KONSEP PENINGKATAN LAYANAN PENDIDIKAN MENENGAH DI KABUPATEN MOJOKERTO BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH

dokumen-dokumen yang mirip
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan U

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG DAN JASA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN ANGGARAN 2013

P R O F I L KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi Reviu Renstra Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Mojokerto dalam penyelenggaraan pembangunan daerah adalah :

PENGADILAN NEGERI MOJOKERTO

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

Kabupaten Mojokerto secara topografis terletak di sepanjang Sungai Brantas hingga dataran tinggi di lereng Pegunungan Penanggungan dan Welirang dan

ESTIMASI ZONA MENARA BARU PADA KOMUNIKASI SELULAR DI KABUPATEN MOJOKERTO MENGGUNAKAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM (GIS)

2) Pendidikan Menengah. rasio guru dan murid. a) Angka Partisipasi Sekolah (APS)

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Mojokerto Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

kualifikasi S1/D IV,S2 atau lebih. guru dan murid. a) Angka Partisipasi Sekolah (APS)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perencanaan pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses untuk mencapai

Tabel Rekapitulasi Evaluasi Hasil Pelaksanaan Renja OPD dan Pencapaian Renstra OPD s/d Tahun 2017 Kabupaten Mojokerto

Oleh : CUCU HAYATI NRP Dosen Pembimbing Ir. Putu Rudy Setiawan, MSc

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6

BAB I PENDAHULUAN. yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah. penduduk. Program keluarga berencana oleh pemerintah adalah agar

EVALUASI KETERSEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN SLTP DI KECAMATAN MAPANGET Orvans Lexsi Uang 1, Michael M. Rengkung², & Amanda S.

KAJIAN HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN FISIK DENGAN INDEKS PERKEMBANGAN WILAYAH KECAMATAN DI KABUPATEN MOJOKERTO

PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

ANALISIS LAYANAN PENDIDIKAN

Sistem Tampilan Data

PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK

Dominasi penggunaan lahan terbesar berupa sawah irigasi sebesar 28% dari luas wilayah kabupaten atau Ha

Indikator Sarana Prasarana Pendidikan

PENERAPAN MUTU PENDIDIKAN PADA SATUAN PENDIDIKAN

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.

PENGEMBANGAN WEBSIG OBYEK WISATA DAN BUDAYA DI KABUPATEN MOJOKERTO

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PENGELOMPOKAN KECAMATAN DI WILAYAH KABUPATEN MOJOKERTO BERDASARKAN JENIS POTENSI DAN SUMBER KESEJAHTERAAN SOSIAL (PSKS) MENGGUNAKAN METODE CLUSTER

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

ARAHAN PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT PETANI JERUK SIAM BERDASARKAN PERSPEKTIF PETANI DI KEC. BANGOREJO KAB. BANYUWANGI

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN MOJOKERTO T A H U N

BAB III METODE PENELITIAN

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... xi

PERENCANAAN FASILITAS PENDIDIKAN TINGKAT SLTA DI KABUPATEN MERAUKE

Mewujudkan Peningkatan Pendidikan yang berkualitas tanpa meninggalkan kearifan lokal.

Arahan Peningkatan Ekonomi Masyarakat Petani Jeruk Siam berdasarkan Perspektif Petani di Kec. Bangorejo Kab. Banyuwangi

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH   

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2013/2014 KABUPATEN KARANGASEM

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

PENETAPAN KINERJA BUPATI TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2014 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET (Usia 0-6 Tahun)

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat

TAHAPAN PENELITIAN & ALUR PIKIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan

OPTIMALISASI DISTRIBUSI FASILITAS PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK (TK) DI KOTA GRESIK

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2016

PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) TAHUN 2015

Tingkat Pelayanan Fasilitas Pendidikan Sekolah Menengah Tingkat Atas di Kabupaten Sidoarjo

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem

KAJIAN TINGKAT PELAYANAN FASILITAS SOSIAL BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI PERKOTAAN SUBANG

KONDISI AWAL TAHUN % 62.00% 50.00% 55.00% 98.40% % % 97.00%

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. selembar kertas atau media lain dalam bentuk dua dimesional. (Dedy Miswar,

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016 KABUPATEN/KOTA. PROVINSI...

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 64 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN MOJOKERTO T A H U N

KONSEP PEMERATAAN AKSES LAYANAN PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT

Pengembangan Daerah Tertinggal di Kabupaten Sampang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pemerintah menetapkan PP Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR

Identifikasi Variabel Berpengaruh pada Peningkatan Keunggulan Kompetitif Industri Alas Kaki di Kabupaten Mojokerto

PROGRAM/KEGIATAN PRIORITAS K A B. S A M PA NG TA H UN 2 019

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016 INDIKATOR PENDIDIKAN

Dosen Pembimbing : Ir. Sardjito, MT Selvi Purnama Dewi

BAB III PEMBAHASAN. survei yang dilakukan BPS pada 31 Oktober Langkah selanjutnya yang

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/16

Pengembangan daya saing daerah kabupaten/kota di propinsi jawa timur berdasarkan Potensi daerahnya

BAB I PENDAHULUAN. bermaksud menjelaskan hubungan antara lingkungan alam dengan penyebarannya

PENYUSUNAN PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH TAHUN 2015/2016

PELAYANAN SARANA PENDIDIKAN DI KAWASAN PERBATASAN SEMARANG-DEMAK TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu bersaing dalam era keterbukaan, pemerintah memandang perlu

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 16

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. DANA ALOKASI KHUSUS FISIK KEMENDIKBUD Jakarta, 10 April 2017

BAB IV PENGOLAHAN DATA

2.4 Kerangka Teori dan Pertanyaan Penelitian... 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan Rumusan masalah serta kajian pustaka maka penulis

TABEL 31 JUMLAH DANA MENURUT SUMBER SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KOTA SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2009/2010

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT DATA DAN STATISTIK PENDIDIKAN Jakarta, Maret

METODOLOGI PENELITIAN

PENENTUAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DI WILAYAH PINGGIRAN KOTA YOGYAKARTA

Tabel-1: Rasio Jenjang Pendidikan

BAB III DESKRIPSI PERKARA DALAM PENETAPAN PENGADILAN AGAMA MOJOKERTO NOMOR 0052/Pdt.P/2014/PA.Mr. A. Gambaran Umum Pengadilan Agama Mojokerto

