Kinetika Reaksi Transesterifikasi Minyak Goreng Bekas

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Suhu dan Konsentrasi Katalis Pada Proses Esterifikasi Distilat Asam Lemak Minyak Sawit (DALMs) Menjadi Biodiesel

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK GORENG BEKAS DALAM REAKTOR TANGKI ALIR BERPENGADUK

Esterifikasi Asam Lemak Bebas Dari Minyak Goreng Bekas

Pemurnian Gliserol Dari Hasil Samping Pembuatan Biodiesel Menggunakan Bahan Baku Minyak Goreng Bekas

BAB 2 DASAR TEORI. Universitas Indonesia. Pemodelan dan..., Yosi Aditya Sembada, FT UI

PEMBUATAN BIODIESEL. Disusun oleh : Dhoni Fadliansyah Wahyu Tanggal : 27 Oktober 2010

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penggunaan Zeolit Alam sebagai Katalis dalam Pembuatan Biodiesel

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

METANOLISIS MINYAK KOPRA (COPRA OIL) PADA PEMBUATAN BIODIESEL SECARA KONTINYU MENGGUNAKAN TRICKLE BED REACTOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

: Dr. Rr. Sri Poernomo Sari ST., MT.

BAB I PENDAHULUAN. ketercukupannya, dan sangat nyata mempengaruhi kelangsungan hidup suatu

PEMBUATAN BIODIESEL SECARA SIMULTAN DARI MINYAK JELANTAH DENGAN MENGUNAKAN CONTINUOUS MICROWAVE BIODISEL REACTOR

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

Pembuatan produk biodiesel dari Minyak Goreng Bekas dengan Cara Esterifikasi dan Transesterifikasi

I. PENDAHULUAN. Dibagi menjadi: biofuel (5%), panas bumi (5%), biomasa nuklir, tenaga air dan tenaga angin (5%), batu bara cair (2%)

PEMBUATAN GLISEROL DENGAN REAKSI HIDROLISIS MINYAK GORENG BEKAS

I. PENDAHULUAN. produksi biodiesel karena minyak ini masih mengandung trigliserida. Data

Sintesis Metil Ester dari Minyak Goreng Bekas dengan Pembeda Jumlah Tahapan Transesterifikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan Percobaan 1.3. Manfaat Percobaan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Karakteristik Biodiesel Dari Minyak Jelantah Dengan Menggunakan Metil Asetat Sebagai Pensuplai Gugus Metil. Oleh : Riswan Akbar ( )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

lebih ramah lingkungan, dapat diperbarui (renewable), dapat terurai

KINETIKA REAKSI DAN OPTIMASI PEMBENTUKAN BIODIESEL DARI CRUDE FISH OIL PENELITIAN

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP REAKSI METANOLISIS MINYAK JELANTAH MENJADI BIODIESEL (DITINJAU SEBAGAI REAKSI HETEROGEN)

Kinetika Reaksi Transesterifikasi CPO terhadap Produk Metil Palmitat dalam Reaktor Tumpak

A. Sifat Fisik Kimia Produk

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

PERBANDINGAN PEMBUATAN BIODIESEL DENGAN VARIASI BAHAN BAKU, KATALIS DAN TEKNOLOGI PROSES

KONVERSI MINYAK JELANTAH MENJADI BIODIESEL MENGGUNAKAN KATALIS ZEOLIT TERAKTIVASI HCl

PRODUKSI BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL MELALUI REAKSI DUA TAHAP

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan

Transesterifikasi parsial minyak kelapa sawit dengan EtOH pada pembuatan digliserida sebagai agen pengemulsi

PENGARUH PENAMBAHAN KARBON AKTIF TERHADAP REAKSI TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN (Aleurites trisperma) YANG SUDAH DIPERLAKUKAN DENGAN KITOSAN

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA MELALUI PROSES TRANS-ESTERIFIKASI. Pardi Satriananda ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Minyak bumi merupakan bahan bakar fosil yang bersifat tidak dapat

