Khaterine 1, Rina Sri Kasiamdari 2

dokumen-dokumen yang mirip
Uji Antagonisme Tiga Isolat Fungi Endofit Anggrek Bulan Terhadap F. Oxysporum Secara in vitro

Gambar 1 Tanaman uji hasil meriklon (A) anggrek Phalaenopsis, (B) bunga Phalaenopsis yang berwarna putih

KARAKTERISTIK PENYEBAB PENYAKIT LAYU BAKTERI PADA TANAMAN TEMBAKAU DI PROBOLINGGO

LAMPIRAN. Ciri makroskopis : mula-mula koloni berupa jelaga-jelaga hitam yang halus, hari fungi mulai menutupi permukaan cawan petri.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Fusarium sp. ENDOFIT NON PATOGENIK

METODE PENELITIAN. Kehutanan dan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Program Studi

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.4 Tahun ).

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar)

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca

ISSN: AGRINEÇA, VOL. 14 NO. 2 NOVEMBER 2014

HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Penapisan

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

III. METODE PENELITIAN

UJI PATOGENISITAS Fusarium moniliforme SHELDON PADA JAGUNG ABSTRAK

Seleksi Bakteri Antagonis Asal Rizosfer Tanaman Cabai (Capsicum sp) untuk Menekan Penyakit Layu Fusarium secara in vitro

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

TINJAUAN PUSTAKA. Secara taksonomi, Fusarium digolongkan ke dalam:

Isolasi Dan Karakterisasi Jamur Patogen Pada Tanaman Murbei (Morus sp.) di Persemaian

UJI ANTAGONISME Trichoderma sp. TERHADAP JAMUR PATOGEN Alternaria porri PENYEBAB PENYAKIT BERCAK UNGU PADA BAWANG MERAH SECARA In-VITRO

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Metode Penelitian Perbanyakan Propagul Agens Antagonis Perbanyakan Massal Bahan Pembawa Biopestisida

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tanaman dan Laboratorium

DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET ABSTRACT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Sampel tanah diambil dari daerah di sekitar risosfer tanaman nanas di PT. Great

Biosaintifika 7 (2) (2015) Biosaintifika. Journal of Biology & Biology Education.

METODELOGI PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana untuk

WASPADA PENYAKIT Rhizoctonia!!

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Wawancara Pengamatan dan Pengambilan Contoh

RESPON KETAHANAN BERBAGAI VARIETAS TOMAT TERHADAP PENYAKIT LAYU BAKTERI (Ralstonia solanacearum)

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014.

ISOLASI DAN KARAKTERISASI KAPANG ENDOFIT PADA. BATANG DAN DAUN GINGSENG JAWA (Talinum paniculatum) SKRIPSI

INVENTARISASI JAMUR PENYEBAB PENYAKIT PADA TANAMAN KRISAN (Chrysanthenum morifolium) DI KECAMATAN BERASTAGI, KABUPATEN KARO, SUMATERA UTARA

IDENTIFIKASI GENUS JAMUR FUSARIUM YANG MENGINFEKSI ECENG GONDOK (Eichhornia crassipes) DI DANAU TONDANO

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996), penyakit layu Fusarium dapat diklasifikasikan

PERAN DAUN CENGKEH TERHADAP PENGENDALIAN LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN TOMAT

EKSPLORASI DAN KAJIAN KERAGAMAN JAMUR FILOPLEN PADA TANAMAN BAWANG MERAH : UPAYA PENGENDALIAN HAYATI TERHADAP PENYAKIT BERCAK UNGU (Alternaria porri)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bidang

III. BAHAN DAN METODE. Jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai

VIRULENSI FUSARIUM OXYSPORUM F. SP. CEPAE ISOLAT BAWANG MERAH PADA BAWANG PUTIH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Diagnosa Penyakit Akibat Jamur pada Tanaman Padi (Oryza sativa) di Sawah Penduduk Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pra-pengamatan atau survei

Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang

BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

BAHAN DAN METODE. Tabel 1 Kombinasi perlakuan yang dilakukan di lapangan

BAB III METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU

BAB III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium

I. PENDAHULUAN. penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

BAB III METODE PENELITIAN. kentang varietas Granola Kembang yang diambil dari Desa Sumberbrantas,

