UPAYA PENINGKATAN KUALITAS TELUR ASIN DENGAN TEKNOLOGI PROSES PENYANGRAIAN DI KORONG BARI KANAGARIAN SICINCIN KABUPATEN PADANG PARIAMAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN GIZI DAN EKONOMI MASYARAKAT KELURAHAN KOTO LUAR KECAMATAN PAUH PADANG MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN TELUR ASIN RENDAH SODIUM 1

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

Meisji Liana Sari 2), Fitri Nova Liya Lubisi 2), Muhakka 2), 2) Dwi Probowati Sulistiyani, 2) Afnur Imsya ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

BISNIS TELOR ASIN KHAS BREBES

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pangan semakin meningkat dengan bertambahnya. jumlah penduduk. Berbagai jenis pangan diproduksi dengan meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (kutikula), membran kulit telur, kantung udara, chalaza, putih telur (albumen),

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu sumber protein yang dikonsumsi oleh sebagian besar

TELUR ASIN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber protein, asam lemak, mineral dan vitamin. Telur juga

PEMBUATAN TELUR ASIN RASA BAWANG SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN NILAI JUAL TELUR BEBEK Oleh : Dr. Das Salirawati, M.Si

BISNIS TELOR ASIN DAN KEUNTUNGANYA. Disusun oleh: Sandwi Devi Andri S1 teknik informatika 2F

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi lengkap yaitu karbohidrat, lemak, protein, mineral dan

PENGARUH LAMA PEMERAMAN TELUR ASIN TERHADAP TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

Kumpulan Artikel Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat

I. PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

PELUANG BISNIS TELOR ASIN ASLI BREBES

Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Telur Asin Ayam Ras dan Telur Asin Itik Di Kecamatan Kembangbahu, Kabupaten Lamongan

EFEK PEMBERIAN AIR PERASAN WORTEL (Daucus carota L) UNTUK MEMPERTAHANKAN KADAR VITAMIN A DALAM PENGASINAN TELUR SKRIPSI

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

KECAP KEDELAI 1. PENDAHULUAN

Modul. Modul 32 BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan jenis penelitian eksperimen faktorial (factorial design). Eksperimen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kandungan gizi telur pada umumnya terdiri atas: air, protein, lemak, karbohidrat,

I. PENDAHULUAN. peternakan mempunyai kontribusi yang sangat penting bagi pemenuhan

KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus)

Diusulkan Oleh: Mirawati Efendi Laksmita Firdaus Rahmawati UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG SEMARANG

SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

BAB I PENDAHULUAN. Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

Pengaruh Teknik Inkubasi Pada Pembuatan Telur Asin Terhadap Sifat Kimia dan Organoleptiknya

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

PENERAPAN TEKHNOLOGI PEMBUATAN BIOARANG DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH KOTORAN TERNAK DI PETERNAKAN SAPI POTONG ZELTI FARM LUBUK MINTURUN KODYA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Komoditas Sejarah Ayam Petelur. Ayam liar atau ayam hutan adalah ayam yang pertama kali dipelihara oleh

PENDAHULUAN. banyak. Dilihat dari segi ekonomi individual tentu saja masalah. kerja, kita harus mampu berpikir kreatif dan inovatif yang mampu

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

: Laila Wahyu R NIM :

LAPORAN ILMU TEKNOLOGI PANGAN Pembotolan Manisan Pepaya. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. misalnya sebagai lauk pauk, hal ini karena rasanya yang enak dan memiliki nilai. pangan juga tidak jauh berbeda (Hadiwiyoto, 1993).

TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN PERANTARA TERHADAP DAGING ITIK (Kasus Pedagang Olahan Daging Itik Di Kecamatan Coblong Kota Bandung)

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. tidak ada sama sekali. Saat produksi ikan melimpah, belum seluruhnya

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH LAMA PERENDAMAN DALAM LARUTAN TEH HIJAU

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN SOSIS AYAM

: Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

PENGOLAHAN HASIL JAGUNG (MEMBUAT SUSU JAGUNG DAN MIE JAGUNG) Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si.

