PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN TERHADAP GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI PABRIK IB PT PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KEBISINGAN RUANG WEAVING UNIT WEAVING B DI PT. DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV

ABSTRAK. Pembimbing I : July Ivone,dr., M.K.K., MPd.Ked. Pembimbing II: Drs. Pinandojo Djojosoewarno,dr.,AIF.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Keywords : Noise Intensity, Hearing Threshold Values, Ground Handling Labor

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA DI PT.INKA (PERSERO) MADIUN

Lobes Herdiman 1, Ade Herman Setiawan 2 Laboratorium Perencanaan & Perancangan Produk (P3) Jurusan Teknik Industri-UNS 1

HUBUNGAN PAPARAN KEBISINGAN PADA PEKERJA DENGAN NOISE INDUCED HEARING LOSS (NIHL) DI PTPN XIII PMS GUNUNG MELIAU

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan dan keselamatan kerja. Industri besar umumnya menggunakan alat-alat. yang memiliki potensi menimbulkan kebisingan.

HUBUNGAN TINGKAT KEBISINGAN PESAWAT UDARA TERHADAP KESEHATAN PEKERJA DI SEKITAR LANDAS PACU 1 DAN 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL SOEKARNO HATTA, BANTEN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

TINGKAT KEBISINGAN DAN SUHU PADA USAHA STONE CRUSHER PT. X, KABUPATEN PASAMAN BARAT, PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. modern. Seiring dengan adanya mekanisasi dalam dunia industri yang

Analisis Tingkat Kebisingan Di Kawasan Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru

Uji Performansi Getaran Mekanis dan Kebisingan Mist Blower Yanmar MK 150-B

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan dan keselamatan kerja (Novianto, 2010). kondusif bagi keselamatan dan kesehatan kerja (Kurniawidjaja, 2012).

Studi Analisis Pengaruh Kebisingan dan Karakteristik Pekerja Terhadap Gangguan Pendengaran Pekerja di Bagian Produksi

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya proses mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi serta transformasi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Kelelahan Kerja, Tenaga Kerja Ground Handling

BAB I PENDAHULUAN. rangka menekan serendah mungkin risiko penyakit yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan bisingan dalam proses produksi. Kebisingan dapat. memicu terjadinya Noise Induced Hearing Loss (NIHL).

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi 6,4 sampai dengan 7,5 persen setiap

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

PEMANTAUAN TINGKAT KEBISINGAN DAERAH KERJA UNTUK MENUNJANG KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DI PTLR-BATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi 464,2 TWh pada tahun 2024 dengan rata-rata pertumbuhan 8,7% per

BAB I PENDAHULUAN. (UU) No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : Kholid Ubaidilah NIM : J

BAB I PENDAHULUAN. rumah, di jalan maupun di tempat kerja, hampir semuanya terdapat potensi

HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PETUGAS GROUND HANDLING PT. GAPURA ANGKASA BANDARA ADI SOEMARMO BOYOLALI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN I-1

Suryani., Mulyadi, A., Afandi, D 2015 : 9 (1)

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN DURASI TERPAPAR BISING DENGAN KEJADIAN NOISE INDUCED HEARING LOSS PADA PEKERJA PABRIK SPEAKER X DI PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN DAN USAHA PENGENDALIAN PADA UNIT PRODUKSI PADA SUATU INDUSTRI DI KOTA BATAM

KEJADIAN KURANG PENDENGARAN AKIBAT KEBISINGAN MESIN KERETA API PADA PEMUKIM PINGGIR REL DI KELURAHAN GEBANG KABUPATEN JEMBER

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan masih dilaksanakan Indonesia pada segala bidang guna

ABSTRAK HUBUNGAN TOTAL LAMA KERJA DENGAN STATUS PENDENGARAN PADA PENERBANG TNI AU

BAB I PENDAHULUAN. warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi. memenuhi kebutuhan hidup layak sehari-hari sehingga tingkat

Program Konservasi Pendengaran (1) Hearing Conservation Program (1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penggunaan teknologi disamping dampak positif, tidak jarang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dapat