Peningkatan Keberhasilan Dalam Penyediaan Bibit Anggrek

III. METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Jumlah Jamur yang Terdapat pada Dendeng Daging Sapi Giling dengan Perlakuan dan Tanpa Perlakuan

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Fakultas Matematika dan Ilmu

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

UJI INFEKSI Phaeophleospora sp. PADA KLON HIBRID Eucalyptus grandis x Eucalyptus urophylla

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Benih adalah ovule atau bakal biji yang masak yang mengandung suatu

PENGENDALIAN KIMIA DAN KETAHANAN Colletotrichum spp. TERHADAP FUNGISIDA SIMOKSANIL PADA CABAI MERAH

TINJAUAN PUSTAKA. Jamur penyebab penyakit pada tanaman krisan

HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Penyebab Berdasarkan Karakter Morfologi

BAB 3 BAHAN DAN METODE

LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur Pembuatan Medium PDA ( Potato Dextrose Agar) (Gandjar et al., 1999)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji

disukai masyarakat luas karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi dalam kondisi aseptik secara in vitro (Yusnita, 2010). Pengembangan anggrek

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

BAB I PENDAHULUAN. yang kini mulai ditanam di beberapa daerah dataran tinggi di Indonesia.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH TEPUNG DAUN CENGKEH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TOMAT ORGANIK

INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum sp) PADA VARIETAS/GALUR DAN HASIL SORGUM

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

KEANEKARAGAMAN JAMUR ENDOFIT PADA TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) DAN KEMAMPUAN ANTAGONISNYA TERHADAP Phytophthora infestans ABSTRACT

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), jamur Ceratocystis fimbriata

BUDIDAYA DAN TEKNIS PERAWATAN GAHARU

*

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun PT NTF (Nusantara Tropical Farm) Way

III. BAHAN DAN METODE

PENDAHULUAN. Cabai merah adalah salah satu komoditas sayuran penting yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh jamur patogen Fusarium sp.

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.14 No.4 Tahun 2014

III. BAHAN DAN METODE

Pembinaan Terhadap Terpidana Lanjut Usia di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Jambi

Mengenal Penyakit Busuk Batang Vanili. Oleh : Umiati

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium

Transkripsi:

IDENTIFIKASI DAN UJI PATOGENITAS FUSARIUM SPP. PENYEBAB PENYAKIT BUSUK PUCUK PADA ANGGREK BULAN (PHALAENOPSIS SP.) Identification and Patogenisity Test of Fusarium spp. That Caused Crown Rot of Moth Orchid (Phalaenopsis sp.) Khaterine 1, Rina Sri Kasiamdari 2 1 Biology Educatioon, Faculty of Education/Teachers College Universitas Pelita harapan 2 Laboratory Plant Taxonomy of Botani, Faculty of Biology Universitas Gadjah Mada Abstrak Anggrek bulan merupakan salah satu jenis anggrek yang banyak dibudidayakan di Indonesia, dalam proses budidayanya penyakit busuk pucuk merupakan salah satu penyakit yang sering menyerang anggrek bulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengindentifikasi Fusarium penyebab penyakit busuk pucuk pada anggrek bulan sehingga diharapkan bermanfaat memberikan informasi yang berguna dalam mengembangkan metode pencegahan dan pengendalian penyakit busuk pucuk pada anggrek bulan. Isolasi fungi patogen dilakukan dari anggrek Phalaenopsis Kung Valentine yang terserang penyakit busuk pucuk. Isolat-isolat yang didapatkan selanjutnya di uji patogenitas secara in vitro pada daun anggrek P. amabilis. Isolat yang memiliki tingkat patogenitas tertinggi dan diduga sebagai patogen utama selanjutnya diidentifikasi. Hasil penelitian ini didapatkan 8 isolat Fusarium yang selanjutnya dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu Fusarium sp. isolat 1A, Fusarium sp. isolat 2A dan Fusarium sp. isolat 4A. Berdasarkan hasil uji patogenitas diketahui tidak terdapat gejala infeksi pada kotrol, Fusarium sp. isolat 1A memiliki tingkat patogenitas terendah (1,67) Sedangkan Fusarium sp. isolat 2A dan Fusarium sp. isolat 4A menunjukkan tingkat patogenitas yang sama, dengan skor penyakit 3.Walaupun memiliki tingkat patogenitas yang sama namun dapat diduga Fusarium sp. isolat 4A merupakan patogen utama penyebab penyakit busuk pucuk, berdasarkan kecepatan perkembangan infeksi penyakitdan merupakan isolat yang paling banyak diisolasi. Berdasarkan hasil identifikasi diketahui bahwa dan Fusarium sp. isolat4a merupakan Fusarium oxysporum. Kata kunci: Anggrek Bulan, busuk pucuk Abstract Moth orchid is one of extensively cultivated orchid in Indonesia. In its cultivation, crown rot is one of diseases that usually attack moth orchid. This research aimed to identifiedfusarium that caused crown rot on moth orchid. This research expected can give useful information to improve methods of prevent and against crown rot on moth orchid. Pathogenic fungi was isolated from Phalaenopsis Kung Valentine that infected by crown rot. Obtained isolates than tested for its pathogenicity to P. amabilis healty leaves in vitro. The most pathogenic isolate then identified to know its spesies. Result showed that eight Fusarium were isolated. Then the isolates were grouped in 3 group that were Fusarium sp. isolate 1A, Fusarium sp.isolate 2A dan Fusarium sp. isolate 4A. Pathogenicity test result showed no symptom was observed on control, Fusarium sp. isolate 1A was weakly pathogenic (1,67), whereas Fusarium sp. isolate 2A and Fusarium sp. isolate 4A showed same pathogenicity rating with score 3. Even had the same pathogenicity rating, but Fusarium sp. isolate 4A could be indicated as the main 510

