AKUNTANSI PENDAPATAN DAN BELANJA BAGI PEMERINTAH DAERAH. Makalah ini dipresentasikan di: Biro Keuangan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta 2 Juli 2008

dokumen-dokumen yang mirip
AKUNTANSI DI SATUAN KERJA

AKUNTANSI PEMBIAYAAN DAN TRANSAKSI NONKAS BAGI PEMERINTAH DAERAH

BAB IV PROSEDUR AKUNTANSI PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN DAERAH (PPKD)

PENGEMBANGAN SISTEM DAN PROSEDUR PENCATATAN DAN PELAPORAN AKUNTANSI PEMERINTAH BAGI SATUAN KERJA PENGELOLA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA

Dalam kegiatan ini, Fungsi Akuntansi SKPKD memiliki tugas sebagai berikut :

Akuntansi Satuan Kerja

BAB VI PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PPKD

RK PPKD (belanja)/ Bila Bendahara pengeluaran memotong/memungut pajak: Bila Bendahara pengeluaran menyetor pajak yg dipungut di atas ke Kas Negara:

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DAN PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBD

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2015 DAN 2014

SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH AKUNTANSI

AKNTANSI DANA DI PEMERINTAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem akuntansi menurut Mulyadi (2001 : 3) adalah Organisasi formulir,

BAB II KEBIJAKAN AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA

Penjurnalan dalam Akuntansi Pemerintahan

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

Program Aplikasi SIMDA (Sistim Informasi Manajemen Daerah)

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG LAPORAN ARUS KAS UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2013 DAN 2012.

II. PROSEDUR AKUNTANSI PENERIMAAN KAS

ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2014 REALISASI (Rp)

Laporan Anggaran dan Realisasi Pendapatan dan Belanja Kabupaten Aceh Utara Tahun Anggaran 2006

PEMERINTAH KOTA SEMARANG NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (Audited)

PENGANTAR. PEMERINTAH KABUPATEN BINTAN NERACA PER 31 Desember 2014 dan 2013

ANGGARAN SETELAH PERUBAHAN 2015 (Rp)

BAB III PROSEDUR AKUNTANSI SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

Sesuai dengan Peraturan Meteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 7, Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) dapat diterangkan sebagai berikut:

KERTAS KERJA PENYUSUNAN NERACA KONSOLIDASI POSISI PER TANGGAL.

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

Anggaran Realisasi Realisasi Cat

PEMERINTAH KOTA SEMARANG NERACA PER 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 (Audited)

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 35 TAHUN 2011

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013

BUPATI SAMPANG KATA PENGANTAR

Prosedur Pengajuan Anggaran Pemerintah Kota Depok. Nama : Rini Rosmiati NPM : Pembimbing : Dr. Misdiyono

KULIAH UMUM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMDA

BAB I KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN

PROGRAM S-1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DEPARTEMEN AKUNTANSI

AKUNTANSI PENDAPATAN

AKUNTANSI DI SKPKD. II.1 Dokumen Sumber yang Digunakan

LAPORAN KEUANGAN POKOK

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. bagaimana pencatatan yang diterapkan pada pemerintahan serta di berikan

PROSEDUR PENCATATAN DANA PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SELAKU BLUD

-1- KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN-LRA, BELANJA, TRANSFER DAN PEMBIAYAAN

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

B l e anj a a B l e anj a a langs ung ngs

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 5 LAPORAN ARUS KAS

AKUNTANSI PADA SATUAN KERJA PENGELOLA KEUANGAN DAERAH (SKPKD/PPKD)

BAB XIII SISTEM AKUNTANSI KEWAJIBAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian prosedur menurut M. Nafarin (2010:25) adalah :

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG

BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

PENYUSUNAN NERACA AWAL

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 79 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGELOLAAN KAS NON ANGGARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SISTEM AKUNTANSI NOMOR 13 AKUNTANSI KEWAJIBAN

