DEPDIKNAS: MENATA AKSI MENUJU OPINI WTP 1. Oleh: Sapto Amal Damandari 2

dokumen-dokumen yang mirip
KATA PENGANTAR REVIU LAPORAN KEUANGAN OLEH INSPEKTORAT

PENGELOLAAN PEMBANGUNAN DAN ASET HASIL PEMBANGUNAN UNTUK PENCAPAIAN OPINI YANG LEBIH BAIK

LAPORAN KEUANGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2014 (AUDITED)

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. satu dasar penting dalam pengambilan keputusan. Steccolini (2002;24) mengungkapkan bahwa :

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum terjadinya reformasi keuangan di Indonesia, Laporan Keuangan

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENINGKATAN AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA HARUS BERKELANJUTAN

BAB II LANDASAN TEORI

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2016 KEMENRISTEKDIKTI

BAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,

Laporan Keuangan Satker Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah (05) Dana Dekonsentrasi Kementerian Pertanian Semester II TA. 2014

5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

LOGO. Musrenbang Provinsi DKI Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksa Keuangan (BPK) selaku auditor eksternal pemerintah atas Laporan

Pasal I Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan ini merupakan kelanjutan dari Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006

Drs. Setyanta Nugraha, MM Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI

ANALISA TERHADAP OPINI DISCLAIMER BPK-RI ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT (LKPP) TAHUN 2007

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan oleh stakeholders atas pengelolaan keuangan negara/daerah. Bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 30 Undang-undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahtera bagi kita semua, Para Hadirin yang berbahagia.

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BPK RI PERWAKILAN PROVINSI BALI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 156/PMK.07/2008 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA DEKONSENTRASI DAN DANA TUGAS PEMBANTUAN MENTERI KEUANGAN,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis atas..., Desi Intan Anggraheni, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara, pemerintah dengan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB I PENDAHULUAN. sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Manajemen perusahaan

PIDATO MENTERI KEUANGAN PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI POKOK-POKOK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

BPK Memberikan Opini WDP untuk LKPD TA 2014 Pemprov NTT

BIRO ADMINISTRASI UMUM & KEUANGAN PROSEDUR TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN BAGIAN ANGGARAN MASYARAKAT LEMBAR PENGESAHAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik. Informasi akuntansi

TATA CARA PEMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA SEWA DAN PINJAM PAKAI BERDASARKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat siang dan salam sejahtera bagi kita semua,

16. Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 2008 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2009

TENTANG MENTERI KEUANGAN,

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pemberdayaan Perem

Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN BANDI

Asumsi : Satker Ditetapkan pada Tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. audit, hal ini tercantum pada bagian keempat Undang-Undang Nomor 15 Tahun

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PEMPROV SULTRA KEMBALI RAIH PENILAIAN KEUANGAN WTP

BAGIAN ANGGARAN 015 LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN TAHUN ANGGARAN 2011 AUDITED. Jalan Wahidin Raya No 1 Jakarta Pusat

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI BALI

FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : Mewujudkan pengelolaan kas yang efisien dan optimal.

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perhatian utama masyarakat pada sektor publik atau pemerintahan adalah

BAB I PENDAHULUAN. kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan birokrat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik

Pengelolaan Keuangan Satker BLU Kemenristekdikti dan Pengaruhnya Terhadap Opini Laporan Keuangan Kemenristekdikti

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

2013, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA. BAB I KETENTUAN UMU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

LAPORAN KEUANGAN DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SERANG TAHUN ANGGARAN 2016 (AUDITED)

BIRO ADMINISTRASI UMUM & KEUANGAN PROSEDUR TAMBAHAN UANG PERSEDIAAN BAGIAN ANGGARAN MASYARAKAT LEMBAR PENGESAHAN

Realisasi Belanja Negara pada TA 2014 adalah senilai Rp ,00 atau mencapai 90,41% dari alokasi anggaran senilai Rp ,00.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 71/Permentan/OT.140/12/2010 TENTANG

2017, No Pengelolaan Perbatasan Negara Lingkup Badan Nasional Pengelola Perbatasan Tahun Anggaran 2017; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 T

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI BALI

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 83 / HUK / 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara R

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

2016, No Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Menteri Keuangan dapat menetapkan pola pengelolaan k

TUGAS MAKALAH ANALISA LAPORAN KEUANGAN

SEJARAH AKUNTANSI PEMERINTAH DI INDONESIA

2015, No Peraturan Menteri Sosial tentang Rencana Program, Kegiatan, Anggaran, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan Lingkup Kementerian Sosial

BAB II SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Standar Reviu. Laporan Keuangan.

