PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan antara asupan makanan dan penggunaan zat gizi. Bila tubuh

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti perawatan dan makanan

ABSTRAK. Kata Kunci: Tumbuh Kembang, ASI, MP-ASI Daftar Pustaka: 33 buah ( )

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL

Persetujuan Pembimbing. Jurnal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA HUIDU KECAMATAN LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PROVINSI GORONTALO

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat pekerja mempunyai peranan & kedudukan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang berusia antara satu sampai lima tahun. Masa periode di usia ini, balita

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya (Prakarsa, 2013). meninggal selama atau setelah kehamilan dan persalinan.

Upaya Kader Posyandu Dalam Peningkatan Status Gizi Balita di Kelurahan Margasuka Kota Bandung

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN LINGKUNGAN BIOLOGIS DAN PSIKOSOSIAL DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI TIGA TAHUN

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT KELURAHAN MOODU KECAMATAN KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan. tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG NUTRISI ANAK USIA BALITA (0-59 BULAN) DI POSYANDU RW 15 KELURAHAN CICADAS KOTA BANDUNG

PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MINAT KUNJUNGAN LANSIA KE POSYANDU DI WILAYAH PUSEKSMAS MONGOLATO TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

HUBUNGAN SIKAP IBU BALITA TENTANG GIZI TERHADAP STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAN HERAN KECAMATAN RENGAT BARAT TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PARTISIPASI IBU MENGIKUTI KEGIATAN POSYANDU DENGAN STATUS GIZI DI DESA TABUMELA KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO

Suci Trisnawaty Djunu, Dian Saraswati, Vik Salamanja 1 Jurusan S1 Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo

1 Universitas Indonesia

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI ANAK BATITA MALNUTRISI DI POSYANDU DESA SEMBUNGAN BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA BONGKUDAI KECAMATAN MODAYAG BARAT Rolavensi Djola*

JURNAL MEYKE R. DOMILI NIM :

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. Anak balita adalah anak yang berusia dibawah 5 tahun. Balita usia 1-5

ABSTRAK. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Ibu Hamil Trimester I di RSIA Pertiwi Makassar

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

PERSETUJUAN PEMBIMBING HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN KEPATUHAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS BUHU KECAMATAN TIBAWA KABUPATEN GORONTALO JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa balita merupakan periode penting dalam proses. tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa baduta (bawah dua tahun) merupakan Window of opportunity. Pada

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut United Nations International

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

BAB I PENDAHULUAN. Status gizi memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mewujudkan

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) DI PUSKESMAS KEDUNG MUNDU KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN FREKUENSI TERJADINYA ISPA DI DESA KEBONDALEM

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sering menderita kekurangan gizi, juga merupakan salah satu masalah gizi

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Manfaat Penyuluhan Gizi dalam Upaya Peningkatan

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 4 April 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. gizi buruk. Untuk menanggulangi masalah tersebut kementerian. kesehatan (kemenkes) menyediakan anggaran hingga Rp 700 miliar

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhan dan. angaka kematian yang tinggi dan penyakit terutama pada kelompok usia

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BAYI DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 6-12 BULAN DI DESA MANGGUNG SUKOREJO MUSUK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

BAB I PENDAHULUAN. bahwa terdapat perbedaan yang mencolok Angka Kematian Balita (AKB)

EFEKTIVITAS PROGRAM PMT PEMULIHAN TERHADAP KENAIKAN BERAT BADAN PADA BALITA STATUS GIZI BURUK DI KABUPATEN BANYUMAS

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Gizi Universitas Gadjah Mada

ABSTRAK. Kata Kunci : Status Gizi, Perkembangan Motorik Halus Daftar Pustaka: ( )

BAB I PENDAHULUAN. beban permasalahan kesehatan masyarakat. Hingga saat ini polemik penanganan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I. A. Latar Belakang. Dalam Al-Qur an terkandung segala bentuk tata kehidupan, mulai dari. Qur an surat Al- Baqarah dan surat Yunus yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan kembang anak. (Lubis, 2004). tanpa pemberian vitamin dan obat tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

BAB 1 PENDAHULUAN. diantaranya berkurangnya massa otot, bertambahnya massa lemak, penurunan

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kematian bayi dan anak merupakan ciri yang umum

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan lain seperti antropometri, laboratorium dan survey. lebih tepat dan lebih baik (Supariasa dkk., 2002).