Pada awal 2015, PPKD Pemerintah Kota Gemah Ripah mempunyai data posisi keuangan sebagai berikut:

NERACA PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN PER 31 DESEMBER 2013 DAN 2012

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 26 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 542 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG

Akuntansi Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)

WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SAMPANG KATA PENGANTAR

SISTEM AKUNTANSI NOMOR 02 AKUNTANSI BEBAN DAN BELANJA. potensi jasa dalam periode pelaporan yang. pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya

PENDAHULUAN. Laporan Keuangan Kabupaten Sidoarjo. Page 1. D a t a K e u a n g a n K a b u p a t e n S i d o a r j o T a h u n s.

KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 03 NERACA

PEMBUATAN SURAT PERTANGGUNGJAWABAN (SPJ) PENGELUARAN PEMBANTU

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB V PEMBAHASAN SISTEM DAN PROSES AKUNTANSI PADA BENDAHARA PENGELUARAN DI DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG

1. SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH BERDASARKAN PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NERACA KOMPARATIF

PEMBUATAN SURAT PERTANGGUNGJAWABAN (SPJ) PENGELUARAN PEMBANTU

DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 8 AKUNTANSI TRANSFER

PELAKSANAAN APBD PERTEMUAN 5

AKUNTANSI KAS DAN SETARA KAS

BERITA DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 3 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KOTA DENPASAR LAPORAN ARUS KAS

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 URAIAN REF ANGGARAN 2014

Lampiran 1. Perbandingan Struktur, Klasifikasi dan Pos-pos Akun. Antara Kepmendagri 29/2002 dengan PP 24/2005

PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ILIR NOMOR : 39 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

WALIKOTA SUKABUMI PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG :

LAPORAN KEUANGAN 2014

RALAT MODUL Halaman 16 Modul 3 BAB I (Kebijakan Akuntansi Pendapatan) huruf B angka 4 huruf a angka 1) huruf d), tertulis: Jurnal LO atau Neraca

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA LAPORAN REALISASI ANGGARAN

PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH (sumber : Kemendagri) tedi -- last 09/16

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 71 TAHUN 2014

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME PENGELOLAAN ANGGARAN KAS DI PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG BARAT

Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan ini 1

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS

2012, No NO NAMA PENERIMA ALAMAT PENERIMA JUMLAH (Rp) Dst

GUBERNUR JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 6 TAHUN 2014

PENATAUSAHAAN KEUANGAN DAERAH

FORMAT KONVERSI DAN PENGUNGKAPAN HIBAH BERUPA BARANG DAN/ATAU JASA SERTA BANTUAN SOSIAL BERUPA BARANG PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA

KEPATUHAN PADA PERUNDANG-UNDANGAN DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Transkripsi:

AKUNTANSI PENDAPATAN DAN BELANJA BAGI PEMERINTAH DAERAH OLEH : DINI ROSDINI, SE, MAk, Ak. Makalah ini dipresentasikan di: Biro Keuangan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta 2 Juli 2008 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008

KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT, karena berkat Rahmat dan Ridho Nya lah, saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah yang saya tulis ini merupakan pembahasan mengenai Akuntansi Pendapatan dan Belanja bagi Pemerintah Daerah, baik bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) maupun bagi Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD). Latar belakang penyusunan makalah ini adalah adanya Peraturan Menteri Dalam Negeri No 59 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang harus segera diterapkan oleh seluruh pemerintah daerah di Indonesia, di antaranya adalah penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah yang terdiri dari akuntansi pendapatan, belanja, pembiayaan dan transaksi non kas. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, dan saya menyadari bahwa masih banyaknya kekurangan dan keterbatasan dalam makalah ini, sehingga saya mengharapkan masukan yang beharga untuk peningkatan kualitas makalah serta saya memohon maaf atas segala kekurangan. Terima kasih. Penulis Dini Rosdini, SE, MAk, Ak.