Disusun Oleh: RURIYAWATI LISTYORINI A

UJI ORGANOLEPTIK DAN MIKROBIOLOGI TELUR ASIN MENGGUNAKAN PERENDAMAN LUMPUR SAWAH NASKAH PUBLIKASI

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

PEMBUATAN MIE TEPUNG KULIT PISANG KEPOK SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Budaya mengkonsumsi daging sudah menyebar di sebagian besar. masyarakat dunia. Kalau tidak ada daging mungkin dirasa kurang lengkap

BAB I PENDAHULUAN. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Upaya mengurangi ketergantungan konsumsi beras masyarakat Indonesia adalah

720 SENASPRO 2017 Seminar Nasional dan Gelar Produk

ABSTRAK. Kata kunci: Penaeus sp, stick, limbah kulit udang PENDAHULUAN

PEMANFAATAN WORTEL (Daucus carota) DALAM PEMBUATAN MIE BASAH SERTA ANALISA MUTU FISIK DAN MUTU GIZINYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MAKALAH MULOK (Kimia Terapan) Home Industri PEMBUATAN TELUR ASIN

PENGARUH BERBAGAI METODE PENGASINAN TERHADAP KADAR NaCl, KEKENYALAN DAN TINGKAT KESUKAAN KONSUMEN PADA TELUR PUYUH ASIN

LAPORAN MODIFIKASI RESEP DI INSTALASI GIZI RSU SUNAN KALIJAGA DEMAK SUP AYAM FANTASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

IPTEKS BAGI MASYARAKAT ( I b M) PADA KELOMPOK TANI BUDIDAYA JAMUR KONSUMSI SUBUR MAKMUR DESA PARONGPONG KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG

ABSTRAK PEMANFAATAN LIMBAH KULIT PISANG SEBAGAI BAHAN OLAHAN KRIPIK DAN KUE DONAT DI DESA BATU MERAH KOTA AMBON

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

SUSU KEDELAI 1. PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROTEIN DAN SIFAT ORGANOLEPTIK PADA TELUR BEBEK DENGAN PERENDAMAN BEKATUL PADI NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

Teknologi Peningkatan Mutu Minyak Kelapa E r m a. SP PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan alternatif (Aboulfalzli et al., 2015). Es krim merupakan produk olahan susu

PENGARUH KONSENTRASI GARAM TERHADAP KADAR PROTEIN DAN KUALITAS ORGANOLEPTIK TELUR PUYUH ASIN. Oleh: Gusti Marni, Erismar Amri, Meliya Wati

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM

I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran

Mutu Telur Asin Desa Kelayu Selong Lombok Timur yang Dibungkus dalam Abu Gosok Dan Tanah Liat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian rakyat Indonesia, namun dilain pihak dampak

I. PENDAHULUAN. karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Astawan, 1989). Telur itik yang diolah menjadi telur asin, dapat meningkatkan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM

PROPOSAL INOVASI PRODUK PERIKANAN OIL-OLAHAN IKAN NILA

Transkripsi:

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS TELUR ASIN DENGAN TEKNOLOGI PROSES PENYANGRAIAN DI KORONG BARI KANAGARIAN SICINCIN KABUPATEN PADANG PARIAMAN Sri Melia dan Indri Juliyarsi Fak. Peternakan Universitas Andalas Abstrak Korong Bari Kanagarian Sicincin merupakan salah satu daerah produsen telur asin yang cukup besar di Padang Pariaman, sekitar 5 produsen, dengan rata-rata produksi per hari sekitar 500 1500 butir telur asin dan harga telur asin Rp. 2000,-/ butir. Permasalahan yang dihadapi masyarakat adalah pengasinan dangan menggunakan medium: garam, abu dapur dan air, waktu pemeraman yang lebih pendek yaitu 3 hari. Namun kelemahan dari pengasinan cara ini adalah telur asin yang dihasilkan kurang awet, hanya tahan selama 2 hari. Jadi diperlukan perlakuan lain terhadap telur asin ini sehingga daya simpannya dapat diperpanjang dan kualitas gizi dapat dipertahankan. Tujuan kegiatan ini untuk memberikan pengetahuan kepada produsen telur asin bagaimana penerapan teknologi proses penyangraian pada telur asin dapat menambah masa simpan telur asin dan dapat mempertahan kualitas gizi dan cita rasanya. Metode pelaksanaan kegiatan ini adalah dengan melakukan penyuluhan, pelatihan dan percontohan tentang manfaat dari teknologi proses penyangraian yang diterapkan pada telur asin serta konsultasi dan diskusi dan diikuti dengan evaluasi. Telur asin yang diolah dengan menerapkan teknologi proses penyangraian merupakan perbaikan mutu dari produk telur asin dengan kelebihan lebih tahan lama, karena pada proses penyangraian akan terjadi pengurangan kadar air telur, sehingga telur lebih awet. Selain itu kelebihan lain yaitu rasa amis yang kurang terasa, tekstur putih dan kuning telur yang lebih halus. Kata Kunci : Telur asin, Proses Penyangraian A. ANALISIS SITUASI PENDAHULUAN Salah satu pengasinan yang praktis seperti yang dilakukan masyarakat di Korong atau desa Bari Kanagarian Sicincin, Kabupaten Padang Pariaman adalah pengasinan dangan menggunakan medium: garam, abu dapur dan air. Pengasinan cara ini membutuhkan waktu pemeraman yang lebih pendek yaitu 3 hari. Namun kelemahan dari pengasinan cara ini adalah telur asin yang dihasilkan kurang awet, yakni hanya tahan selama 2 hari. Jadi diperlukan perlakuan lain terhadap telur asin ini sehingga daya simpannya dapat diperpanjang dan kualitas gizi dapat dipertahankan. Korong Bari Kanagarian Sicincin merupakan salah satu daerah produsen telur asin yang cukup besar di Padang Pariaman. Jumlah produsen telur asin yang ada di

