BAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya maupun pertahanan dan keamanan. Salah satu indikasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tentang Lembaga Pembiayaan Pada tanggal 20 Desember 1988 (PakDes 20, 1988) memperkenalkan

LEASING (SEWA-GUNA-USAHA) Pengertian

BAB II ASPEK HUKUM MENGENAI LEASING. A. Pengertian Leasing dan Dasar Hukum Leasing. Berdasarkan KEPMENKEU No. 1169/ 1991 tentang kegiatan usaha

Pegadaian dan Sewa Guna Usaha

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan hubungan atau pergaulan antar masyarakat memiliki batasan yang

Oleh: Arga Jongguran Tio Debora Sitinjak. Ngakan Ketut Dunia Marwanto Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. macam, yaitu kebutuhan primer, sekunder dan tersier. 1 Meningkatnya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Februari 1974, tentang Perizinan Usaha Leasing, mendorong pelaku bisnis jasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dalam Pasal 1618 menyebutkan bahwa, perseroan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengalami pertumbuhan di segala aspek, diantaranya adalah aspek

MEKANISME PEMANFAATAN LEASING DALAM PRAKTIKNYA Oleh : Taufik Effendy

KEPUTUSAN PEMBIAYAAN AKTIVA TETAP MELALUI LEASING DAN BANK KAITANNYA DENGAN PENGHEMATAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan aktiva tetap seperti peralatan, mesin, tanah, gedung, kendaraan dan

PERJANJIAN SEWA GUNA USAHA ANTARA LESSEE DAN LESSOR. Aprilianti. Dosen Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Lampung.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha dewasa ini, perusahaan dituntut untuk selalu

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA LEASING DENGAN ANGSURAN (KREDIT) MOBIL PADA USAHA RENTAL MOBIL PT. WAHANA INDONESIA TRANSPORT

Gerson Philipi Rianto F

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI. 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan

MAKALAH LEASING. Diajukan dan dipersentasikan. pada mata kuliah Seminar Manajemen Keuangan. Di bawah bimbingan : Wahyu Indah Mursalini, SE, MM

BAB I PENDAHULUAN. besar seperti Medan. Selain itu tingkat konsumsi masyarakat mengalami

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai jumlah aset tetap yang cukup signifikan dalam laporan keuangannya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang

BAB I PENDAHULUAN. sistem pasar dan model investasi menjadi acuan seberapa besar potensi laba dan

BAB I PENDAHULUAN. investasi jangka panjang bagi perusahaan. Mengingat bahwa tujuan dari pengadaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelian aset tetap, perusahaan harus mempertimbangkan alternatif

NERACA ASSET TETAP (LEASING) ASSET TIDAK BERWUJUD

BAB II LANDASAN TEORI. tahun (1982:331) laba perusahaan adalah merupakan selisih antara

MAKALAH HUKUM PERIKATAN

BAB I PENDAHULUAN. melalui penanaman barang modal. Dana yang diterima oleh perusahaan digunakan

I. PENDAHULUAN. pergeseran persepsi mengenai mobil sebagai suatu icon yang menandakan suatu

BAB II TINJAUAN TERHADAP PERJANJIAN SEWA BELI. belum diatur dalam Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para pakar

BAB II LANDASAN TEORI. suatu kontrak antara lessor (pemilik barang modal) dengan lessee (pengguna

BAB II LANDASAN TEORI

Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barangbarang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan, dengan jangka

1. Koreksi positif dividen sebesar Rp , Koreksi positif sewa mesin sebesar Rp ,00;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia otomotif di Indonesia dari tahun-ketahun

PERHITUNGAN SUKU BUNGA EFEKTIF UNTUK PENENTUAN ALTERNATIF PEMBIAYAAN KENDARAAN MOTOR PADA LEASING DAN BANK DENGAN METODE INTERPOLASI LINIER

Financial Check List. Definisi Pembiayaan. Mengapa Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan? Kapan Masyarakat. Memerlukan Jasa. Pembiayaan?