DAFTAR ISI Kata Pengantar i Daftar Isi ii Akuntansi Pendapatan 1 Definisi 1 Akuntansi Pendapatan SKPD. 2 Dokumen Sumber yang digunakan. 2 Standar Jurnal Transaksi Pendapatan... 3 Akuntansi Pendapatan PPKD.. 4 Dokumen Sumber yang digunakan.. 5 Standar Jurnal Transaksi Pendapatan 5 Akuntansi Belanja. 6 Definisi.. 6 Akuntansi Transaksi Belanja SKPD. 8 Dokumen Sumber yang digunakan 9 Standar Jurnal Transaksi Belanja.. 10 Akuntansi Transaksi Belanja PPKD. 12 Dokumen Sumber yang digunakan 12 Standar Jurnal Transaksi Belanja.. 13 Daftar Pustaka iii

AKUNTANSI PENDAPATAN DAN BELANJA BAGI PEMERINTAH DAERAH I. AKUNTANSI PENDAPATAN Definisi Dalam PP No 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, pendapatan didefinisikan sebagai berikut : Pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara / Daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 Tahun 2006, mendefinisikan pendapatan sebagai hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Dari kedua definisi tersebut jelas terlihat bahwa pendapatan merupakan hak pemerintah yang menambah nilai ekuitas dana pemerintah. Kelompok pendapatan yang diterima oleh PPKD adalah sebagai berikut: - Pendapatan Asli Daerah (PAD) - Dana Perimbangan (pendapatan transfer) - Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah Dari kelompok pendapatan di atas, hanya Pendapatan Asli Daerah yang ada di SKPD, sedangkan dua kelompok pendapatan lainnya hanya ada di PPKD. Rincian dari kelompok PAD menurut kedua peraturan pemerintah tersebut, yaitu: PP No. 24 tahun 2005 Permendagri No. 13 Tahun 2006 - Pajak Daerah - Pajak Daerah - Retribusi Daerah - Retribusi Daerah 1

- Hasil pengelolaan kekayaan daerah - Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan yang dipisahkan - Lain-lain PAD yang sah - Lain-lain PAD yang sah 1. Akuntansi Pendapatan SKPD a. Transaksi pendapatan di SKPD dicatat oleh Petugas Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD). Transaksi ini dicatat harian pada saat kas diterima oleh bendahara penerimaan atau pada saat menerima bukti transfer dari pihak ketiga. b. Koreksi atas pengembalian pendapatan (yang tidak berulang), yang terjadi atas pendapatan tahun berjalan, dicatat sebagai pengurang pendapatan. Sedangkan koreksi atas pengembalian pendapatan periode sebelumnya, dicatat sebagai belanja tidak terduga (PP No. 24 Tahun 2005, dicatat sebagai pengurang ekuitas dana lancar). c. Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang atas penerimaan pendapatan periode berjalan atau sebelumnya, dicatat sebagai pengurang pendapatan. d. Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto. Dokumen Sumber yang Digunakan Dokumen sumber yang digunakan sebagai dasar pencatatan transaksi pendapatan di PPKD ini adalah sebagai berikut : Transaksi Dokumen sumber Penerimaan PAD - Surat Ketetapan Pajak Daerah - Surat Ketetapan Retribusi - Surat tanda bukti pembayaran - Bukti penerimaan lainnya 2