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 84 / HUK / 2009 TENTANG

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Assalamualaikum Wr, Wb Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (AUDITED) A. PENJELASAN UMUM A.1. DASAR HUKUM A.2. KEBIJAKAN TEKNIS BPK RI. Laporan Keuangan BPK RI Tahun 2008 (Audited)

BAB I PENDAHULUAN. opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Namun demikian, masih banyak

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN ANGGOTA V BPK RI

Transkripsi:

DEPDIKNAS: MENATA AKSI MENUJU OPINI WTP 1 Oleh: Sapto Amal Damandari 2 PENDAHULUAN Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selaku pemeriksa keuangan negara telah melakukan berbagai jenis pemeriksaan di entitas Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Dalam suatu departemen, BPK dapat memilih objek-objek pemeriksaan yang memang dianggap perlu diuji tingkat akuntabilitas dan transparansinya. Satu objek yang pasti harus diperiksa BPK adalah Laporan Keuangan Depdiknas yang dilakukan sebagai implikasi menjalankan amanat ketentuan pasal 30 UU 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. OPINI BPK ATAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DEPDIKNAS Sejak ditetapkannya UU 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara, semua elemen pemerintahan yang diamanatkan UU harus menyusun Laporan Keuangan, termasuk Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Untuk pemeriksaan Laporan Keuangan (LK) departemen, BPK memberi opini sejak pemeriksaan atas LK Tahun Anggaran (TA) 2006. Sebelum pemeriksaan atas LK TA 2006, BPK belum memberikan opini atas LK Depdiknas. Opini atas LK Depdiknas dalam dua TA terakhir menunjukkan bahwa LK Depdiknas masih berada pada level yang perlu diperbaiki. LK Depdiknas dalam dua TA terakhir diberi opini Disclaimer oleh BPK. 1 Disampaikan pada acara Rembuk Nasional Pendidikan, 23-25 Februari 2009, di Pusdiklat Pegawai Depdiknas, Sawangan, Depok. 2 Anggota VI BPK RI yang membidangi pembinaan terhadap Pemeriksaan Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Kesehatan, BPOM, dan Kementerian Daerah Tertinggal, serta Pemerintahan Daerah di wilayah Timur Indonesia. 1

Trend Opini BPK-RI atas Laporan Keuangan Depdiknas Unqualified Qualified Disclaimer Adverse LK TA2004* LK TA2005* LK TA2006 LK TA2007 LK TA2008** * Pemeriksaan BPK-RI TA2004 & 2005 belum memberikan opini ** Pemeriksaan BPK-RI atas LK Depdiknas TA2008 belum dilaksanakan Opini Disclaimer merupakan pernyataan pendapat profesional pemeriksa atas tidak dapat dilaksanakannya Stándar pemeriksaan pada pemeriksaan laporan keuangan depdiknas. Kondisi yang terjadi dalam dua TA terakhir ini menunjukkan bahwa akun-akun yang tidak dapat diyakini menyebar di semua jenis laporan keuangan yang disusun Depdiknas; yaitu Laporan Realisasi Anggaran (LRA); Neraca; dan Catatan atas Laporan Keuangan. Akun pendapatan pada LK depdiknas masih menyisakan permasalahan berupa tidak tersajikan penerimaan di LRA, tidak disetornya penerimaan dan penggunaan langsung, serta lemahnya sistem penerimaan dan pelaporan seperti tidak adanya rekonsiliasi. Hal ini tentu saja memberi kontribusi pada lemahnya pengelolaan kas dan pelaporan akun piutang. Disamping itu, pengelolaan belanja yang belum optimal memberi kontribusi pada penyajian akun persediaan dan aset tetap. Namun harus diakui akun aset tetap adalah akun neraca yang harus tersaji secara akumulatif. Permasalahan terbesar terkait akun aset tetap adalah peng-identifikasi-an dan penilaian dari aset tetap itu sendiri terutama aset yang diperoleh pada masa-masa lalu. UPAYA PERBAIKAN PERTANGGUNGJAWABAN Hasil pemeriksaan BPK tersebut harus dipandang sebagai simpton bahwa telah terjadi kondisi yang tidak ideal dalam pengelolaan keuangan negara khususnya di Depdiknas. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa dirasakan ataupun tidak, semua kondisi yang terungkap oleh pemeriksa tersebut adalah fakta yang dialami secara langsung oleh depdiknas itu sendiri. Sangat diyakini bahwa sebagai pihak yang mengalami langsung 2