BAB IV ANALISIS EVALUASI LOKASI TERMINAL RENGASDENGKLOK

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

1. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

KONSEP PENINGKATAN LAYANAN PENDIDIKAN MENENGAH DI KABUPATEN MOJOKERTO BERDASARKAN KARAKTERISTIK WILAYAH Samsuari Griya Permata Meri F1/01 Mojokerto Email ; sams_1707@yahoo.co.id Rimadewi Supriharjo Putu Rudy Satiawan ABSTRAK Permasalahan dalam pembangunan pendidikan menengah di Kabupaten Mojokerto yaitu berkaitan dengan ketersediaan fasilitas pendidikan serta timpangnya pendidikan menengah pada masing-masing wilayah yang berdampak pada pendidikan kepada masyarakat yang tidak merata sesuai kondisi wilayahnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk merumuskan konsep peningkatan pendidikan menengah berdasarkan karakteristik wilayah sehingga pendidikan menengah dapat memberikan pemerataan dan perluasan akses pendidikan di masing-masing wilayah di Kabupaten Mojokerto. Pendekatan yang digunakan adalah rasionalistik dengan menggunakan jenis penelitian ekploratif, kualitatif. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis delphi, klaster dan triangulasi. Hasil analisis delphi menunjukkan variabel yang mempengaruhi rendahnya pendidikan yaitu : Aksesibilitas, jumlah penduduk usia 16-18, jarak antara sekolah dengan pemukiman penduduk, jumlah fasilitas pendidikan, kebutuhan rombongan belajar, jangkauan, daya tampung siswa dan mutu. Analisis klaster pendidikan membagi wilayah kabupaten Mojokerto menjadi 2 kelompok wilayah, yaitu : wilayah dengan pendidikan rendah ( 15 kecamatan) dan wilayah dengan pendidikan tinggi (3 kecamatan). Adapun konsep peningkatan pendidikan sekolah menengah yang sesuai adalah dengan mempertimbangkan kebutuhan, ketersediaan serta karakteristik wilayah dengan memperhatikan mutu melalui penyediaan Unit Sekolah Baru (USB) untuk kecamatan yang belum memiliki fasilitas pendidikan, penyediaan sekolah satu atap SMP/SMA, optimalisasi sekolah yang sudah ada dengan penambahan Ruang Kelas Baru (RKB) untuk klaster 1, pemberdayaan sekolah swasta, pembatasan daya tampung untuk klaster 2 serta pemanfaatan fasilitas secara bersama dalam satu wilayah untuk meningkatkan mutu Kata Kunci: Pendidikan Menengah, Layanan Pendidikan, distribusi fasilitas, karakteristik wilayah ISBN 978-979-18342-1-6 PENDAHULUAN Data Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto tahun 2007/2008 menyebutkan nilai rata-rata (APK SD) telah tercapai, yaitu sebesar 103.88% namun pada tingkat pendidikan lanjutan (SMP) hanya sebesar 101.92% dan sedikit lebih rendah dibandingkan ratarata APK SMP di Jawa Timur yang sebesar 102.87 %. Pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu jenjang pendidikan menengah atas (SMA), APK SMA di Kabupaten Mojokerto hanya sebesar 69,54%. Pencapaian Angka Partisipasi Kasar (APK) yang semakin menurun selaras dengan semakin tingginya jenjang pendidikan, mengindikasikan belum maksimalnya pendidikan menegah. Kondisi pe pendidikan menengah untuk masing-masing kecamatan bisa dilihat dari APK untuk masing-masing kecamatan. APK yang tinggi menunjukkan pendidikan juga tinggi. Layanan pendidikan tingkat menengah dilihat dari pencapaian APK per kecamatan terjadi kesenjangan yang cukup besar. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto pencapaian APK yang memenuhi standar hanya terjadi di beberapa kecamatan. Masih banyak kecamatan yang nilai APK belum mencapai target Departemen Pendidikan Nasional (69,91%). Sebagai contoh pencapaian APK tertinggi di Kecamatan Mojosari sebesar 274%, sedangkan pencapaian APK di Kecamatan Mojoanyar sebesar 9%. Pencapaian APK yang rendah di beberapa wilayah Kabupaten Mojokerto tersebut diperkuat dengan angka transisi dari tingkat SLTP ke SLTA yang masih rendah. Hal ini tampak pada angka ratarata lama sekolah sebesar 7,17 tahun. Ini menunjukkan bahwa rata-rata pendidikan masyarakat di Kabupaten Mojokerto baru mencapai tingkat SLTP bahkan sebagian kecil tidak lulus SLTP. Berdasarkan data Dinas Pendidikan Kabupaten Mojokerto tahun 2006, setiap sekolah di kecamatan Mojosari dan Sooko hanya melayani 39 dan 54 siswa lulusan SMP/MTs sedangkan di kecamatan Mojoanyar dan Trowulan masing-masing 574, dan 407 siswa. Ini berarti pe pendidikan bagi lulusan SMP/MTs lebih besar di kecamatan Mojosari dan Sooko jika dibandingkan dengan di kecamatan Mojoanyar atau Trowulan. Kabupaten Mojokerto sebagian besar wilayahnya berupa perdesaan dan dalam pembagian skala pe sebagian besar sebagai pusat pe lokal yang hanya melayani wilayah di kecamatan bersangkutan. Wilayah perkotaan terdapat di kecamatan Sooko dan Mojosari yang juga sebagai pusat pe skala regional dan sub regional yang melayani seluruh kabupaten Mojokerto dan beberapa wilayah kecamatan. Pusat-pusat pe ini dikembangkan sesuai dengan orde kota dengan indikator jumlah penduduk setiap wilayah. [1] Perbedaan karakter perkotaan dan perdesaan ini menyebabkan aksesibilitas antar wilayah kecamatan berbeda. Perbedaan pusat-pusat pe ini juga menyebabkan ketersediaan fasilitas pendidikan antar wilayah juga berbeda. Ditinjau dari sisi persebaran fasilitas pendidikan menengah di Kabupaten Mojokerto menunjukkan adanya ketidakmerataan antar wilayah kecamatan. A-105