pathogen that caused crown rot on moth orchid, based on its diseases progression speed, and it was the most frequently isolated isolate in this research. Based on its identification, Fusarium sp. isolate 4A is Fusarium oxysporum. Keywords: Moth orchid, crown rot. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara dengan kekayaan keanekaragaman anggrek terbesar di dunia. Dari 35.000 spesies anggrek di dunia, 5000 spesies diantaranya diperkirakan terdapat di Indonesia (Lee, 2002; Schuiteman.2010) Salah satu genus anggrek yang terdapat di Indonesia adalah Phalaenopsis, dari 70 spesies yang telah teridentifikasi di dunia, diketahui bahwa 21 spesies tersebar di Indonesia. Phalaenopsis memiliki bentuk bunga seperti kupu-kupu sehingga dikenal dengan nama anggrek kupu-kupu (moth orchid), namun di Indonesia, anggrek ini lebih dikenal sebagai anggrek bulan karena bentuk bunganya seperti bulan (Mujahidin, 2006; Puspitaningtyas,1999). Anggrek bulan merupakan salah satu anggrek yang dibudidayakan secara intesif di Indonesia, bentuk dan warna bunganya yang menarik serta pertumbuhan vegetatifnya yang cukup cepat menyebabkan banyak orang tertarik untuk mengkoleksinya. Selain sebagai bunga dalam pot, anggrek bulan juga dimanfaatkan sebagai bunga potong sehingga anggrek ini memiliki nilai ekonomi yang bila dibudidayakan dengan baik dapat memberi keuntungan ekonomi bagi petani anggrek tersebut (Kartikaningrum et al, 2006; Mujahidin, 2006; Puspitaningtyas,1999). Walaupun memiliki kekayaan keanekaragaman anggrek bulan yang cukup besar, namun saat ini industri anggrek di Indonesia diketahui sangat jauh tertinggal bila dibandingkan dengan industri anggrek negara tetangga seperti Thailand, Singapura dan Hawai (Kartikaningrum et al, 2006). Salah satu penghambat pengembangan budidaya anggrek bulan adalah hama dan penyakit tanaman. Hama dan penyakit tanaman ini dapat merusak hingga mematikan anggrek-anggrek budidaya sehingga dapat merugikan para petani anggrek. Salah satu penyakit yang sering menyerang anggrek adalah penyakit busuk pucuk. Gejala utama penyakit ini adalah daun pada pucuk anggrek menjadi bewarna kuning, membusuk dan mudah terlepas dari tanaman (Anonim 1, 2008).Beberapa fungi patogen yang telah diketahui menimbulkan gejala penyakit ini diantaranya adalah Fusarium semitectum (Anonim 1, 2008), Fusarium oxysporum (Morral, 2004)dan Phytophthora parasitica (Anonim 2, 2008). Pengendalian penyakit busuk pucuk dapat dilakukan dengan memotong dan membuang bagian tanaman yang terinfeksi sebelum penyakit menyebar ke seluruh tanaman, dan dapat pula dengan menyemprotkan fungisida kimiawi ke bagian pucukpucuk anggrek maupun bekas-bekas luka pemangkasan pada anggrek (Anonim 1, 2008; Iswanto, 2005). Namun mengetahui lebih banyak tentang patogen penyebab penyakit akan sangat bermanfat dalam menentukan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit tanaman secara efektif. Penelitian ini dilakukan untuk mengindentifikasi dan menguji patogenitas Fusarium spp. penyebab penyakit busuk pucuk pada anggrek bulan. Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan informasi yang berguna, dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit busuk pucuk pada anggrek bulan. 511

