Bagian 3 KARAKTERISTIK P ESAWAT

dokumen-dokumen yang mirip
PERTEMUAN KE - 1 PENGENALAN

Bagian 4 P ERENCANAAN P ANJANG L ANDAS P ACU DAN G EOMETRIK LANDING AREA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sandhyavitri (2005), bandar udara dibagi menjadi dua bagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bandar Udara dan Sistem Lapangan Terbang. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization):

BAB VI INTEGRASI ANALISA CRUISE, LANDING, DAN TAKEOFF

Variabel-variabel Pesawat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penumpang menunggu. Berikut adalah beberapa bagian penting bandar udara.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Bandar Udara

PERENCANAAN BANDAR UDARA. Page 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP RI No.70 Tahun 2001 tentang Kebandar udaraan, Pasal 1 Ayat

BAB V ANALISA KEBUTUHAN RUANG BANDARA PADA TAHUN RENCANA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. laut, maupun udara perlu ditingkatkan. Hal ini bertujuan untuk menjangkau, menggali,

Bandar Udara. Eddi Wahyudi, ST,MM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Spesifikasi Bandara Radin Inten II

ANALISIS TEBAL PERKERASAN TAMBAHAN PADA BANDAR UDARA NUSAWIRU CIJULANG KABUPATEN CIAMIS

STUDI PENGEMBANGAN BANDAR UDARA HANG NADIM BATAM

STUDI PENGEMBANGAN BANDAR UDARA TAMBOLAKA SUMBA BARAT

BAB II STUDI LITERATUR

PENDAHULUAN BAB I. berpopulasi tinggi. Melihat kondisi geografisnya, transportasi menjadi salah satu

Perencanaan Bandar Udara

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. terbang. Panjang runway utama ditentukan oleh pesawat yang memiliki maximum

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1. 1 Bandara tersibuk di dunia tahun 2014 versi ACI

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kemampuan untuk mencapai tujuan dalam waktu cepat, berteknologi

KAJIAN TEKNIS PERENCANAAN PERKERASAN LANDAS PACU

PA U PESAW PESA AT A T TER

Analisa Kekuatan Perkerasan Runway, Taxiway, dan Apron (Studi Kasus Bandar Udara Soekarno Hatta dengan Pesawat Airbus A-380)

( LAPANGAN TERBANG ) : Perencanaan Lapangan Terbang

UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

BAB V ANALISIS DAN PERANCANGAN

DAFTAR PUSTAKA. Angkasa Pura Persero. PT ; Turning Area, Taxiway dan Apron Bandara BIM,

1.1. Latar Belakang Masalah 1

BAB 4 HASIL PEMBAHASAN

Gambar : Marka taxiway pavement-strength limit

ANALISIS TEBAL PERKERASAN APRON PADA BANDAR UDARA SENTANI BERBASIS JUMLAH DAN TIPE PESAWAT

Perhitungan panjang landasan menurut petunjuk dari. persyaratan yang ditetapkan FAA, dengan pesawat rencana:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurnal Penelitian Perhubungan Udara WARTA ARDHIA

Perencanaan Sisi Udara Pengembangan Bandara Internasional Juanda Surabaya

KAPASITAS LANDAS PACU BANDAR UDARA SAM RATULANGI MANADO

PERENCANAAN LANDASAN PACU BANDAR UDARA TUANKU TAMBUSAI KABUPATEN ROKAN HULU. B U D I M A N 1 ARIFAL HIDAYAT, ST, MT 2 BAMBANG EDISON, S.

Selain digunakan untuk operasional penerbangan

ANALISIS PENINGKATAN LANDASAN PACU (RUNWAY) BANDAR UDARA PINANG KAMPAI-DUMAI

TUGAS AKKHIR ANALISIS PERANCANGAN TEBAL PERKERASAN APRON BANDARA INTERNASIONAL AHMAD YANI SEMARANG DENGAN METODE FEDERATION AVIATION ADMINISTRATION

PERENCANAAN STRUKTUR PERKERASAN LANDAS PACU BANDAR UDARA SYAMSUDIN NOOR BANJARMASIN

ICAO (International Civil Aviation Organization)