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU BALITA DALAM PEMBERIAN MAKANAN BERGIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA. Kata Kunci: Peran, ibu balita, gizi, status gizi.

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuh kembang bayi pada tahun pertama sangat penting untuk. diperhatikan, oleh karena itu bayi merupakan harapan penerus bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. fisik. Pertumbuhan anak pada usia balita sangat pesat sehingga memerlukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU DI DESA BARU KECAMATAN SUNGAI TENANG KABUPATEN MERANGIN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

Transkripsi:

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL 1

2

ABSTRAK Amelia Enjel Suoth. 2015, Hubungan Jarak Kelahiran dan Jumlah Saudara Dengan Status Gizi Baduta Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo. Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Iilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I dr Vivien Novarina A.kasim M.kes, Pembimbing II Andi Mursyidah S.kep.Ns.,M.Kes. Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang di akibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan yang dapat mempengaruhi keturunan. Kasus kurang gizi baduta banyak di temukan pada keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang besar di bandingkan dengan keluarga kecil yang melibatkan jarak kelahiran dengan selang waktu atau lamanya antara kelahiran anak pertama dan anak berikutnya yang harus direncanakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan jarak kelahiran dan jumlah saudara dengan status gizi baduta. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Populasi penelitian adalah baduta yang berada Di wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo yaitu 40 baduta, jumlah sampel menggunakan teknik total sampling. Analisa data menggunakan Kolmogorof. berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan antara jarak kelahiran dengan status gizi baduta dengan nilai p value 0,024 dan terdapat hubungan jumlah saudara dengan status gizi baduta dengan p value 0,000. Diharapkan bagi masyarakat agar memperhatikan jarak kelahiran dan jumlah saudara untuk mengantisipasi adanya masalah pada status gizi anak. Kata Kunci : Jarak Kelahiran, Jumlah Saudara, Status Gizi Daftar Pustaka : 45 (Referensi 2005-2014) 1 Amelia Enjel Suoth. 841411113. Program Studi Ilmu Keperawatan FIKK UN dr Vivien Novarina A.kasim M.kes, Andi Mursyidah S.kep.Ns.,M.Kes 3

4

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH ANAK DENGAN STATUS GIZI BADUTA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TOLANGOHULA KECAMATAN TOLANGOHULA KABUPATEN GORONTALO Amelia Enjel Suoth, dr Vivien Novarina A.kasim M.kes, Andi Mursyidah S.kep.Ns.,M.Kes. Program Studi Ilmu Keperawatan FIKK UNG Email ; Ameliasuoth@yahoo.co.id ABSTRAK Amelia Enjel Suoth. 2015, Hubungan Jarak Kelahiran dan Jumlah Saudara Dengan Status Gizi Baduta Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo. Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Iilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I dr Vivien Novarina A.kasim M.kes, Pembimbing II Andi Mursyidah S.kep.Ns.,M.Kes. Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang di akibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan yang dapat mempengaruhi keturunan. Kasus kurang gizi baduta banyak di temukan pada keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang besar di bandingkan dengan keluarga kecil yang melibatkan jarak kelahiran dengan selang waktu atau lamanya antara kelahiran anak pertama dan anak berikutnya yang harus direncanakan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan jarak kelahiran dan jumlah saudara dengan status gizi baduta. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Populasi penelitian adalah baduta yang berada Di wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo yaitu 40 baduta, jumlah sampel menggunakan teknik total sampling. Analisa data menggunakan Kolmogorof. berdasarkan hasil penelitian terdapat hubungan antara jarak kelahiran dengan status gizi baduta dengan nilai p value 0,024 dan terdapat hubungan jumlah saudara dengan status gizi baduta dengan p value 0,000. Diharapkan bagi masyarakat agar memperhatikan jarak kelahiran dan jumlah saudara untuk mengantisipasi adanya masalah pada status gizi anak. Kata Kunci : Jarak Kelahiran, Jumlah Saudara, Status Gizi Daftar Pustaka : 45 (Referensi 2005-2014) 1 Amelia Enjel Suoth. 841411113. Program Studi Ilmu Keperawatan FIKK UN dr Vivien Novarina A.kasim M.kes, Andi Mursyidah S.kep.Ns.,M.Ke 5