Bab III Metode Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

BAB I PENDAHULUAN. ini sumber energi yang banyak digunakan adalah sumber energi yang berasal dari

Staf Pengajar Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang, Semarang 2

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa

LAPORAN SKRIPSI PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN KATALIS PADAT BERPROMOTOR GANDA DALAM REAKTOR FIXED BED

c. Kenaikan suhu akan meningkatkan konversi reaksi. Untuk reaksi transesterifikasi dengan RD. Untuk percobaan dengan bahan baku minyak sawit yang

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4:1, MEJ 5:1, MEJ 9:1, MEJ 10:1, MEJ 12:1, dan MEJ 20:1 berturut-turut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TRANSESTERIFIKASI PARSIAL MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN ETANOL PADA PEMBUATAN DIGLISERIDA SEBAGAI AGEN PENGEMULSI

PEMBUATAN BIODIESEL TANPA KATALIS DENGAN AIR DAN METHANOL SUBKRITIS

Oleh : PABRIK BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI (METODE FOOLPROOF)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INFO-TEKNIK Volume 8 No.1, JULI 2007(42-48) Penentuan Suhu dan Waktu Optimum Metanolisis Minyak Curah dengan Katalisator NaOH

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Tujuan Percobaan

KINETIKA REAKSI TRANSESTERIFIKASI PADA PENGOLAHAN LIMBAH MINYAK GORENG BEKAS (WASTE VEGETABLE OIL) MENJADI BAHAN BAKAR BIODIESEL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODA PENELITIAN

Reaksi Transesterifikasi Multitahap-Temperatur tak Seragam untuk Pengurangan Kadar Gliserol Terikat

Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu)

Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan

PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MINYAK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN TRANSESTERIFIKASI SATU DAN DUA TAHAP. Oleh ARIZA BUDI TUNJUNG SARI F

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Uji Performance Mesin Diesel Menggunakan Biodiesel Dari Minyak Goreng Bekas

METANOLISIS MINYAK SAWIT DENGAN KATALIS ENZIM LIPASE PSEUDOMONAS CEPACIA YANG DIIMOBILISASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Optimization Of Used Cooking Oil Into Biodiesel With Sulfated Zirconia Zeolit Catalyst

ABSTRACT Study on Mixing Process Using Static-mixer Method to Increase Transesterification Efficiency of Refined Palm Oil into Biodiesel.

PRODUKSI BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH MENGGUNAKAN KATALIS HETEROGEN CANGKANG BEKICOT (ACHATINA FULICA) DENGAN METODE PENCUCIAN DRY WASHING

BAB II DISKRIPSI PROSES

LAPORAN HASIL PENELITIAN HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL DIPA UNIVERSITAS BRAWIJAYA TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga BBM membawa pengaruh besar bagi perekonomian bangsa. digunakan semua orang baik langsung maupun tidak langsung dan

PENGARUH KONSENTRASI, WAKTU, PENGADUKAN DAN JUMLAH KATALIS TERHADAP YIELD BIODIESEL DARI MINYAK DEDAK PADI

LAMPIRAN A. : ton/thn atau kg/jam. d. Trigliserida : 100% - ( % + 2%) = 97.83% Tabel A.1. Komposisi minyak jelantah

SINTESIS BIODISEL DARI MINYAK JELANTAH DENGAN PENGARUH RASIO REAKTAN, VARIASI WAKTU DAN BERAT KATALIS (NaOH) MENGGUNAKAN REAKSI TRANSESTRIFIKASI

ABSTRAK. POTENSI BIJI ASAM JAWA (Tamarindus indica) SEBAGAI BAHAN BAKU ALTERNATIF BIODIESEL

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Studi Kinetika Reaksi Metanolisis Pembuatan Metil Ester Sulfonat (MES) Menggunakan Reaktor Batch Berpengaduk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI A. Bahan dan Alat 1. Alat 2. Bahan

BAB II PUSTAKA PENDUKUNG. Ketersediaan energi fosil yang semakin langka menyebabkan prioritas