DAFTAR lsi. ii DAFTAR lsi. iv DAFTAR TABEL. vi DAFTAR GAMBAR. vii DAFTAR LAMPIRAN. viii ISTILAH - ISTILAH. ix NOTASI- NOTASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Sumba Barat dengan ibu kotanya bernama Waikabubak

ANALISA PERENCANAAN PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT) APRON BANDAR UDARA SULTAN THAHA SYAIFUDDIN JAMBI

KULIAH LAPANGAN TERBANG I (Airport Engineering)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (Airport) berfungsi sebagai simpul pergerakan penumpang atau barang dari

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan transportasi udara adalah tersedianya Bandar Udara (Airport)

STUDI OPTIMASI KAPASITAS LANDASAN PACU (RUNWAY) PADA BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA TUGAS AKHIR

Jurnal Penelitian Perhubungan Udara WARTA ARDHIA

KESIMPULAN DAN SARAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2012

TINJAUAN PENGEMBANGAN LANDASAN PACU BANDAR UDARA KASIGUNCU KABUPATEN POSO

Desain Bandara Binaka Nias Untuk Pesawat Airbus 300A ABSTRAK

OPTIMASI KAPASITAS LANDAS PACU BANDAR UDARA SAM RATULANGI MANADO

Physical Characteristics of Aerodromes

parameter, yaitu: tebal /(bidang kontak)^ dan CBR/tekanan roda, serta memisahkan

Runway Koreksi Panjang Runway Windrose Runway Strip RESA LDA, TORA, ASDA, TODA Take Off Distance

ANALISIS KINERJA GATE PADA TERMINAL KEBERANGKATAN DOMESTIK DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL SULTAN HASANUDDIN

BAB III LANDASAN TEORI. A. Petunjuk Pelaksanaan Perencanaan/ Perancangan Landasan pacu pada Bandar Udara

Perencanaan Pengembangan Apron Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya

ANALISIS PROSPEK OPERASIONAL A380 DAN B787 DREAMLINER PADA BANDAR UDARA INTERNASIONAL NGURAH RAI BALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP RI NO 70 Tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan Pasal 1

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kondisi ekonomi, sosial dan pertumbuhan penduduk

Dosen Pembimbing. Mahasiswa. Ir. Hera Widyastuti, MT. PhD. Sheellfia Juni Permana TUGAS AKHIR ( RC )

BAB I PENDAHULUAN. strategis sehingga memiliki pengaruh positif dalam berbagai bidang. Moda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini telah menjadikan peranan transportasi menjadi sangat

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Jurnal Penelitian Perhubungan Udara WARTA ARDHIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kabupaten Sikka dengan ibu kotanya bernama Maumere merupakan salah

Tugas Akhir Sarjana Strata Satu PERENCANAAN LANDAS PACU DAN TEBAL PERKERASAN FLEKSIBEL LANDAS PACU BANDAR UDARA WAIOTI MAUMERE

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Nusantara II Tanjung Morawa, terletak di Kuala Namu, Desa Beringin, Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI TAHAPAN PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDARA TEBELIAN SINTANG

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Berangkat Transit Total % Pertumbuhan

TUGAS AKHIR BANDAR UDARA INTERNASIONAL DI YOGYAKARTA

TUGAS AKHIR ANALISA KAPASITAS APRON DAN OPTIMALISASI PARKING STAND DI TERMINAL KARGO BANDAR UDARA SOEKARNO - HATTA

DAFTAR ISI. Hal i ii iii iv v vi vii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II BATASAN DAN PENGERTIAN TENTANG BANDAR UDARA

Konsep Dasar Demand Study Masterplan Karakteristik Sarana Prasarana (Fasilitas) Bandara. Sisi Darat Sisi Udara Struktur Perkerasan

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.