kejadian, depdiknas mengetahui semua fakta yang terjadi. Tetapi mungkin karena pelaksanaan tersebut telah identik dengan kebiasaan maka otomatis mungkin depdiknas merasa tidak ada masalah dengan apa yang telah biasa dilakukan. Dengan pandangan ini, wajar kiranya upaya perbaikan atas LK Depdiknas mengalami dilema. Hal ini disebabkan karena sulitnya mengidentifikasi permasalahan dalam penyusunan LK Depdiknas. Secara sederhana, suatu perbaiki/perubahan harus dirancang dengan melakukan (1) identifikasi secara tepat kondisi yang ada saat ini; dan (2) identifikasi regulasi yang menjadi harapan/tujuan yang ingin dicapai. Jika terdapat gap diantara kondisi dan regulasi, setidaknya dapat diformulasi strategi untuk mengarahkan kembali semua gerak langkah yang akan dilakukan ke depan. Pola pikir ini adalah pola pikir yang umum digunakan oleh para pemeriksa. Pemeriksa akan memotret kondisi yang terjadi dan akan membandingkannya dengan regulasi sebagai kriteria. Jika terjadi gap di antara kondisi dan kriteria, pemeriksa harus dapat mengidentifikasi akibat dan sebab agar dapat memberikan rekomendasi sebagai bentuk strategi pencapaian tujuan/harapan. Potret pemeriksa ini akan dimintakan tanggapan dari pihak terperiksa agar pemeriksa mendapat keyakinan atas kondisi dan regulasi yang ada. ALUR PIKIR PENATAAN PENGELOLAAN KEUANGAN MENUJU OPINI WTP KONDISI REGULASI STRATEGI HASIL PEMERIKSAAN BPK HASIL PENGAWASAN INSPEKTORAT FAKTA YANG DIALAMI VISI MISI RENSTRA APBN PERATURAN PERUNDANG -UNDANGAN Penyusunan rencana aksi I M P L E M E N T A S I 8 3

Terhadap upaya perbaikan LK Depdinas, saat ini, BPK telah menerima Rencana Aksi yang telah disusun oleh Depdiknas. REN CAN A AKSI DEPDIKNAS 4 Kami percaya bahwa Rencana Aksi yang telah disusun Depdiknas dengan pola pikir yang tertuang dalam pernyataan rencana aksi tersebut merupakan hasil kajian dari kondisi dan regulasi. Hal ini tentu saja menjadikan rencana aksi tersebut sebagai langkah konkret yang dimaksudkan untuk mengarah pada tercapainya pengelolaan keuangan depdiknas yang akuntable dan transparan. BPK mengidentifikasi bahwa untuk mencapai Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) sebagai opini terbaik yang ada atas LK, maka harus terpenuhi semua kriteria sebagaimana definisi Opini yang dimaksud penjelasan pasal 16 UU 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, yaitu: 4