6

PENDAHULUAN Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang di akibatkan oleh keseimbangan antara asupan makanan dan penggunaan zat gizi. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan di gunakan secara efisiensi akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin 1 Status gizi buruk pada baduta dapat menimbulkan pengaruh yang sangat menghambat pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berpikir yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja. Baduta penderita gizi buruk dapat mengalami penurunan kecerdasan (IQ) hingga 10 %. Keadaan ini memberikan petunjuk bahwa pada hakikatnya gizi yang buruk atau kurang akan berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya manusia. Dampak paling buruk yang diterima adalah kematian pada umur yang sangat dini 2 Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia, pada tahun 2004 kasus gizi kurang dan gizi buruk sebanyak 5,1 juta, kemudian pada tahun 2005 turun menjadi 4,42 jiwa. Tahun 2006 turun menjadi 4,2 juta (944.246 di antaranya kasus gizi buruk)dan tahun 2007 turun lagi menjadi 4,1 juta (755.397 di antaranya kasus gizi buruk). 3 Gizi yang baik dikombinasikan dengan kebiasaan makan yang sehat selama masa baduta akan menjadi dasar bagi kesehatan yang bagus di masa yang akan datang. Pengaturan makanan yang seimbang menjamin terpenuhinya kebutuhan gizi untuk energi, pertumbuhan anak, melindungi anak dari penyakit dan infeksi serta membantu perkembangan mental dan kemampuan belajarnya 4 Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak haruslah seimbang diantara komponen zat gizinya, mengingat banyak sekali yang kita temukan berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi yang tidak seimbang seperti tidak suka makan, tidak mau atau tidak mampu untuk makan, padahal makanan yang tidak disukai itu mengandung zat gizi yang seimbang sehingga harapan dalam pemenuhan gizi yang selaras, serasi dan seimbang tidak terlaksana. Nafsu makan baduta kadang hanya sedikit dan sering kali menyukai sesuatu jenis makanan hanya pada masa tertentu, Ia menolak makanan yang satu dan terus menerus memilih makanan yang lain 5 Status gizi dipengaruhi oleh beberapa yaitu faktor secara langsung dan tidak langsung di antaranya jarak kelahiran dan jumlah saudara. Dalam suatu keluarga tentunya mengharapkan kehadiran anak sebagai pelengkap, akan tetapi tidak semua keluarga mengetahui secara benar jarak kelahiran dan jumlah anak seperti yang disarankan pemerintah yaitu keluarga berencana. Pada dasarnya jarak kehamilan pertama dengan kehamilan berikutnya adalah 18 hingga 60 bulan, hal ini juga sejalan dengan program pemerintah setiap keluarga disarankan mempunyai dua anak saja, memiliki anak terlalu banyak menyebabkan kasih sayang orang tua pada anak terbagi. Jumlah perhatian yang diterima per anak 1 Harinda. 2012. Ilmu Gizi. Yogyakarta: PT. Wahyu Medika 2 Samsul. 2011. Gizi Anak. Jakarta. Flash Book. 3 Depertemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Program perbaikan gizi makro untuk balita: Jakarta Direktorat Giizi. 4 June Thompson. 2003. Ilmu Gizi Anak. Jakarta : Flash Book. 5 Ayu dan Mahendra. 2008. Buku Pintar Menu Balita. Tangerang: PT. Wahyu Medika. 7

