HUBUNGAN KONTRASEPSI ORAL DAN KANKER PAYUDARA : STUDI KASUS KONTROL DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN KONTRASEPSI ORAL DAN KANKER PAYUDARA DI RSUD RD.MOEWARDI SURAKARTA. Elok Dwi Prastiwi* Yuli Kusumawati**

BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hubungan Faktor Risiko Lama Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Kejadian Kanker Payudara

BAB I PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim)

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. payudara, dan kanker ovarium (Maysaroh, 2013). Salah satu kanker yang

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini memiliki fokus pada kanker payudara usia muda pada wanita

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang paling umum yang diakibatkan oleh HPV. Hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. dan progesteron dalam ovarium. Menopause alami ditegakkan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh gangguan hormonal, kelainan organik genetalia dan kontak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sedang berkembang, salah satunya Indonesi (WHO, 2012).

PENGARUH PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI KOMBINASI PROGESTERON ESTROGEN TERHADAP KEJADIAN KANKER LEHER RAHIM DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

FAKTOR RISIKO AKSEPTOR KB HORMONAL TERHADAP KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN. Sri Wahyuni

BAB I PENDAHULUAN. kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA (Studi Kasus Pada Pasien Kanker di RSUD dr. Soekardjo Tasikmlaya Tahun 2016) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagian besar meningioma berlokasi di kavitas intra kranial, diikuti

yang tidak sehat, gangguan mental emosional (stres), serta perilaku yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel yang abnormal. Jika penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. metode deteksi dini yang akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal atau muda merupakan salah satu tahap dari siklus

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal seperti. sekarang ini adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu penyakit mematikan di dunia. Sampai saat ini, kanker

BAB I PENDAHULUAN. (Maharani, 2009). World Health Organization (WHO) (2014) mengatakan. terjadi di Negara berkembang dari pada Negara maju.

HUBUNGAN USIA WANITA SAAT COITARCHE DAN LAMA PEMAKAIAN PIL KB KOMBINASI DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI RSUD DR.

BAB I. PENDAHULUAN. Meningioma merupakan tumor otak primer yang berasal jaringan. meninges dan merupakan salah satu tumor primer yang cukup sering

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran dan kelenjar payudara (Pamungkas, 2011). Kanker payudara merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kanker yang paling sering ditemukan pada wanita, setelah kanker mulut

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit degeneratif. Transisi epidemiologi ini salah satunya dipengaruhi oleh pola

HUBUNGAN ANTARA MENSTRUASI DINI DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUANG EDELWIS RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Selama masa perkembangan tubuh, payudara juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

Jurnal Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. neoplasmagana yang berasal parenchyma. Kankerpayudara adalah penyakit

ANALISIS FAKTOR RISIKO TERJADINYA KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. H ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

KARAKTERISTIK IBU DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) BANGIL

BAB I PENDAHULUAN. ganas dan berasal dari kelompok parenkim ( parenchima) (Smart, 2010).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan

BAB I PENDAHULUAN. diketahui dan diobati. Hasil penelitian di Rumah Sakit Cipto. menunjukkan bahwa 80% penderita kanker payudara datang

BAB I PENDAHULUAN. suatu tahap perkembangan sudah dimulai, namun yang pasti setiap remaja

HUBUNGAN UMUR AWAL MENOPAUSE DAN STATUS PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat teratas dan sebagai penyebab kematian tertinggi

I. PENDAHULUAN. Kanker payudara adalah salah satu keganasan terbanyak dan memiliki angka

BAB III METODE PENELITIAN

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KANKER PAYUDARA DI RSUD PRINGSEWU TAHUN 2014 ABSTRAK

GAMBARAN KEJADIAN KANKER SERVIKS BERDASARKAN JENIS DAN LAMA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI DI RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HASIL Jangka Reproduksi Wanita Kabupaten Pesawaran

Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon akif estrogen/progesin dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon akif.