METODE PENELITIAN Isolasi Fungi Patogen Sebanyak 8 isolat Fusarium spp. diisolasi dari anggrek Phalaenopsis Kung Valentine yang terserang penyakit busuk pucuk. Anggrek tersebut dikoleksi dari Kebun Anggrek Mekar Lestari Jl. Kaliurang KM 15 Sleman Yogyakarta. Uji Patogenitas Fungi Patogen secara in vitro Uji patogenitas ini dilakukan pada daun anggrek P. amabilis. Daun P. amabilisyang digunakan dicuci dengan air mengalir lalu digunting dengan ukuran 3 cm x 3 cm dan selanjutnya disterilkan dengan cara direndam dalam larutan clorox 10% selama 30 menit kemudian dicelup selama 5 detik dalam alkohol 10% dandibilas dengan akuades steril. Sampel daun diletakkan di dalam cawan petri diameter 9 cm sebanyak 1 potong per cawan dengan posisi daun terbalik, lalu dituangi media WA 1% sebanyak 10 ml. Sampel daun diinkubasi selama 3 hari untuk memastikan daundan media yang digunakan benar-benar steril. Sampel daun ditusuk dengan jarum steril sebanyak 3 tusukan per daun, kemudian koloni berdiameter 5 mm diambil dari bagian tepi koloni fungi patogenberumur 5 hari, dan ditempelkan pada bagian tusukan yang telah dibuat sebelumnya. Selanjutnya potongan daun diinkubasi pada suhu ruang selama 5 hari.perkembangan penyakit pada daunp. amabilis diamati setiap hari dan diskor menggunakan disease rating menurut Chung et al. (2011), dimana 0 = Tidak ada gejala yang tampak pada anggrek, 1 = diameter nekrosis pada daun anggrek 2 mm, 2 = diameter nekrosis pada daun anggrek > 2 mm dan 3 = Diameter nekrosis pada daun anggrek > 2 mm dan mengalami busuk lunak. Identifikasi Fungi Patogen Identifikasi fungi Fusarium dilakukan dengan mengamati ciri-ciri makroskopis koloni dan mikroskopis fungi, dan kemudian diidentifikasi menurut Kim et al.(2002) dan Pitt &Hocking (1985). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil a. Isolasi Fungi Patogen Dari hasil isolasi fungi patogen ini, didapatkan 8 isolat fungi Fusarium spp. yang kemudian dikelompokkan menjadi 3, seperti yang terdapat pada Tabel 1. Tabel 1. Ciri Morfologi Koloni Isolat Patogen Pada Medium PDA No Fusarium spp. Ciri Koloni Isolat 1. Fusarium sp. 1 Koloni warna putih, hifa aerial terdapat pada bagian tengah koloni, tepi koloni tidak rata, bagian dasar koloni berwarna kekuningan 2 Fusarium sp. 2 Koloni warna putih, seperti kapas bagian dasar berwarna kekuningan. Pertumbuhan koloni konsentris 3 Fusarium sp. 3 Koloni warna putih, koloni tipis, hifa aerial terdapat di bagian tengah koloni, bagian dasar berwarna cream,greyish magentahingga keunguan 1A 2A, 2B 1B,3A, 4B 3B,4A, b. Uji Patogenitas secara In Vitro Uji patogenitas secara in vitro ini dilakukan dengan menggunakan 3 isolat Fusarium spp. hasil isolasi dari daunphalaenopsis yang terserang penyakit busuk pucuk. 512

