melihat pekerja sosial sebagai seorang yang menduduki jabatan sebagai pekerja sosial yang bekerja untuk pemerintah, sehingga mendapat status sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengalami trauma sekunder tidak mengalami langsung kejadian. korban trauma. (Figley, McCann & Pearlman, dalam Motta 2008).

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN. Lebih dari 35 tahun yang lalu burnout menjadi isu yang. menarik ketika para peneliti Maslach dan Freudenberger mulai

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. emosional dan fisik yang bersifat mengganggu, merugikan dan terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN. melengkapi dan menyempurnakan keterbatasan tersebut (Nurdin, 1990).

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan yang memberi manfaat

BAB I PENDAHULUAN. memberikan nilai dan kebanggaan tersendiri. Individu dapat berprestasi ataupun

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci utama keadaan

Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15. Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini

BAB I PENDAHULUAN. berupa stressor kerja seperti beban kerja yang berlebihan, rendahnya gaji,

KUESIONER PENELITIAN. Nama KAP :... Identitas Responden : Nama :... Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan (*coret yang tidak perlu)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terutama bagi perempuan dewasa, remaja, maupun anak anak. Kasus kekerasan seksual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bekerja. Tanggapan individu terhadap pekerjaan berbeda-beda dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan

Beberapa Gagasan tentang Sistem Perlindungan dan Dukungan terhadap Saksi dan Korban

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan elemen utama organisasi dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan memasuki tahap epidemis dengan beberapa sub-populasi beresiko

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Di era global seperti saat ini, sumber daya manusia (SDM) sangat

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus

METODE PENELITIAN. normal atau masa sebelum melahirkan (Wong & Perry, 2006). Sedangkan, postpartum blues

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai profesi yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. (Djarwanto, 1990)

BAB I PENDAHULUAN. Berpacaran sebagai proses dua manusia lawan jenis untuk mengenal dan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk belajar bagi setiap individu dengan mengembangkan dan mengasah keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB 1 PENDAHULUAN. antara satu sama lain. Pada tahap akademik mahasiswa mendapatkan teori-teori

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dialaminya. Subjective well-being melibatkan evaluasi pada dua komponen, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan menjadi mahasiswa di suatu perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu yang hidup di dunia ini pasti selalu berharap akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok, bersamasama,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pelacuran dan pornografi merupakan eksploitasi seksual secara komersial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seperti kesehatan, ekonomi, sosial, maupun politik. Pergeseran peran tersebut terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aspek fisik maupun emosional. Keluhan tersebut akan menimbulkan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pelayanan kesehatan masyarakat memiliki peran besar dalam pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat

PEKERJA KEMANUSIAAN: SITUASI SULIT & TANTANGANNYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah Dasar RSBI Kebon Jeruk 11 Pagi merupakan sekolah yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sehingga dapat menurunkan kualitas hidup individu. Salah satu jenis

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

STRES KERJA PADA PERAWAT UNIT GAWAT DARURAT

ROMANTISME PADA WANITA KORBAN KEKERASAN SEKSUAL PADA MASA KANAK- KANAK

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan industri yang cukup pesat seperti sekarang ini, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi di masyarakat masih menjadi sebuah masalah di Indonesia.

BABI PENDAHULUAN. Di negara maju, penyakit stroke pada umumnya merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fisiologis ini. Jika satu kebutuhan dasar sudah terpenuhi, maka kebutuhankebutuhan

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

BAB I PENDAHULUAN. sudut pandang saja. Sehingga istilah pacaran seolah-olah menjadi sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada seseorang di seluruh dunia. National Cancer Institute (dalam

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerja maupun pihak yang menyediakan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap Anak (KtA) merupakan semua bentuk tindakan/perlakuan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pekerjaan atau profesi yang sebenarnya bertujuan membangun

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan permasalahan sosial merupakan tanggung jawab semua pihak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. semua untuk mempersiapkan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat saat ini,

BAB I PENDAHULUAN. tindak kekerasan di dalam rumah tangga khususnya yang berkaitan dengan anak.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat D3 Keperawatan, S1 Keperawatan dan juga profesi ners. Imbasnya adalah