BAB I PENDAHULUAN. banyak masyarakat yang melakukan cara untuk meningkatkan. kesejahteraannya. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara agar

BAB V PENUTUP. 1. Kebutuhan masyarakat akan kendaraan bermotor saat ini mudah diperoleh dengan cara

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN SUB SEKTOR LEMBAGA PEMBIAYAAN DI INDONESIA Sejarah Perusahaan Sub Sektor Lembaga Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. pada khususnya, maka kebutuhan akan pendanaan menjadi hal yang utama bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Sewa Guna Usaha ( Leasing)

BAB I PENDAHULUAN. yang mencolok agar anak-anak tertarik untuk mengisinya dengan tabungan

P U T U S A N. Nomor : 276/PDT/2014/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

SUMBER-SUMBER PEMBELANJAAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tujuan pembangunan nasional yang dicita-citakan, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Persaingan ketat dalam perekonomian saat ini juga terjadi pada

PINJAMAN BERJANGKA DAN SEWA GUNA USAHA

I. PENDAHULUAN. Bisnis alat berat / alat konstruksi semakin bergairah seiring dengan


Lembaga Pembiayaan. Copyright by Dhoni Yusra

P U T U S A N. Nomor : 127/PDT/2014/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. yang melibatkan para investor dan kontraktor asing. Kalau jumlah proyek-proyek skala besar yang berorientasi jangka panjang

STIE DEWANTARA Manajemen Leasing, Dana Pensiun & Modal Ventura

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pembiayaan mana yang paling menguntungkan agar dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proses mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan informasi

BAB I PENDAHULUAN. tingkat ekonomi tinggi, menengah dan rendah. hukum. Kehadiran berbagai lembaga pembiayaan membawa andil yang besar

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan kurang fleksibel dalam melakukan fungsinya. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. Sewa guna usaha (leasing) adalah suatu kontrak antara lessor (pemilik barang

BAB I PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendukung kegiatan operasional agar

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara perolehan aktiva operasi adalah dengan Sewa Guna Usaha (SGU) atau

PERBEDAAN LEASING DENGAN SEWA BELI DALAM KONSEP HUKUM KEPERDATAAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan Nasional, peran

I. PENDAHULUAN. pembiayaan sebagai salah satu alternatif lembaga keuangan nonbank makin

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya

P U T U S A N Nomor : 240/Pid/2015/PT.Bdg. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak krisis melanda Indonesia, perekonomian Indonesia mengalami

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. dibidang pembiayaan konsumen (consumer finance), anjak piutang (factoring)

I. PENDAHULUAN. melahirkan perkembangan usaha yang dapat menunjang perekonomian suatu

BAB II AKUNTANSI SEWA

NAMA : SEPTIYANA NPM : JURUSAN : MANAJEMEN (KEUANGAN) PENGERTIAN LEASING

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Leasing. Bahan Ajar : Manajemen Keuangan Bisnis II Digunakan untuk melengkapi buku wajib Disusun oleh: Nila Firdausi Nuzula

Pegadaian dan sewa guna usaha (leasing)

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR A10310

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank

BAB II LANDASAN TEORI

PUTUSAN. Nomor 355/Pdt/2015/PT.Bdg.

Hidup Lebih Sejahtera Berkat Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. bersifat terbuka, perdagangan sangat vital bagi upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam

Universitas Tarumanagara 19 September 2014

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 35 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. canggih sehingga tanpa disadari juga berpengaruh kedalam dunia usaha.

a. Mencapai volume penjualan tertentu. b. Mendapat laba tertentu. c. Menunjang pertumbuhan perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. produk dan ragam yang dihasilkan dan yang menjadi sasaran dari produk-produk

TINJAUAN HUKUM PERJANJIAN LEASING KENDARAAN BERMOTOR PADA PERUSAHAAN PEMBIAYAAN RUSDI / D

BAB III Hasil Penelitian dan Analisis

Analisis Akuntansi Leasing Pada PT. Puri Green Resources Pekanbaru

BAB 1 AKUNTANSI untuk SEWA GUNA USAA (LEASING)