BPK menyadari bahwa pencapaian tersebut tidaklah mudah, apalagi untuk departemen sebesar Depdiknas ini. BPK mensinyalir bahwa titik-titik kritis pencapaian tata kelola keuangan yang baik dan berujung pada opini WTP dapat dikelompokkan ke dalam tiga aspek yaitu aspek input, aspek proses, dan aspek output. Aspek input meliputi personil pengelola keuangan, organisasi keuangan, dan sistem pengelolaan keuangan. Aspek proses meliputi komitmen pimpinan, proses akuntansi, prosedur dan data base keuangan, pengawasan pengelolaan keuangan, dan tindak lanjut hasil pemeriksaan. Aspek output meliputi kelengkapan laporan keuangan, ketepatan waktu pelaporan keuangan, pemerolehan opini atas laporan keuangan, implementasi upaya perbaikan laporan keuangan, dan penghargaan pengelolaan keuangan. Dengan mengidentifikasi kondisi dan regulasi/harapan dari masing-masing titik kritis tersebut, dapat dirumuskan suatu strategi pencapaiannya. Strategi pencapaian tersebut haruslah dituangkan sebagai suatu pernyataan yang akan menjadi panduan langkah upaya perbaikan tersebut. Inilah rencana aksi yang dimaksudkan BPK. 5

Definisi Rencana Aksi Rencana Aksi merupakan Pernyataan tentang harmonisasi rangkaian langkah-langkah konkret menuju perbaikan tata kelola keuangan yang meliputi identifikasi: 1. Langkah yang harus dilakukan 2. Pihak Pelaksana 3. Waktu Pelaksanaan 4. Input yang diperlukan 5. Output yang dihasilkan 7 Rencana aksi yang meliputi semua aspek baik aspek input, proses, maupun output diyakini menjadi bagian dari proses pencapaian opini WTP atas LK. Implementasi rencana aksi merupakan bagian dari proses pengelolaan keuangan yang berujung pada tersajinya laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut akan diberikan opini oleh BPK, yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar dalam proses pengelolaan keuangan periode selanjutnya. Lingkaran proses ini tidak akan berhenti dan terus berputar. SINKRONISASI OPINI DAN RENCANA AKSI Pengelolaan Keuangan Laporan Keuangan Rencana Perbaikan Pengelolaan Keuangan Diperiksa BPK dengan memberikan OPINI Berdasarkan LHP disusun dan dibahas RENCANA AKSI ttg Perbaikan Tata Kelola sehingga mendapat Opini WTP 6 Yang patut disadari adalah suatu pelaporan keuangan yang baik tidak hanya berujung pada tercapainya opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Namun suatu Laporan 6

Keuangan yang baik akan dapat menjadi sumber informasi yang sangat strategis dalam pengambilan keputusan oleh para pengguna laporan keuangan. Oleh karenanya, BPK menyadari bahwa keberhasilan pencapaian pelaporan keuangan yang baik harus didasarkan pada input yang baik, proses yang baik, dan output yang baik. Ketiga aspek tersebut haruslah terpadu dan berkesinambungan sebagai pondasi sistem pelaporan keuangan yang baik. Pondasi ini dapat ditanamkan dengan kokoh apabila ada hubungan kerja yang harmonis dan profesional diantara pemerintah dan semua pihak. ORGANISASI PENGELOLAAN KEUANGAN DEPDIKNAS Untuk dapat mewujudkan perbaikan tata kelola keuangan tersebut harus dilakukan secara bertahap. Di semua tahapan tersebut diperlukan komitmen, waktu, dan dukungan semua pihak serta langkah-langkah yang tepat. Langkah konkret yang dituangkan dalam rencana aksi tersebut tidaklah harus mengubah karakter Depdiknas sebagai satker pemerintahan pusat. Depdiknas merupakan salah satu departemen yang berada dalam kerangka pengelolaan keuangan negara. Menurut ketentuan pasal 6 UU 17 Tahun 2003, depdiknas terkategori sebagai pengguna anggaran POSISI DEPDIKNAS DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA (Pasal 6 UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara) (1) Presiden Selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan Negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan (2) PRESIDEN DIKUASAKAN (b) MENTERI/PIMPINAN LEMBAGA (PENGGUNA ANGGARAN/BARANG) Chief Operational Officer (COO) DIKUASAKAN (a) MENTERI KEUANGAN (PENGELOLA FISKAL DAN WAKIL PEMERINTAH DALAM KEPEMILIKAN KEKAYAAN NEGARA YANG DIPISAHKAN) Chief Financial Officer (CFO) DISERAHKAN (c) GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA SELAKU KEPALA PEMERINTAHAN DAERAH UNTUK MENGELOLA KEUANGAN DAERAH DAN MEWAKILI PEMERINTAH DAERAH DALAM KEPEMILIKAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN. 17 7