Dosen Konsultasi : Ir. Hera Widiastuti, MT. Ayu Aprilischa ( )

Transkripsi:

Bagian 3 KARAKTERISTIK P ESAWAT UNTUK D ISAIN B ANDARA

Bab 3 Karakteristik Pesawat untuk Disain Bandara 3-2 Tujuan Perkuliahan Materi Bagian 3 Tujuan Instruksional Umum Setelah mengikuti perkulihan ini diharapkan mahasiswa mengetahui karakteristik pesawat yang terkait dengan perencanaan dan disain Bandar Udara. Tujuan Instruksional Khusus 1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dan konsep karakteristik pesawat yang terkait dengan disain Bandar Udara. 2. Mahasiswa dapat mengetahui hubungan antara Payload dan Range. 3. Mahasiswa mampu merencanakan grafik Payload versus Range. Karakteristik Dasar Pesawat ABSTRAK : Bagian materi ini menjelaskan karakteristik pesawat yang diperlukan/perlu diperhatikan untuk keperluan disain Bandar Udara pada konfigurasi ukuran pesawat untuk apron, taxiway dan berat pesawat untuk menentukan jarak tempuh dan panjang runway. 1. PENGENALAN KARAKTERISTIK PESAWAT Karakteristik pesawat terdiri dari berat, ukuran, konfigurasi roda, kapasitas dan panjang runway dasar. Karakteristik tersebut sangat penting untuk diketahui karena merupakan faktor-faktor yang akan mempengaruhi disain bandar udara. Materi ini juga menjelaskan hubungan antara karakteristik berat pesawat terbang dengan perhitungan payload dan jarak, yang sangat penting dilakukan sebagai pertimbangan disain bandar udara. Aspek lain terkait dengan turbulen pesawat (wake turbulences) dan kinerja pesawat yang mempengaruhi panjang runway yang digunakan turut didiskusikan disini. 2. KARAKTERISTIK PESAWAT Karakteristik pesawat yang berpengaruh pada disain bandar udara dijelaskan pada bagian berikut ini. a. Berat Pesawat (Aircraft Weight) Berat pesawat merupakan faktor utama untuk pengukuran tebal perkerasan tempat pendaratan (landing area) berupa landas pacu (runway), taxiway, wilayah perputaran

Prasarana Transportasi Bagian 2 Infrastruktur Lapangan Terbang 3-3 pesawat (turning area) dan tempat parkir (apron). Berat pesawat memiliki karakteristik telah ditentukan oleh perusahaan pembuat pesawat. Berat pesawat ini selanjutnya melalui mekanisme transfer beban melalui konfigurasi roda pesawat menjadi beban roda terhadap perkerasan landasan. b. Konfigurasi Roda Pesawat (Wheel Configuration) Konfigurasi roda pendaratan utama (main landing gear) menunjukan bagaimana reaksi perkerasan terhadap beban yang diterimanya. Konfigurasi roda pendaratan utama dirancang untuk dapat mengatasi gaya-gaya yang ditimbulkan pada saat melakukan pendaratan dan berdasarkan beban yang lebih kecil dari beban pesawat lepas landas maksimum. Konfigurasi roda pendaratan utama, ukuran dan tekanan untuk beberapa pesawat dirangkum pada Tabel 3.1. Jenis konfirgurasi roda pesawat berupa tunggal (single), ganda (dual), dan dua ganda (dual tandem) mempengaruhi secara langsung tebal perkerasan. Contoh geometrik pesawat terkait dengan konfigurasi roda dua ganda dapat dilihat pada Gambar 3.1. Untuk pesawat berbadan besar, bisanya memiliki konfigurasi roda/gear berupa dual atau dual tandem. Pemilihan konfigurasi kedua jenis tersebut dipengaruhi oleh sifat pembebanan pesawat ke perkerasan. c. Ukuran Pesawat Ukuran pesawat yang perlu diperhitungkan adalah lebar sayap pesawat (wingspan) dan panjang pesawat (fuselage length) sebagaimana dijelaskan dalam Gambar 3.1. Kedua faktor ini akan mempengaruhi : Ukuran tempat parkir (apron) dan maneuver (pergerakan) pesawat untuk parkir. Ukuran parkir ini juga akan berkorelasi mempengaruhi konfigurasi bangunan terminal. Lebar jalur pergerakan pesawat di landas pacu dan taxiway, yang juga akan mempengaruhi jarak di antara kedua jalur pergerakan pesawat tersebut. Tabel 3.3 menunjukkan ukuran wingspan dan fuselage length untuk beberapa jenis pesawat udara komersial. d. Kapasitas Kapasitas pesawat udara terkait dengan daya angkut penumpang dan barang akan mempengaruhi fasilitas yang harus disediakan di dalam bangunan terminal (misal : ruang tunggu penumpang, fasilitas sirkulasi penumpang, dll.) maupun fasilitas pendukung di seputar terminal (misal : tempat parkir kendaraan, tempat bongkar muat barang untuk muatan kargo, dll.) e. Kapasitas Panjang landas pacu (runway) akan mempengaruhi sebagian besar ukuran dari wilayah bandar udara itu sendiri. Panjang landas pacu juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di sekitar bandar udara, ketinggian tempat, temparatur, angin,