PUTUSAN.No.26/PDT//2018/PT.Bdg. Hal 1 dari 29 hal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

JURNAL HUKUM DAN MASYARAKAT Volume 14 Nomor 2 April 2015

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan suatu negara dapat dilihat dari pesatnya pembangunan yang mencakup berbagai macam sektor seperti bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya maupun pertahanan dan keamanan. Salah satu indikasi adanya kemajuan dalam negara berkembang tersebut dapat dilihat dari penyelenggaraan perekonomian nasional yang berdasarkan program Pembangunan Nasional dibidang perekonomian yang bertujuan untuk tercapainya taraf hidup masyarakat dan kesejahteraan yang berkeadilan serta berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan merupakan kebijakan yang tepat untuk mencapai dan menjaga kesejahteraan rakyat, Hal ini merupakan implementasi dari tujuan negara yang ditegaskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke empat. Seiring dengan meningkatnya kegiatan pembangunan nasional, peran serta pihak swasta semakin penting keberadaannya dalam menunjang pelaksanaan pembangunan di negara Indonesia pada saat ini. Hal ini dapat dilihat dari berkembangnya berbagai sektor perekonomian yang semakin memperlihatkan eksistensinya bagi perekonomian pada umumnya. Salah satu sektor perekonomian yang tumbuh dan berkembang dengan pesat adalah di bidang sektor jasa pembiayaan. 1

2 Akibat perkembangan pembiayaan maka munculah berbagai lembaga pembiayaan alternatif lainnya diluar sistem perbankan dan lembaga keuangan non-bank, salah satunya adalah usaha leasing. Leasing merupakan suatu lembaga pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal dengan pembayaran secara berkala oleh perseorangan maupun perusahaan yang menggunakan barang-barang modal tersebut. Sewa guna atau leasing menurut Perpres No.9 tahun 2009 Lembaga Pembiayaan adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh penyewa guna usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu bedasarkan pembayaran secara angsuran. Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa leasing adalah segala kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal yang penggunaannya diserahkan pada suatu perusahaan, melalui pembayaran secara berkala dalam jangka waktu tertentu. Dari segi hukum kegiatan leasing memiliki 4 tahap, antara lain: a. Perjanjian antara pihak lessor dengan pihak lessee b. Bedasarkan perjanjian sewa guna usaha pihak lessor mengalihkan hak penggunaan barang kepada pihak lessee c. Lessee membayarkan kepada lessor sejumlah uang sewa atas penggunaan barang (asset)

3 d. Lessee mengembalikan barang tersebut kepada pihak lessor pada akhir periode yang jangka waktunya ditetapkan terlebih dahulu dan jangka waktunya kurang dari umur ekonomi barang tersebut Secara umum leasing artinya adalah equipment funding, yaitu pembiayaan peralatan/barang modal untuk digunakan pada proses produksi suatu perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Mengenai definisi leasing itu sendiri sebenarnya ada banyak pendapat mengenai leasing, yaitu : Equipment Leasing Association di London memberikan definisi sebagai berikut : Leasing adalah perjanjian antara lessor dan lesse untuk menyewa suatu jenis barang modal tertentu yang dipilih/ditentukan oleh lesse. Hak kepemilikan atas barang modal tersebut berdasarkan pembayaran uang sewa yang telah ditentukan dalam suatu jangka waktu tertentu 1 Sedangkan Frank Taira Supit memberikan pengertian leasing sebagai berikut : Company financing in the form of providing capital goods with the user masing periodical payments. User would have option to buy the capital goods or to prolong the leasing period on the basic of the remaining value (pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal dengan pembayaran secara berkala oleh perusahaan yang 1 Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal, Aspek Yuridis Dalam Leasing, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, hlm 7.