GAMBARAN KEBISINGAN DAN GANGGUAN FUNGSI PENDENGARAN TENAGA KERJA DI AREA PRESSING PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT TAMBUN II BEKASI JAWA BARAT

HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DENGAN FUNGSI PENDENGARAN PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI COLOMADU KARANGANYAR

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa ditanggulangi secara baik sehingga dapat menjadi ancaman serius bagi

DINASTI TUNGGAL DEWI J

STUDI APLIKASI ALAT PELINDUNG DIRI SEBAGAI FAKTOR RISIKO GANGGUAN PENDENGARAN KARYAWAN UNIT PRODUKSI PT. SEMEN TONASA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan industri di Indonesia telah mengalami

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA DI PG. POERWODADIE MAGETAN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Pengaruh Kebisingan Konstruksi Gedung Terhadap Kenyamanan Pekerja Dan Masyarakat

Dian Pratiwi*), Ir. Irawan Wisnu Wardhana, MS dan Sri Sumiyati, ST, MSi. **)

GAMBARAN RESIKO GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA SARANA NON MEDIS DI AREA PLANTROOM RUMAH SAKIT JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA JAKARTA

UNIVERSITAS AIRLANGGA DIREKTORAT PENDIDIKAN Tim Pengembangan Jurnal Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya

Jl. HR Soebrantas Km 12.5 Pekanbaru ABSTRAK ABSTRACT

KAJIAN KEBISINGAN PADA PEMUKIMAN DEKAT BANDARA UDARA INTERNASIONAL SULTAN HASANUDDIN

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 2 (2014), Hal ISSN : TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS MANUSIA DI RUANG INAP RUMAH SAKIT

PEMETAAN TINGKAT KEBISINGAN YANG DITIMBULKAN OLEH MESIN PENGOLAH KELAPA SAWIT DI PT. TASMA PUJA, KABUPATEN KAMPAR-RIAU

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

GANGGUAN PENDENGARAN DI KAWASAN KEBISINGAN TINGKAT TINGGI (Suatu Kasus pada Anak SDN 7 Tibawa) Andina Bawelle, Herlina Jusuf, Sri Manovita Pateda 1

ANALISA KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN RAYA KENJERAN JALAN KENJERAN SURABAYA. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu kedokteran beserta

PERSEPSI PEKERJA TENTANG GANGGUAN PENDENGARAN AKIBAT KEBISINGAN DI PMKS PT. GIN DESA TANJUNG SIMPANG KECAMATAN PELANGIRAN INHIL-RIAU 2014

Erman, D., Sukendi., Suyanto 2014:8 (2)

BAB I PENDAHULUAN. proses industri dipercepat untuk mendapatkan produksi semaksimal mungkin.

PEMETAAN TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI DI JALAN KALIWARON-KALIKEPITING SURABAYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah penyebab utama dari penurunan pendengaran. Sekitar 15 persen dari orang

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN

ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA (UPI) DI KECAMATAN LUBUK BEGALUNG KOTA PADANG

Volume 2 No. 5 April 2016 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dapat bersumber dari suara kendaraan bermotor, suara mesin-mesin

BAB I PENDAHULUAN. pendengaran terganggu, aktivitas manusia akan terhambat pula. Accident

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA PENGGERGAJIAN KAYU

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. ilmu tentang alat-alat dalam suatu penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan

Keyword : Noise Intensity, Audiomeri, Hearing Threshold Level (HTL) ABSTRACT

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN PADA PABRIK KELAPA SAWIT PT TASMA PUJA KECAMATAN KAMPAR TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. canggih yang biasa digunakan selain pemakaian tenaga sumber daya manusia. Mesinmesin

Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN :

Blood Pressure and Noise (Studies to Meubel Employees at Bukir Village, Gadingrejo District, Pasuruan City)

EVALUASI TINGKAT KEBISINGAN DI BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU

HUBUNGAN PENGGUNAAN APD TELINGA DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA PABRIK DI PT. SINTANG RAYA KABUPATEN KUBU RAYA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN UNTUK MEREDUKSI DOSIS PAPARAN BISING DI PT. XYZ

HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DENGAN FUNGSI PENDENGARAN PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI COLOMADU KARANGANYAR