Bab 3 Karakteristik Pesaw at untuk D isain Bandara M odul Ajar [CEC 611 3 sks] 3-4 dll. Pembahasan mengenai landas pacu selengkapnya diberikan dalam Bagian 4 Modul Infrastruktur Lapangan Terbang ini. Tabel 3.1 : Konfigurasi Roda Pendaratan Utama Sumber: Basuki, 1985

Prasarana Transportasi Bagian 2 Infrastruktur Lapangan Terbang 3-5 Gambar 3.1 : Geometrik Pesawat Sumber: Horonjeff & McKelvey 1993

Bab 3 Karakteristik Pesawat untuk Disain Bandara 3-6 Komponen Berat Pesawat Terdapat komponen dasar berat pesawat yang terkait dengan berat pesawat yang perlu diketahui oleh perencana bandar udara. Komponen dasar berat pesawat ini adalah kondisi berat yang diijinkan (oleh pembuat pesawat) untuk melakukan maneuver pergerakan di darat, penerbangan (take-off) dan pendaratan (landing). Komponen ini juga akan mempengaruhi secara langsung ukuran dasar panjang landas pacu yang diperlukan oleh pesawat tersebut. Beberapa komponen berat pesawat yang perlu diketahui adalah Operating Empty Weight (OEW), Payload, Zero-fuel Weight, Maximum Ramp Weight, Maximum Structural Takeoff Weight dan Maximum Structural Landing Weight. Masingmasing komponen tersebut akan dijelaskan secara singkat berikut ini. a. Operating Empty Weight (OEW) OEW (berat kosong operasi) merupakan berat dasar pesawat yang termasuk didalamnya krew (pilot, teknisi, pramugari) pesawat dan semua berat pesawat yang ada dalam kondisi yang siap terbang, kecuali (tidak termasuk) payload (berat muatan) dan fuel (bahan bakar). b. Payload Payload (berat muatan terbayar) merupakan total pendapatan (revenue) (=yang diperoleh maskapai penerbangan) yang mengakibatkan/menghasilkan adanya beban/muatan (load). Berat muatan yang terbayar termasuk di dalamnya penumpang (passengers), surat (mails), express dan kargo. Berat muatan terbayar (payload) maksimum ditentukan oleh pihak penguasa/pengatur penerbangan terkait (federal government) yang mengijinkan pesawat membawa penumpang, barang atau kombinasi dari keduanya. Secara teori, payload diperoleh dari perbedaan antara, Zero-fuel Weight dan Operating Empty Weight. c. Zero-fuel Weight Zero-fuel Weight (berat pesawat dengan bahan bakar kosong) terdiri dari berat kosong operasi (OEW), maximum payload dan segala sesuatunya yang terkait dengan tambahan bahan bakar pesawat dimana ketika pesawat terbang tidak melebihi kemampuan bending momen pesawat (titik pertemuan di sayap pesawat dan panjang badan pesawat) ketika melakukan penerbangan. d. Maximum Ramp Weight Maximum Ramp Weight adalah berat maksimum pesawat yang diijinkan untuk pergerakan di darat atau pergerakan di antara apron menuju ke ujuang landasan pacu yang dibatasi oleh kekuatan pesawat dan persyaratan ukuran penerbangan.