daerah tersebut berkisar sekitar 8-10 produsen, dengan rata-rata produksi per hari sekitar 500 1000 butir telur asin dan harga telur asin Rp. 2000,-/ butir. Jadi dengan kendala masa simpan yang pendek pada telur asin tersebut, sementara produksi cukup besar, maka diperlukan upaya pengolahan lebih lanjut yaitu dengan proses penyangaraian untuk meningkatkan masa simpan telur asin dengan kualitas gizi yang dapat dipertahankan. Telur asin yang diolah dengan menerapkan teknologi proses penyangraian merupakan perbaikan mutu dari produk telur asin dengan kelebihan lebih tahan lama, karena pada proses penyangraian akan terjadi pengurangan kadar air telur, sehingga telur lebih awet. Selain itu kelebihan lain yaitu rasa amis yang kurang terasa, tekstur putih dan kuning telur yang lebih halus. Uji laboratorium yang telah dilakukan Subandiyah, Rahmawati, dan Alies (2006) menyatakan bahwa terjadi penurunan kadar air telur asin rebus dari 42.77% menjadi 37.09% setelah dilakukan penyangraian selama 1 jam. Lebih lanjut Marisa (2007), juga melaporkan bahwa sampel telur asin yang diambil dari kanagarian sicincin yang diolah dengan proses penyangraian dengan lama penyangraian 60 menit dan memiliki masa simpan 20 hari menghasilkan kadar air 63%, kadar protein 12, 79% dan Kadar lemak 11,74%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan teknologi proses penyangraian dapat meningkatkan masa simpan telur asin di Kanagarian Sicincin yang semulanya hanya memiliki masa simpan 2 hari dengan tetap mempertahankan nilai gizinya. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan kegiatan pengabdian masyarakat tentang Upaya Peningkatan Kualitas Telur Asin dengan Teknologi Proses Penyangraian di Kanagarian Sicincin Kabupaten padang Pariaman. B. PERUMUSAN MASALAH a. Masyarakat produsen telur asin di Korong Bari Kanagarian Sicincin memilki masalah dalam upaya mempertahankan kualitas telur asin karena masa simpan yang pendek yaitu 2 hari, sehingga sisa telur asin yang tidak terjual dalam waktu 2 hari bisa terbuang begitu saja tanpa ada upaya lebih lanjut. b. Masa simpan telur asin yang pendek, menyebabkan produsen tidak bisa lebih luas memasarkan produknya ke daerah lain dan hanya memasarkan produknya di sekitar pasar, halte, terminal di Kanagarian Sicincin, sehingga sulit untuk meningkatkan produktivitasnya.