TINGKAT KEBISINGAN DAN TAJAM DENGAR PETUGAS GROUND HANDLING DI BANDARA NGURAH RAI BALI

PENGARUH PERUBAHAN KETINGGIAN TERHADAP NILAI AMBANG PENDENGARAN PADA PERJALANAN WISATA DARI GIANYAR MENUJU KINTAMANI

JTM. Volume 02 Nomor 02 Tahun 2014,

Syarifuddin *, Muzir Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh, Aceh-Indonesia * Corresponding Author:

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN NILAI AMBANG DENGAR TENAGA KERJA DI BAGIAN PRODUKSI PT. PUTRA KARANGETANG POPONTOLEN MINAHASA SELATAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci : intensitas kebisingan, nilai ambang dengar, tenaga kerja bagian produksi

METODE PENELITIAN III.

Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Gangguan Pendengaran pada Karyawan Tambang

PENGARUH BISING TERHADAP AMBANG PENDENGARAN PADA KARYAWAN YANG BEKERJA DI TEMPAT MAINAN ANAK MANADO TOWN SQUARE

Unnes Journal of Public Health

Transkripsi:

PENGUKURAN TINGKAT KEBISINGAN TERHADAP GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA DI PABRIK IB PT PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG Melati Ferianita Fachrul, Sintorini Moerdjoko, Lova Verogetta Jurusan Teknik Lingkungan, FALTL, Universitas Trisakti, Jl Kyai Tapa No.1, Jakarta 11440, Indonesia melati@trisakti.ac.id ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tingkat kebisingan di PT Pupuk Sriwidjaja Palembang dan membandingkan dengan nilai Baku Mutu yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: KEP-51/MEN/1999, tentang Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan di tempat kerja, analisis tingkat kebisingan Ls (siang hari), Lm (malam hari), Lsm (siang dan malam hari), mengetahui hubungan antara kebisingan dengan kesehatan pekerja, mengetahui pola sebaran tingkat kebisingan di Pabrik IB PT Pupuk Sriwidjaja Palembang. Penelitian ini dilakukan di Pabrik IB PT. Pupuk Sriwidjaja, Jl. Mayor Zen Palembang. Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan pada bulan Desember 2013 Januari 2014, menggunakan alat Sound Level Meter : Ono Sokki LA-5111, stopwatch dan Global Positioning System (GPS). Pengukuran dilakukan selama 10 menit diambil setiap 5 detik pada 16 titik sampling. Waktu pengukuran dilakukan selama aktivitas sedang berlangsung pada siang hari selama 16 jam (Ls) pada selang waktu pukul 06.00-22.00 WIB dan pada malam hari selama 8 jam (Lm) pada selang waktu pukul 22.00-06.00 WIB. Responden dalam penelitian ini adalah 116 pekerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kebisingan di Pabrik IB berkisar 85,17dB(A) - 100,80dB(A) mengakibatkan gangguan pendengaran 9 pekerja. Pada area produksi amoniak tingkat kebisingannya berkisar antara 96,28dB(A) - 100,80dB(A), di area produksi urea 92,08dB(A) - 95,75dB(A), di area produksi utilitas 85,06dB(A) - 91,37dB(A).Hasil perhitungan Odds Ratio (OR), di area produksi amoniak 1,16 lebih besar resiko pekerja mengalami gangguan pendengaran dibandingkan di area urea, di area urea 1,64 lebih besar resiko pekerja mengalami gangguan pendengaran dibandingkan di area utilitas dan di area amoniak 1,89 lebih besar resiko pekerja mengalami gangguan pendengaran dibandingkan di area utilitas. Kata kunci : Bising, Pendengaran, Keselamatan, Pekerja, Industri Pupuk ABSTRACT Noise Level Measurement compare with Worker Health Condition in Pabrik IB, PT Pupuk Sriwidjaja, Palembang. The purpose of this research was to determine the level of noise in PT Pupuk Sriwidjaja Palembang and compare with the value of Quality Standard set by the Ministry of Manpower Decree No. KEP-51 /MEN/1999 on the Threshold Limit Value (TLV) of noise in the workplace, the analysis Ls noise level(during the day), Lm(night), Lsm (day and night), knowing the correlation between noise with health employee, knowing the pattern of distribution of the noise level in the IB factory PT Pupuk Sriwidjaja Palembang. This research was conducted in the IB factory of PT Pupuk Sriwidjaja, which is located in Jl. Major Zen Palembang. The measurement of noise level was conducted in December 2013-January2014. The measurement of the noise intensity by using Sound LevelMeter : Ono sokki LA-5111, stopwatch, and Global Positioning System(GPS). Measurements were taken for 10 minutes is taken every 5 seconds at 16 sampling points. The result of the research showed that the noise level in IB factory ranged 85.17 db (A) -100.80 db (A) which causes 9 hearing problem. In the IB factory, there is ammonia production area noise levels ranged between 96.28 db (A) - 100.80 db (A), in the area of production of urea 92.08 db (A) - 95.75 db (A), in the area of utility production 85.06 db (A) - 91.37 db (A).The result of the odds ratios (OR) calculation, in the ammonia area production 1.16 risk is having a find risk of hearing loss compared to employees in the urea area. In the urea production 1.64 risk is having a find risk of hearing loss compared to employees in the utility area and in the ammonia area 1.89 risk is having a high risk of hearing loss compared to employees in the utility area. Key words :Noise, Hearing Loss, Safety, Employee, Fertilizer Industry 1