Prasarana Transportasi Bagian 2 Infrastruktur Lapangan Terbang 3-7 e. Maximum Structural Take-off Weight (MSTOW) Maximum Structural Take-off Weight adalah berat maksimum struktur pesawat yang diijinkan untuk mulai melakukan penerbangan (take-off) yang dibatasi oleh oleh kekuatan pesawat dan persyaratan ukuran penerbangan. f. Maximum Structural Landing Weight (MSLW) Maximum Structural Landing Weight adalah berat maksimum struktur pesawat yang diijinkan untuk mulai melakukan pendaratan (ketika menyentuh landasan) yang dibatasi oleh oleh kekuatan pesawat dan persyaratan ukuran penerbangan. Payload dan Jarak JeJ lajah Payload merupakan salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi jarak jangkauan terbang suatu pesawat udara. Secara normalnya, semakin rendah payload yang dimuat dalam pesawat, maka jarak tempuh pesawat menjadi semakin jauh. Hubungan antara kedua faktor tersebut (payload dan jarak tempuh) diberikan dalam Grafik Payload versus Range berikut ini (Gambar 3.2). Gambar 3.2 : Karakteristik dasar Grafik Payload versus Range A B Jarak terjauh ar dapat ditempuh apabila suatu pesawat terbang dengan payload maksimum : Pa. Pada kondisi ini pesawat harus terbang dengan MSTOW. Jarak terjauh br dapat ditempuh apabila suatu pesawat terbang dengan bahan bakar penuh, meskipun demikian payload yang dibawa menjadi berkurang pada : Pb<Pa. Pada kondisi ini pesawat harus terbang dengan MSTOW.

Bab 3 Karakteristik Pesawat untuk Disain Bandara 3-8 C DE Jarak maksimum yang dapat ditempuh oleh pesawat pada cr apabila terbang tanpa membawa payload. Pada jarak ini biasanya digunakan untuk pengiriman pesawat atau dikenal sebagai ferry range. Pesawat dapat terbang dengan kondisi kurang dari MSTOW namun diperlukan bahan bakar yang penuh. Kondisi ini merupakan jarak dimana payload pesawat dibatasi oleh the maximum structural landing weight (MSLW). Payload Curve at the connected line of Pa D E B C instead Pa-A-B-C Pada pesawat penumpang, biasanya Payload tidak melebihi Payload Maksimum (Maximum Structural Payload). Hal ini karena diperlukannya suatu ruang yang digunakan untuk kenyamanan bagasi yang beratnya ± 90 kg. Tabel 3.2 di bawah ini menjelaskan contoh angka parameter pembentuk payload curve untuk beberapa jenis pesawat komersial. Tabel 3.2 Beberapa parameter Payload Curve untuk contoh pesawat komersial tertentu Jenis Pesawat Pa ar Pb br cr dr Pe Er DC-9-32 30.1 - - - 1600 900 27.5 1230 B-727-200 37.5 - - - 2200 450 23 1800 B-747 B 100.7 3900 65 6100 6900 - - - Keterangan : Berat dalam 1000 lbs. dan jarak dalam nautical mil Summary the Equation for Computing Payload-Range Curve MSTOW = OEW + max structural payload + allowable fuel MSTOW = OEW + max fuel + allowable payload. LW = MSTOW route fuel. Reserve fuel = reserve time in route service*average route speed*average fuel burn. (note : * is multiple by) Allowable fuel = route fuel + reserve fuel.

Prasarana Transportasi Bagian 2 Infrastruktur Lapangan Terbang 3-9 Contoh Kasus : (see Horonjeff & McKelvey, 1993, page : 110) Example Problem : The weight characteristics (in lb) of a commercial aircraft are: MSTOW= 220,000; MSLW=198,000; Zero Fuel Weight = 182,513; Operating Empty Weight= 125,513; Max. Structural Payload = 57,000; Fuel Capacity = 75,400. It is assumed that the regulations governing the use of aircraft require 1.25 hours reserve in route service. The aircraft has an average route speed of 540 m/s and an average fuel burn of 22.8 lb/mi. Plot the payload versus range diagram! SOLUTION : Find served range that aircraft carries the maximum payload (Pa ar) Note : MSTOW = OEW+Max.Payload+Allow.Fuel 220,000 = 125,513 + 57,000 + Allow.Fuel Allow.Fuel Allow.Fuel Reserve F. = 37,487 lb. = Reserve Fuel + Route Fuel = reserve time*avr.route speed*avr.fuel burn = 1.25*540*22.8 = 15,390 lb. Route Fuel Range at Pa = 37,487 15,390 = 22,097 lb. = 22,097/22.8 = 969 mi. For Controlling Weight that the landing weight at destination cannot exceed the MSLW. The actual landing weight for maximum payload (Pa) is : Landing Weight = MSTOW route fuel = 220,000 22,097 = 197,903 lb. (< 198,000 lb.) The point of Pa-ar in plotted Payload vs. Range diagram is (57,000 lb.; 969 mi) Find served range that aircraft carries the maximum fuel (Pb br). Aircraft fuel capacity at 75,400 lb. Therefore, the maximum route fuel is computed from the weight of fuel capacity subtracted the reserve fuel.