Sebagai contoh di kecamatan Mojosari dan Sooko terdapat 18 dan 10 fasilitas pendidikan menengah dengan daya tampung yang besar karena terdiri atas 191 rombongan belajar dan 122 rombongan belajar. Sedangkan kecamatan lain terdapat 1-6 fasilitas pendidikan yang mempunyai 3-50 rombongan belajar. Dengan demikian rendahnya pendidikan yang terkait dengan ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan serta distribusi yang tidak merata merupakan masalah yang perlu diselesaikan untuk meningkatkan pendidikan menengah yang disesuaikan dengan kondisi di masing-masing wilayah di Kabupaten Mojokerto. METODE PENELITIAN Sesuai tujuan dari penelitian ini, maka penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskriptif secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi daerah tertentu. Juga bertujuan untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. [2]. Dalam peneltian ini, peneliti mengumpulkan data mengenai faktor-faktor yang berpengaruh pada rendahnya pendidikan menengah, kemudian menganalisis faktor-faktor tersebut untuk menentukan faktor-faktor penentu. Pada penelitian ini, data-data primer diperoleh dengan cara menyebarkan kuisioner, selanjutnya dianalisa dengan menggunakan Analitycal Delphi. Analisis dimaksudkan untuk menentukan faktor faktor yang mempengaruhi rendahnya pendidikan menengah. Selanjutnya dilakukan pembobotan dengan skala likert kemudian dianalisis dengan analisis klaster untuk menentukan tipologi pendidikan menengah. Dari hasil analisis serta kajian empiri daerah lain dan sumber teoritik kemudian dirumuskan konsep peningkatan pendidikan menengah yang sesuai dengan karakteristik masing-masing wilayah. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pendidikan menengah Berdasarkan kajian pustaka diperoleh variabelvariabel yang mempengaruhi rendahnya pendidikan menengah. Kemudian dilakukan Analisis Delphi untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pendidikan menengah. Penentuan faktor dilakukan melalui pengolahan kuesioner pembobotan yang didapatkan dari responden penentu kebijakan (stakeholders). Untuk itu terlebih dahulu dilakukan Analisa Stakeholder. Dari hasil analisis delphi dihasilkan faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pendidikan menengah di kabupaten Mojokerto adalah ; aksesibilitas, jumlah penduduk usia 16-18 tahun, jumlah fasilitas pendidikan, kebutuhan rombongan belajar, jarak antara sekolah dengan permukiman, daya tampung, jangkauan dan mutu. Analisa pengelompokan pendidikan Terlebih dahulu dilakukan pembobotan terhadap pendidikan menengah tersebut. Pembobotan dilakukan dengan menggunakan skala likert terhadap faktor-faktor tersebut. Dalam pembobotan dengan skala likert dilakukan langkah-langkah sebagai berikut ;Ditentukan rasio dari masing-masing sarana umum diperoleh, kemudian dikelompokkan menjadi beberapa interval nilai yang terbagi berdasarkan kelas. Banyaknya kelas ditentukan dengan rumus : K 1 3,32 log n...(1) Di mana K : banyaknya kelas, n : jumlah kelompok yang dinilai. Kemudian menentukan kisaran dengan rumus: R Xt Xr...(2) Dimana : R = kisaran, Xt = nilai pengamatan tertinggi, Xr = nilai pengamatan terendah. Sedangkan selang dalam kelas ditentukan dengan rumus : I R K...(3) Dimana : I = selang dalam kelas, R = kisaran, K = banyaknya kelas Dari hasil pembobotan selanjutnya dilakukan analisis kluster. Hasil analisis klaster adalah sebagai berikut ; Indikator pendidikan meliputi faktor-faktor jumlah fasilitas pendidikan, daya tampung, kebutuhan rombel, jarak antara sekolah dengan permukiman penduduk, jangkauan pe dan mutu. Hasil dari pembobotan tersebut adalah sebagai berikut ; 1. Jumlah fasilitas pendidikan Jumlah fasilitas pendidikan pada masing-masing wilayah kecamatan menunjukkan seberapa banyak tersedianya fasilitas sekolah di wilayah tersebut. Analisis tingkat pe jumlah sarana dilakukan dengan membandingkan jumlah sarana yang saat ini ada dengan jumlah sarana minimal yang seharusnya terdapat pada kawasan studi. Jumlah sarana minimal dihitung berdasarkan jumlah penduduk pendukung sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007. Perhitungan untuk menentukan tingkat pe sarana menurut jumlah dengan menggunakan rumus : Rasio unit unit sarana sarana min riil imal Dengan masih dari sumber yang sama, jumlah unit sarana minimal diperoleh dari rumus berikut: Jumlah unit min imal penduduk penduduk pendukung riil min imal Menggunakan rumus-rumus di atas dan data-data penduduk yang telah diperoleh maka perhitungan tingkat pe pendidikan dengan menggunakan skala likert didapatkan tingkat berdasarkan jumlah penduduk serta ketersediaan jumlah sarana minimal sebagai berikut ; A-106 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009

Tabel 4.10. Tingkat pendidikan berdasarkan jumlah fasilitas Jml Jml Tkt No Kecamatan Pend. Fas. Rasio pendidikan 1 Jatirejo 37.872 5 0,79 Sedang 2 Gondang 37.922 5 0,79 Sedang 3 Pacet 50.226 6 0,72 4 Trawas 27.182 3 0,66 5 Ngoro 64.433 6 0,56 6 Pungging 66.156 5 0,45 Sangat 7 Kutorejo 55.131 4 0,44 rendah Sangat 8 Mojosari 61.662 18 1,75 rendah Sangat tinggi 9 Bangsal 45.054 3 0,40 Sangat 10 Mojoanyar 42.843 1 0,14 rendah Sangat 11 Dlanggu 48.151 4 0,50 rendah 12 Puri 57.915 6 0,62 13 Trowulan 62.235 4 0,39 Sangat 14 Sooko 56.749 10 1,06 rendah Sedang 15 Gedeg 52.091 5 0,58 16 Kemlagi 54.436 5 0,55 17 Jetis 69.974 8 0,69 18 Dawar 46426 6 0,78 Dari hasil analisis diatas tampak bahwa pendidikan ditinjau dari ketersediaan jumlah fasilitas pendidikan terhadap jumlah penduduk di sebagian besar wilayah masih buruk. Hanya pada kecamatan Mojosari tingkat penyediaannya berlebih sehingga penya sangat baik, kecamatan Sooko, Jatirejo dan Gondang tingkat penya sedang. 2. Daya tampung Daya tampung suatu sekolah merupakan besarnya siswa yang dapat ditampung oleh sekolah tersebut. Jumlah siswa merupakan faktor yang mencakup jumlah siswa lulusan SMP/MTs yang harus dilayani oleh fasilitas pendidikan yang ada. Jumlah ini merupakan kapasitas daya tampung yang dapat dilayani oleh sekolah bersangkutan. Daya tampung sekolah juga dapat dinyatakan dengan menggunakan ukuran sekolah equivalen. Sekolah equivalen merupakan jumlah rombongan belajar dibagi 6 [3]. Besarnya sekolah equivalen berkaitan dengan tingkat pe sekolah yang dihitung dengan membagi jumlah lulusan SMP/MTs dengan jumlah sekolah equivalen. Tingkat pe sekolah akan mempengaruhi kesempatan pe bagi lulusan SMP/MTs di wilayah tersebut. Tingkat pe sekolah di suatu wilayah semakin kecil menunjukkan kesempatan pe di wilayah tersebut semakin besar. Besarnya lulusan SMP/MTs, sekolah equivalen serta tingkat pe sekolah di masing-masing kecamatan adalah sebagai berikut ; Tabel 4.11. Jumlah lulusan SMP/MTs, sekolah equivalen dan tingkat pe sekolah Tkt Lulusan Jml Sek No Kecamatan SMP/MTs RB Eq. Sekolah 1 Jatirejo 611 18 3,0 204 ISBN 978-979-18342-1-6 2 Gondang 665 30 5,0 133 3 Pacet 954 28 4,7 204 4 Trawas 357 17 2,8 126 5 Ngoro 979 30 5,0 196 6 Pungging 1026 42 7,0 147 7 Kutorejo 711 25 4,2 171 8 Mojosari 1241 191 31,8 39 9 Bangsal 912 21 3,5 261 10 Mojoanyar 287 3 0,5 574 11 Dlanggu 570 17 2,8 201 12 Puri 593 52 8,7 68 13 Trowulan 814 12 2,0 407 14 Sooko 1107 122 20,3 54 15 Gedeg 706 32 5,3 132 16 Kemlagi 940 34 5,7 166 17 Jetis 920 35 5,8 158 18 Dawar 772 40 6,7 116 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa daya tampung pada kecamatan Gondang, Mojoanyar, Dlanggu, Kutorejo, Bangsal, Trawas dan Trowulan sangat rendah sementara pada kecamatan Mojosari, Puri dan Sooko daya tampungnya tinggi. Ini berarti kesempatan mendapatkan pe bagi lulusan SMP/MTs di kecamatan Mojoanyar dan Trowulan juga sangat rendah sementara kesempatan mendapatkan pe pendidikan menengah di Mojosari, Sooko dan Puri tinggi. Kesempatan pe tertinggi terdapat di kecamatan Mojosari. Di sini setiap sekolah yang equivalen dengan 6 rombongan belajar hanya melayani 39 siswa. 3. Kebutuhan Rombongan belajar Penyediaan rombongan belajar dapat memberikan pe yang optimal bagi masyarakat. Tabel 4.12. Tingkat Layanan Pendidikan Berdasarkan Tingkat Kebutuhan Rombongan belajar No Kecamatan RB Eksis Keb RB Kura ng Tkt Kebutuhan 1 Jatirejo 18 52 34 Sedang 2 Gondang 30 47 17 Sangat 3 Pacet 28 69 41 Tinggi 4 Trawas 17 47 30 Sedang 5 Ngoro 30 53 23 6 Pungging 42 74 32 Sedang 7 Kutorejo 25 49 24 8 Mojosari 191 72-119 Lebih 9 Bangsal 21 32 11 Sangat 10 Mojoanyar 3 33 30 Sedang 11 Dlanggu 17 55 38 Sedang 12 Puri 52 43-9 Lebih 13 Trowulan 12 71 59 Sangat Tinggi 14 Sooko 122 63-59 Lebih 15 Gedeg 32 39 7 Sangat 16 Kemlagi 34 90 56 Sangat Tinggi 17 Jetis 35 91 56 Sangat Tinggi 18 Dawar 40 64 24 4. Jarak antara Sekolah dengan Permukiman A-107