1. Pendahuluan Kemajuan ilmu dan teknologi telah mendorong pesatnya laju industrialisasi serta mendorong berhasilnya peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan umat manusia. Penerapan teknologi dan peralatan canggih di satu pihak menciptakan kemudahan dalam produksi, dalam jumlah yang lebih besar, kualitas yang lebih tinggi dan dalam waktu yang relatif singkat, tetapi di lain pihak cenderung untuk meningkatkan resiko atau bahaya kerja, serta kemungkinan meningkatnya masalah dan kejadian penyakit akibat kerja. Pemakaian mesin-mesin canggih dalam mengolah dan memproduksi barang yang dibutuhkan manusia, seringkali menimbulkan efek samping yang merugikan kesehatan tenaga kerja, terutama yang menyebabkan ketulian permanen akibat terpapar bising yang ditimbulkan oleh mesin-mesin atau peralatan di ruang produksi. Penulisan tertarik mengambil topik ini karena di setiap area produksi Pabrik IB PT Pupuk Sriwidjaja Palembang memakai mesin-mesin industri diantaranya mesin kompresor yang menimbulkan kebisingan. Permasalahan kebisingan yang paling utama yaitu bahwa efek yang ditimbulkan tidak secara langsung, melainkan secara bertahap. Seperti halnya kepekaan pendengaran akan berkurang dan semakin memburuk seiring dengan waktu terpaparnya. Para pekerja banyak yang enggan memakai alat pelindung telinga yang memang diperlukan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Terlebih lagi bila perusahaan kurang teliti dalam mengawasi para pekerja yang tidak atau malas memakai alat pelindung telinga, sehingga resiko pemaparan semakin meningkat. Oleh sebab itu telah ditetapkan nilai ambang batas atau baku mutu yang diperbolehkan sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor Kep-51 /MEN/1999 untuk waktu pemaparan bising selama 8 jam kerja dalam satu hari sebesar 85 db(a). Dampak dari permasalahan kebisingan dapat mengakibatkan gangguan yang akan dialami pekerja seperti mempengaruhi kinerja dan kondisi kesehatan tubuh antara lain konsentrasi yang menurun di dalam bekerja, mengalami ketulian sementara dan permanen atau daya dengar yang menurun sehingga dapat menimbulkan kegelisahan serta kurang enak badan, karena para pekerja mempunyai alat pendengaran yang mempunyai batas-batas tertentu yang sangat sensitive jika menghadapi kebisingan terus menerus (Doelle, 1990). PT Pupuk Sriwidjaja (PUSRI) merupakan salah satu industri pupuk yang memproduksi pupuk urea. Hasil produksinya berupa pupuk. Dimana dalam proses produksi memakai mesin-mesin dan peralatan teknologi yang canggih. Mesinmesin tersebut mempunyai daya produksi yang tinggi merupakan suatu sumber yang sangat berpotensi dalam menimbulkan kebisingan di ruang produksi. Pihak perusahaan sendiri telah menyadari hal itu dengan menyediakan alat pelindung telinga bagi karyawan yang bekerja di ruang produksi. Penggunaan mesin-mesin pada unit produksi amoniak dapat menimbulkan sisi negatif dan positif. Sisi negatif nya dapat berupa kebisingan yang dapat membahayakan keselamatan para pekerja. Kebisingan yang terjadi dilingkungan kerja merupakan masalah yang perlu mendapatkan perhatian yang memadai demi untuk kesehatan para pekerja, karena alat pendengaran manusia umumnya mempunyai batas-batas tertentu yang masih dapat ditoleransikan jika menghadapi kebisingan. Jika batas ini dilampaui maka akan berakibat terjadinya gangguan pendengaran. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang berkaitan dengan pengukuran kebisingan terhadap kesehatan pekerja di Pabrik IB PT Pupuk Sriwidjaja Palembang. 2. Metode Informasi atau data yang digunakan diperoleh melalui berbagai sumber. Adapun sumbersumber data dari perusahaan: 1. Data Primer Data primer merupakan informasi atau data tingkat kebisingan yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti. Untuk mengambil data kebisingan dilakukan pengukuran menggunakan Sound Level Meter selanjutnya dilakukan pula wawancara kepada responden / karyawan untuk mendapatkan data tingkat gangguan pendengaran. 2. Data Sekunder Data kesehatan karyawan dari Hiperkes (Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja) mengenai data audiometer pada gangguan telinga kanan dan telinga kiri para pekerja. 3. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil kuisioner diketahui bahwa pekerja di area Pabrik IB PT Pupuk Sriwidjaja Palembang berjumlah 116 orang. Umur pekerja berkisar 20 55 tahun. Karakteristik pekerja berdasarkan umur pekerja di area Pabrik Pusri IB dapat dilihat pada Tabel 5.1 sebagai berikut : 2