Bab 3 Karakteristik Pesawat untuk Disain Bandara 3-10 Max. route fuel Range at max. fuel = 75,400 15,390 = 60,010 lb. = 60,010/22.8 = 2632 mi. Thus, if the aircraft flies in max. route length of 2632 mi, the payload must be restricted by subtracting the OEW and Weight of fuel capacity from MSTOW. MSTOW = OEW+Allow.Payload+Max.Fuel 220,000 = 125,513 + Allow.Payload + 75,400 Allow.Payload = 19,087 lb. The point of Pb-br in plotted Payload vs. Range diagram is (19,087 lb.; 2632 mi) Find served range that aircraft flies without any payload and carries the maximum fuel (Po cr : Ferry Range). Ferry Range = Max. Fuel Capacity/Fuel Burn Ferry Range = 75,400/22.8 = 3307 mi. The point of Po-cr in plotted Payload vs. Range diagram is (0 lb.; 3307 mi) The above graph is plotted from computation of Payload versus Range. Radius Putar Karakteristik radius putar digunakan untuk menentukan posisi pesawat pada apron yang berdekatan dengan bangunan terminal dan juga guna menetapkan jalur yang akan dilalui oleh pesawat menuju tempat lain di areal bandara (landing area).

Prasarana Transportasi Bagian 2 Infrastruktur Lapangan Terbang 3-11 Radius putar merupakan fungsi sudut kemudi roda depan pesawat (the nose gear steering angle). Semakin besar sudut putar di roda kemudi, maka semakin kecil radius putar pesawat yang terjadi. Raidus putar sendiri merupakan jarak antara pusat rotasi ke berbagai bagian ujung pesawat seperti ujung sayap, hidung pesawat dan ekor pesawat. Sudut maksimum yang terbentuk sangat bervariasi diantara 60 hingga 80. Dalam kenyataannya, radius minimum tidak sering digunakan karena gerakan pesawat yang ditimbulkan dapat cepat mengauskan ban pesawat dan pada beberapa keadaan, dapat cepat memberikan kerusakan pada permukaan perkerasan. Biasanya sudut yang digunakan di atas 50. Gambar 3.3 menunjukkan radius putar pada suatu pesawat. Gambar 3.3 : Radius putar pesawat Bobot Statistik Pada Roda Utama dan Roda Depan Pembagian beban antara roda utama dan roda depan tergantung dari jenis pesawat dan letak bobot pesawat. Untuk perancangan perkerasan diasumsikan bahwa roda depan akan memikul beban pesawat sebesar 5 %-nya dan sisanya didistribusikan

Bab 3 Karakteristik Pesawat untuk Disain Bandara 3-12 oleh roda utama. Apabila terdapat dua roda utama, maka setiap rodanya dapat mendukung 47,5 % bobot pesawat. Pusaran Angin Pada Ujung Pesawat Ketika sayap suatu pesawat terangkat akibat pergerakan penerbangan pesawat, maka timbul suatu fenomena pusaran angin di dekat ujung-ujung pesawat. Pusaran angina tersebut terbentuk dari kumpulan udara silindris yang berputar saling berlawanan dan terpisah sejauh rentang sayap yang menerus ke belakang sepanjang jalur penerbangan. Kecepatan angina di dalam silinder itu dapat membahayakan pesawat lain yang berpapasan. Pusaran angina tersebut dinamakan turbulensi gelombang (wake turbulence) atau pusaran gelombang (wake vortey).