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

I. PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kata kanker berasal dari kata Yunani, karnikos, yang berarti udang-karang dan

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh perempuan usia produktif. Sebanyak 25% penderita mioma uteri dilaporkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Jurnal Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kanker payudara merupakan kanker dengan angka. kejadian tertinggi pada wanita, sebanyak

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian

BAB I PENDAHULUAN jiwa dan Asia Tenggara sebanyak jiwa. AKI di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang

ABSTRAK. di dunia, tepatnya penyakit kedua terbanyak setelah penyakit kardio vaskular. Salah

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Carsinoma Mammae atau Kanker payudara adalah tumor ganas

BAB I PENDAHULUAN. (Kementrian Kesehatan RI, 2010). Kanker payudara bisa terjadi pada perempuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menopause bukanlah suatu penyakit ataupun kelainan dan terjadi pada akhir siklus

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program keluarga berencana (KB) merupakan bagian yang terpadu

BAB I PENDAHULUAN. ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. melalui program Keluarga Berencana (BKKBN,2010). pemerintah yang pada awalnya diatur berdasarkan Undang-Undang No.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedua di dunia dimana konstribusinya 13 % dari 22% kematian yang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker masih menjadi masalah besar dalam dunia. kesehatan. Di Indonesia tumor/kanker memiliki jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Antropologi secara harfiah dapat dikatakan sebagai suatu ilmu yang

FAKTOR RISIKO KEJADIAN KANKER PAYUDARA PADA WANITA USIA SUBUR KOTA SEMARANG TAHUN

Kontrasepsi Hormonal (PIL)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana

BAB I PENDAHULUAN. Data WHO (World Health Organization) menunjukkan bahwa 78%

Transkripsi:

HUBUNGAN KONTRASEPSI ORAL DAN KANKER PAYUDARA : STUDI KASUS KONTROL DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh : ELOK DWI PRASTIWI J410 040 017 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering dijumpai pada perempuan, yakni mencapai 18% dari semua kanker yang terjadi pada perempuan. Setiap tahun terjadi 1 juta kasus baru kanker payudara di seluruh dunia. Tabel 1 menunjukkan insidensi kanker pada perempuan di seluruh dunia pada tahun 1980 (McPherson et al., 2000). Tabel 1. Insidensi kanker pada perempuan di seluruh dunia (1980) Lokasi kanker Jumlah kasus (x 1000) % dari total Payudara 572 18 Serviks (leher rahim) 466 15 Kolon dan rektum 286 9 Lambung 261 8 Endometrium 149 5 Paru 147 5 Ovarium 138 4 Mulut dan farinks 121 4 Esofagus 108 4 Limfoma 98 3 Sumber: McPherson et al., 2000 Etiologi kanker payudara bersifat multifaktor yang mencakup faktorfaktor genetik, lingkungan dan reproduksi yang saling berinteraksi melalui mekanisme yang kompleks (Kubba, 2003). Hasil penelitian dengan konsisten menunjukkan bahwa faktor-faktor reproduksi berhubungan dengan risiko kanker payudara pada perempuan (Kelsey et al., 1997; Haile et al., 2006). Faktor-faktor risiko reproduksi untuk kanker payudara meliputi nuliparitas 1

atau tidak pernah melahirkan, kehamilan pertama aterm yang terlambat, menarke atau menstruasi pertama pada usia dini, serta menopause terlambat (McPherson et al., 2000; Kubba, 2003). Kelahiran pertama atau memiliki anak pertama kali berhubungan dengan peningkatan risiko kanker payudara selama 10 tahun setelah kelahiran. Namun setelah waktu 10 tahun tersebut, risiko kanker payudara yang berhubungan dengan kelahiran menurun apabila kelahiran terjadi sebelum usia 32 tahun. Tetapi jika kelahiran pertama terjadi setelah usia 32 tahun, penurunan risiko tersebut tidak terjadi dan perempuan tersebut akan memiliki risiko sepanjang hidup yang lebih besar dibandingkan dengan perempuan yang belum memiliki anak (Kelsey et al., 1997; Haile et al., 2006). Kelahiran berikutnya memiliki efek yang serupa. Seorang perempuan dengan kelahiran pertama pada usia dini dan memiliki banyak anak mengalami penurunan risiko yang jauh lebih besar jika kelahiran berikutnya terjadi pada usia muda. Perempuan dengan menarke atau menstruasi dini, terlambat menopause atau berhentinya menstruasi dan jumlah siklus menstruasi yang lebih banyak, memiliki risiko lebih besar untuk mengalami kanker payudara (Kelsey et al., 1997; Haile et al., 2006). Bukti-bukti lain yang menyatakan bahwa kanker payudara berhubungan dengan faktor-faktor reproduksi adalah insidensi kanker payudara seratus kali lebih banyak terjadi pada perempuan daripada laki-laki (Kubba, 2003). Di samping merupakan faktor risiko untuk kanker payudara, faktor reproduksi juga merupakan faktor risiko untuk kanker ovarium dan 2