Tabel 5.1 Jumlah dan Kelompok Umur Pekerja pada Pabrik Pusri IB pada tahun 2014 Umur Jumlah Persentase (%) (Tahun) (Orang) 20-30 52 45% 31 40 41 35% 41 55 23 20% Total 116 100% Dari Tabel 5.1 terlihat umur pekerja di lokasi Pabrik IB PT Pupuk Sriwidjaja Palembang berkisar 20-55 tahun. Pekerja di lokasi Pabrik IB yang berumur antara 20 30 tahun berjumlah sebanyak 52 orang atau 45%, umur antara 31 40 tahun berjumlah 41 orang atau 35%, umur antara 41 55 orang berjumlah 23 orang atau 20%. 1. Jumlah dan Kelompok Masa Kerja Pekerja pada Pabrik Pusri IB pada tahun 2014 Berdasarkan hasil kuisioner diketahui bahwa masa kerja di area Pabrik IB PT Pupuk Sriwidjaja Palembang berkisar 1 30 tahun. Karakteristik masa kerja dapat dilihat pada Tabel 5.5 sebagai berikut : Tabel 5.5 Jumlah dan Kelompok Masa Kerja Pekerja pada Pabrik Pusri IB pada tahun 2014 Masa Kerja (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) < 10 55 47% 10-20 39 34% >20 22 19% Total 116 100% Dari Tabel 5.5 terlihat masa kerja di area Pabrik IB PT Pupuk Sriwidjaja Palembang pekerja dengan masa kerja < 10 tahun berjumlah 55 orang atau 47%, pekerja dengan masa kerja 10 20 tahun berjumlah 39 orang atau 34%, pekerja dengan masa kerja > 20 tahun berjumlah 22 orang atau 19%. Berdasarkan pada Tabel 5.9 didapatkan bahwa kondisi tingkat kebisingan di area produksi amoniak IB melampaui Nilai Ambang Batas 85 db menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep-51/MEN/1999. Waktu pengukuran kebisingan dilakukan selama berjalannya aktivitas kerja yang terbagi dalam tiga shift kerja, yaitu shift pagi (07.00 15.00), shift sore (15.00 23.00) dan shift malam (23.00 07.00). Pekerja di area produksi amoniak IB menggunakan alat pelindung telinga, yang biasa dipakai yaitu sumbat telinga (ear plug). Berdasarkan pada Tabel 5.10 didapatkan bahwa kondisi tingkat kebisingan di area produksi urea IB melampaui Nilai Ambang Batas 85 db menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep-51/MEN/1999. Waktu pengukuran kebisingan dilakukan selama berjalannya aktivitas kerja yang terbagi dalam tiga shift kerja, yaitu shift pagi (07.00 15.00), shift sore (15.00 23.00) dan shift malam (23.00 07.00). Pekerja di area produksi urea IB menggunakan alat pelindung telinga, yang biasa dipakai yaitu sumbat telinga (ear plug). Berdasarkan pada Tabel 5.11 didapatkan bahwa kondisi di area produksi utilitas IB melampaui Nilai Ambang Batas 85 db menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep- 51/MEN/1999. Waktu pengukuran kebisingan dilakukan selama berjalannya aktivitas kerja yang terbagi dalam tiga shift kerja, yaitu shift pagi (07.00 15.00), shift sore (15.00 23.00) dan shift malam (23.00 07.00). Pekerja di area produksi amoniak IB menggunakan alat pelindung telinga, yang biasa dipakai yaitu sumbat telinga (ear plug). Berdasarkan Tabel 5.13 terlihat bahwa tingkat kebisingan tertinggi pada siang hari di area amoniak dengan tingkat kebisingan sebesar 99,66 db(a). Tingkat kebisingan terendah pada area utlitas dengan tingkat kebisingan sebesar 90,15 db(a). Hal ini terjadi perbedaan tingkat kebisingan yang signifikan antara area amoniak dan area utilitas karena sumber bising area amoniak adalah area kompresor, sehingga tingkat kebisingan menjadi lebih tinggi dibandingkan area lainnya. Selain itu pengukuran juga dilakukan di area control room 3