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK GORENG BEKAS (JELANTAH)MENGGUNAKAN REAKTOR MEMBRAN (VARIASI RASIO MOLAR UMPAN DAN KONSENTRASI KATALIS) Abstract

PEMANFAATAN MINYAK JELANTAH SEBAGAI SUMBER BAHAN BAKU PRODUKSI METIL ESTER FEBNITA EKA WIJAYANTI

PENGGUNAAN CANGKANG BEKICOT SEBAGAI KATALIS UNTUK REAKSI TRANSESTERIFIKASI REFINED PALM OIL

4 Pembahasan Degumming

LAPORAN TETAP TEKNOLOGI BIOMASSA PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK JELANTAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN

PENGARUH PENGGUNAAN KATALIS NaOH PADA REAKSI TRANSESTERIFIKASI TERHADAP KUALITAS BIOFUEL LIMBAH MINYAK TEPUNG IKAN SARDIN

Transkripsi:

Kinetika Reaksi Transesterifikasi Minyak Goreng Bekas Isalmi Aziz Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta emi_uin@yahoo.co.id Abstrak Biodiesel (metil ester) yang dihasilkan dari reaksi transesterifikasi minyak jelantah merupakan bahan yang sangat potensial untuk menggantikan bahan bakar diesel. Biodiesel ini diproduksi secara sinambung dalam reaktor alir tangki berpengaduk (RATB). Pereaksi yang digunakan adalah metanol dan katalis KOH. Proses dilakukan dengan kecepatan pengadukan konstan sebesar 8 rpm, perbandingan ekialen metanol dan minyak tetap 1,54 kali stokiometri, dan waktu tinggal 6 menit. Sedangkan suhu dan konsentrasi katalis diariasikan. Nilai konstanta kecepatan reaksi di tinjau pada kondisi unsteady state RATB. Korelasi konstanta kecepatan reaksi dengan suhu adalah k = (1 7 ) e -631,/T ml/mgrek/menit dan konstanta kecepatan reaksi dengan konsentrasi katalis k = 3(1-4 ) e 5,874.Ckat ml/mgrek/menit. Kondisi proses yang optimal adalah 333 K dan konsentrasi katalis 1 %. Kata kunci : Biodiesel,minyak goreng bekas, transesterifikasi, RATB Abstract Metyl ester (biodiesel) were produced in continuous stirred tank reactor (CSTR) with methanol reactan and KOH catalyst. The process is ran with the mixing intensities held constant at 8 rpm, the equialen ratio of methanol-oil maintained constant at 54 % greather than its stochiometric ratio and 6 minute of recidence time. Temperature and catalyst consentration are aried. Reaction rate constant is iewed in CSTR unsteady state. Correlation of reaction rate constant and temperature is k = (1 7 ) e -631,/T ml/mgrek/menit, while correlation of reaction rate constant and catalyst concentration is k = 3(1-4 ) e 5,874.Ckat ml/mgrek/menit. Optimal process condition is obtained at 333 K and 1 % catalyst concentration. Keywords : Waste cooking oil, biodiesel, transesterification,, CSTR 1. PENDAHULUAN Minyak goreng bekas merupakan minyak yang berasal dari sisa minyak penggorengan bahan makanan. Minyak goreng bekas maupun minyak nabati yang baru tersusun atas gliserida yang mempunyai rantai karbon panjang, yaitu ester antara gliserol dengan asam karboksilat. Perbedaan minyak goreng bekas dengan minyak nabati yang baru terletak pada komposisi asam lemak jenuh dan tak jenuhnya. Minyak goreng bekas memiliki kandungan asam lemak jenuh lebih besar dari minyak nabati yang baru. Hal ini disebabkan pada proses penggorengan terjadi perubahan rantai tak jenuh menjadi rantai jenuh pada senyawa penyusunnya. Komposisi asam lemak tak jenuh minyak jelantah adalah 3% sedangkan asam lemak jenuh 7% (Kusuma, 3). Reaksi antara minyak (trigliserida) dan alkohol adalah merupakan reaksi transesterifikasi (Darnoko dan Cheryan, ). Transesterifikasi adalah suatu reaksi yang menghasilkan ester dimana salah satu pereaksinya juga merupakan senyawa ester. Jadi disini terjadi pemecahan senyawa trigliserida dan migrasi gugus alkil antara senyawa ester. Ester yang dihasilkan dari reaksi transesterifikasi ini disebut biodiesel. R adalah gugus alkil dan R 1 R 3 merupakan gugus asam lemak jenuh dan tak jenuh rantai panjang 19