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) telah tumbuh dengan pesat di Indonesia saat ini. Juru Bicara Kemendagri Raydonnyzar Moenek mengatakan jumlah LSM di Indonesia yang mendaftarkan diri sejumlah 1.600 lembaga (Seputar-indonesia.com, 12 September 2011, LSM Asing Perlu Ditertibkan, para. 4). Perbandingan pekerja sosial di masyarakat Indonesia saat ini 1:5 artinya satu pekerja sosial menangani 5 orang, yang berarti bahwa pekerja sosial masih banyak dibutuhkan di Indonesia (Antaranews.com. 11 Agustus 2011, Pekerja Sosial Akan Disertifikasi, para. 11). Jumlah tersebut masih kurang, mengingat jumlah LSM yang semakin pesat pertumbuhannya. Jumlah LSM yang terdaftar di Jawa Timur sendiri adalah 290 LSM, data ini merupakan hasil rekapitulasi data jumlah organisasi kemasyarakatan dan lembaga swadaya masyarakat yang terdaftar di pemerintah propinsi Jawa Timur oleh Badan Kesatuan Bangsa (Bakesbang) pada tanggal 31 Maret 2008. Dengan banyaknya jumlah LSM yang ada saat ini menuntut banyaknya jumlah pekerja sosial yang aktif dalam LSM. Menurut masyarakat Indonesia (Depsos.go.id. Pekerja Sosial Sebagai Ujung Tombak Kinerja Departemen Sosial, para. 3), ada tiga pandangan tentang pekerja sosial. Pandangan pertama melihat pekerja sosial sebagai seorang yang melakukan kegiatan sosial, yaitu kegiatan menolong orang lain tanpa pamrih, tanpa mengharapkan imbalan, berdasarkan rasa kemanusiaan. Pandangan kedua melihat pekerja sosial sebagai orang lulusan perguruan tinggi jurusan kesejahteraan sosial atau pekerjaan sosial. Mereka dapat bekerja di lembaga pemerintah atau swasta. Pandangan ketiga 1

melihat pekerja sosial sebagai seorang yang menduduki jabatan sebagai pekerja sosial yang bekerja untuk pemerintah, sehingga mendapat status sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), dimana tanggung jawabnya berupa melayani dan mengembangkan kesejahteraan sosial yang ada di lingkungan masyarakat. Pembahasan pekerja sosial di penelitian ini lebih berfokus kepada pandangan yang pertama dimana pekerja sosial yang yang melakukan kegiatan sosial tanpa pamrih dan yang bekerja pada institusi pelayanan sosial yaitu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Asosiasi Pekerja Sosial Nasional di Amerika Serikat (NASW) mendefinisikan profesi pekerjaan sosial sebagai profesi yang menyediakan pelayanan kemanusiaan sosial kepada individu, keluarga, kelompok, komunitas, dan masyarakat agar fungsi sosialnya dapat berubah menjadi lebih baik dan meningkatkan kualitas hidup mereka (kesos.unpad.ac.id, 20 Januari 2011, Sekilas Mengenai Praktek Pekerjaan Sosial, para. 16). Menurut Damanik (2008: 4-5), tugas pekerja sosial yaitu membantu orang lain memecahkan masalah-masalah baik dengan memberikan dukungan dan memfasilitasi respon sosial terhadap kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Pekerja sosial itu juga merupakan tenaga profesional yang menganut nilai-nilai dan etika profesi pekerjaan sosial. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pekerja sosial merupakan tenaga profesional yang menganut nilai-nilai dan etika profesi pekerjaan sosial yang mempunyai tugas melayani masyarakat baik secara individu maupun kelompok dengan mencegah terjadinya masalah dan memperbaiki fungsi sosial mereka untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat agar dapat menjalin hubungan sosial yang baik dengan lingkungannya. 2