Standar Jurnal Transaksi Pendapatan Berikut adalah standar jurnal untuk mencatat transaksi penerimaan pendapatan di SKPD : No. Transaksi Standar Jurnal 1 Penerimaan pendapatan pajak daerah Dr. Kas di Bend Penerimaan/Bank. xx Cr. Pendapatan Pajak Daerah... xx 2 Penerimaan pendapatan Retribusi daerah 3 Penerimaan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 4 Penerimaan Lain-lain PAD yang sah Dr. Kas di Bend Penerimaan/Bank. xx Cr. Pendapatan Retribusi Daerah... xx Dr. Kas di Bend Penerimaan/Bank... xx Cr. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan... xx Dr. Kas di Bend Penerimaan/Bank... xx Cr. Lain-lain PAD yang sah... xx Berikut adalah standar jurnal untuk mencatat transaksi penyetoran pendapatan ke Kas Daerah : Penyetoran Pendapatan Ke Kas Dr. RK-PPKD... xx Daerah Cr. Kas di Bend Penerimaan/Bank... xx Dalam kondisi tertentu, dimungkinkan terjadi pengembalian kelebihan pendapatan yang harus dikembalikan ke pihak ketiga. Jika pengembalian kelebihan pendapatan sifatnya berulang (recurring) baik yang terjadi di periode berjalan atau periode sebelumnya, dan juga berlaku bagi pengembalian yang sifatnya tidak berulang tetapi terjadi dalam periode berjalan. PPK-SKPD berdasarkan informasi transfer kas dari BUD mencatat transaksi pengembalian kelebihan tersebut dengan jurnal sebagai berikut : 3

Pengembalian kelebihan pendapatan Dr. Pendapatan... xx Cr. RK-PPKD... xx Pada saat pengembalian kelebihan pendapatan tersebut dilakukan melalui Rekening Kas Daerah, Akuntansi PPKD akan mencatat transaksi pengembalian kelebihan pendapatan tersebut dengan jurnal sebagai berikut : Pengembalian kelebihan Dr. RK-SKPD... xx Pendapatan Satker yang dicatat Cr. Kas di Kas Daerah... xx oleh PPK-PPKD Jika pengembalian kelebihan pendapatan tersebut bersifat tidak berulang (non recurring) dan terkait dengan pendapatan periode sebelumnya, Satuan Kerja tidak melakukan pencatatan. Pencatatan dilakukan oleh Akuntansi PPKD dengan jurnal sebagai berikut : Pengembalian kelebihan Dr. SiLPA... xx Pendapatan, bersifat tidak Cr. Kas di Kas Daerah... xx berulang (non recurring) 2. Akuntansi Pendapatan PPKD Kelompok pendapatan yang menjadi kewenangan PPKD adalah sebagai berikut: - Dana Perimbangan ( pendapatan transfer ) - Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah a. Transaksi pendapatan di PPKD dicatat oleh Petugas Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-PPKD). Transaksi ini dicatat harian pada saat kas diterima oleh Kas Daerah atau pada saat menerima bukti transfer dari pihak ketiga. e. Koreksi atas pengembalian pendapatan (yang tidak berulang), yang terjadi atas pendapatan tahun berjalan, dicatat sebagai pengurang pendapatan. Sedangkan koreksi atas pengembalian pendapatan periode sebelumnya, 4

dicatat sebagai belanja tidak terduga (PP No. 24 thn 2005, dicatat sebagai pengurang ekuitas dana lancar). f. Pengembalian yang sifatnya normal dan berulang atas penerimaan pendapatan periode berjalan atau sebelumnya, dicatat sebagai pengurang pendapatan. g. Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto. Dokumen Sumber Yang Digunakan Dokumen sumber yang digunakan sebagai dasar pencatatan transaksi pendapatan di PPKD ini adalah sebagai berikut : Transaksi Dokumen sumber Penerimaan dana perimbangan -Surat tanda bukti transfer pembayaran dari KPPN -Bukti penerimaan lainnya Lain-lain Pendapatan Daerah -Surat tanda bukti penerimaan Yang Sah -Bukti penerimaan lainnya (Berita acara penerimaan) Standar Jurnal Transaksi Pendapatan Berikut adalah standar jurnal untuk mencatat transaksi pendapatan di PPKD : No Transaksi Standar jurnal 1 Penerimaan pendapatan Dana perimbangan Dr. Kas di Kasda/Bank... xx Cr. Pendapatan dana perimbangan... xx 2 Penerimaan pendapatan Dr. Kas di Kasda/Bank... xx Lain-lain yang sah Cr. Lain-lain Pendapatan Daerah yg sah.. xx Dalam kondisi tertentu, dimungkinkan terjadi pengembalian kelebihan pendapatan yang harus dikembalikan ke pihak ketiga. Jika pengembalian kelebihan pendapatan sifatnya berulang (recurring) baik yang terjadi di periode berjalan atau periode sebelumnya, dan juga berlaku bagi pengembalian yang 5