Jarak antara sekolah dengan permukiman menunjukkan kemudahan masyarakat mengakses pendidikan. Jarak antara pusat-pusat permukiman merupakan nilai rata-rata jarak sekolah dari pusat desa/kelurahan dalam satu wilayah. Tabel 4.13. Tingkat Layanan Pendidikan Berdasarkan Jarak Sekolah Terhadap Permukiman NO Kecamatan Jarak Tingkat Rasio riil 1 Jatirejo 8,41 2,80 Sedang 2 Gondang 12,98 4,33 Sangat jauh 3 Pacet 7,18 2,39 Sedang 4 Trawas 14,29 4,76 Sangat jauh 5 Ngoro 7,08 2,36 Sedang 6 Pungging 6,88 2,29 Sedang 7 Kutorejo 6,23 2,08 Dekat 8 Mojosari 1,76 0,59 Sangat dekat 9 Bangsal 5,36 1,79 Dekat 10 Mojoanyar 6,88 2,29 Sedang 11 Dlanggu 7,25 2,42 Sedang 12 Puri 3,65 1,22 Sangat dekat 13 Trowulan 9,78 3,26 Jauh 14 Sooko 1,96 0,65 Sangat dekat 15 Gedeg 5,38 1,79 Dekat 16 Kemlagi 10,65 3,55 Jauh 17 Jetis 10,05 3,35 Jauh 18 Dawar 7,12 2,37 Sedang Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa di kecamatan Gondang, Trawas, Trowulan, Kemlagi dan Jetis jarak sekolah terhadap permukiman penduduk relatif jauh sedangkan kecamatan lainnya jarak sekolah terhadap permukiman penduduk relatif dekat. 5. Jangkauan Pe Jangkauan maisng-masing sekolah dapat berbeda-beda sesuai dengan asal siswa. Sekolahsekolah yang terletak di pusat-pusat kota (Sooko, Mojosari) mampu melayani siswa hampir dari seluruh kecamatan, sedangkan sekolah-sekolah yang terletak di daerah pinggiran biasanya hanya melayani siswa lokal dari kecamatan tersebut dan sebagian kecil siswa dari luar kecamatan terdekat. Hal ini terkait dengan jumlah/ketersediaan sekolah di pusat kota yang cukup besar, serta variasi jenis sekolah yang lebih banyak mulai dari SMA, MA, SMK dengan berbagai jurusan keahlian. Selain itu kelengkapan sarana dan prasarana pendukung sekolah juga menjadi daya tarik sekolah-sekolah yang ada di pusat-pusat kota, serta jaminan kualitas yang bisa dilihat dari akreditasi sekolah maupun dari mutu lulusan siswa. Tabel 4.14. Jangkauan Pe Fasilitas Pendidikan No Kecamatan Jml Kecamatan Jangkauan asal siswa Pe 1 Jatirejo 1 Sangat 2 Gondang 3 3 Pacet 1 Sangat 4 Trawas 1 Sangat A-108 5 Ngoro 1 Sangat 6 Pungging 2 Sangat 7 Kutorejo 3 8 Mojosari 9 Sangat Tinggi 9 Bangsal 3 10 Mojoanyar 1 Sangat 11 Dlanggu 1 Sangat 12 Puri 9 Sangat Tinggi 13 Trowulan 1 Sangat 14 Sooko 10 Sangat Tinggi 15 Gedeg 3 16 Kemlagi 1 Sangat 17 Jetis 1 Sangat 18 Dawar 1 Sangat Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009 6. Mutu Salah satu instrumen untuk mengetahui mutu yang dapat diberikan sekolah dapat dilihat dari kelengkapan fasilitas pendukung yang ada pada sekolah. Fasilitas pendukung sekolah dapat berupa laboratorium IPA, bahasa serta komputer, perpustakaan, bengkel, ruang keterampilan, ruang UKS, maupun fasilitas pendukung lainnya yang dapat memberikan mutu bagi siswa. Menurut Litbang Depdiknas Mutu dapat di lihat dari persentase fasilitas sekolah yang dihitung dengan cara membagi jumlah fasilitas sekolah yang tersedia dengan jumlah sekolah di suatu wilayah. Hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ; Tabel 4.15. Tingkat Layanan Pendidikan Berdasarkan Mutu Layanan No Kecamatan Jumlah Sekolah Mutu Tingkat 1 Jatirejo 5 37,5 2 Gondang 5 47,5 Sedang 3 Pacet 5 32,5 Sangat 4 Trawas 3 38,3 5 Ngoro 5 35,0 6 Pungging 6 43,3 7 Kutorejo 4 45,0 Sedang 8 Mojosari 18 72,5 Sangat Tinggi 9 Bangsal 3 46,7 Sedang 10 Mojoanyar 1 37,5 11 Dlanggu 5 42,5 12 Puri 5 72,5 Sangat Tinggi 13 Trowulan 4 30,0 Sangat 14 Sooko 12 73,5 Sangat Tinggi 15 Gedeg 4 45,0 Sedang 16 Kemlagi 5 32,5 Sangat 17 Jetis 8 29,4 Sangat 18 Dawar 6 23,8 Sangat Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa 61 % kecamatan mempunyai tingkat pe yang masih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar sekolah-sekolah yang ada tidak dilengkapi dengan sarana penunjang yang dapat memberikan pe yang bermutu kepada masyarakat. Sebagian besar sekolah yang tidak dilengkapi sarana penunjang adalah sekolah swasta. Sekolah-sekolah yang berada di perkotaan seperti Mojosari, Sooko, dan Puri mempunyai fasilitas yang sangat baik. Hal ini tentu

