BAB 9. Kurva Kelembaban (Psychrometric) dan Penggunaannya

dokumen-dokumen yang mirip
A. Pengertian Psikometri Chart atau Humidty Chart a. Terminologi a) Humid heat ( Cs

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi

HUMIDIFIKASI DEHUMIDIFIKASI

MODUL 8 PSIKROMETRIK CHART

Campuran udara uap air

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

UNIT 4 SIKLUS REFRIGERASI

SMK NEGERI I CIREBON 2011 Visit us on : ptu.smkn1-cirebon.sch.id

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN

BAB II LANDASAN TEORI. tropis dengan kondisi temperatur udara yang relatif tinggi/panas.

BAB 1 Energi : Pengertian, Konsep, dan Satuan

TUGAS PERPINDAHAN PANAS

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

Nama : Maruli Tua Sinaga NPM : 2A Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing :Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT.

Menurut Brennan (1978), pengeringan atau dehidrasi didefinisikan sebagai pengurangan kandungan air oleh panas buatan dengan kondisi temperatur, RH, da

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi

UNIT 7 PROSES-PROSES PSYCHROMETRICS

FISIKA 2. Pertemuan ke-4

FISIKA TERMAL Bagian I

BAB II LANDASAN TEORI

HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Ke 6 (KELEMBABAN UDARA)

FISIKA TERMAL(1) Yusron Sugiarto

ENTROPI. Untuk gas ideal, dt dan V=RT/P. Dengan subtitusi dan pembagian dengan T, akan diperoleh persamaan:

PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR ALIRAN TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN (DROPLET) LARUTAN AGAR AGAR SKRIPSI

BAB 4 UAP JENUH DAN UAP PANAS LANJUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dalam Peralatan Pengeringan

UJI PRESTASI PENDINGINAN EVAPORASI KONTAK TIDAK LANGSUNG (INDIRECT EVAPORATIVE COOLING) DENGAN VARIASI TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN AIR

LANDASAN TEORI. P = Pc = P 3 = P 2 = Pg P 5 P 4. x 5. x 1 =x 2 x 3 x 2 1

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA COOLING TOWER

Laporan Tugas Akhir BAB II TEORI DASAR

12/3/2013 FISIKA THERMAL I

II. TINJAUAN PUSTAKA. seperti kulit binatang, dedaunan, dan lain sebagainya. Pengeringan adalah

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap

AIR CONDITIONING SYSTEM. Oleh : Agus Maulana Praktisi Bidang Mesin Pendingin Pengajar Mesin Pendingin Bandung, 28 July 2009

ANALISIS KINERJA COOLING TOWER 8330 CT01 PADA WATER TREATMENT PLANT-2 PT KRAKATAU STEEL (PERSERO). TBK

LAPORAN TUGAS AKHIR. Analisa Performance Menara Pendingin Tipe Induced Draft Counterflow Tower With Fill Sebagai Pendingin Pengecoran Baja

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Rumusan Masalah I.3 Tujuan Instruksional Khusus I.4 Manfaat Percobaan

BAB III LANDASAN TEORI

DATA METEOROLOGI. 1. Umum 2. Temperatur 3. Kelembaban 4. Angin 5. Tekanan Udara 6. Penyinaran matahari 7. Radiasi Matahari

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara

PENGARUH JENIS SPRAYER TERHADAP EFEKTIVITAS DIRECT EVAPORATIVE COOLING DENGAN COOLING PAD SERABUT KELAPA

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

III ZAT MURNI (PURE SUBSTANCE)

BAB 6. Neraca Energi dengan Efek Reaksi Kimia

TUGAS AKHIR EKSPERIMEN HEAT TRANSFER PADA DEHUMIDIFIER DENGAN AIR DAN COOLANT UNTUK MENURUNKAN KELEMBABAN UDARA PADA RUANG PENGHANGAT

Gambar 4.1. Profil Temperatur Pada Posisi Aksial Variasi (Psti = Pa, ṁco,i = 6,9 x 10-4 kg/s)

PERUBAHAN EFISIENSI KERJA AIR COOLER DENGAN SPONGE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KESETIMBANGAN ENERGI

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Proses Perpindahan Panas Konveksi Alamiah dan Peralatan Pengering

MESIN PENGERING SEPATU DENGAN UDARA BUANG YANG DIMANFAATKAN UNTUK PENGERING SEPATU SKRIPSI

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

...(2) adalah perbedaan harga tengah entalphi untuk suatu bagian. kecil dari volume.

PENINGKATAN EFISIENSI AIR COOLER DENGAN SERABUT KELAPA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

STUDI EXPERIMENT KARAKTERISTIK PENGERINGAN BATUBARA TERHADAP VARIASI SUDUT BLADE PADA SWIRLING FLUIDIZED BED DRYER.