C. TUJUAN KEGIATAN DAN MANFAAT Tujuan kegiatan adalah : a. Memberikan pengetahuan kepada produsen telur asin bagaimana penerapan teknologi proses penyangraian pada telur asin dapat menambah masa simpan telur asin dan dapat mempertahan kualitas gizi dan cita rasanya. b. Meningkatkan produktivitas produsen telur asin dengan menambah jaringan daerah pemasaran dengan semakin lamanya masa simpan telur asin tersebut. Manfaat kegiatan adalah : a. Mengatasi masalah masyarakat produsen telur asin selama ini, dalam hal daya awet telur asin yang diproduksinya, tidak dapat bertahan lama dan cepat rusak, sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya. b. Meningkatkan potensi daerah Kanagarian Sicincin sebagai salah satu produsen telur asin yang cukup besar di Kabupaten Padang Pariaman dengan memperluas daerah pemasarannya di Sumatera Barat dan dapat menyediakan lapangan kerja bagi tenaga kerja keluarga sebagai pembuat telur asin sehingga mengurangi penggangguran di pedesaan. c. Alih teknologi oleh Perguruan Tinggi kepada masyarakat desa sebagai wujud Tri Darma Perguruan tinggi TINJAUAN PUSTAKA Menurut Wasito (1994) telur asin adalah telur itik yang diolah dalam keadaan utuh, dimana kandungan garam dapat menghambat perkembangan mikroorganisme dan sekaligus memberikan aroma khas, sehingga telur dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama. Selanjutnya dikemukakan oleh Widjaja (2003) bahwa telur asin merupakan telur segar yang diawetkan dengan menggunakan bahan garam. Dikemukakan oleh Astawan (2006) selain baunya yang lebih amis, telur itik juga mempunyai pori-pori kulit yang lebih besar, sehingga sangat baik untuk diolah menjadi telur asin. Menurut Suharno (2003) telur itik yang akan diasinkan harus memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya: a) telur masih segar dan baru, b) telur harus bersih dari kotoran, c) kulit telur masih utuh dan tidak retak dan d) sebelum diasinkan sebaiknya diampelas untuk memudahkan proses pengasinan. Dibanding telur ayam, telur itik mengandung protein, kalori dan lemak lebih tinggi.

Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Beberapa Telur Dalam 100 Gram No Zat Gizi Telur Telur Telur Bebek Telur Ayam Bebek Asin Puyuh 1 Kalori (kal) 162 189 395 149.8 2 Protein (gr) 12.8 13.1 13.6 10.3 3 Lemak (gr) 11.5 14.3 13.6 10.6 4 Karbohidrat (gr) 0.7 0.8 1.4 3.3 5 Kalsium (gr) 54 56 120 49 6 Fosfor (mg) 180 175 157 198 7 Besi (mg) 2.7 2.8 1.8 1.4 8 Vit. A (IU) 900 1 230 841 2 741 9 Vit. B (mg) 0.1 0.18 0.23-10 Air (gr) 74 70.8 66.5 - Sumber: Warisno (2005) Murtidjo (1988) mengemukakan bahwa telur itik yang diasinkan mengandung keuntungan seperti: a) nilai gizi telur dapat dipertahankan dalam waktu yang relatif lama, b) nilai ekonomis telur dapat ditingkatkan, c) memenuhi selera konsumen telur itik dan d) merupakan alternatif pemasaran disamping telur segar. Widjaja (2003) mengemukakan bahwa telur asin memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan dengan telur segar dan tahan disimpan selama dua minggu. Dijelaskan juga oleh Samosir (1993) bahwa lama perendaman telur dalam adonan dan banyaknya garam yang digunakan akan mempengaruhi kualitas telur asin. Aritonang (1993) mengemukakan bahwa pada lama penggaraman 14 hari dengan diikuti oleh lama penyimpanan 3 hari sebelum telur asin direbus merupakan waktu yang optimal dalam usaha mempertahankan daya simpan telur asin rebus yaitu sampai 22 hari. Menurut Dahnimar (2006) telur asin yang menggunakan medium pengasinan berupa air, garam dan abu dapur dengan perendaman selama 3 hari, menghasilkan telur asin rebus yang dapat disimpan selama 2 hari. Pusat Pembinaan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1993) menjelaskan bahwa sangrai yaitu dimasak tanpa memakai minyak dan air. Penyangraian dilakukan di atas bara api yang dibuat dari kayu atau arang, di atas bara api ditaruh wadah yang dibuat dari tanah liat yang berisi pasir (Baliaga, 2006). Telur asin sangrai merupakan diversifikasi produk telur asin mempunyai keistimewaan lebih tahan lama tanpa ditambahkan bahan pengawet, lebih mempunyai cita rasa yang khas, kuning telur dan putih telur lebih halus, bau amis kurang terasa dan lainnya. Adanya produk telur asin sangrai ini, menjadikan produk pengolahan hasil peternakan khususnya telur asin menjadi lebih beraneka ragam. Dalam proses