endometrium. Berdasarkan beberapa penelitian tentang adanya hubungan antara faktor-faktor reproduksi dan kanker payudara dapat disimpulkan bahwa hormon steroid endogen memiliki peran penting di dalam etiologi kanker payudara. Mekanisme umum yang berlangsung untuk ketiga jenis kanker adalah adanya paparan hormon estrogen yang berlangsung lama dan siklis terhadap jaringan yang sensitif, seperti jaringan payudara, ovarium dan endometrium yang dipengaruhi oleh ovulasi terus-menerus (Kubba, 2003). Di sisi lain, peran progesteron tidak begitu jelas. Diduga progesteron mengambil peran dalam kegiatan mitosis sehingga meningkatkan fase luteal (Going et al., 1982; Kubba, 2003). Kesimpulan tentang peran hormon steroid endogen tersebut menimbulkan pertanyaan lebih lanjut, yaitu apakah penggunaan hormon steroid eksogen seperti kontrasepsi oral atau pil KB (Keluarga Berencana) juga berhubungan dengan risiko kanker payudara (Haile et al., 2006). Hasil pengamatan sejumlah penelitian menunjukkan bahwa penggunaan kontrasepsi oral kombinasi menekan ovulasi sehingga mengurangi risiko kanker endometrium maupun ovarium, namun tidak mengurangi risiko kanker payudara. Ketiadaan efek protektif terhadap kanker payudara diduga karena terdapat interaksi antara penggunaan hormon steroid eksogen dan faktorfaktor lingkungan. Pengamatan epidemiologis menunjukkan bahwa peningkatan risiko kanker payudara sejak 1940an di negara-negara maju berkaitan dengan faktor-faktor gaya hidup, misalnya kebiasaan merokok. 3

Penelitian tentang pengaruh penggunaan kontrasepsi oral memberikan hasil-hasil yang tidak konsisten. Pada umumnya studi yang dilakukan sebelum tahun 2000 menemukan adanya hubungan antara penggunaan kontrasepsi oral dan peningkatan risiko kanker payudara. Tetapi studi yang dilakukan belakangan tidak konsisten menunjukkan hasil yang sama. Sebuah metaanalisis komprehensif yang dilakukan tahun 1996 mencakup 54 studi dengan data dari berbagai belahan dunia menunjukkan bahwa penggunaan aktif kontrasepsi oral berhubungan dengan peningkatan risiko kanker payudara sebesar 24%. Risiko tersebut meningkat dua kali lipat pada perempuan muda yang menggunakan kontrasepsi oral dalam waktu 5 tahun terakhir dan yang menggunakannya pertama kali pada usia di bawah 20 tahun. Studi tersebut tidak menemukan perbedaan risiko menurut riwayat keluarga (Collaborative Group on Hormonal Factors in Breast Cancer, 1996; Haile et al., 2006). Tabel 2 menyajikan risiko relatif kanker payudara dan hubungannya dengan penggunaan kontrasepsi oral (McPherson et al., 2000). Tabel tersebut menunjukkan bahwa perempuan pengguna kontrasepsi oral saat ini memiliki risiko satu seperempat kali lebih besar daripada perempuan yang telah berhenti menggunakannya sejak 10 tahun yang lalu, namun peningkatan risiko secara statistik tidak signifikan. Berikut tabel 2 tersebut : Tabel 2. Risiko relatif kanker payudara dan penggunaan kontrasepsi oral Penggunaan kontrasepsi oral Risiko Relatif CI 95% >10 tahun setelah penghentian 1 Pengguna saat ini 1.24 0.96-1.50 1-5 tahun setelah penghentian 1.16 1.08-1.23 5-9 tahun setelah penghentian 1.07 1.02-1.13 Sumber: McPherson et al., 2000 4