sifatnya tidak berulang tetapi terjadi dalam periode berjalan. PPK-PPKD berdasarkan informasi transfer kas dari BUD mencatat transaksi pengembalian kelebihan tersebut dengan jurnal sebagai berikut : Pengembalian kelebihan Dr. RK-SKPD... xx Pendapatan Satker yang dicatat Cr. Kas di Kas Daerah... xx oleh PPK-PPKD Jika pengembalian kelebihan pendapatan tersebut bersifat tidak berulang (non recurring) dan terkait dengan pendapatan periode sebelumnya, Satuan Kerja tidak melakukan pencatatan. Pencatatan dilakukan oleh Akuntansi PPKD dengan jurnal sebagai berikut : Pengembalian kelebihan Dr. SiLPA... xx Pendapatan, bersifat tidak Cr. Kas di Kas Daerah... xx berulang (non recurring) II. AKUNTANSI BELANJA Definisi Definisi belanja menurut PP No. 24 Tahun 2005 adalah sebagai berikut : Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara / Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Definisi lain dari belanja ini adalah seperti yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 sebagai berikut : Belanja adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih. Kedua definisi tersebut di atas menjelaskan bahwa transaksi belanja akan menurunkan ekuitas dana pemerintah daerah. Kedua peraturan yang mengatur penatusahaan belanja tersebut, mengklasifikasikan belanja dengan klasifikasi yang berbeda. Perbedaan 6

dimaksud semata-mata karena ada hal lain yang ingin dicakup dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006. Sebagaimana diketahui Permendagri No. 13 Tahun 2006 merupakan pedoman pengelolaan keuangan daerah, yang mencakup mengenai perencanaan, penganggaran, penatausahaan, akuntansi dan pertanggungjawaban. Sebagai instrumen penganggaran, beberapa informasi diperlukan diantaranya informasi pengendalian.yang dikaitkan dengan konsep anggaran berbasis kinerja. Konsep anggaran berbasis kinerja menghendaki adanya keterkaitan antara output/hasil dari suatu program/kegiatan dikaitkan dengan input yang digunakan. Dalam bahasa keuangan input tersebut tercermin dari belanja yang dikeluarkan untuk membiayai suatu program ataupun kegiatan. Oleh karena itu untuk tujuan dimaksud dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006 terdapat pengelompokkan Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan program dan kegiatan. Sedangkan Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program/kegiatan. Selanjutnya untuk keperluan penyajian Laporan Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, Permendagri No. 13 Tahun 2006 telah mengamanatkan bahwa penyajian laporan keuangan berdasarkan PP No. 24 Tahun 2005. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel sebagai berikut : No. PP No. 24 tahun 2005 Permendagri No. 13 tahun 2006 1 Belanja Operasi Belanja Tidak Langsung - Belanja pegawai - Belanja pegawai - Belanja barang - Belanja bunga - Bunga - Belanja subsidi - Subsidi - Belanja hibah - Hibah - Belanja bantuan sosial - Bantuan sosial - Belanja bagi hasil kepada Provinsi/ Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa - Belanja bantuan keuangan kepada 7

Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa - Belanja tidak terduga Belanja modal Belanja Langsung - Belanja tanah - Belanja pegawai - Belanja peralatan dan mesin - Belanja barang dan jasa - Belanja gedung dan bangunan - Belanja modal - Belanja jalan, irigasi, dan Jaringan - Belanja aset tetap lainnya - Belanja aset lainnya Kewenangan SKPD dalam transaksi belanja meliputi : a. Belanja tidak langsung, yaitu : belanja pegawai. b. Belanja langsung, yaitu : belanja pegawai, belanja barang dan jasa, belanja modal. 1. Akuntansi Transaksi Belanja SKPD a. Transaksi belanja di SKPD dicatat oleh Petugas Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-SKPD). Transaksi ini dicatat harian pada saat kas dibayarkan oleh bendahara pengeluaran atau pada saat menerima tembusan bukti transfer ke pihak ketiga. b. Koreksi atas penerimaan kembali belanja yang terjadi pada periode pengeluaran belanja, dicatat sebagai pengurang belanja. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi belanja dicatat sebagai pendapatan lain-lain (PP No. 24 th 2005). c. Akuntansi belanja dilaksanakan berdasarkan azas bruto. d. Untuk transaksi belanja modal, pencatatan dilakukan secara corollary, yaitu dicatat dengan 2 (dua) jurnal. Satu jurnal untuk mencatat belanja, dan yang 8

lainnya untuk mencatat aset yang diperoleh dari transaksi belanja modal tersebut. e. Transaksi belanja di SKPD dilakukan dengan dua (2) cara yaitu : - pembayarannya dengan SP2D UP/GU/TU - pembayarannya dengan SP2D LS f. Transaksi penerimaan fihak ketiga (PFK) merupakan transaksi transitoris berupa penerimaan kas dari pihak ketiga yang sifatnya titipan dan harus diakui sebagai utang. Dokumen Sumber yang Digunakan Dokumen sumber yang dijadikan dasar dalam pencatatan transaksi belanja ini adalah sebagai berikut : No. Transaksi Belanja 1 Belanja operasi (belanja tidak langsung) 2 Belanja modal (belanja lansung) Dokumen Sumber - SP2D - nota debit bank - bukti pengeluaran lainnya - SP2D - nota debit bank - bukti pengeluaran lainnya 3 Penerimaan PFK - SP2D - Bukti potongan - Bukti pengeluaran lainnya 4 Pelunasan PFK - SP2D - Bukti potongan - Bukti pengeluaran lainnya Lampiran Dokumen Sumber - SPM - SPD - bukti tanda terima barang / jasa - SPM - SPD - berita acara serah terima barang / jasa - SPM - SPD - Bukti tanda terima barang/jasa - SPM - SPD - Berita acara serah terima Standar Jurnal Transaksi Belanja 9

Di bawah ini adalah standar jurnal untuk mencatat transaksi belanja di SKPD : No. Transaksi Standar Jurnal 1 Penerimaan SP2D UP/GU/TU oleh bendahara pengeluaran di Dr. Kas di Bend Pengeluaran/Bank. xx Cr. RK-PPKD.... xx SKPD 2 Belanja operasi (belanja tidak langsung), dengan SP2D UP/ Dr. Belanja... xx Cr. Kas di Bend Pengeluaran/Bank... xx GU/TU 3 Belanja operasi (belanja tidak langsung) dengan SP2D LS Dr. Belanja... xx Cr. RK-PPKD... xx Dalam hal terjadi pengembalian kas dari SP2D UP/TU dari SKPD ke BUD, maka jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut : 4 Pengembalian kas SP2D UP/TU di SKPD Dr. RK-PPKD... xx Cr. Kas di Bend Pengeluaran... xx Khusus untuk transaksi belanja yang menghasilkan aset tetap, PPK- SKPD juga mengakui penambahan aset (sesuai dengan jenis asetnya) dengan menjurnal : 5 Belanja modal (belanja langsung) dengan SP2D UP/ Dr. Belanja modal... xx Cr. Kas di Bend Pengeluaran/Bank... xx GU/TU 6 Belanja modal (belanja langsung) dengan SP2D LS Dr. Belanja modal.... xx Cr. RK-PPKD... xx 7 Pengakuan aset tetap dari Dr. Aset tetap... xx belanja modal SKPD Cr. Ekuitas Dana Investasi Aset tetap... xx 10