menjadi daya tarik tersendiri bagi sekolah-sekolah di wilayah tersebut. Indikator selanjutnya adalah karakteristik wilayah yang meliputi aksesibilitas wilayah dan jumlah penduduk usia 16-18 tahun. 1. Aksesibilitas Wilayah Tingkat aksesibilitas wilayah digunakan sebagai indikator untuk mengukur faktor kemudahan menjangkau lokasi pendidikan pada masingmasing kecamatan. Tingkat aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi lain di sekitarnya. Tingkat aksesibilitas antara lain dipengaruhi oleh jarak, kondisi prasarana perhubungan, ketersediaan berbagai sarana penghubung termasuk frekuensinya dan tingkat keamanan serta kenyamanan untuk melalui jalur tersebut [4] Berdasarkan faktor yang mempengaruhi maka perhitungan tingkat aksesibilitas wilayah dilakukan dengan memberikan angka konversi dari faktor kondisi jalan : aspal (3), setengah aspal (2), tidak diaspal (1), faktor fungsi jalan : arteri (3) jalan kolektor (2) jalan lokal (1), dan faktor jalur jalan: dilalui angkutan umum (2) tidak dilalui jalur angkutan umum (1), serta jarak rata-rata masing-masing kota kecamatan. Perhitungan aksesibilitas dilakukan dengan menggunakan rumus dibawah ini: KFT dij d Di mana ; dij = Akses daerah i ke daerah j, K= Kondisi fisik jalan, F = Fungsi jalan, T= Jalur dan arah jalan, d = Jarak daerah i ke daerah j Tabel 4.16. Aksesibilitas wilayah di Mojokerto No Kecamatan K F T ISBN 978-979-18342-1-6 Rata-rata jarak (d) Aksesi bilitas Tingkat aksesibilitas 1 Jatirejo 2,79 1 2 26,78 0,208 Sangat 2 Gondang 2,94 2 2 21,22 0,555 Sedang 3 Pacet 3,00 2 2 26,33 0,456 4 Trawas 3,00 2 2 33,50 0,358 Sangat 5 Ngoro 2,00 3 2 30,72 0,391 6 Pungging 2,37 2 2 22,22 0,426 7 Kutorejo 2,59 2 2 18,61 0,556 Sedang 8 Mojosari 2,84 3 2 19,89 0,857 Sangat Tinggi 9 Bangsal 2,82 3 1 15,67 0,541 Sedang 10 Mojoanyar 2,83 2 2 15,83 0,716 Tinggi 11 Dlanggu 2,31 1 2 16,50 0,280 Sangat 12 Puri 2,94 3 2 19,28 0,914 Sangat Tinggi 13 Trowulan 3,00 2 1 24,06 0,249 Sangat 14 Sooko 3,00 3 2 17,83 1,009 Sangat Tinggi 15 Gedeg 2,36 3 2 21,28 0,665 Sedang 16 Kemlagi 2,05 2 2 26,83 0,306 Sangat 17 Jetis 2,44 1 2 22,06 0,221 Sangat 18 Dawar 2,72 2 2 30,06 0,362 Sangat 2. Penduduk usia sekolah (16-18 tahun) Penduduk usia 16-18 tahun merupakan dasar yang digunakan dalam perhitungan Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat SMA. Angka Partisipasi Kasar (APK) didefinisikan sebagai perbandingan jumlah murid pada jenjang tertentu (TK, SD, SMP, SMA, dan sebagainya) dengan jumlah penduduk kelompok usia sekolah yang sesusai dan dinyatakan dengan persentase. Hasil perhitungan APK ini digunakan di suatu jenjang pendidikan tertentu pada wilayah tertentu. Semakin tinggi APK berarti semakin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan pada suatu wilayah. Nilai APK bisa lebih besar dari 100% karena terdapat murid yang berusia di luar usia resmi sekolah, terletak di daerah kota, atau terletak didaerah perbatasan. Jumlah penduduk usia 16-18 tahun dan APK pada masing-masing wilayah kecamatan berbeda-beda seperti yang tercantum pada tabel dibawah ini : Tabel 4.17. Data Penduduk usia 16-18 tahun dan APK per kecamatan No Kecamatan Jumlah Penduduk Usia APK Siswa SM 16-18 tahun 1 Jatirejo 740 1990 37 2 Gondang 1075 1860 58 3 Pacet 1095 2725 40 4 Trawas 690 1850 37 5 Ngoro 1125 2115 53 6 Pungging 1650 2775 59 7 Kutorejo 964 1850 52 8 Mojosari 7817 2850 274 9 Bangsal 741 1150 64 10 Mojoanyar 130 1525 9 11 Dlanggu 675 2136 32 12 Puri 2100 2055 102 13 Trowulan 521 2730 19 14 Sooko 4699 2435 193 15 Gedeg 1250 1550 81 16 Kemlagi 1164 3455 34 17 Jetis 1420 3250 44 18 Dawar 1618 2555 63 Untuk melakukan analisa klaster diperlukan input data numerik dari faktor-faktor yang terdiri dari ; jumlah fasilitas pendidikan, sekolah equivalen, kebutuhan rombel, jarak sekolah dengan pemukiman, jangkauan, mutu, tingkat aksesibilitas wilayah, dan APK. Data input untuk analisa klaster dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.18. Data Input Analisis Klaster No 1 2 3 4 5 6 7 1 0,79 3,0 34 2,80 1 37,5 0,208 2 0,79 5,0 17 4,33 3 47,5 0,555 3 0,72 4,7 41 2,39 1 32,5 0,456 4 0,66 2,8 30 4,76 1 38,3 0,358 5 0,56 5,0 23 2,36 1 35,0 0,391 6 0,45 7,0 32 2,29 2 43,3 0,426 7 0,44 4,2 24 2,08 3 45,0 0,556 8 1,75 31,8 0 0,59 9 72,5 0,857 9 0,40 3,5 11 1,79 3 46,7 0,541 10 0,14 0,5 30 2,29 1 37,5 0,716 11 0,5 2,8 38 2,42 1 42,5 0,280 A-109