penyangraian terjadi pengurangan kadar air yang cukup banyak, sehingga produk yang dihasilkan lebih awet. Uji kadar air menunjukan bahwa kadar air pada telur asin rebus berkisar 42.77% sedangkan untuk telur asin sangrai kadar air berkisar 37.09% (Subandiyah dkk. 2006). MATERI DAN METODE A. KERANGKA PEMECAHAN MASALAH 1. Memberikan penyuluhan 2. Melakukan demonstrasi B. REALISASI PEMECAHAN MASALAH 1. Sebelum penyuluhan dibagikan brosur tentang kandungan gizi telur itik dan metode penyangraian untuk telur asin 2. Telah dilakukan demonstrasi atau peragaan tentang cara proses penyangraian telur asin sehingga dapat mengurangi kandungan air didalamnya dan dapat memperpanjang masa simpan dan memperluas jaringan pemasaran. C. KHALAYAK SASARAN Sasaran kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah masyarakat produsen telur asin di Korong Bari Kanagarian Sicincin Kabupaten Padang Pariaman. D. METODE KEGIATAN a. Penyuluhan b. Pelatihan dan Percontohan c. Bimbingan dan Pembinaan d. Diskusi dan Konsultasi e. Pelestarian Kegiatan

Proses ke 1 (Modifikasi Dahnimar, 2006) Telur dibersihkan dan diamplas Pembuatan medium pengasinan: air, garam dapur, dan abu dapur Pengasinan/ pemeraman telur dalam medium pengasinan selama 3 hari Pembersihan telur yang sudah diasinkan Pematangan telur: perebusan selama 30 menit Penirisan telur Penyangraian telur asin selama 60 menit Proses ke-2 ( Modifikasi Subandiyah dkk. 2006) Telur asin sangrai Gambar 1. Skema Cara Pembuatan Telur Asin Sangrai HASIL DAN PEMBAHASAN A. Potensi Telur Asin di Korong Bari, Kanagarian Sicincin Korong Bari Kanagarian Sicincin merupakan salah satu daerah produsen telur asin yang cukup besar di Padang Pariaman. Jumlah produsen telur asin yang ada di daerah tersebut berkisar sekitar 5 produsen, dengan rata-rata produksi per hari sekitar 500 1500 butir telur asin dan harga telur asin Rp. 2000,-/ butir. Masing- masing produsen telur asin tersebut memiliki anggota untuk menjualkan produknya di

pasaran, yang berjumlah sekitar 5-10 orang. Wilayah pasar telur asin saat ini adalah daerah sicincin dan kabupaten Padang Pariaman. Sebetulnya ada permintaan dari pulau Jawa, namun karena masa simpan telur asin yang diproduksi di Nagari ini tidak memiliki masa simpan yang cukup lama, maka permintaan tersebut belum bisa dipenuhi. Dengan adanyanya penyuluhan ini, Masyarakat sangat antusias sekali dan mereka sangat berminat sekali untuk memperbaiki mutu telur asin yang sudah ada saat ini. Hal ini dilihat dengan banyaknya muncul pertanyaan sekitar pengolahan telur asin dan mutu telur asin. Sehingga dengan adanya pengenalan proses penyangraian pada proses pengolahan telur asin dapat memperpanjang masa simpan telur asin tanpa mengurangi mutunya dan jaringan pemasarannya dapat di perluas. B. Teknologi Proses penyangraian Telur Asin Pusat Pembinaan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1993) menjelaskan bahwa sangrai yaitu dimasak tanpa memakai minyak dan air. Penyangraian dilakukan di atas bara api yang dibuat dari kayu atau arang, di atas bara api ditaruh wadah yang dibuat dari tanah liat yang berisi pasir (Baliaga, 2006). Telur asin yang diolah dengan menerapkan teknologi proses penyangraian merupakan perbaikan mutu dari produk telur asin dengan kelebihan lebih tahan lama, karena pada proses penyangraian akan terjadi pengurangan kadar air telur, sehingga telur lebih awet. Selain itu kelebihan lain yaitu rasa amis yang kurang terasa, tekstur putih dan kuning telur yang lebih halus. Uji laboratorium yang telah dilakukan Subandiyah, Rahmawati, dan Alies (2006) menyatakan bahwa terjadi penurunan kadar air telur asin rebus dari 42.77% menjadi 37.09% setelah dilakukan penyangraian selama 1 jam. Lebih lanjut Marisa (2007), juga melaporkan bahwa sampel telur asin yang diambil dari kanagarian sicincin yang diolah dengan proses penyangraian dengan lama penyangraian 60 menit dan memiliki masa simpan 20 hari menghasilkan kadar air 63%, kadar protein 12, 79% dan Kadar lemak 11,74%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan teknologi proses penyangraian dapat meningkatkan masa simpan telur asin di Kanagarian Sicincin yang semulanya hanya memiliki masa simpan 2 hari dengan tetap mempertahankan nilai gizinya.