Reaksi transesterifikasi merupakan reaksi bolak balik yang relatif lambat. Untuk mempercepat jalannya reaksi dan meningkatkan hasil, proses dilakukan dengan pengadukan yang baik, penambahan katalis dan pemberian reaktan berlebih agar reaksi bergeser ke kanan. Pemilihan katalis dilakukan berdasarkan kemudahan penanganan dan pemisahannya dari produk. Untuk itu dapat digunakan katalis asam, basa dan penukar ion (Groggins, 1958) Reaksi transesterifikasi pada persamaan (1) dapat disederhanakan menjadi : 3 M + TG ES 1 + ES + ES 3 + G () dengan : M = metanol TG = minyak, ES 1, ES, ES 3 = ester G = gliserol Persamaan reaksi () dapat disederhanakan menjadi : 3 M + TG 3 ES + G (3) Jika dinyatakan dalam ekialen, persamaan (3) menjadi : M + TG E + G (4) Darnoko dan Cheryan (), mereaksikan minyak sawit dengan metanol menggunakan katalis KOH didapatkan order reaksi dua terhadap trigliserida. Widiono (1995) juga mendapatkan order dua terhadap trigliserida dari reaksi minyak jarak dengan metanol. Reaksi metanol dengan minyak adalah : (-r) = k.c TG (5) Neraca masa metanol pada kondisi unsteady state : Rate of input rate of output rate of reaction = rate of accumulation d M T ( r). (6) Dengan mensubstitusikan nilai (-r) dari persamaan (5) didapat persamaan : dc CH -O-COR 1 katalis R 1COOR CH OH 3 R OH + CH-O-COR R COOR + CHOH (1) Alkohol CH -O-COR 3 R 3COOR CH OH Trigliserida Ester Gliserol M M T CM CM k. CTG (7) Neraca massa minyak pada kondisi unsteady state: Rate of input rate of output rate of reaction = rate of accumulation d TG. CTG TG. CTG r.. CTG (8) Dengan mensubstitusikan nilai (-r) dari persamaan (5) didapat persamaan : dc TG TG T CTG CTG k. CTG (9). METODE PENELITIAN Reaksi transesterifikasi minyak goreng bekas dilakukan pada kecepatan pengadukan tetap 8 rpm, perbandingan metanol dengan minyak secara stokiometri 1,54 : 1 dan waktu tinggal 6 menit. ariabel yang diariasikan adalah suhu dan konsentrasi katalis. Proses dijalankan secara sinambung dalam reaktor alir tangki berpengaduk. Minyak dengan olume tertentu dipanaskan sampai suhu yang diinginkan. Larutan metanol-koh juga dipanaskan di tempat terpisah. Setelah suhu kedua umpan tercapai, kedua larutan dimasukan kedalam reaktor dan pengaduk dihidupkan. Selanjutnya umpan minyak dan larutan metanol-koh diumpankan kedalam reaktor sesuai dengan laju alir yang ditetapkan. Produk keluar dari reaktor secara sinambung dengan peluapan. Sampel diambil setiap 1 menit untuk dianalisa kadar gliserolnya menggunakan GC. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Suhu Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa semakin lama waktu reaksi konersi yang dihasilkan semakin besar. Hal ini disebabkan karena lamanya waktu reaksi memberikan kesempatan yang besar bagi molekul-molekul reaktan untuk saling bertumbukan dan bereaksi. Kenaikan konersi pada sepuluh menit pertama cukup tajam. Ini terlihat jelas pada suhu 33 K, dimana konersi yang dihasilkan mencapai 69,67 %. Ini disebabkan karena pada awal reaksi konsentrasi pereaksi masih tinggi sehingga reaksi dapat berlangsung dengan cepat. Setelah melewati