menjadi berkurang. Kondisi ini memperburuk jika status ekonomi keluarga tergolong rendah 6 Sumber daya yang terbatas, termasuk bahan makanan harus dibagi rata kepada semua baduta. Dengan memberikan jarak yang cukup pada kehamilan berikutnya dan jumlah saudara yang sesuai dengan program pemerintah, sehingga dapat menjaga kesehatan ibu dan anak, ikatan emosional keluarga menjadi lebih sehat, dan kondisi perekonomian rumah tangga dapat terkontrol dengan baik 7 Berdasarkan hasil penelitian Herlina Rambu Mina dengan judul Hubungan Jarak Kelahiran dan jumlah anak dengan Status Gizi di dapatkan hasil bahwa Jarak kelahiran > 2 tahun sebanyak 47 anak, sedangkan dari jumlah 47 anak mempunyai jumlah saudara 2 orang sebanyak 39 anak, sedangkan 8 anak mempunyai jumlah saudara 2 orang bahkan ada yang belum punya saudara, dan dari 39 anak tersebut setelah dilihat rata-rata mempunyai status gizi kurang dan yang 8 orang anak rata-rata mempunyai status gizi baik.. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jarak kelahiran dengan status gizi serta terdapat hubungan antara jumlah anak dengan status gizi 8 Berdasarkan hasil penelitian Nunung Nurjanah (2014) dengan judul hubungan Jarak Kelahiran dan jumlah saudara dengan Status Gizi Balita di RW 07 Wilayah Kerja Puskesmas Cijerah Kota Bandung di dapatkan hasil bahwa jarak kelahiran > 2 tahun sebanyak (38 %) Jumlah anak lebih dari 2 orang sebanyak (27 %) dan berstatus gizi kurang (28%) serta jumlah anak yang belum mempunyai saudara 4 orang dan berstatus gizi baik (3%). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan jarak kelahiran dan jumlah anak dengan status gizi balita 9 Berdasarkan pengambilan data awal di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo yang di lakukan pada saat observasi sebanyak 10 baduta yang berkunjung pada bulan april 2015. yang memiki gizi kurang sebanyak 5 orang, gizi buruk 1 orang, sedangkan gizi normal 4 baduta. Dari 5 orang yang gizi kurang diatas masing-masing mempunyai jarak kelahiran yang kurang dari 2 tahun dan mempunyai banyak saudara, sedangkan pada 1 anak gizi buruk yang telah di wawancarai, Ibunya mengatakan bahwa selama ibu ini mengandung jarang memperhatikan gizinya, baik konsumsi gizi ibu maupun gizi anak dan setelah lahirpun ibunya jarang membawa bayi ini ke posyandu serta bayi ini mempunyai jumlah saudara 3 orang dengan jarak kelahiran terlalu dekat, sisanya 4 baduta yang gizi baik mempunyai jarak kelahiran 3 tahun bahkan ada yang hingga 5 tahun serta mempunyai jumlah saudara 2 orang. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Jarak Kelahiran Dan Jumlah Anak Dengan Status Gizi Baduta Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo. 6 Merryana. 2010. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 7 Prasetyo. 2008. Makanan bergizi untuk Bayi. Yogyakarta: Flash Book. 8 Herlina. 2014. Hubungan Jarak Kelahiran Dan Jumlah Anak Dengan Status Gizi Balita. di akses 25 Februari 9 Nunung. 2013. Hubungan Jarak Kelahiran Dan Jumlah Anak Dengan Status Gizi Di Puskesmas Cijerah bandung. di akses 27 Februari. 8

METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Observasional Analitik yang merupakan jenis penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan jarak kelahiran dan jumlah saudara dengan status gizi baduta. Populasi dalam penelitian ini adalah semua baduta yang berkunjung Di Desa Makmur Abad dan Desa Tamaila dalam Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo pada saat penelitian yaitu berjumlah 40 Baduta pada 21 mei sampai 13 juni 2015, dengan menggunakan tehnik Total Sampling. analisa data menggunakan Kolmogorof Analisa univariat bertujuan menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Sedangkan analisis Bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan jarak kelahiran dan jumlah saudara dengan status gizi baduta Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo. Analisa bivariat dilakukan dengan uji Kolmogorof 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik responden berdasarkan umur Tabel 4.1 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula Kabupaten Gorontalo. Umur (bulan) N Persentase (%) 1-12 13-24 22 18 55,0 45,0 Total 40 100,0 Sumber : Data Primer 2015 Rentang umur menurut depkes 2009, adalah 0-2 tahun di katakan baduta, 0-3 tahun di katakan batita, dan 0-5 tahun di katakan balita. Berdasarkan rentang tersebut peneliti mengambil rentang umur 0-2 tahun dengan nilai median 1-12 bulan dan 13-24 bulan 11 Berdasarkan tabel 4.1 menjelaskan bahwa sebagian besar usia responden di kecamatan tolangohula yaitu 1-12 berjumlah 22 baduta (55,0%) dan usia 13-24 bulan berjumlah 18 baduta (45,0%). Karakteristik Responden Berdasarkan jarak Kelahiran Berdasarkan sumber dari BKKBN, 2011 tentang jarak kelahiran yang tepat bagi warga negara indonesia. Tabel 4.2 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Kelahiran Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula Kabupaten Gorontalo 10 Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. 11 Departemen kesehatan. 2009. Program Gizi Ibu dan Anak. Jakarta: Direktorat Gizi 9