Rerata Skor Penyakit Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi 2015, yang diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi FKIP Setiap isolat merupakan representasi dari 3 jenis Fusarium sp yang telah ditemukan sebelumnya. Isolat-isolat Fusarium spp. yang digunakan adalah Fusarium sp.isolat 1A representasi dari Fusarium sp. 1, Fusarium sp. isolat 2A representasi dari Fusarium sp. 2 dan Fusarium sp. isolat 4A representasi dari Fusarium sp. 3. Pengamatan munculnya gejala penyakit dan perkembangan penyakit dilakukan setiap hari selama 5 hari sejak inokulum isolat Fusarium spp. diinokulasikan pada daun anggrek P. amabilis yang digunakan dalam uji ini. Adapun hasil dari uji ini disampaikan pada Gambar 1 dan Tabel 2. 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 1 2 3 4 5 Hari ke- Kontrol Fusarium sp. Isolat 1A Fusarium sp. Isolat 2A Fusarium sp. Isolat 4A Gambar 1. Grafik hasil uji patogenitas secara in vitro. pada P. amabilis yang diinokulasi oleh Fusarium spp. Disease rating : 0 = tidak ada gejala yang tampak pada daun; 1 = diameter nekrosis pada daun 2 mm; 2 = diameter nekrosis pada daun > 2 mm ; 3 = diameter nekrosis pada daun > 2 mm dan daun tampak busuk lunak (Chung et al., 2011) Tabel 2. Data Rerata Skor Penyakit Hasil Uji Patogenitas secara In Vitro selama 5 hari No Perlakuan Hari ke 1 2 3 4 5 1 2 3 4 Kontrol Fusarium sp. 1A Fusarium sp. 2A Fusarium sp. 4A 0 ± 0 0 ± 0 1,33 ± 1,15 b 3± 0 c 0,33± 0,58 a 3± 0 b 3± 0 b 0,67± 1,15 a 3± 0 b 3± 0 b 1,67± 0,58 b 3± 0 c 3± 0 c keterangan: Skor penyakit: 0 = tidak ada gejala yang tampak pada daun; 1 = diameter nekrotik pada daun 2 mm; 2 = diameter nekrotik pada daun > 2 mm ; 3 = diameter nekrotik pada daun > 2 mm dan daun tampak busuk lunak (Chung et al., 2011). Angka-angka pada setiap kolom yang diikuti huruf yang tidak sama berbeda nyata menurut uji jarak Duncan (DMRT) pada taraf 5% Hasil uji patogenitas menunjukkan bahwa pada kontrol tidak ditemukan gejala penyakit, sedangkan semua isolat Fusarium spp. yang diujikan mampu menginfeksi daun P. amabilis. PadaFusarium sp. isolat 1A,gejala penyakit muncul berupa nekrosis berwarna coklat muda dengan diameter kurang dari 2 mm yang muncul pada hari ke-3. Hingga hari ke-5 perkembangan infeksi sangat lambat, diameter nekrotik tidak lebih dari 2mm dengan rerata skor penyakit 1,67 (Gambar 2A) Pada uji patogenitas dengan menggunakan Fusarium sp.isolat 2A, gejala penyakit muncul berupa nekrosisberwarna hitam dengan diameter kurang dari 2 mm muncul 513

