dahulu serta kurang/belum dilengkapi dengan data dukung yang diperlukan sehingga dikhawatirkan akan menjadi temuan BPK; 9

d. Belum adanya ketentuan khusus yang mengatur pemanfaatan pos pengeluaran Negara yang berasal dari Bagian Anggaran Perhitungan dan Pembiayaan (BAPP) sehingga pembebanan anggaran untuk kegiatan tertentu dalam suatu pos sulit untuk dicari pembenarannya serta kurangnya pemahaman pengguna dana BAPP atas kewabjiban pembuatan laporan keuangan BAPP. 3. Subsidi yang belum tepat sasaran, diantaranya seperti : a. Masih terdapat penyalahgunaan penyaluran subsidi; b. Masih terdapat subsidi yang diterima oleh pihak-pihak yang tidak seharusnya menerima; c. Koordinasi antara instansi terkait yang menangani kebijakan subsidi belum sepenuhnya terbangun; d. Semakin besarnya jumlah subsidi BBM akibat melonjaknya harga minyak mentah dunia, sehingga mengurangi kemampuan pemerintah untuk melakukan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat; e. Perubahan harga minyak mentah dunia tidak dapat diprediksi, sehingga sulit memperkirakan besarnya alokasi subsidi BBM secara tepat dan akurat. 10

BAB IV STRATEGI DAN KEBIJAKAN Sesuai dengan RPJM Nasional Tahun 2004-2009 dalam kerangka stabilitas ekonomi makro, sasaran pembangunan nasional adalah terpeliharanya stabilitas ekonomi makro akan mendukung tercapainya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan berkualitas, serta meningkatkan kemampuan pendanaan pembangunan nasional, baik pendanaan yang bersumber dari pemerintah maupun swasta. A. Fokus Strategi 1. Fokus strategi di bidang pendapatan negara pada prinsipnya diarahkan pada peningkatan pendapatan negara melalui peningkatan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sesuai dengan perkembangan perekonomian dengan melakukan perbaikan regulasi. Penyempurnaan regulasi PNBP tidak hanya dilakukan terhadap pola penetapan tarif dan pemberian insentif lainnya, tetapi juga dari sisi pengelolaan dan pelaporan. Oleh karena itu, pengembangan IT dan penyempurnaan sistem administrasi mutlak diperlukan. 2. Fokus strategi di bidang belanja negara diarahkan pada peningkatan efektivitas dan efisisiensi belanja negara agar tercapai alokasi belanja yang tepat sasaran dan berkeadilan sosial, yaitu melalui : a. Penetapan kebijakan belanja yang ekonomis, efektif dan efisien Pencapaian efisiensi besar artinya bagi upaya perluasan jangkauan alokasi belanja pemerintah dalam membiayai keperluan pemberian layanan publik. Dengan peningkatan/perluasan capaian target ini, upaya percepatan peningkatan pertumbuhan, penguatan stabilitas perekonomian, serta peningkatan pemerataan pendapatan dapat tercapai. Dari sisi administrasi, upaya efisiensi belanja juga dilakukan melakukan pemantapan pelaksanaan unifikasi anggaran (unified budget), penerapan sistem penganggaran berbasis kinerja (performance based budgeting) dan penerapan alokasi belanja negara dalam kerangka pengeluaran jangka menengah (Medium Term Expenditure Framework/MTEF). 11