kondisi ini kenaikan konersi yang dihasilkan hanya sedikit, rata-rata naik,5 % tiap 1 menit. Konersi.9.8.7.6.5.4.3..1 1 3 4 5 6 7 Waktu, menit SUHU 33 K SUHU 313 K SUHU 33 K SUHU 333 K SUHU 343 K Gambar 1. Grafik hubungan konersi reaksi dengan waktu pada ariasi suhu Kenaikan suhu reaksi juga menaikkan konersi transesterifikasi minyak jelantah. Kenaikan konersi sangat jelas terlihat pada suhu 33 sampai 333 K. Ini disebabkan karena semakin tinggi suhu menyebabkan gerakan molekul semakin cepat atau energi kinetik yang dimiliki molekul-molekul pereaksi semakin besar sehingga tumbukan antara molekul pereaksi juga meningkat. Semua ini menyebabkan kecepatan reaksi semakin besar. Hal ini sesuai dengan persamaan Arrhenius yang menyatakan bahwa dengan naiknya suhu maka kecepatan reaksi juga akan meningkat. Dari gambar dapat dilihat bahwa setiap kenaikan suhu 1 o C konstanta kecepatan reaksi rata-rata naik dua kali lipat kecuali pada suhu 343 K, sehingga dapat disimpulkan bahwa reaksi kimialah yang mengendalikan reaksi. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Westernt dkk (1984), bahwa pada reaksi kimia setiap kenaikan suhu 1 o C kecepatan reaksi naik sampai 5 kali. Pada suhu 343 K terjadi penurunan konersi transesterifikasi minyak jelantah. Hal ini disebabkan karena pada suhu 343 K sebagian metanol mengalami perubahan fasa dari cair menjadi gas, sehingga jumlah metanol dalam fasa cair berkurang. Kurangnya jumlah metanol dalam fasa cair menyebabkan jumlah tumbukan antara molekul pereaksi berkurang sehingga kecepatan reaksi juga menurun. Penurunan konstanta kecepatan reaksi dapat dilihat pada gambar. kr, ml/mgrek/menit Gambar. Hubungan suhu dengan konstanta kecepatan reaksi Dari gambar dapat disimpulkan bahwa nilai konstanta kecepatan reaksi maksimum dicapai pada suhu 333 K dengan k sebesar,996 ml/mgrek/menit. Ini menunjukkan bahwa pada suhu 333 K adalah suhu optimum proses. Korelasi konstanta kecepatan reaksi dengan suhu dapat dilihat pada gambar 3. Gambar.1 3. Hubungan konstanta kecepatan reaksi dengan 1/T.6 Dari gambar 3 didapatkan persamaan sebagai berikut: (1).1.1.8.6.4. kr, ml/mgrek/meni 3 31 3 33 34 35.1.8.4. k 7.1 Suhu, K 631, exp T.3.3.31.31.3.3.33.33.34 Gambar 3. Hubungan konstanta kecepatan reaksi dengan 1/T Dari persamaan (1) didapatkan energi aktiasi sebesar 154,3 kal/gmol dan frekuensi tumbukan (1 7 ) ml/mgrek/menit. Energi aktiasi yang dihasilkan besar dari 1. kal/gmol, hal ini memperkuat bahwa reaksi kimia yang mengendalikan reaksi. Pengaruh Konsentrasi Katalis Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi katalis, konersi reaksi semakin besar. Hal ini disebabkan karena dengan naiknya kosentrasi katalis akan semakin menurunkan energi aktiasi, sehingga meningkatkan jumlah molekul yang teraktifkan yang mengakibatkan kecepatan reaksi menjadi naik. 1/T data Expon. (data) 1