pada hari ke-2. Pada hari ke-5 diameter nekrosis meningkat lebih dari 2 mm dan jaringan disekitar nekrotik mengalami busuk lunak. (Gambar IB). Pada Fusarium sp.isolat 4A, gejala penyakit mulai muncul pada hari ke-2 berupa nekrotik berwarna hitam dengan diameter lebih dari 2 mm dan daerah disekitar nekrotik juga terlihat mengalami busuk lunak Pada hari ke-5 infeksi patogen telah menyebar ke seluruh daun berupa nekrotik yang muncul sporadis menyebar keseluruh. Dapat diduga nekrotik ini muncul akibat infeksi konidia Fusarium sp. Isolat 4A yang tersebar di daun (Gambar 1C). Gambar 2. Daun P. amabilis terinfeksi Fusarium spp. pada hari ke-5 setelah inokulasi. A. Kontrol. B. Perlakuan isolat 1A, C. Perlakuan isolat 2A, D. Perlakuan isolat 4A. Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa isolat 1A menunjukkan tingkat patogenitas terendah (1,67) dan berbeda nyata dengan isolat lainnya. Sedangkan isolat 2A dan 4A menunjukkan tingkat patogenitas yang sama yaitu dengan skor 3. Walaupun memiliki tingkat patogenitas yang sama namun dapat diduga isolat 4A merupakan patogen utama penyebab penyakit busuk pucuk, hal ini didasarkan pada kecepatan perkembangan infeksi penyakit yang telah mencapai skor 3 sejak pertama kali muncul (hari ke-2) dengan tingkat patogenitas yang berbeda nyata dengan isolat lainnya. Selain itu Fusarium sp. 4A merupakan isolat yang paling banyak diisolasi dari daun anggrek yang terinfeksi penyakit busuk pucuk (Tabel 1). c. Indentifikasi Fusarium sp. 4A Hasil identifikasi Fusarium isolat 4A adalah sebagai berikut: koloni fungi tampak seperti kapas yang tipis atau terkadang hifa aerial hanya terdapat di bagian tengah koloni. Koloni berwarna putih hingga kemerahan (Gambar. 4.3 A) Warna dasar koloni cream hingga greyish magenta dan semakin tua umur koloni (30 hari) semakin keunguan. Fungi membentuk makrokonidia, mikrokonidia dan chlamydospora. Jumlah septa pada makrokonidia 2-5 septa, namun pada umumnya bersepta 3. Makrokonidida berbentuk fusoid hingga falcate, dengan ukuran (µm) (20-25) X 5. Mikrokonidia berbentuk oval hingga cylindrical dengan jumlah sekat 0-1. Ukuran mikrokonidia (µm) (7,5-12,5) X (2,5-5). Hifa bersekat, terbentuk false head dan konidiofornya ada yang monofialida dan ada pula yang polifialida. Berdasarkan ciri makroskopis dan mikroskopis tersebut, maka diduga Fusarium sp. isolat 4A merupakan F. oxysporum, hal ini didasarkan pada ciri spesifik yaitu pembentukan false head yang hanya terdapat pada Fusarium oxysporum(pitt and Hocking. 1985). Selain itu terdapat kesesuaian ciri mikroskopis antara Fusarium sp. isolat 4A dengan F. oxysporum menurut Kim et al (2002) seperti yang tampak pada Tabel 3. 514

Tabel 3. Perbandingan Ciri Morfologi Mikroskopis Fusarium sp. Isolat 4A dengan F. oxysporum menurut Kim et al (2002) Ciri Morfologi Mikroskopis Konidiofor bentuk ukuran (µm) Mikrokonidia bentuk septa ukuran (µm) Makrokonidia bentuk septa ukuran (µm) Chlamydospora bentuk septa Fusarium sp. isolat 4A Monofialida dan polifialida 17,5-27,5 x 2,5-5 Oval hingga silindris 0-1 7,5x12,5 x 2,5-5 Fusoid, falcate 2-5 umumnya 3 20-25 x 5 Globose hingga ellipsoidal 0 Referensi F. oxysporum (Kim et al.,2002) Monofilida 5-24 x 2-3 Oval hingga silindris 0-2 3-24 x 2-4 Fusoid, falcate 3-5 19-52 x 2-4 Globose hingga ellipsoidal 0 Gambar 3. A. Struktur morfologi makroskopis (A,B) dan mikroskopis (C-F ) F. oxysporum. A. koloni F. oxysporum umur 7 hari, B. Permukaan dasar koloni Fusarium oxysporum umur 32 hari, C. makrokonidia, D. Mikrokonidia, E.False head F. Konidiofor monofialida.bar = 25 µm PEMBAHASAN Fusarium spp. merupakan fungi yang penting secara ekonomi karena merupakan patogen pada kebanyakan tanaman budidaya termasuk anggrek. Fusarium spp. tidak saja dapat menginfeksi berbagai macam tanaman namun juga diketahui dapat menginfeksi semua bagian tanaman, baik vegetatif maupun reproduktif (Windels, 2001). Pada anggrekphalaenopsis, Fusariumspp dilaporkan dapat menyebabkan beberapa penyakit diantaranya adalah busuk pucuk (Morral, 2004), busuk akar dan batang ( Kim et al.,2002), dan daun menguning (Chung et al., 2011). Pada penelitian ini, seluruh isolat yang didapatkan merupakan anggota genus Fusarium. Menurut Windels (2001), secara alami Fusarium menyerang jaringan tanaman yang mengalami nekrotik, sehingga tidak semua Fusarium yang ditemukan pada jaringan nekrotik merupakan patogen, oleh karena itu untuk mengetahui patogen utama perlu dilakuakan uji patogenitas. 515