Bekerja sebagai pekerja sosial di suatu LSM tentu mempunyai sisisisi positif dan negatif sebagai resiko pekerjaan yang harus dihadapi. Sisi positifnya adalah pekerja sosial dapat membantu masyarakat yang membutuhkan bantuan dengan sepenuh hati, sehingga ada kepuasan tersendiri bagi mereka. Selain itu, pekerja sosial akan mendapatkan tantangan di tiap tugas pendampingan yang mereka jalani, sehingga profesi sebagai pekerja sosial tidak membosankan dan monoton. Menurut Jenkins & Baird (dalam Sukmaningrum, 2005: 3), sisi negatifnya adalah terkadang dalam beberapa kasus pekerja sosial mengalami Vicarious Trauma yang artinya reaksi kumulatif yang disebabkan trauma tidak langsung akibat membantu orang lain yang mengalami trauma atau memiliki bentuk-bentuk reaksi yang sama dengan subyek yang didampingi, Burnout yang artinya kelelahan fisik, emosional, dan mental akibat pekerjaan yang menekan, Compassion Fatique yang artinya kelelahan kepedulian. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang pekerja sosial yang berinisial T yang bekerja di salah satu LSM untuk wanita di Surabaya. Ya enaknya itu, saya dapat pengalaman dan pembelajaran baru yang berguna untuk masa depan saya, juga bisa menghadapi tantangan setiap hari, itu rasanya menyenangkan. Kalau gak enaknya ya kadang ada beberapa kasus yang kebawa pikiran habis dari kerja, juga ada rasa takut kalau berhubungan dengan orang-orang yang mempunyai jabatan di pemerintahan. Biasanya kalau habis menangani kasus kaya begitu, saya biasanya akan menghindari klien tersebut beberapa waktu sampai saya tenang. Dampak psikologis yang dialami pekerja sosial setelah mendengarkan cerita trauma dari klien tersebut dinamakan Vicarious Trauma. Pengertian Vicarious Trauma itu sendiri adalah hasil transformasi suatu pengalaman dalam diri individu yang disebabkan oleh keterlibatan empatik terapis (atau professional lainnya) dengan trauma klien (Pearlman 3

and Saakvitne dalam Morrison, 2007: 2). Vicarious Trauma merupakan hasil kumulatif dari beberapa kasus yang menangani trauma yang dapat mempengaruhi banyak aspek dalam hidup seseorang. Hal ini dapat meliputi reaksi jangka pendek maupun reaksi jangka panjang setelah kasus tersebut selesai ditangani dimana beberapa ahli juga memperdebatkan bahwa akibatnya dapat bersifat permanen (Mouldern & Firestone dalam Morrison, 2007: 2). Banyak pekerjaan yang dapat mengakibatkan terjadinya Vicarious Trauma dimana salah satu tugas dari pekerjaan tersebut membutuhkan interaksi empati terhadap korban trauma. Beberapa pekerjaan tersebut adalah pekerja kesehatan, pelayanan di Unit Gawat Darurat (UGD), jurnalis, dan pekerjaan lainnya yang terlibat dalam komunikasi massa (Pearlman dalam Way, 2004: 51). Pernyataan ini mendukung bahwa pekerja sosial juga berpotensi mengalami Vicarious Trauma. Vicarious Trauma akan membawa dampak yang sangat besar bagi para profesional yang mengalaminya, misalnya kurangnya kemampuan untuk memulihkan kliennya (Wasco dalam Morrison, 2007: 3). Pada saat mereka gagal untuk membantu kliennya, maka secara tidak langsung dapat berpotensi untuk menurunkan keyakinan akan kemampuan mereka sebagai profesional dan menganggu identitas profesionalnya. Dampak lain dari Vicarious Trauma itu sendiri mempengaruhi hubungan interpersonal. Mereka yang mengalami Vicarious Trauma akan menarik diri dari masyarakat dan orang-orang yang dekat dengan mereka seperti keluarga dan teman. Mereka menjadi sulit untuk mempercayai orang lain, menjadi sinis dalam melihat sesuatu hal atau kejadian (Pearlman & Mac Ian dalam Way, 2004: 51). Jadi dampak yang ditimbulkan oleh Vicarious 4