Jarak Kelahiran n Persentase (%) >24 17 42,5 24 23 57,5 Total 40 100,0 Sumber : data primer, 2015 Pada tabel 4.2 tentang distribusi responden berdasarkan jarak kelahiran, sebagian besar responden mempunyai jarak kelahiran kurang dari sama dengan 24 bulan yaitu sebanyak 23 baduta (57,5%), sedangkan untuk responden yang mempunyai jarak kelahiran lebih besar dari 24 bulan yaitu sebanyak 17 baduta (42,5%). Berdasarkan hasil wawancara ditemukan bahwa ibu yang mempunyai jarak kelahiran kurang dari sama dengan 24 bulan belum mengetahui resiko masalah kesehatan dari jarak kelahiran yang terlalu dekat tersebut. Kurangnya pengetahuan ibu tentang jarak kelahiran yang baik dan benar menyebabkan sebanyak 23 baduta (57,5%), memiliki jarak kelahiran kurang dari sama dengan 24 bulan. Menurut Teori Almatzier, (2011) menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan orangtua sangat berperan dalam mengurangi masalah kesehatan pada anak karena dengan pengetahuan yang baik yang di miliki orangtua maka akan berdampak pada kesehatan anak. Hasil penelitian Sutamin, (2005), tentang hubungan jarak kelahiran dan tingkat pengetahuan ibu di desa Tatura Palu didapatkan bahwa jarak kelahiran lebih dari dua tahun dengan tingkat pengetahuan ibu baik membuat anak tumbuh dan berkembang dengan baik di sekolah dengan status gizi (+2SD), namun beberapa ibu yang jarak kelahiran terlalu dekat dengan tingkat pengetahuan ibu kurang membuat anak tidak berkembang dengan baik dan mempunyai status gizi (-3SD) 12 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Saudara Berdasarkan suber BKKBN, 2011 dengan mempunyai anak yang cukup dapat mengurangi masalah kesehatan di indonesia 13 Tabel 4.3 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Saudara Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula Kabupaten Gorontalo Jumlah Saudara n Persentase (%) >2 2 22 18 55,0 45,0 Total 40 100,0 Sumber : Data Primer 2015 Pada tabel 4.3 tentang distribusi responden berdasarkan jumlah saudara, sebagian besar responden mempunyai jumlah saudara lebih besar dari 2 orang yaitu 22 baduta (55,0%), sedangkan untuk responden yang mempunyai jumlah saudara kurang dari sama dengan 2 yaitu sebanyak 18 baduta (45,0%). Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa sebagian baduta yang 12 Almatzir. 2011. Kesehatan Gizi. Jakarta: Pustaka Pelajar. 13 Badan Kependudukan dan Kelurga Berencana. 2014. Renstra Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana Tahun 2010-2014. Jakarta. 10