Berdasarkan hasil uji patogenitas diketahui bahwa dalam penelitian ini Fusarium sp. isolat 4A merupan patogen utama yang menyebabkan penyakit busuk pucuk dan berdasarkan hasil identifikasi diketahui bahwa Fusarium sp. isolat 4A merupakan Fusarium oxysporum. F. oxysporumdikenal juga sebagai kelompok Fusarium yang menyerang pembuluh. Pada tanaman, infeksi F. oxysporum diketahui dapat menyebabkan terjadinya gangguan pengangkutan air di dalam tanaman. Hal ini disebabkan karena F. oxysporum menghasilkan enzim pektolitik PME (pektin metil esterase) dan depolimerase yang memecah bahan pektin dalam dinding sel pembuluh kayu dan parenkim xilem. Di dalam pembuluh kayu fragmen-fragmen asam pektat, hasil pemecahan pektin, akan membentuk massa koloidal yang dapat menyumbat pembuluh, sehingga mengganggu aliran air dari akar naik ke daun. KESIMPULAN 1. Berdasarkan hasil uji patogenitas diketahui bahwa Fusarium sp. isolat 4A merupakan patogen utama yang menginfeksi anggrek Phalaenopsis yang terserang penyakit busuk pucuk. 2. Berdasarkan hasil identifikasi diketahi bahwa Fusarium sp. isolat 4A merupakan Fusarium oxysporum. DAFTAR PUSTAKA Anonim 1.2008. Standar Operasional Prosedur Anggrek Dendrobium. Direktorat Budidaya Tanaman Hias. Dirjen Hortikultura Departemen Pertanian Anonim 2.2008. Teknologi Budidaya Panili. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Peneliti dan Pengembangan Pertanian Chung, W.C., Chen, L.W., Huang, J.H., Huang, H.C., Chung, W.H. 2011. A new forma specialis of Fusarium solani Causing LeafYellowing of Phalaenopsis. Plant Pathology (2011) 60, 244 252 Lee, S., 2002. A Riview of Orchid Mycorrizhae in Korea. The Plant Pathology Journal 18(4) 169-178 Lee, B. D., Kim, W. G., Cho, W.D. Sung, J.M. 2002. Occurrence of Dry Rot on Cymbidium Orchids Caused by Fusarium spp. in Korea. Plant Pathology Journal18(3) : 156-160 Morral, A. R., 2004, Canadian Plant Disease Survey. The Canadian Phytopathological Society, p.8 Iswanto, Hadi. 2005. Merawat Dan Membungakan AnggrekPhalaenopsis (ed revisi). Agromedia Pustaka. Jakarta Kartikaningrum, S., Soedjono, S., Widiastoety, D.,Effendie, K., dan Solvia, N. 2004. Koleksi, Karakterisasi dan Konservasi In Vivo Plasma Nutfah Anggek. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian Kim, W.G., Lee, B.D., Kim, W.S., and Cho W.D.2002.Root Rot of Moth Orchid by Fusariumspp.Plant Pathol. Journal. 18(4) : 225-227 Mujahidin.2006. Pengaruh Media dan Teknik Penanaman Terhadap Pertumbuhan Anggrek Phalaenopsis Hibrida.Widyariset Kapita Selekta9 (2) 2006 : 89 97 Pitt, J., and Hocking, A., 1987. Fungi and Food Spoilage. Academic Press. Sydney Puspitaningtyas, M.D., 1999.Koleksi Jenis-Jenis Anggrek Phalaenopsis di Kebun Raya Bogor. Prosiding National Seminar on IndonesiaPlant Conservation (pp.180-186) 516

Windels, C.E., 2001. Fusarium dalam Singelton, L., Minail J.D., Rush S.M., (Eds). Method for Research on Soilborne Phytophatogenic Fungi. 115-125. APS Press. Minnesota Schuiteman, Andre. 2010. Orchid in Indonesia and Their Conservation. Prosiding The 2010 International Seminar On Orchid Conservation and Agribusiness. Yogyakarta. 27 Oktober 2010 Semangun, Haryono. 2001. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 566-567. 517