12 0,62 8,7 0 1,22 9 72,5 0,914 13 0,39 2,0 59 3,26 1 30,0 0,249 14 1,06 20,3 0 0,65 10 73,5 1,009 15 0,58 5,3 7 1,79 3 45,0 0,665 16 0,55 5,7 56 3,55 1 32,5 0,306 17 0,69 5,8 56 3,35 1 29,4 0,221 18 0,78 6,7 24 2,37 1 23,8 0,362 Ket ; 1=jumlah fasilitas, 2=dya tampung, 3=kebutuhan rombel, 4= jarak, 5= jangkauan, 6= mutu, 7= aksesibilitas Hasil Analisis pengelompokan Layanan Pendidikan Menengah berdasarkan kondisi wilayah di Kabupaten Mojokerto Berdasarkan data yang mencakup tujuh faktor yang digunakan maka selanjutnya dilakukan analisis klaster untuk mendapatkan pemetaan wilayah dengan kesamaan kondisi pendidikan dan kondisi wilayah. Proses klastering yang dilakukan menggunakan prosedur Hierarchical Cluster. Konsep ini dimulai dengan menggabungkan dua obyek yang paling mirip, kemudian gabungan dua obyek tersebut akan bergabung lagi dengan satu atau lebih obyek yang paling mirip lainnya. Demikian seterusnya sehingga terbentuklah hierarki dari obyek yang membentuk klaster. Tabel 4.19. Kondisi Data Input Analisis Klaster Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent 18 100,0 0,0 18 100,0 Berdasarkan Tabel 4.10 Menunjukkan bahwa jumlah data input adalah sebanyak 18 dan valid sebesar 100% sehingga semua data telah diproses tanpa ada data yang hilang. Selanjutnya didapatkan hasil analisis seperti terlihat pada gambar dendogram dibawah ini : H I E R A R C H I C A L C L U S T E R A N A L Y S I S Dendrogram using Average Linkage (Between Groups) Rescaled Distance Cluster Combine C A S E 0 5 10 15 20 25 Label Num +---------+---------+---------+---------+---------+ 16 17 13 9 15 2 7 6 11 4 10 1 5 Gambar 4.15.Dendogram hasil analisis kluster Berdasarkan gambar dendogram tersebut dapat ditentukan klasternya menjadi 2 yaitu : Klaster 1 terdiri dari 15 kecamatan yaitu : Trowulan, Kemlagi, Jetis. Pungging, Dlanggu, Trawas, Mojoanyar, Jatirejo, Ngoro, Dawarblandong, Pacet, Bangsal, Gedeg, Gondang dan Kutorejo. Klaster ini mempunyai karakteristik pendidikan ditinjau dari jumlah fasilitas pendidikan rendah, daya tampung rendah, tingkat kebutuhan fasilitas sangat tinggi, jarak sekolah dengan permukiman jauh, jangkauan pe sangat rendah, mutu sangat rendah, aksesibilitas sangat rendah, APK rendah. Klaster 2 terdiri dari 3 kecamatan yaitu : Mojosari, Sooko dan Puri. Klaster ini mempunyai karakteristik pendidikan ditinjau dari jumlah fasilitas pendidikan sangat tinggi, daya tampung sangat besar, jarak sekolah dengan permukiman sangat dekat, jangkauan pe sangat tinggi, mutu sangat baik, aksesibilitas sangat tinggi, APK tinggi. Klaster tersebut dapat digambarkan sebagaimana peta berikut ; Gambar 4.16. Peta Klaster Layanan Pendidikan Menengah Kabupaten Mojokerto Perumusan Konsep Peningkatan Layanan Pendidikan Menegah di Kabupaten Mojokerto Sesuai Karakteristik Wilayah Konsep Peningkatan Layanan Pendidikan Menengah berdasarkan karakteristik wilayah disusun untuk menangani peningkatan faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya pendidikan menengah di kabupaten Mojokerto. Perumusan konsep dilakukan dengan triangulasi antara referensi konsep berdasarkan teori, studi empiri dari kawasan lain serta hasil analisis. Kajian pustaka Gambar 4.17. Konsep Konsep Studi empiri daerah lain Konsep Peningkatan Layanan Pendidikan Menengah di Kabupaten Mojokertoberdasarkan karakteristik wilayah Hasil Analisis Analisis Triangulasi Perumusan A-110 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009