dan didapatkan hasil tingkat kebisingan sebesar 60,38 db(a). Berdasarkan pada Tabel 5.12 didapatkan bahwa kondisi di area produksi Control Room IB dibawah Nilai Ambang Batas 85 db menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep- 51/MEN/1999 51/MEN/1999 nilai tingkat kebisingan sebesar 85 db(a). Berdasarkan Tabel 5.15 terlihat bahwa tingkat kebisingan tertinggi pada siang dan malam pada area amoniak dengan tingkat kebisingan sebesar 107,88 db(a). Tingkat kebisingan terendah pada area utilitas dengan tingkat kebisingan sebesar 98,37dB(A). Hal ini terjadi perbedaan tingkat kebisingan yang signifikan antara area amoniak dan area utilitas karena sumber bising area amoniak adalah area kompresor, sehingga tingkat kebisingan menjadi lebih tinggi dibandingkan area lainnya dengan baku mutu Kep-51/MEN/1999 melebihi 85 db. Selain itu pengukuran juga dilakukan di area control room dan didapatkan hasil tingkat kebisingan sebesar 68,49 db(a). Dari hasil pengukuran kebisingan di 16 titik lokasi dapat dinyatakan bahwa tingkat kebisingan di Pabrik IB PT Pupuk Sriwidjaja Palembang telah melebihi baku mutu tingkat kebisingan yang ditetapkan sesuai Kep- 51/MEN/1999 nilai tingkat kebisingan sebesar 85 db(a). Berdasarkan Tabel 5.14 terlihat bahwa tingkat kebisingan tertinggi pada malam hari di area amoniak dengan tingkat kebisingan sebesar 100,15 db(a). Tingkat kebisingan terendah pada area utilitas dengan tingkat kebisingan sebesar 90,64 db(a). Hal ini terjadi perbedaan tingkat kebisingan yang signifikan antara area amoniak dan area utilitas karena sumber bising area amoniak adalah area kompresor sehingga tingkat kebisingan menjadi lebih tinggi dibandingkan area lainnya dengan baku mutu Kep-51/MEN/1999 melebihi 85 db. Selain itu pengukuran juga dilakukan di area control room dan didapatkan hasil tingkat kebisingan sebesar 60,75 db(a). Dari hasil pengukuran kebisingan di 16 titik lokasi dapat dinyatakan bahwa tingkat kebisingan di Pabrik IB PT Pupuk Sriwidjaja Palembang telah melebihi baku mutu tingkat kebisingan yang ditetapkan sesuai Kep- Dari hasil pengukuran kebisingan di 16 titik lokasi dapat dinyatakan bahwa tingkat kebisingan di Pabrik IB PT Pupuk Sriwidjaja Palembang telah melebihi baku mutu tingkat kebisingan yang ditetapkan sesuai Kep- 51/MEN/1999 nilai tingkat kebisingan sebesar 85 db(a). Tabel 5.19 Pekerja Yang Mengalami Pendengaran di Area Amoniak dan Urea Area Ada Amoniak 4 38 Urea 3 33 Tidak Ada Odds Ratio =! # $$ $ # $% = 1,16 Jadi berdasarkan hasil perhitungan Odds Ratio diatas sebesar 1,16 yang berarti besarnya resiko pekerja yang berada pada area amoniak dengan tingkat kebisingan tinggi akan mengalami gangguan pendengaran sebesar 1,16 kali lebih besar dibanding pekerja yang berada di area urea. Dari hasil audio didapatkan bahwa 4 pekerja yang mengalami gangguan pendengaran di area produksi amoniak dengan nilai kebisingan tertinggi 100,67 db(a) dibandingkan yang berada di area urea. 4