mempunyai jumlah saudara lebih dari 2 saudara ini, ibunya tidak terlalu memperhatikan jumlah anak, karena belum paham tentang jumlah anak yang baik terhadap kesehatan. Jadi kurangnya pengetahuan orang tua yang menyebabkan 22 baduta (55,0%) memiliki jumlah saudara lebih dari 2 saudara, adapun dari beberaoa ibu lain berpendapat bahwa menurut agama banyaak anak berati banyak rezeki. Namun hal itu bertolak belakang dengan program Kb dari pemerintsh yang menganjurkan 2 anak lebih baik untuk memaksimalkan pertumbuhan anak. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Gizi tabel 4.4 Tabel Distribusi Responden Berdasarkan status gizi Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula Kabupaten Gorontalo. Status Gizi N Presentase (%) Baik Kurang Buruk 22 17 1 55,0 42,5 2,5 Total 40 100,0 Sumber : Data Primer 2015 Terakhir untuk status Gizi sebagian responden mempunyai status gizi yang baik sebanyak 22 baduta (55,0%), sedangkan yang berstatus gizi kurang sebanyak 17 baduta (42,5%), dan untuk yang berstatus gizi buruk sebanyak 1 baduta (2,5%), Hubungan Jarak Kelahiran Dengan Status Gizi Baduta Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo. Tabel 4.5 Hubungan Jarak Kelahiran Dengan Status Gizi Baduta Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo. Jara k kela hira n Status Gizi Baik Kurang baik Buruk N % N % n % >24 24 14 8 35,0 20,0 3 14 7,5 35,0 0 1 0 2,5 Tota l 22 55,0 17 42,5 1 2,5 Sumber ; Data Primer 2015 P value 0,024 Dari hasil penelitian yang telah dilakukan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo menunjukan bahwa jarak kelahiran lebih dari 24 bulan lebih banyak mengalami status gizi baik yaitu 14 baduta (35,0%). Dari hasil wawancara ditemukan bahwa ibu sudah paham tentang jarak kelahiran yang benar dan mengetahui pemberian nutrisi yang baik terhadap bayinya, jika status gizi terpenuhi akan sangat mempengaruhi status gizi baduta menjadi baik. Adapun untuk jarak kelahiran lebih dari 24 bulan yang mempunyai gizi kurang sebanyak 3 baduta (7,5%), hal ini sesuai dengan hasil 11

wawancara dengan orang tua baduta mengatakan bahwa ketidakpahaman orang tua yang menyebabkan gizi kurang pada anaknya. Adapun jarak kelahiran kurang dari sama dengan 24 bulan dengan status gizi kurang sebanyak 14 baduta (35,0%) dari hasil wawancara ditemukan bahwa ibu belum kembali pulih kesehatannya pasca melahirkan sebelumnya namun sudah hamil lagi sehingga bisa menyebabkan masalah pada anaknya yang pertama di sebabkan ibu sudah jarang memperhatikan anak, baik gizinya maupun perhatiannya, itu sangat bisa mempengaruhi status gizi baduta menjadi kurang. Sedangkan untuk jarak kelahiran yang kurang dari sama dengan 24 bulan dengan status gizi buruk sebanyak 1 baduta (2,5%), ini disebabkan karena menurut hasil wawancara bahwa selama ini ibu tersebut belum pernah konsul pasca melahirkan, ibu tersebut jarang membawa anaknya ke posyandu untuk melakukan pemeriksaan status gizi dan ibu ini tidak memperhatikan makanan yang baik serta memperhatikan pemberian ASI kepada anaknya, hal ini di dukung pula dari hasil observasi peneliti bahwa faktor ekonomi orangtua rendah sehingga orangtua baduta jarang memberikan makanan yang bergizi. Selain itu baduta yang mempunyai jarak kelahiran kurang dari sama dengan 24 bulan dengan status gizi baik berjumlah 8 baduta (20,0%) dari hasil wawancara ditemukan bahwa ibu sudah paham tentang pemenuhan nutrisi yang baik terhadap anaknya. Menurut hasil penelitian Bella meneliti hubungan jarak kelahiran dengan status gizi balita didapatkan bahwa jarak kelahiran lebih dari 24 bulan memiliki kemampuan yang lebih di sekolah. Jarak kelahiran yang dianjurkan adalah dua tahun. Menjaga jarak kelahiran akan meningkatkan ketahanan sang anak 14 Hubungan Jumlah Saudara Dengan Status Gizi Baduta Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo. Tabel 4.6 Hubungan Jumlah Saudara Dengan Status Gizi Baduta Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo. Status Gizi Jumah Baik Kurang baik Buruk saudara N % N % n % 2 18 45,0 0 0 0 >2 4 10,0 17 42,5 1 Total 22 55.0 17 42,5 1 2,5 Sumber ; Data Primer 2015 P value 0 2,5 0,000 Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Tolangohula Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo jumlah saudara yang kurang dari sama dengan 2 yang mengalami gizi baik sebanyak 18 baduta (45,0%), ini berdasarkan hasil wawancara di temukan bahwa orang tua lebih dengan mudah bisa mengontrol pertumbuhan dan perkembangan masing-masing anak sehingga pemenuhan gizi anak dapat terpenuhi dengan baik. 14 Bella. 2014. Hubungan Status Gizi dengan Sosiodemografi Di Daerah EndemisGaki. Di akses 27 februari. 12