Dalam kasus LS Gaji dan Tunjangan, meskipun dana yang diterima oleh pegawai adalah jumlah netto (setelah dikurangi potongan), namun PPK-SKPD tetap mencatat belanja gaji dan tunjangan dalam jumlah bruto. PPK-SKPD tidak perlu mencatat potongan tersebut karena pencatatannya sudah dilakukan oleh BUD dalam sub sistem Akuntansi PPKD. Standar jurnal nya adalah sebagai berikut : 8 Belanja Gaji di SKPD Dr. Belanja Gaji dan Tunjangan... xx Dr. Tunjangan Keluarga... xx Dr. Tunjangan Fungsional Umum... xx Cr. RK-PPKD... xx Dalam kasus UP Barang dan Jasa, seringkali terdapat potongan pajak sehingga dana yang diterima oleh pihak ketiga adalah jumlah netto (setelah dikurangi potongan pajak), namun PPK-SKPD tetap mencatat belanja tersebut dalam jumlah bruto. PPK-SKPD kemudian mencatat potongan tersebut sebagai Hutang, dengan jurnal sebagai berikut : 9 Penerimaan Potongan Pajak di SKPD Dr. Kas di Bend Pengeluaran... xx Cr. Hutang Pajak... xx 10 Pelunasan Pajak Dr. Hutang Pajak... xx Cr. Kas di Bend Pengeluaran... xx Koreksi atas penerimaan kembali belanja yang terjadi pada periode pengeluaran belanja di catat sebagai pengurang belanja. PPK-SKPD mencatat transaksi pengembalian belanja tersebut dengan jurnal sebagai berikut : 11 Pengembalian kelebihan Belanja Dr. Kas di Bend Pengeluaran/Bank... xx Cr. Belanja... xx Koreksi atas penerimaan kembali belanja apabila diterima pada periode berikutnya, maka SKPD mencatat jurnal sebagai berikut : 11

12 Pengembalian kelebihan Belanja, diterima pada periode berikutnya Dr. Kas di Bend Pengeluaran/Bank... xx Cr. Pendapatan lain-lain... xx 2. Akuntansi Transaksi Belanja PPKD a. Transaksi belanja di PPKD dicatat oleh Petugas Penatausahaan Keuangan PPKD (PPK-PPKD). Transaksi ini dicatat harian pada saat kas dibayarkan oleh bendahara pengeluaran atau pada saat menerima tembusan bukti transfer ke pihak ketiga. b. Koreksi atas penerimaan kembali belanja yang terjadi pada periode pengeluaran belanja, dicatat sebagai pengurang belanja. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi belanja dicatat sebagai pendapatan lain-lain (PP No 24 th 2005). c. Akuntansi belanja dilaksanakan berdasarkan azas bruto. d. Untuk transaksi belanja modal, pencatatan dilakukan secara corollary, yaitu dicatat dengan 2 (dua) jurnal. Satu jurnal untuk mencatat belanja, dan yang lainnya untuk mencatat aset yang diperoleh dari transaksi belanja modal tersebut. e. Transaksi belanja di PPKD dilakukan dengan dua ( 2 ) cara yaitu : - pembayarannya dengan SP2D UP/GU/TU - pembayarannya dengan SP2D LS f. Transaksi penerimaan fihak ketiga (PFK) merupakan transaksi transitoris berupa penerimaan kas dari pihak ketiga yang sifatnya titipan dan harus diakui sebagai utang. Dokumen Sumber yang Digunakan Dokumen sumber yang dijadikan dasar dalam pencatatan transaksi belanja ini adalah sebagai berikut : 12