Tabel 5.20 Pekerja Yang Mengalami Pendengaran di Area Urea dan Utilitas Area Ada Urea 3 33 Utilitas 2 36 Tidak Ada Odds Ratio = $ # $& ' # $$ = 1,64 Jadi berdasarkan hasil perhitungan Odds Ratio diatas sebesar 1,64 yang berarti besarnya resiko pekerja yang berada pada area urea dengan tingkat kebisingan menengah akan mengalami gangguan pendengaran sebesar 1,64 kali lebih besar dibanding pekerja yang berada di area utilitas. Dari hasil audio didapatkan bahwa 3 pekerja yang mengalami gangguan pendengaran di area produksi urea dengan nilai kebisingan 95,65 db(a) dibandingkan yang berada di area utilitas. Tabel 5.21 Pekerja Yang Mengalami Pendengaran di Area Amoniak dan Utilitas Area Ada Tidak Ada Amoniak 4 38 Utilitas 2 36 Odds Ratio =! # $& ' # $% = 1,89 Jadi berdasarkan hasil perhitungan Odds Ratio diatas sebesar 1,89 yang berarti besarnya resiko pekerja yang berada pada area amoniak dengan tingkat kebisingan tinggi akan mengalami gangguan pendengaran sebesar 1,89 kali lebih besar dibanding pekerja yang berada di area utilitas. Dari hasil audio didapatkan bahwa 4 pekerja yang mengalami gangguan pendengaran di area produksi amoniak dengan nilai kebisingan 100,67 db(a) dibandingkan yang berada di area utilitas. Dengan demikian berarti besar resiko pekerja mengalami gangguan pendengaran yang dihitung dengan nilai Odds Ratio pekerja yang berada di area amoniak paling besar berpotensi mengalami gangguan pendengaran dibandingkan dengan pekerja yang berada di area urea dan utilitas. 4. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Berdasarkan hasil pengukuran dengan Sound Level Meter di Pabrik IB PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang didapatkan bahwa tingkat kebisingan di area produksi amoniak yang paling tinggi adalah 100,80dB(A), di area produksi urea tingkat kebisingan paling tinggi adalah 95,65 db(a) dan di area produksi utilitas tingkat kebisingan paling tinggi 91,37 db(a). Nilai Ambang Batas Kebisingan di tempat kerja menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor 51/MEN/1999 yaitu sebesar 85 db(a). 2. Berdasarkan hasil kuisioner sebanyak 100% menyatakan bahwa pekerja yang berada di Pabrik IB selalu dilakukan tes kesehatan telinga secara rutin setiap setahun sekali. 3. Berdasarkan hasil audiometri pada area produksi amoniak IB didapatkan 4 pekerja yang mengalami gangguan audiometri baik audio kanan maupun audio kiri karena tingkat kebisingan tertinggi pada area produksi amoniak dengan tingkat kebisingan sebesar 100,8 db(a), pada area produksi urea IB didapatkan 3 pekerja dan pada area produksi utilitas didapatkan 2 pekerja. 4. Berdasarkan hasil perhitungan Odds Ratio, di area produksi amoniak 1,16 lebih besar resiko pekerja mengalami gangguan pendengaran dibandingkan di area urea, di area urea 1,64 lebih besar resiko pekerja mengalami gangguan pendengaran dibandingkan di area utilitas dan di area amoniak 1,89 lebih besar resiko pekerja mengalami gangguan pendengaran dibandingkan di area utilitas. 5. Berdasarkan hasil persentase kuisioner terhadap responden tentang gangguan pendengaran di area produksi amoniak 3,4% dengan tingkat kebisingan paling tinggi, di area produksi urea 2,6% dengan tingkat kebisingan menengah, dan di area produksi utilitas 1,7% dengan tingkat kebisingan paling rendah, dibandingkan dengan total responden (amoniak, urea, utilitas). 6. Berdasarkan hasil persentase kuisioner terhadap responden tentang tidak ada gangguan pendengaran 92,2% dari total responden (amoniak, urea, utilitas). 7. Sebaran nilai tingkat kebisingan Pabrik IB PT. Pupuk Sriwidjaja terdapat pada kisaran 102 60 db(a). Terlihat bahwa lokasi area amoniak terdapat tingkat kebisingannya paling tinggi berada antara 96,28 db(a) 100,28 db(a) karena di area amoniak terdapat compressor yang menimbulkan sumber bising yang lebih tinggi, di area urea tingkat kebisingannya lebih rendah berada antara 92,08 db(a) 95,65 db(a) daripada area amoniak dan di area utilitas tingkat kebisingannya lebih rendah berada antara 85,06 db(a) 91,37 db(a) daripada di area 5