Dalam merumuskan konsep peningkatan pendidikan menengah di Kabupaten Mojokerto berdasarkan karakteristik wilayah dilakukan analisis triangulasi. Triangulasi dilakukan dengan cara melakukan cross check atas informasi yang diterima untuk melihat persamaan, perbedaan, dan keselarasan terhadap informasi yang diperoleh. Triangulasi dalam penelitian ini menggunakan tiga input informasi yaitu yang diperoleh dari kajian pustaka, studi empiri daerah lain, serta kondisi eksisting hasil analisa pendidikan sekolah menengah di Kabupaten Mojokerto. Konsep peningkatan pendidikan Sekolah menengah di Kabupaten Mojokerto diperoleh dengan mengkompilasi ketersediaan terhadap kebutuhan wilayah, mutu terhadap suatu fasilitas pendidikan sekolah menengah serta karakteristik wilayah terkait fasilitas pendukung untuk memanfaatkan fasilitas pendidikan sekolah menengah yang efektif dan efisien. Hasil dari kajian teori dimaksudkan untuk menemukan kesesuaian unsur-unsur yang terkandung dalam suatu teori atau konsep yang kemudian dikompilasikan dengan studi empiri dari daerah lain serta unsur-unsur pada temuan atau kondisi eksisting hasil analisa, terkait Peningkatan Layanan pendidikan. Kajian empirik kawasan lain dilakukan untuk mengetahui implementasi dari konsep peningkatan pendidikan menengah melalui data sekunder yang merupakan hasil penelitian, yaitu: 1. Evaluasi sebaran sarana pendidikan menengah untuk peningkatan aksesibilitas sekolah di kota Kediri, Chepy Nung Suyudi, Universitas Brawijaya Malang, 2008. [5] 2. Pengaruh Unjuk Kerja Transportasi Terhadap Aksesibilitas Sekolah dan Efektifitas Pembelajaran di Kota Sukabumi, Muhamad Noor Hanafie, Universitas Pendidikan Indonesia, 2005 [6] 3. Pemerataan Layanan Pendidikan Sekolah Menengah Berdasarkan Distribusi Fasilitas Pendidikan Menengah di Kabupaten Tulungagung, Unik Setiawati, ITS, 2008. [7] Adapun aspek-aspek yang dibahas dalam ketiga studi tersebut meliputi aksesibilitas, Jumlah penduduk dan penduduk usia sekolah yang memerlukan fasilitas pendidikan pada jangkauan pe; optimalisasi daya tampung; efisiensi dan efektifitas pemakaian ruang belajar; pemenuhan sarana dan prasarana transportasi; pemenuhan sarana dan prasarana pendukung untuk memberikan pe yang bermutu. Penyediaan fasilitas pendidikan di suatu wilayah juga memperhatikan faktor jarak sebagai acuan penyediaan serta kondisi parasarana jaringan jalan Artinya konsep peningkatan pendidikan mengacu pada keseimbangan antara kebutuhan dan memperhatikan ketersediaan fasilitas pendukung serta karakteristik suatu wilayah. Sedangkan daya tampung merupakan kapasitas yang dapat disediakan untuk melayani penduduk di wilayah tersebut. Dengan demikian konsep peningkatan ISBN 978-979-18342-1-6 pendidikan dengan memperhatikan kapasitas diharapkan dapat memberikan pe secara optimal dan efisien terhadap penduduk di wilayah tersebut. Hal ini agar tidak terjadi penyediaan fasilitas pendidikan yang tidak dimanfaatkan oleh penduduk. Artinya penyediaan fasilitas pendidikan tidak hanya sekedar menyediakan fasilitas pendidikan tetapi juga harus memperhatikan fasilitas pendukung pendidikan agar dapat melayani penduduk dengan pe pendidikan yang bermutu. Pelajaran penting (lessons learned) yang diperoleh dari tiga studi kasus di atas adalah pemberian pendidikan menengah yang optimal, efektif dan efisien serta memperhatikan mutu sehingga masyarakat dapat memperoleh pe pendidikan secara merata. Berdasarkan ketiga komponen tersebut dirumuskan konsep peningkatan pendidikan menengah di Kabupaten Mojokerto yang sesuai. Secara sistematis elaborasi dari ketiga komponen tersebut dapat dilihat pada tabel 4.23. Unsur yang menjadi penekanan dalam analisis ini adalah aksesibilitas, penduduk usia 16-18, jarak sekolah terhadap permukiman, jumlah fasilitas pendidikan, daya tampung sekolah, jangkauan serta mutu. Dari hasil analisis triangulasi di atas untuk klaster 1 dapat dirumuskan konsep peningkatan pendidikan sebagai berikut ; Tabel 4.24. Hasil peningkatan konsep pendidikan menengah di kabupaten Mojokerto pada klaster 1 Faktor Konsep peningkatan (1) (2) Aksesbilitas Perbaikan kondisi jalan dengan pengerasan di kecamatan Kemlagi, Jetis, Dlanggu, Pungging, Jatirejo, Gedeg. Pembukaan jalur transportasi umum menuju sekolah di kecamatan Trowulan Penduduk usia 16-18 tahun Jarak sekolah terhadap pemukiman Jumlah fasilitas Kebutuhan dan Bangsal. Perlunya penambahan jumlah fasilitas sesuai jumlah penduduk pengguna dengan pembangunan USB di kecamatan Trowulan, Mojoanyar, Kemlagi, Jetis, Jatirejo, Trawas, Pacet, Dlanggu serta Pungging. Penambahan RKB di kecamatan Ngoro, Dawarblandong, Gondang, Kutorejo, Bangsal dan Gedeg Minimasi jarak sekolah terhadap permukiman penduduk di kecamatan Trowulan, Kemlagi, Jetis, Trawas, Gondang. Perlunya penambahan jumlah fasilitas sesuai jumlah penduduk pengguna dengan pembangunan USB di kecamatan Trowulan, Mojoanyar, Kemlagi, Jetis, Jatirejo, Trawas, Pacet, Dlanggu serta Pungging. Penambahan RKB di kecamatan Ngoro, Gondang, Kutorejo, Bangsal dan Gedeg Prioritas pembangunan USB di kecamatan Trowulan dan Mojoanyar Perlunya penambahan jumlah fasilitas A-111