b. Perencanaan dan alokasi anggaran yang tepat sasaran dan adil Perencanaan dan alokasi anggaran dilakukan berdasarkan prioritas program pembangunan pemerintah yang mengacu kepada rencana kerja pemerintah (RKP), seperti alokasi dana untuk pendidikan dan kesehatan. Perencanaan dan alokasi anggaran, khususnya belanja Pemerintah Pusat, disusun dalam kerangka penyusunan penganggaran terpadu (unified budget) secara konsisten. Perencanaan dan alokasi anggaran diawali dengan penyusunan perhitungan dasar anggaran (baseline budget) sesuai dengan kebutuhan belanja pemerintah pusat yang rasional. Untuk itu, akurasi, kelengkapan, dan komprehensitas data dan model perencanaan dan alokasi anggaran yang kredibel menjadi faktor yang turut menentukan keberhasilan perencanaan dan alokasi anggaran secara tepat dan adil. Selanjutnya, dilakukan penyusunan langkah-langkah kebijakan (policy measure) dengan memperhitungkan dampak fiskalnya terhadap belanja Pemerintah Pusat secara keseluruhan, defisit, dan pembiayaan anggaran. Langkah-langkah dalam kaitannya dengan penajaman prioritas alokasi anggaran yang tepat sasaran dan adil meliputi penetapan kebijakan : (i) perbaikan kesejahteraan aparatur negara dalam batas kemampuan keuangan negara; (ii) peningkatan efisiensi belanja barang dan jasa; dan (iii) pengurangan secara bertahap subsidi yang tidak langsung menyentuh kepentingan rakyat miskin. Khusus terkait dengan mekanisme perhitungan dasar anggaran (baseline budget) berkenaan dengan perencanaan dan alokasi anggaran untuk keperluan pemerintah daerah, penajaman prioritas dilakukan melalui : (i) pengembangan dan peningkatan kualitas database; dan (ii) penetapan besaran alokasi dengan mempertimbangkan besaranbesaran pendapatan dalam negeri sesuai ketentuan yang berlaku. B. Pengembangan Sumber Daya 1. Sumber Daya Manusia Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan kinerja suatu organisasi adalah tersedianya SDM yang potensial yang memiliki komitmen, kompetensi, karakter dan keberanian dalam pelaksanaan tugasnya. 12

Keberhasilan pencapaian kinerja tidak hanya ditentukan oleh penguasaan pengetahuan yang mendalam (hardskill), tetapi juga sangat dipengaruhi oleh sikap perilaku yang dimiliki oleh pegawai dalam menghadapi pekerjaan (softskill). Karena itu, pengembangan kualitas pegawai memegang peranan yang penting dalam pengelolaan organisasi yang diwujudkan dalam bentuk pendidikan dan pelatihan pegawai. Sejalan dengan berkembangnya suatu organisasi, pegawai merupakan faktor utama dan penentu yang menjadi subyek pelaku perubahan (agent of change) sekaligus sebagai obyek yang harus dikelola secara benar, terencana, dan komprehensif. Faktor manusia tidak hanya dituntut untuk memproses perubahan, tetapi harus juga turut berproses dalam perubahan. Sebagai agent of change, SDM dituntut memiliki kemampuan yang memadai, baik dari segi ilmu pengetahuan, keterampilan dan keahlian, maupun profesionalitas. Faktor kemampuan tersebut dibutuhkan setiap bidang tugas guna mendukung terwujudnya peran DJA sebagai pelaksana sebagian tugas Departemen Keuangan di bidang perencanaan anggaran. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan organisasi perlu dilakukan proses penyiapan SDM yang memiliki kompetensi yang dibutuhkan (kemampuan, keterampilan, keahlian, dan profesionalitas). Langkah yang perlu dilakukan untuk menyiapkan SDM yang berkualitas adalah dengan menyandingkan peta kompetensi SDM yang ada dengan kebutuhan yang diinginkan. Untuk meningkatkan kedisplinan SDM di lingkungan DJA, telah dilakukan otomasi absensi yaitu dengan penggunaan handkey untuk para pejabat dan pegawai di lingkungan DJA serta telah disusun Kode Etik bagi para pejabat dan pegawai di lingkungan DJA, sehingga diharapkan dengan adanya kedua alat tersebut kedisiplinan pegawai di lingkungan DJA dapat meningkat sehingga akan mendukung pencapaian sasaran yang diharapkan. 2. Sumber Daya Informasi Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah pemanfaatan teknologi informasi sebagai penunjang dalam pelaksanaan tugas DJA. Informasi anggaran memiliki peran strategis dalam rangka mendukung perumusan kebijakan fiskal. Kendala yang dihadapi DJA dalam pengembangan teknologi informasi adalah : 13