4 menggunakan barang-barang modal tersebut, dan dapat membeli atau memperpanjang jangka waktu berdasarkan nilai sisa). 2 Dalam pembiayaan tersebut diberikan pilihan atau opsi untuk membeli atau memperpanjang jangka waktu berdasarkan nilai sisa, sedangkan untuk kegiatan leasing pada kendaraan bermotor di Indonesia pada umumnya memberikan hak opsi tersebut pada awal perjanjian tersebut dilaksanakan, dengan demikian leasing lebih memberikan kemudahan-kemudahan dibandingkan dengan pembiayaan melalui pinjaman dari bank. Hal ini terutama berlaku bagi usaha yang baru didirikan, yang belum mempunyai aset yang dapat dijadikan sebagai jaminan bagi pinjaman yang akan diperoleh dari bank. Dalam lease pengusaha tidak perlu menyediakan jaminan karena asset yang diperoleh melalui lease sekaligus merupakan jaminan bagi perusahaan leasing 3. Pihak-pihak yang terkait dalam leasing adalah : 1. Lessor (Perusahaan Leasing) yaitu pemberi pembiayaan, dapat berbentuk perusahaan pembiayaan multifinance dan perusahaan khusus leasing. 2. Lessee, sebagai pemakai barang atau pihak penyewa 3. Supplier, yaitu pihak yang menyediakan/menjual barang modal. Dalam perkembangannya, perusahan leasing lebih berkonsentrasi pada pembiayaan kendaraan-kendaraan bermotor seperti mobil dan sepeda motor. 2 Frank Taira Supit, The legal Aspect of Leasing, dalam buku Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal, Aspek Yuridis Dalam Leasing, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, hlm 8. 3 Amin Widjaja Tunggal dan Arif Djohan Tunggal, Aspek Yuridis dalam Leasing, Jakarta: Rineka Cipta, 2000, hlm 1.

5 Dalam kegiatan leasing di masyarakat tidak sedikit terjadi permasalahanpermasalahan yang pada akhirnya membuat pihak pihak yang terkait dalam leasing tersebut harus lebih berhati hati dan waspada karena permasalahan tersebut bisa saja berdampak negatif bagi pihak-pihak yang terkait dalam perjanjian leasing tersebut. Salah satu permasalahan hukum terkait leasing adalah kasus perjanjian leasing antara PT Toyota Astra Financial Service sebagai lessor dengan tuan Gan Gan Jaya Wibawa sebagai lessee terkait hilangnya objek leasing berupa satu unit Toyota Avansa keluaran tahun 2006 sebelum perjanjian leasing itu berakhir. Permasalahan ini sudah sampai ke ranah hukum dan sudah diputus oleh Pengadilan Tinggi Bandung. Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka penulis tertarik untuk mengkaji dan menganalisis putusan pengadilan dimaksud dalam bentuk sebuah penulisan hukum berupa studi kasus dengan judul : Studi Kasus Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Bandung No. 286/PDT./G/2007/PN.Bdg Jo. Putusan Pengadilan Tinggi Jawa Barat No. 206/PDT/2008/PT.Bdg Terkait Sengketa Perjanjian Leasing Dengan Jaminan Fidusia Antara Tn. Gan Gan Jaya Wibawa (Penggugat) dan PT.Toyota Astra Finance Service (Tergugat).

6 B. Kasus Posisi Adapun sengketa perjanjian leasing dengan jaminan fidusia antara Tn. Gan Gan Jaya Wibawa melawan PT Toyota Astra Finance Service dengan kronologis sebagai berikut : Tn Gan Gan Jaya Wibawa bermaksud untuk memiliki satu unit kendaraan bermotor sehingga Tn. Gan Gan Jaya Wibawa mengajukan permohonan pengajuan pembiayaan kepada PT. Toyota Astra Finance Service sebagai pihak lessor. Setelah segala persyaratan dipenuhi oleh Tn. Gan Gan Jaya Wibawa, maka terjadilah perjanjian diantara Tn. Gan Gan Jaya Wibawa dan PT Toyota Astra Finance Service. Tn. Gan Gan Jaya Wibawa merupakan debitor berdasarkan perjanjian pembiayaan dengan jaminan fidusia tanggal 27 November 2006, nomor 003945-06, nomor pelanggan 0000005017 dengan objek jaminan 1(satu) unit kendaraan Toyota Avanza type F61E M/T, Tahun 2006, warna silver metalik, nomor rangka MHFM1BA2J6K002089, nomor mesin K3 DB77581, Nomor polisi D1630 UW, atas nama Gan Gan Jaya Wibawa. Sesuai perjanjian yang di buat, masing masing mempunyai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi. Adapun cara pembayaran yang disepakati yaitu : 1. Harga kendaraan Rp 129.636.000,- (seratus dua puluh sembilan juta enam ratus tiga puluh enam ribu rupiah); 2. Leased period (masa produktif kendaraan) selama 3 (tiga) tahun lessee di wajibkan membayar harga kenderaan secara bertahap;