Sedangkan untuk Jumlah saudara lebih dari 2 saudara dengan status gizi baik sebanyak 4 baduta (10,0%), berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua didapatkan bahwa dalam keluarga tersebut memiliki kecukupan ekonomi yang baik serta kesadaran orang tua akan pentingnya kesehatan pada anaknya adalah menjadi faktor terpenting dalam mengatasi masalah khususnya pada status gizi yang ada dalam keluarga. Sedangkan untuk jumlah saudara lebih dari 2 saudara dengan status gizi kurang sebanyak 17 baduta (42,5%), hal ini karena berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua didapatkan hasil bahwa faktor ekonomilah yang sangat berpengaruh terhadap masalah kesehatan anak, misalnya orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan gizi anak. Sedangkan untuk jumlah saudara lebih dari 2 saudara dengan status gizi buruk sebanyak 1 baduta (2,5%), dari hasil wawancara ini disebabkan kurangnya perhatian orang tua terhadap konsumsi makanan anaknya sehingga berpengaruh pada pertumbuhan anak. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang Hubungan Jarak Kelahiran Dan Jumlah Saudara Dengan Status Gizi Baduta Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo. 1. Banyaknya masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula belum mengetahui jarak kelahiran yang tepat hal ini terlihat dari 40 responden mempunyai jarak kelahiran kurang dari sama dengan 24 bulan sebanyak 23 baduta (57,5%) dan yang mempunyai jarak kelahiran lebih dari 24 bulan sebanyak 17 baduta (42,5%). 2. Ditemukan bahwa sebagian masyarakat di wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula belum mengetahui jumlah anak yang tepat hal ini terlihat dari banyak responden 40 baduta yang mempunyai saudara lebih dari 2 saudara sebanyak 22 baduta (55,0%) dan yang mempunyai saudar kurang dari sama denga 2 saudara sebanyak 18 baduta (45,0%). 3. Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula sebagian masih mempunyai masalah kesehatan terutama pada status gizi baduta. 4. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara Hubungan Jarak Kelahiran dengan Status gizi Baduta Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula (P = 0,024). 5. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa ada hubungan yang signifikan antara Hubungan Jumlah saudara dengan Status gizi Baduta Di Wilayah Kerja Puskesmas Tolangohula (P = 0,000). DAFTAR PUSTAKA Ayu dan Mahendra. 2008. Buku Pintar Menu Balita. Tangerang: PT. Wahyu Medika. Almatzir. 2011. Kesehatan Gizi. Jakarta: Pustaka Pelajar. 13

Badan Kependudukan dan Kelurga Berencana. 2014. Renstra Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana Tahun 2010-2014. Jakarta. Depertemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004. Program perbaikan gizi makro untuk balita: Jakarta Direktorat Giizi. Harinda. 2012. Ilmu Gizi. Yogyakarta: PT. Wahyu Medika Herlina. 2014. Hubungan Jarak Kelahiran Dan Jumlah Anak Dengan Status Gizi Balita. di akses 25 Februari June Thompson. 2003. Ilmu Gizi Anak. Jakarta : Flash Book. Merryana. 2010. Pengantar Gizi Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Nunung. 2013. Hubungan Jarak Kelahiran Dan Jumlah Anak Dengan Status Gizi Di Puskesmas Cijerah bandung. di akses 27 Februari. Prasetyo. 2008. Makanan bergizi untuk Bayi. Yogyakarta: Flash Book. Samsul. 2011. Gizi Anak. Jakarta. Flash Book. Riset Kesehatan Dasar. 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. 14