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Dengan adanyanya penyuluhan ini, Masyarakat Di Kanagarian sicicncin sangat antusias sekali dan mereka sangat berminat sekali untuk memperbaiki mutu telur asin yang sudah ada saat ini. Telur asin yang diolah dengan menerapkan teknologi proses penyangraian merupakan perbaikan mutu dari produk telur asin dengan kelebihan lebih tahan lama, karena pada proses penyangraian akan terjadi pengurangan kadar air telur, sehingga telur lebih awet. Selain itu kelebihan lain yaitu rasa amis yang kurang terasa, tekstur putih dan kuning telur yang lebih halus. SARAN Bagi masyarakat produsen telur asin di Sicincin, agar dapat membuat suatu kelompok produsen telur asin sehingga dapat dengan mudah mengkoordinir anggota penjual telur asin dan lebih mudah dalam memantau perkembangan pemasaran dan mutu telur asin di daerah tersebut DAFTAR PUSTAKA Aritonang, S. N. 1993. Pengaruh lama penggaraman dan penyimpanan telur itik diasin sebelum direbus terhadap daya simpan telur asin. Jurnal Penelitian Andalas. Edisi Pertanian no 13/ Mei/ Tahun V/ 1993, Padang. Astawan, M. 2006. Telur asin, aman dan penuh gizi. http: //www. Departemen Kesehatan Indonesia htm. 07.35 pm. 31/10/2006. Baliaga, 2006. Penyangraian. http: //www. Suara Merdeka com. 04.03 pm. 29/11/2006. Dahnimar, 2006. Pembuatan telur asin. Komunikasi Pribadi di Sicincin Tanggal 25 september 2006, Sicincin. Indri. 2006. Telur asin berkalsium tinggi. http: //www. CBN Portal, htm. 07.44 pm. 31/10/2006. Murtidjo, B. A. 1988. Mengelola Itik. Kanisius, Yogyakarta. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1993. Balai Pustaka, Jakarta. Samosir, D. J. 1993. Ilmu Ternak Itik. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Subandiyah, E., N. Rahmawati, dan N. P. Alies. 2006. Prospek usaha telur asin sangrai sebagai industri rumah tangga di Kabupaten Brebes. PKMK Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. Suharno, B. dan K. Amri. 2003. Beternak Itik Petelur Secara Intensif. Swadaya, Jakarta. Penebar Warisno. 2005. Membuat Telur Asin Aneka Rasa. Agro Media Pustaka, Jakarta. Wasito dan E. S. Rohaeni. 1994. Beternak Itik Alabio. Kanisius, Yogyakarta. Widjaja, K. 2003. Peluang Bisnis Itik. Penebar Swadaya, Jakarta.

ARTIKEL PROGRAM PENERAPAN IPTEKS UPAYA PENINGKATAN KUALITAS TELUR ASIN DENGAN TEKNOLOGI PROSES PENYANGRAIAN DI KORONG BARI KANAGARIAN SICINCIN KABUPATEN PADANG PARIAMAN Oleh : Sri Melia, STP, MP NIP 132 299 808 Indri Juliyarsi, SP, MP NIP 132 297 242 Dibiayai Oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Melalui DIPA Unand Tahun Anggaran 2009 Nomor : 37/ H.16/PM/ IPTEKS/ 2009 Tanggal 1 April 2009 JURUSAN PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS ANDALAS OKTOBER, 2009