Trauma itu tidak hanya mempengaruhi diri individu tersebut, namun juga hubungan individu tersebut dengan orang lain yang berinteraksi dengannya. Banyak pekerja sosial yang menangani kasus pelanggaran seksual mengalami Vicarious Trauma (Mouldern & Firestone dalam Morrison, 2007: 4), bahkan hasil penelitian menunjukkan bahwa bekerja dalam bidang kekerasan seksual sangat membuat depresi dibandingkan dengan pekerjaan yang melibatkan trauma lainnya seperti konseling dengan klien pengidap kanker (Cunningham dalam Morrison, 2007: 4). Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa gejala trauma bagi pekerja sosial yang menangani kekerasan seksual lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja sosial di bidang trauma lainnya. Selain itu, kurangnya perhatian akan masalah Vicarious Trauma pada pekerja sosial di Indonesia mungkin karena tidak pahamnya masyarakat awam tentang Vicarious Trauma itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pekerja sosial yang tidak mengerti arti Vicarious Trauma dan minimnya judul penelitian Vicarious Trauma di Indonesia. Penelitian tentang Vicarious Trauma pada pekerja sosial itu sendiri sebenarnya sudah banyak dilakukan di luar negeri seperti Amerika Serikat dan Australia. Hal ini dapat dilihat banyaknya jumlah jurnal ilmiah dalam bahasa Inggris mengenai topik ini, sedangkan penelitian di Indonesia masih sangat minim dan terbatas hanya pada penelitian kualitatif Vicarious Trauma pada reporter kriminal dan pada pekerja kesehatan mental serta penelitian kuantitatif yang menguji korelasi Secondary Traumatic Stress, Vicarious Trauma, dan Burnout pada pendamping yang menangani kekerasan anak dan perempuan. (berdasarkan hasil pencarian di Jurnal Ilmiah DIKTI dan APTIK digital library). Hal inilah yang menjadi alasan 5

kuat bagi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai Vicarious Trauma pada pekerja sosial di LSM untuk wanita dan anak. 6 1.2. Fokus Penelitian Fokus penelitian ini ingin melihat gambaran Vicarious Trauma pada pekerja sosial di LSM untuk wanita dan anak. Fokus penelitian ini didasarkan pada fenomena yang telah dijelaskan di atas, dimana pekerja sosial sebagai salah satu profesi yang berpotensi mengalami Vicarious Trauma dan pekerja sosial yang menangani kasus kekerasan seksual mempunyai skor tertinggi dalam potensi mengalami Vicarious Trauma dibandingkan pekerja sosial di bidang lainnya. Penelitian ini juga akan melakukan identifikasi apa saja perubahan yang dialami oleh pekerja sosial yang mengalami Vicarious Trauma. Subjek penelitian ini adalah pekerja sosial yang bekerja di LSM untuk wanita dan anak. Alasan memilih subjek tersebut karena tingkat trauma dan stres pada pekerja sosial yang menangani kasus kekerasan seksual paling tinggi dibandingkan pekerja sosial di bidang lainnya seperti yang diteliti oleh Cunningham (dalam Morrison, 2007: 4). 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui gambaran Vicarious Trauma pada pekerja sosial di LSM untuk wanita dan anak. 2. Mengetahui gambaran perubahan pada diri pekerja sosial yang mengalami Vicarious Trauma.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis Sebagai informasi dan wacana mengenai gambaran Vicarious Trauma pada pekerja sosial di LSM wanita dan anak, gambaran perubahan yang terjadi pada diri pekerja sosial yang mengalami Vicarious Trauma. Selain itu penelitian ini dapat menjadi bahan pengembangan dalam bidang Psikologi Klinis yaitu mengenai Vicarious Trauma pada pekerja sosial di LSM. 1.4.2. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi informan penelitian yaitu dapat memberi informasi penelitian tentang gambaran Vicarious Trauma pada pekerja sosial, sehingga informan dapat mengetahui perubahan-perubahan yang telah dialaminya dan dapat mengetahui cara mengatasi perubahanperubahan yang menganggu kinerjanya sebagai pekerja sosial. b. Manfaat bagi semua pekerja sosial yaitu untuk mengetahui informasi tentang Vicarious Trauma agar jika mengalaminya, mereka dapat mengatasinya sehingga tidak mempengaruhi kinerja dan kehidupan sosial mereka. c. Manfaat bagi masyarakat yaitu menambah pengetahuan tentang adanya fenomena Vicarious Trauma pada pekerja sosial, sehingga masyarakat dapat mengembangkan penelitian lebih lanjut dari Vicarious Trauma itu sendiri. 7