urea semakin menurun sebaran tingkat kebisingan ke arah Control Room. DAFTAR PUSTAKA Achmadi, A. (2003). Psikologi Tempat Kerja. Jakarta. Rineka Cipta. Basharuddin, Jenny. (2002). Pengaruh Kebisingan Dan Getaran Pada Fungsi Keseimbangan dan Pendengaran. Bagian THT Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Jakarta. Bashiruddin, Jenny. (2001). Tuli Akibat Bising. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorokan. Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Jakarta. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup (KepMenLH) No. 48 Tahun 1996, Tentang : Baku Tingkat Kebisingan. Jakarta. Departemen Tenaga Kerja. 1999. Surat Keputusan Menaker No. KEP- 51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Fisika di Tempat Kerja, Departemen Tenaga Kerja. Indonesia. Diktat Mata Kuliah Pengendalian Bising Paido Hutapea (2000). Doelle, L. L.(1990). Akustik Lingkungan. Erlangga. Jakarta. International Standard Organization (ISO). (1976). Encyclopedia of Occupational Health and Safety. Vol. II, L. Z., Mc Graw Hill Book Company. New York. Iskandar, A. (1974). Pemeliharaan Pendengaran Dalam Industri. Majalah Hygiene Perusahaan Kesehatan Keselamatan Kerja dan Jaminan Sosial. Vol. VII No. 2. Jakarta. Laporan Tahunan (Annwal Report) PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (2013). Roestam, A. W. (2004). Program Konservasi Pendengaran di Tempat Kerja, Cermin Dunia Kedokteran, [online], No. 144 Tahun 2004. Dari : http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/144_ 12ProgramKonservasiPendengarandiTemp atkerja.pdf/144_12programkonservasipen dengaranditempatkerja.html. [mei 2014] Soetirto, Indro. (1994). Aspek Klinik dan Evaluasi Kecacatan pada Noise Induced Hearing Loss. Seminar Pelatihan Program Konservasi Pendengaran. Jakarta. Sumakmur, P. K. (1992) Higene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. CV. Haji Masagung, Jakarta. Wilson, James. Q. (1989). Bureaucracy What Government Agencies Do and Why They Do It. United States of America: Basic Books. 6