1. belum adanya sistem informasi penganggaran yang terpadu dan komprehensif; 2. belum adanya database anggaran yang handal dan up to date; 3. belum sempurnanya penyajian informasi anggaran yang sistemik dan berkelanjutan. Berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka menjawab tantangan agar teknologi informasi DJA dapat dikembangkan untuk menunjang pelaksanaan tugas DJA. Upaya yang telah dan sedang dilaksanakan adalah pengembangan Sistem Informasi Manajemen APBN, pengembangan sistem informasi kepegawaian, dan sistem informasi persuratan serta pembangunan SIM yang akan menunjang pelaksanaan tugas DJA. 3. Sumber Daya Organisasi DJA sebagai sebuah unit organisasi yang melaksanakan sebagian tugas Departemen Keuangan, terus melakukan evaluasi internal yang ditujukan kepada upaya perubahan menuju perbaikan agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Organisasi DJA dibangun berdasarkan 4 (empat) komponen utama yaitu budaya kerja, model kepemimpinan, keselarasan tugas dan fungsi, dan pola diseminasi pengetahuan dalam organisasi. Dalam upaya untuk meningkatkan kinerja organisasi, DJA sebagai unit organisasi yang melaksanakan sebagian tugas Departemen Keuangan telah melakukan berbagai perubahan untuk mendukung program reformasi birokrasi yang dijalankan oleh Departemen Keuangan, yaitu dengan cara : 1. Melakukan reorganisasi dengan membentuk Direktorat Sistem Penganggaran yang melaksanakan tugas dan fungsi untuk pengembangan sistem penganggaran. 2. Menyusun dan mengevaluasi Uraian Jabatan (Urjab) dan melakukan Job Analysis untuk menentukan grading masing-masing jabatan serta menyusun dan mengevaluasi Standard Operating Procedure (SOP). Sampai saat ini sejak digulirkannya Reformasi Birokrasi, DJA telah menyusun 235 SOP yang dijadikan acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Dari 235 SOP yang disusun, ditetapkan 5 (lima) SOP unggulan (quick win) DJA, yaitu : 14

a. Pelayanan penyelesaian lampiran Perpres tentang Anggaran Belanja Pemerintah Pusat; b. Pelayanan penyelesaian revisi SAPSK (APBN-P); c. Pelayanan penyelesaian Standar Biaya Khusus; d. Penyusunan target dan pagu penggunaan PNBP pada Kementerian/Lembaga untuk RAPBN Tahun Anggaran yang akan datang atau Revisi target dan pagu penggunaan PNBP untuk APBN-P Tahun Anggaran Berjalan; a. Penyusunan konsep RPP tentang Jenis dan Tarif PNBP atau Revisi yang berlaku pada Kementerian/Lembaga. 3. Selain itu, untuk mendukung upaya reformasi telah disusun Balance Scored Card (BSC) sebagai penjabaran dari BSC Departemen Keuangan sampai tingkat eselon II, dan akan dilanjutkan untuk tingkat eselon III. 15

BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN POKOK DJA Berdasarkan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran yang telah ditetapkan untuk jangka menengah (2005-2009), DJA menetapkan Program DJA sebanyak 5 (lima) program, yaitu : I. Program Peningkatan Penerimaan dan Pengamanan Keuangan Negara. Program ini bertujuan untuk meningkatkan penerimaan negara dengan mempertimbangkan perkembangan dunia usaha dan aspek keadilan masyarakat dengan kegiatan pokok : 1. Pengkajian kebijakan/analisis tentang tarif, obyek dan subyek atas bea PNBP 2. Pembinaan/koordinasi/evaluasi dan pelaporan di bidang PNBP II. Program Peningkatan Efektivitas Pengeluaran Negara Program ini bertujuan untuk mendukung langkah konsolidasi fiskal dalam rangka menjaga kesinambungan fiskal, termasuk di dalamnya pengelolaan kekayaan negara dengan kegiatan pokok : 1. Pengelolaan dan pengendalian anggaran; 2. Peningkatan perencanaan kebijakan APBN; 3. Pengkajian kebijakan/analisis di bidang belanja negara. III. Program Pemantapan Pelaksanaan Sistem Penganggaran Program ini bertujuan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas sistem penganggaran sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, dengan kegiatan pokok penyusunan/penyempurnaan/pengkajian peraturan perundang-undangan di bidang penganggaran. IV. Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik dengan kegiatan pokok : 1. Pengelolaan gaji, honorarium dan tunjangan; 2. Pemeliharaan operasional dan perkantoran; 3. Pembinaan/penyusunan program, rencana kerja dan anggaran; 4. Pengadaan peralatan dan perlengkapan gedung; 5. Penyelenggaraan sosialisasi/diseminasi/seminar/workshop/publikasi; 6. Rehabilitasi/peningkatan/renovasi gedung/laboratorium/perpustakaan. V. Program Pengelolaan Sumber Daya Manusia dengan kegiatan pokok : 1. Pengembangan SDM; 2. Administrasi kepegawaian. 16