Rombel Daya tampung Jangkauan Mutu A-112 sesuai jumlah penduduk pengguna dengan pembangunan USB di kecamatan Trowulan, Mojoanyar, Kemlagi, Jetis, Jatirejo, Trawas, Pacet, Dlanggu serta Pungging. Penambahan RKB di kecamatan Ngoro, Dawarblandong Gondang, Kutorejo, Bangsal dan Gedeg Prioritas pembangunan USB di kecamatan Trowulan dan Mojoanyar Perlunya penambahan jumlah fasilitas sesuai jumlah penduduk pengguna dengan pembangunan USB di kecamatan Trowulan, Mojoanyar, Kemlagi, Jetis, Jatirejo, Trawas, Pacet, Dlanggu serta Pungging. Penambahan RKB di kecamatan Ngoro, Dawarblandong Gondang, Kutorejo, Bangsal dan Gedeg Prioritas pembangunan USB di kecamatan Trowulan dan Mojoanyar Peningkatan skala pe di semua kecamatan sehingga selain melayani wilayahnya sendiri dapat melayani wilayah lain di sekitarnya. Perbaikan dan penambahan fasilitas pendukung pendidikan di kecamatan Jatirejo, Pacet, Trawas, Ngoro, Pungging, Mojoanyar, Dlanggu, Trowulan, Kemlagi, Jetis dan Dawarblandong. Pemakaian secara bersama di kecamatan Gondang, Kutorejo, Bangsal dan Gedeg Sedangkan untuk klaster 2 di mana tingkat pendidikan tinggi terjadi over supply. Kondisi demikian menyebabkan pendidikan menjadi tidak efisien. Untuk itu dapat dirumuskan konsep peningkatan sebagai berikut ; Tabel 4.26. Hasil peningkatan konsep pendidikan menengah di kabupaten Mojokerto pada klaster 2 Faktor Konsep peningkatan pendidikan Aksesbilitas Pemeliharaan sarana dan prasarana transportasi. Mempertahankan kontinuitas angkutan umum di ketiga kecamatan. Penduduk usia 16-18 tahun Jarak sekolah terhadap pemukiman Jumlah fasilitas Kebutuhan Rombel Daya tampung Jangkauan Mutu Perlu pembatasan pembangunan sekolah baru di klaster ini prioritas pembatasan di kecamatan Mojosari Pemeliharaan kondisi jalan. Pembatasan pembangunan sekolah baru prioritas pembatasan di kecamatan Mojosari. Pembatasan penambahan ruang kelas baru untuk menjamin pendidikan yang efisien Pembatasan daya tampung terutama di kecamatan Mojosari Pembatasan daerah karena masih mampu mendukung pe dari daerah lain terutama di kecamatan Sooko Peningkatan mutu dengan penambahan jumlah fasilitas Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009 pendukung, pemanfaatan secara bersama-sama fasilitas pendukung Berdasarkan hasil analisis triangulasi untuk dapat meningkatkan dan memperluas pendidikan menengah diperlukan penyediaan fasilitas pendidikan yang sesuai dengan tingkat kebutuhan. Ketersediaan fasilitas pendidikan diharapkan sesuai dengan kebutuhan wilayahnya sehingga terjadi suatu kesimbangan. Keseimbangan antara ketersediaan fasilitas dengan penduduk pengguna mempunyai implikasi pada optimalnya daya tampung yang berdampak pada suatu efektifitas dan efisiensi dalam pe. Sementara mutu dapat ditingkatkan dengan penyediaan fasilitas pendukung pendidikan atau dengan cara penggunaan secara bersama fasilitas pendukung pendidikan yang tersedia oleh beberapa sekolah dalam wilayah yang sama. Karakteristik wilayah terkait sistem transportasi jaringan jalan yang tersedia di masing-masing wilayah dapat ditingkatkan dengan cara meminimalisasi jarak atau memperbaiki sarana dan prasarana yang kondisinya dapat menghambat pemanfaatan fasilitas pendidikan yang tersedia. Sedangkan dari sisi jumlah penduduk dapat dilakukan maksimalisasi daya tampung fasilitas pendidikan yang tersedia agar dapat memenuhi kebutuhan dasar penduduk suatu wilayah. Konsep peningkatan pendidikan sekolah menengah yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik wilayah agar pe pendidikan berlangsung secara efektif, efisien dan bermutu diperlukan untuk mendukung perluasan dan pemerataan akses pendidikan menengah di Kabupaten Mojokerto. Konsep tersebut dirumuskan melalui pertimbangan unsur kebutuhan, ketersediaan fasilitas serta karakteristik wilayah dengan memperhatikan mutu KESIMPULAN 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya pendidikan tingkat menengah di Kabupaten Mojokerto yaitu ; Aksesibilitas, Jumlah penduduk usia 16-18 tahun, Jarak antara sekolah dengan permukiman penduduk, Jumlah fasilitas pendidikan, Kebutuhan rombongan belajar, Jangkauan, Daya tampung, Mutu. 2. Kondisi pendidikan tingkat menengah berdasarkan kondisi wilyah di kabupaten Mojokerto dapat dikelompokkan menjadi 2 klaster yaitu ; Klaster 1, klaster dengan pendidikan rendah, kebutuhan fasilitas sangat tinggi, daya tampung rendah, mutu sangat rendah, aksesibilitas sangat rendah terdiri dari kecamatan Trowulan, Kemlagi, Jetis, Mojoanyar, Pungging, Dlanggu, Trawas, Jatirejo, Ngoro, Dawarblandong, Pacet, Bangsal, Gedeg, Gondang dan Kutorejo ; Klaster 2, klaster dengan pendidikan tinggi, kelebihan fasilitas, daya tampung sangat besar, mutu tinggi, aksesibilitas sangat tinggi terdiri dari kecamatan Mojosari, Sooko dan Puri. 3. Konsep peningkatan pendidikan sekolah menengah berdasarkan karakteristik

wilayah adalah konsep peningkatan pendidikan sekolah menengah dengan mempertimbangkan kebutuhan, ketersediaan serta karakteristik wilayah dengan memperhatikan mutu yang secara spesifik pada masing-masing klaster adalah sebagai berikut : Klaster 1 : Perbaikan kondisi jalan dengan pengerasan di kecamatan Kemlagi, Jetis, Dlanggu, Pungging, Jatirejo, Gedeg. Pembukaan jalur transportasi umum menuju sekolah di kecamatan Trowulan dan Bangsal; Perlunya penambahan jumlah fasilitas sesuai jumlah penduduk pengguna dengan pembangunan USB di kecamatan Trowulan, Mojoanyar, Kemlagi, Jetis, Jatirejo, Trawas, Pacet, Dlanggu serta Pungging; Penambahan RKB di kecamatan Ngoro, Gondang, Kutorejo, Bangsal dan Gedeg; Prioritas pembangunan USB di kecamatan Trowulan dan Mojoanyar; Minimasi jarak sekolah terhadap permukiman penduduk di kecamatan Trowulan, Kemlagi, Jetis, Trawas, Gondang; Peningkatan skala pe di semua kecamatan sehingga selain melayani wilayahnya sendiri dapat melayani wilayah lain di sekitarnya; Perbaikan dan penambahan fasilitas pendukung pendidikan di kecamatan Jatirejo, Pacet, Trawas, Ngoro, Pungging, Mojoanyar, Dlanggu, Trowulan, Kemlagi, Jetis dan Dawarblandong; Pemakaian secara bersama di kecamatan Gondang, Kutorejo, Bangsal dan Gedeg Klaster 2 : Pemeliharaan sarana dan prasarana transportasi. Mempertahankan kontinuitas angkutan umum di ketiga kecamatan; Perlu pembatasan pembangunan sekolah baru di klaster ini prioritas pembatasan di kecamatan Mojosari; Pemeliharaan kondisi jalan; Pembatasan penambahan ruang kelas baru untuk menjamin pendidikan yang efisien; Pembatasan daya tampung terutama di kecamatan Mojosari; Pembatasan daerah karena masih mampu mendukung pe dari daerah lain terutama di kecamatan Sooko; Peningkatan mutu dengan penambahan jumlah fasilitas pendukung, pemanfaatan secara bersama-sama fasilitas pendukung. DAFTAR PUSTAKA [1] Bappeda Kab Mojokerto, 2007, Evaluasi RT/RW Kab. Kab Mojokerto 2005-2010, Mojokerto. [3] Depdiknas, 2006, Ikhtisar Data Pendidikan Nasional Tahun 2005/2006, Balitbang Depdiknas, Jakarta. [4] Tarigan, Robinson, 2006, Perencanaan Pembangunan Wilayah. Edisi Revisi. Bumi Aksara: Jakarta. [5] Suyudi, Chevy, 2008, Evaluasi Sebaran Pendidikan Menengah Untuk Peningkatan Aksesibilitas Sekolah di Kota Kediri, Tesis, Universitas Brawijaya, Malang. [6] Hanafie M., 2005, Pengaruh Unjuk Kerja Transportasi Terhadap Aksesibilitas Sekolah dan Efektifitas Pembelajaran di Kota Sukabumi, TA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung [7] Setyawati, Unik, 2008, Pemerataan Layanan Pendidikan Sekolah Menegah Berdasarkan Distribusi Fasilitas Pendidikan Menengah di Kabupaten Tulungagung, Tesis, ITS, Surabaya. ISBN 978-979-18342-1-6 A-113

Halaman ini sengaja dikosongkan A-114 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 2009