Sebagai suatu entitas pengguna anggaran, depdiknas bukanlah suatu organisasi yang secara penuh mengelola anggaran mengingat depdiknas tidak dapat menerbitkan SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana) dan menyusun kebijakan pengelolaan keuangan sebagaimana tugas Bendahara Umum Negara (BUN). Hal ini tentu saja berdampak tidak ada Laporan Aliran Kas yang disusun oleh pengguna anggaran seperti depdiknas. Sebagai satu pengguna anggaran, depdiknas memiliki perangkat yang dituangkan dalam struktur organisasi depdiknas. Sebagai satu entitas, maka apapun, berapapun, kapanpun, dan dimanapun transaksi keuangan yang dilakukan oleh unit mana pun dalam tubuh depdiknas, semua pengelolaan tersebut harus tersaji dalam Laporan keuangan depdiknas. Meskipun depdiknas memiliki sebaran organisasi yang luas, LK Depdiknas harus dapat mencakup semua transaksi depdiknas tersebut. Besarnya sebaran organisasi depdiknas bukan tidak mungkin berdampak pada terhambatnya proses penyajian laporan keuangan. Depdiknas memiliki sebaran unit organisasinya sebagai berikut: 8

Jenis Satker 2004 2005 2006 2007 2008 Satker Pusat NA NA 43 55 55 Satker Daerah NA NA 174 158 174 Satker Dekonsentrasi NA NA 132 133 133 Satker Tugas pembantuan NA NA 410 50 37 Total NA NA 759 396 399 Dari matrix di atas dapat dilihat bahwa rentang kendali depdiknas sangat lebar, bahkan dari unit kendali tersebut lebih dari 40% bukanlah satker murni depdiknas melainkan satker pemerintah daerah yang diperlakukan sebagai satker depdiknas selama ada dana dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (TP) di satker tersebut. Permasalahan pertanggungjawaban dana dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (TP) sering diungkapkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK terutama terkait dengan masalah aset yang dihasilkan dari dua jenis pendanaan tersebut. Menurut ketentuan yang diatur dalam pasal 91 dan pasal 98 UU Nomor. 33 Tahun 2004, dinyatakan bahwa semua aset yang diperoleh dari dana dekonsentrasi dan TP menjadi milik kementerian/lembaga yang memberi pelimpahan dan/ atau yang memberikan penugasan. Dalam ketentuan tersebut juga dinyatakan bahwa Barang Milik Negara (BMN) tersebut dapat dihibahkan kepada daerah. Persoalannya adalah pemerintah daerah secara fisik menguasai aset tetapi tidak memasukkannya sebagai aset daerah karena hibah belum diberikan oleh pusat. Persoalan ini akan terus muncul kalau tidak ada pemecahan yang mendasar dari pemerintah. Hal lain yang perlu diperhitungkan adalah variasi bentuk dan perlakuan unit kerja yang beragam. Ada organisasi berbentuk Badan Hukum Milik Negar (BHMN), Badan Hukum Pendidikan (BHP), dan Badan Layanan Umum (BLU). Bentuk organisasi ini harus didefinisikan secara jelas, agar pelaporan keuangan tidak terganggu. 9

