BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang SMK Pelita merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan bisnis dan manajemen yang ada di kota Salatiga. SMK Pelita memiliki beberapa program keahlian yaitu Perhotelan, Akuntansi, Pemasaran dan Tehnik Komputer dan Jaringan. SMK Pelita memiliki 44 guru dan 244 siswa. Program keahlian Tehnik Komputer dan Jaringan untuk kelas XI D memiliki kapasitas 36 orang siswa. SMK Pelita memiliki mata pelajaran yang tergolong antara 3 jenis yaitu normatif, adaptif, dan produktif. Salah satu mata pelajaran normatif pada program keahlian Tehnik Komputer dan Jaringan adalah mata pelajaran IPS. Mata pelajaran IPS adalah mata pelajaran yang membutuhkan pemahaman dan penjelasan. Selain itu dalam menyampaikan mata pelajaran IPS tersebut juga membutuhkan metode pembelajaran yang tepat dengan kondisi siswa sehingga apa yang diajarkan oleh guru dapat dimengerti dengan baik oleh siswa. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru di SMK Pelita Salatiga memiliki kebiasaan mengajar metode konvensional dengan ceramah bervariasi, guru hanya menjelaskan dan memberi catatan tanpa menghiraukan apa yang siswa lakukan di dalam kelas. Siswa hanya duduk diam dan mendengarkan apa yang diajarkan oleh guru, sehingga siswa menjadi pasif di kelas. Metode pembelajaran tersebut kurang meningkatkan keaktifan siswa. Guru adalah sarana penyampai materi pembelajaran dan dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. 1
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengemban potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. 1 Guru yang efektif dan kompeten secara professional memiliki kemampuan untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif, kemampuan mengembangkan strategi dan manajemen pembelajaran, kemampuan memberikan umpan balik (feedback) dan Penguatan (reinforcement), serta memiliki kemampuan untuk peningkatan diri. 2 Guru juga membimbing siswa agar dapat berperan aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar dan mampu membantu siswa untuk memecahkan masalah tentang materi yang diajarkan. Berdasarkan gejala tersebut maka dengan menerapkan salah satu metode pembelajaran, yaitu Model Pembelajaran Inkuiri Berbasis Kontekstual (Contextual Teaching Learning). Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. 3 Model pembelajaran seperti ini merupakan konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi kehidupan nyata kedalam kelas, dan mendorong siswa 1 Sanjaya, W. 2006, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, Hal. 2 2 Mulyasa, E. 2009, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, Bandung, Remaja Rosdakarya, hal. 147 3 Sanjaya, W, op. cit. hal. 253 2
membuat hubungan dengan pengetahuan yang dimiliki dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar dengan kehidupan sehari-hari. Pendekatan seperti ini dapat melatih siswa untuk berfikir ketika memecahkan masalah yang mereka hadapi. Dengan demikian, pembelajaran akan lebih menyenangkan karena secara langsung maupun tidak diupayakan terkait atau ada hubungan dengan pengalaman hidup nyata siswa. Model pembelajaran seperti ini menjadikan siswa agar lebih termotivasi dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa secara individu maupun kelompok. Model pembelajaran Inkuiri berbasis Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) melibatkan partisipasi siswa untuk menemukan sendiri dan mampu mengkonstruksi pengetahuan sendiri melalui pengalaman nyata. Kemudian mendorong siswa untuk memiliki rasa ingin tahu dengan cara siswa mengajukan pertanyaan dan menciptakan masyarakat belajar karena suatu pengetahuan dan pemahaman siswa didukung dengan banyaknya interaksi dengan orang lain yaitu teman sekelas. Didalam kelompok belajar tersebut memunculkan suatu model pembelajaran, sebagai contoh peraga dalam proses pembelajaran yang kemudian melakukan refleksi pada akhir pertemuan serta melakukan penilaian nyata untuk mengetahui hasil belajar siswa. 3
1.2 Permasalahan Seharusnya dalam proses kegiatan belajar mengajar, guru mampu memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa, metode pembelajaran yang sesuai dapat mendorong aktivitas belajar siswa, aktivitas siswa dalam proses belajar akan menciptakan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa saling melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari diri siswa akan mengakibatkan pula tumbuhnya pengetahuan dan ketrampilan yang akan mengarah pada peningkatan hasil belajar. Tetapi dalam kenyataanya guru IPS di SMK Pelita Salatiga masih menggunakan metode konvensional dengan ceramah bervariasi pada kompetensi dasar mendeskripsikan potensi keberagaman budaya yang ada di masyarakat setempat dalam kaitannya dengan budaya nasional, sehingga guru lebih berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan siswa hanya mencatat dan mengumpulkan tugas yang kemudian tidak dibahas didalam kelas. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswa kurang memiliki interaksi antara guru maupun dengan siswa, cenderung tidak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru sehingga suasana kelas menjadi pasif. Siswa kurang antusias dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar terbukti ada beberapa siswa yang asyik mengobrol sendiri dengan teman disamping tanpa mengiraukan guru yang sedang menjelaskan, ada beberapa siswa asyik bermain handphone yang disembunyikan di laci meja. 4
Bahkan ada siswa yang terlihat tidur dikelas dan makan di dalam kelas pada saat guru sedang menjelaskan pelajaran. Di dalam proses pembelajaran, guru tidak membiasakan siswa untuk membuat kelompok-kelompok diskusi serta tanya jawab sebagai tempat untuk mengemukakan gagasan atau pendapat sehingga siswa pasif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran seperti ini menyebabkan hasil belajar siswa kelas XI D Program Keahlian Tehnik Komputer dan Jaringan pada kompetensi dasar mendeskripsikan potensi keberagaman budaya yang ada di masyarakat setempat dalam kaitannya dengan budaya nasional masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebanyak 19 siswa dari 36 siswa yaitu 70. Upaya perbaikan pembelajaran dan nilai peserta didik agar meningkat dapat menggunakan metode pembelajaran inkuiri berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL). Pembelajaran inkuiri berbasis Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidaupan mereka sehari-hari. 4 Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan permasalahan yang menjadi fokus dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah apakah melalui Model Pembelajaran Inkuiri Berbasis Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dapat meningkatkan aktivitas kelompok dan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS pada kompetensi dasar mendeskripsikan potensi keberagaman budaya yang ada di 4 Muslich, M. 2008, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual, Jakarta, Bumi Aksara, hal. 41 5
masyarakat setempat dalam kaitannya dengan budaya nasional pada siswa kelas XI Program Keahlian Tehnik Komputer dan Jaringan Semester II Tahun pelajaran 2011/2012 di SMK Pelita Salatiga? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan metode pembelajaran Inkuiri berbasis Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) dapat meningkatkan aktivitas kelompok dan hasil belajar siswa mata pelajaran IPS kompetensi dasar mendeskripsikan potensi keberagaman budaya yang ada di masyarakat setempat dalam kaitannya dengan budaya nasional untuk siswa kelas XI Program Keahlian Tehnik Komputer dan Jaringan Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 di SMK Pelita Salatiga. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yang baik bagi pihak peneliti maupun bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan (secara akademik). Secara lebih rinci penelitian ini dapat bermanfaat bagi: A. Bagi guru Penelitian ini dapat memberikan sarana dan masukkan khususnya bagi guru IPS dan guru-guru lainnya tentang metode pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan hasil belajar khususnya mata pelajaran IPS. B. Bagi Siswa Penelitian ini sebagai sarana meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran normatif IPS. 6
C. Bagi SMK Pelita Penelitian ini untuk memberikan sumbangan yang positif dalam rangka meningkatkan mutu sekolah dan mutu pendidikan. 7