No Transaksi Belanja 1 Belanja operasi (belanja tidak langsung) Dokumen sumber - SP2D - nota debit bank - bukti pengeluaran lainnya Lampiran dokumen sumber - SPM - SPD - bukti tanda terima barang/jasa 2 Belanja modal (belanja langsung) - SP2D - nota debit bank - bukti pengeluaran lainnya 3 Belanja tidak terduga - SP2D - nota debit bank - bukti pengeluaran lainnya 4 Belanja transfer - SP2D - nota debit bank - bukti pengeluaran lainnya 5 Penerimaan PFK - SP2D - Bukti potongan - Bukti pengeluaran lainnya 6 Pelunasan PFK - SP2D - Bukti potongan - Bukti pengeluaran lainnya - SPM - SPD - berita acara serah terima barang/jasa - SPM - SPD - keputusan kepala daerah - SPM - SPD - SPM - SPD - Bukti tanda terima barang/jasa - SPM - SPD - Berita acara serah terima Standar Jurnal Transaksi Belanja Di bawah ini adalah standar jurnal untuk mencatat transaksi belanja di PPKD : No Transaksi Standar jurnal 1 Belanja operasi (belanja tidak langsung), dengan SP2D UP/ GU/TU Dr. Belanja... xx Cr. Kas di Kasda/Bank... xx 13

2 Belanja operasi (belanja tidak langsung), dengan SP2D LS 3 Belanja modal (belanja langsung) dengan SP2D UP/ GU/TU 4 Belanja modal (belanja langsung) dengan SP2D LS Pengakuan aset atas belanja modal PPKD 5 Belanja tidak terduga dengan SP2D UP/GU/TU Dr. Belanja... xx Cr. Kas di Kasda/Bank... xx Dr. Belanja modal. xx Cr. Kas di Kasda/Bank. xx Dr. Belanja modal... xx Cr. Kas di Kasda/Bank. xx Dr. Aset tetap... xx Cr. Ekuitas Dana Investasi Aset tetap... xx ( jurnal corollary dari belanja modal ) Dr. Belanja... xx Cr. Kas di Kasda/Bank.. xx 6 Belanja tidak terduga dengan SP2D LS 7 Belanja transfer dengan SP2D UP/GU/TU 8 Belanja transfer dengan SP2D LS Dr. Belanja... xx Cr. Kas di Kasda/Bank... xx Dr. Belanja xx Cr. Kas di Kasda/ Bank xx Dr. Belanja... xx Cr. Kas di Kasda/Bank... xx Dalam kasus LS Gaji dan Tunjangan, PPK-PPKD mencatat potongan pajak/taperum/iwp untuk seluruh Satker yang pemotongannya dilakukan oleh PPKD. Standar jurnal nya adalah sebagai berikut : 9 Potongan Pajak/Taperum/IWP Satker yang dicatat oleh PPK-PPKD Dr. Kas di Kasda/Bank...... xx Cr. Hutang Pajak PFK... xx Cr. Hutang Taperum PFK... xx Cr. Hutang IWP PFK... xx 14

Dalam kasus LS Barang dan Jasa, seringkali terdapat potongan pajak sehingga dana yang diterima oleh pihak ketiga adalah jumlah netto (setelah dikurangi potongan pajak), namun PPK-PPKD tetap mencatat belanja tersebut dalam jumlah bruto. PPK-PPKD kemudian mencatat potongan tersebut sebagai Hutang, dengan jurnal sebagai berikut : 10 Penerimaan Potongan Pajak di PPKD Dr. Kas di Kasda/Bank... xx Cr. Hutang Pajak... xx 11 Pelunasan Pajak Dr. Hutang Pajak... xx Cr. Kas di Kasda/Bank...... xx Koreksi atas penerimaan kembali belanja yang terjadi pada periode pengeluaran belanja di catat sebagai pengurang belanja. PPK-PPKD mencatat transaksi pengembalian belanja tersebut dengan jurnal sebagai berikut : 12 Pengembalian kelebihan belanja Dr. Kas di Kasda/Bank...... xx Cr. Belanja... xx Koreksi atas penerimaan kembali belanja apabila diterima pada periode berikutnya, maka SKPD mencatat jurnal sebagai berikut : 13 Pengembalian kelebihan Belanja, diterima pada periode berikutnya Dr. Kas di Kasda/Bank... xx Cr. Pendapatan lain-lain... xx 15

DAFTAR PUSTAKA Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Pemerintahan. 2005 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. 2007. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. 2006. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.