7 3. lease rent (sewa) yang harus di bayar tiap bulan Rp. 3.601.000,- (tiga tiga juta enam ratus satu ribu rupiah). Setelah perjanjian tersebut disepakati, maka digunakanlah mobil tersebut oleh Tn. Gan Gan Jaya Wibawa sebagai armada penyewa kendaraan bermotornya. Setelah beberapa bulan kemudian ketika disewakan kepada salah seorang penyewa, ternyata mobil tersebut hilang dibawa lari oleh penyewa sehingga Pembayaran Tn. Gan Gan Jaya Wibawa yang awalnya lancar, pada saat memasuki pembayaran yang ke empat terjadi penunggakan pembayaran dikarenakan mobil tersebut yang merupakan sumber pendapatan dari usaha rental mobil hilang oleh pihak ketiga. Terkait dengan permasalahan tersebut, maka Tn. Gan Gan Jaya Wibawa meminta kepada PT. Toyota Astra Finance Service sebagai pihak lessor untuk menangguhkan pembayaran untuk jangka waktu 1 (satu) tahun, atau sampai dengan mobil tersebut di temukan. Apabila setelah satu tahun kendaraan tersebut tidak juga ditemukan maka Tn. Gan Gan Jaya Wibawa bersedia membayar kewajiban Rp 40.000.000,- (empat puluh juta rupiah). Selama penundaan pembayaran untuk jangka waktu satu tahun, atau sampai mobil ditemukan Tn. Gan Gan Jaya Wibawa meminta agar dibebaskan dari kewajiban membayar bunga dan denda. Pihak PT. Toyota Astra Financial Service sebagai lessor tidak menyetujui permintaan Tn. Gan Gan Jaya Wibawa dikarenakan tidak sesuai dengan isi perjanjian pembiayaan dengan jaminan fidusia No. 003945-06, tanggal 27 November 2006.

8 Karena PT Toyota Astra Finance tidak menerima permohonan dari Tn. Gan Gan Jaya Wibawa maka Tn Gan Gan Jaya Wibawa menggugat PT Toyota Astra Financial Service ke Pengadilan Negeri kelas 1A Bandung dengan register perkara no. 286/PDT/G/2007/PN.Bdg., yang intinya meminta : 1. Menerima penundaan pembayaran untuk jangka waktu 1 (satu) tahun, atau sampai dengan mobil Toyota Avanza F.61 E M/T tahun 2006 No. Polisi D 1630 UW kembali kepada Penggugat; 2. Apabila setelah satu tahun kendaraan tersebut tidak juga ditemukan atau tidak kembali, maka Penggugat dihukum membayar kewajiban sebesar Rp. 40.000.000,- (empat puluh juta rupiah) kepada Tergugat dan dianggap lunas, dan BPKB diberikan kepada Penggugat; 3. Selama penundaan pembayaran, bunga dan denda dibebaskan dari kewajiban Penggugat Di sisi lain, Atas dasar gugatan tersebut maka Pengadilan Negeri kelas 1A Bandung melalui Majelis Hakim yang memeriksa dan memutus perkara tersebut menolak gugatan dari Tn Gan Gan Jaya Wibawa sehingga Tn Gan Gan Jaya Wibawa mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Jawa Barat dengan nomor perkara 206/Pdt/2008/PT.Bdg.