Harianto et al (2005) melakukan studi kasus kontrol pada RS Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta tentang hubungan antara pemakaian pil kombinasi dan risiko kanker payudara. Studi tersebut melaporkan bahwa pemakaian pil kombinasi meningkatkan risiko terkena kanker payudara sebesar 1,9 kali daripada yang tidak memakai pil kombinasi (OR 1,86; p= 0,171). Hasil tersebut merupakan bukti yang lemah, karena peneliti tidak mengontrol pengaruh berbagai faktor perancu (confounding factor). Sejumlah penelitian sebelumnya menunjukkan adanya hubungan antara pemakaian kontrasepsi hormonal dan peningkatan risiko kanker payudara. Namun beberapa penelitian lainnya tidak menunjukkan hubungan tersebut. Studi yang dilakukan Harianto et al (2005) di Indonesia memberikan kesimpulan yang lemah tentang pengaruh kontrasepsi oral terhadap risiko kanker payudara karena tidak mengendalikan faktor perancu di dalam desain penelitiannya maupun dalam menganalisis data. Di sisi lain, pemakaian kontrasepsi oral dan hormonal lainnya masih berlangsung di Indonesia. Kontrasepsi tersebut dapat diperoleh baik dari program KB pemerintah Indonesia maupun dari pasar yang menyediakan sejumlah kontrasepsi hormonal yang mencakup kontrasepsi oral, injeksi dan implant. Kandungan masing-masing jenis kontrasepsi tersebut berbeda satu sama lainnya. Sebagian besar kontrasepsi oral merupakan kontrasepsi oral kombinasi yang mengandung dua jenis hormon steroid yaitu hormon estrogen dan progesteron, sedangkan ijeksi dan implant mengandung hormon progesteron saja. 5

Kasus kanker payudara juga banyak ditemukan di Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah tahun 2003, jumlah penderita kanker payudara menduduki urutan pertama dibandingkan dengan jumlah penderita kanker lainnya. Tabel 3 menyajikan insidensi kanker di Propinsi Jawa Tengah. Tabel 3. Insidensi Kanker di Propinsi Jawa Tengah Lokasi Kanker Jumlah Kasus % Dari Total Payudara Serviks (leher rahim) Hepar Paru 3593 2780 1030 779 43.91 33.98 12.59 9.52 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Moewardi Surakarta merupakan salah satu rumah sakit umum daerah yang terletak di Kota Surakarta. Sebagai rumah sakit milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah, RSUD Dr. Moewardi memberikan pelayanan kesehatan dan menerima rujukan pasien dari rumah sakit lain yang berada di luar Karesidenan Surakarta. Berdasarkan data keadaan morbiditas pasien rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit, dapat diketahui bahwa jumlah pasien penyakit kanker payudara selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2005 jumlah kasus kanker payudara adalah 2821 kasus, tahun 2006 sebanyak 5141 kasus dan pada tahun 2007 sebanyak 6380 kasus. Dengan dilatari tingginya jumlah perempuan penderita kanker payudara, inkonsistensi hasil penelitian terdahulu dan penggunaan luas kontrasepsi oral pada perempuan usia subur, maka penulis mengusulkan untuk melakukan penelitian yang menghubungkan 6

penggunaan kontrasepsi oral dan risiko kanker payudara pada perempuan Indonesia. B. Perumusan Masalah Adakah hubungan antara penggunaan kontrasepsi oral dengan risiko kanker payudara? Jika ada, berapa besar risiko tersebut? C. Tujuan Penelitian 1. Menguji hipotesis tentang hubungan antara penggunaan kontrasepsi oral dengan risiko kanker payudara. 2. Menaksir (estimasi) besarnya risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini akan memberikan bukti-bukti empiris bagi teori seperti halnya steroid endogen, penggunaan hormon steroid eksogen memiliki hubungan dengan risiko kanker payudara. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang berguna kepada pembuat kebijakan tentang penggunaan kontrasepsi oral di Indonesia, khususnya dalam program Keluarga Berencana di Indonesia. 7

E. Ruang Lingkup Ruang lingkup materi pada penelitian ini dibatasi pada pembahasan mengenai hubungan antara kontrasepsi hormonal khususnya kontrasepsi oral dengan penyakit kanker payudara. 8