PENGELOLAAN KEUANGAN DEPDIKNAS Selain faktor organisasi, depdiknas perlu memperhatikan kecenderungan kondisi pengelolaan keuangan depdiknas selama ini. Kondisi pengelolaan keuangan yang perlu diperhatikan antara lain: 1. Depdinas merupakan departemen yang mengelola anggaran negara yang cukup besar. Hal ini harus menjadi pemicu depdiknas untuk memberikan alokasi terbesar anggarannya bagi peningkatan kualitas pendidikan sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa yang diamanatkan kepada depdiknas. 2. Untuk mencapai pengeluaran yang tepat, daya serap anggaran depdiknas harus dapat diatur agar tidak cenderung menumpuk di akhir TA. Pengeluaran yang menumpuk di akhir TA akan sangat memungkinkan terjadinya lompatan pengeluaran lewat TA. Berdasarkan Laporan keuangan yang tersaji dalam dua tahun terakhir menunjukkan angka yang sangat menakjubkan dari posisi akun Kontruksi dalam Pengerjaan yang hanya Rp7,84 Milyar di akhir TA 2006 menjadi Rp103,71 M di akhir Tahun 2007. mudah-mudahan di akhir TA 2008, kondisi ini dapat diminimalisasi. Jenis Aset 2004 2005 2006 2007 2008 Per 30 Juni Tanah 1.115,49 M 4.115,97 M 5.398,07 M 8.124,79 M 8.116,95 M Bangunan 2.558,43 M 3.836,95 M 9.754,07 M 10.563,60 M 9.925,25 M Mesin & Peralatan Aset Tetap Lainnya Nilai Saldo Aset Tetap Depdiknas Jalan, Irigasi dan Jaringan 2.531,66 M 4.329,84 M 6.099,33 M 7.024,41 M 6.616,02 M 102,22 M 192,45 M 1.807,89 M 1.650,47 M 1.797,24 M 42,94 M 76,99 M 178,06 M 231,86 M 293,17 M KDP 0 0 7,84 M 103,71 M 189,72 M Total 6.350,74 M 12.552,20 M 23.245,27 M 27.698,84 M 26.938,35 M 15 Kenaikan signifikan akun Kontruksi dalam Pengerjaan dapat saja menunjukkan penurunan kinerja atas pengelolaan keuangan jika aktivitas tersebut bukanlah kegiatan yang multi years. Selain itu, yang perlu dicermati adalah fluktuasi nilai aset tetap yang cenderung tidak normal. 10

DUKUNGAN DEPDIKNAS DALAM PROSES PEMERIKSAAN BPK Organisasi dan prosedur pengelolaan keuangan depdiknas akan selalu menjadi perhatian pemeriksa (auditor) dalam pelaksanaan pemeriksaan. Pelaksanaan pemeriksaan BPK dilakukan melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, dan tindak lanjut. Dalam setiap tahapan tersebut, pemeriksa melakukan langkah-langkah dengan menerapkan teknik pemeriksaan. Atas tindakan yang diambil pemeriksa dalam melaksanakan teknik pemeriksaannya, pihak terperiksa (auditee) melakukan respon sebagaimana tergambar dalam gambar berikut: PROSEDUR UMUM dalam PEMERIKSAAN TAHAPAN PEMERIKSAAN Yang dilakukan PEMERIKSA (AUDITOR) TAHAPAN PEMERIKSAAN PERENCANAAN PELAKSANAAN PELAPORAN TINDAK LANJUT PERAN PIHAK TERPERIKSA (AUDITEE) Dalam TAHAPAN PEMERIKSAAN Penyediaan Data dan Informasi Tanggapan dan Rencana Perbaikan Penyusunan Rencana Aksi Laporan Pelaksanaan Tindak lanjut Tindak lanjut 27 Pemeriksa, dalam bekerja akan berpatokan pada standar, dengan suatu sistem pemeriksaan yang dapat menjamin dilakukannya standar, dan dengan menggunakan kriteria pemeriksaan yang andal. Pelaksanaannya harus dilandasi oleh semangat profesionalisme, independensi, dan integritas. Hasil kerja pemeriksaan tersebut dituangkan dalam suatu laporan hasil pemeriksaan yang menurut ketentuan UU harus dimintakan tanggapan dari pihak terperiksa, yang sekaligus juga memberikan rencana perbaikan. Selanjutnya, nilai manfaat dari suatu pemeriksaan adalah perubahan ke arah lebih baik setelah menjalankan rekomendasi dalam pemeriksaan. Oleh karenanya, hasil pemeriksaan akan bermanfaat jika ditindaklanjuti. 11

PENUTUP Akhirnya, sangat diyakini bahwa rencana aksi yang dibangun dengan berdasarkan pemahaman atas kondisi dan regulasi tidak akan berarti jika tidak diikuti oleh komitmen untuk melaksanakannya. Kami sangat meyakini bahwa depdiknas memiliki komitmen tersebut. ***000*** 12