Konersi.9.8.7.6.5.4.3..1..4.6.8 1 1. 1.4 Gambar 4. Grafik hubungan konersi dengan konsentrasi katalis Kenaikan konersi dan konstanta kecepatan reaksi yang terjadi cukup signifikan, tetapi pada konsentrasi 1% menuju 1,5 %, kenaikan ini tidak cukup berarti. Secara keseluruhan konersi pada konsentrasi 1 % lebih tinggi dari konsentrasi 1,5 %, kecuali pada menit ke 6 konersi lebih besar. Hal ini disebabkan karena terjadinya reaksi samping antara katalis KOH dengan minyak yang dikenal dengan saponifikasi atau reaksi penyabunan yang menyebabkan hasil penyabunan berupa surfaktan menghalangi kontak antara minyak dengan metanol. Akibatnya kecepatan reaksi dan konersi yang dihasilkan menurun. Dari gambar 5 didapatkan bahwa nilai konstanta kecepatan reaksi maksimum didapat pada konsentrasi katalis 1% yaitu,9 mgrek/ml/menit untuk reaksi heterogen dan,996 mgrek/ml/menit untuk model homogen. Hubungan antara kosentrasi katalis dengan konstanta kecepatan reaksi dapat dilihat pada gambar berikut. k r, m l/m grek /m enit.1.1.8.6.4. Konsentrasi katalis, % berat minyak..4.6.8 1 1. 1.4 Konsentrasi katalis, % berat minyak t=1 menit t= menit t=3 menit t=4 menit t=5 menit t=6 menit Gambar 5. Hubungan konstanta kecepatan reaksi dengan konsentrasi katalis Dari gambar 5 didapatkan persamaan sebagai berikut: k = 3(1-4 ) exp ( 5,874. C kat ) (1) 4. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan : 1. Kenaikan suhu dan konsentrasi katalis dapat meningkatkan konersi dan kecepatan reaksi transesterifikasi minyak jelantah.. Hubungan antara suhu dengan konstanta kecepatan reaksi : 631, k r.1 7 exp T 3. Hubungan antara suhu dengan konstanta kece-patan reaksi k =,3 exp ( 5,874. C kat ) UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak DR. Ir. Bardi Murachman, SU, DEA, dan Bapak Ir. Supranto, MSc, PhD atas segala masukan dan sarannya, pimpinan dan staff Laboratorium Teknologi Minyak Bumi dan Laboratorium Konersi Energi FT UGM atas semua sarana dan prasarana, dan teman-teman HIMMPAS UGM, S1 dan S Teknik Kimia UGM atas segala do a dan dukungannya. NOMENKLATUR C M = Konsentrasi metanol mula-mula, mgrek/ml C M = Konsentrasi metanol, mgrek/ml C TG = Konsentrasi minyak mula-mula, mgrek/ml C TG = Konsentrasi minyak, mgrek/ml k = Konstanta kecepatan reaksi ml/mgrek/menit r = Laju reaksi, ml/menit R = Gugus alkil R 1 = Gugus asam lemak jenuh dan tak jenuh rantai panjang T = Suhu, K = olume reaktor, ml DAFTAR PUSTAKA 1. Darnoko, D and Cheryan, M.,, Continuous Production of Palm Metyl Ester, J. Am.Oil Chem.Soc., 77, 169-

17.. Groggins, P.H., 1958, Unit Processes in Organic Synthesis, 5 ed., Mcgraw Hill Book Company, New York. 3. Kusuma, I.G.B.W., 3, Pembuatan Biodiesel dari Minyak Jelantah dan Pengujian terhadap Prestasi Kerja Mesin Diesel, Poros, olume 6 no 4 3, hal 7-34. 4. Westerterp, K.R., an Swaaij, W.P.M., and Beenackers, A.A.C.M., 1984, Chemical Reactor and Operation, ed., pp. 16, John Wily and Sons, New York. 5. Widiono, B., 1995, Alkoholisis Minyak Biji Jarak dalam Reaktor Kolom Berpulsa secara Sinambung Ditinjau Dari Segi Kinetika, Tesis diajukan kepada Fakultas Pasca Sarjana UGM, Yogyakarta. 3