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING PISANG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 4,5 kg PER-SIKLUS

BAB III LEMBAR UDARA ( = HUMIDITY)

Salah satu jenis pengering udara adalah regenerative desiccant air dryer. Gambar 2.2 merupakan salah satu contoh dari alat pengering udara jenis

BAB III METODE PENELITIAN

II LANDA SAN TEO RI BAB II LANDASAN TEORI. Sulfamic acid juga dikenal sebagai asam amidosulfonic, asam amidosulfuric, asam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ENGE DA D L A IAN IA RH S ELAM A A A PENY

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

PENGUJIAN DIRECT EVAPORATIVE COOLING POSISI VERTIKAL DENGAN ALIRAN SEARAH

MESIN PENGHASIL AIR AKI MENGGUNAKAN MESIN SIKLUS KOMPRESI UAP DILENGKAPI DENGAN HUMIDIFIER

BAB IV HASIL DAN ANALISA

UNIVERSITAS DIPONEGORO TUGAS AKHIR LUTFI HAVIDZ KIRANTHO L2E FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

1. Bengkuang yang digunakan diperoleh dari pasar pakem 2. Udara panas sebagai media pengering

ALAT UKUR KELEMBABABAN UDARA

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA. 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam!

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

PENGARUH DEBIT AIR SEMBURAN TERHADAP EFEKTIVITAS DIRRECT EVAPORATIVE COOLING POSISI HORISONTAL

Oleh Listumbinang Halengkara, S.Si.,M.Sc. Prodi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila

Epoxy Floor Coating :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

PENYIMPANAN DAN PENGGUDANGAN PENDAHULUAN

AIR COOLER DENGAN MEMPERGUNAKAN AIR YANG DIDINGINKAN MESIN PENDINGIN

V Reversible Processes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB 9 Kurva Kelembaban (Psychrometric) dan Penggunaannya a. Terminologi Kelembaban Ҥ (specific humidity) merupakan massa uap air (dalam lb atau kg) per unit massa udara kering (dalam lb atau kg) (beberapa menggunakan mole uap air per mole udara kering sebagai penjelasan dari kelembaban) m Ҥ = m H O 2 udaraker ing 18 ph 18 2O nh2o (9.1) 29( p p ) 29( n n ) total H O 2 total H O Terminologi yang berkaitan dengan campuran udara-uap air antara lain : a) Humid heat (Cs) Merupakan kapasitas panas campuran udara-uap air yang berdasarkan pada basis 1 lb atau kg udara kering. C s C (9.2) pudara ( C p H2Ouap) Asumsi kapasitas panas untuk udara dan uap air adalah konstan di bawah range kondisi tertentu eksperimen pada perhitungan AC dan humidifikasi, sehingga dapat dituliskan pada satuan AE : Sedangkan pada satuan SI C 0.240 0.45 (Ҥ) Btu/( o F) (lb udara kering) (9.3) s C 1.00 1.88 (Ҥ) Btu/( o F) (lb udara kering) (9.4) s 2

Tabel 9.1 Parameter yang Termasuk dalam Perhitungan Grafik Humidity b) Humid volume Merupakan volume 1 lb atau kg udara kering plus uap air pada udara. Pada sistem AE : 3 359 ft 1lb mol udara V 1lb mol 29 lb udara (0.730T ( o F) 336) o 3 T ( F) 460 359 ft 1lb mol air 32 460 1lb mol 18lb air 1 29 H 18 dimana V dalam ft 3 /lb udara kering. Pada sistem SI : T ( o F) 460 32 460 H lb air lb air V 22.415 m 1kgmol 3 1kgmol udara 29 kgudara T ( K) 22.415 m 273 1kgmol 3 1kgmol air 18 kgair T ( K) 273 H kgair kgair 2.80 10 3 T( K) 4.56 10 3 T( K) H dimana V dalam m 3 /kg udara kering. c) Dry-bulb Temperature (T DB ) Merupakan temperature seperti umumnya yang selalu digunakan dengan mengukur pada gas dalam o F, atau o C, ( o R atau K). d) Wet-bulb Temperature (T WB ) Pengukuran temperature dilakukan pada kondisi thermometer yang basah. Misalnya mengukur temperature dengan membasahi thermometer bagian ujung yang berisi merkuri dengan cotton/sumbu (wick) basah. Seperti ditunjukkan pada gambar 9.1.

Gambar 9.1 Wet-bulb temperature Pada saat air di sumbu menguap, sumbu tersebut akan menjadi dingin dan terus menjadi dingin sampai laju energi energi yang ditransfer ke sumbu dengan steadystate oleh udara yang dialirkan sama dengan energi yang hilang karena air yang menguap dari sumbu. Wet-bulb temperature terjadi pada ujung pentolan (bulb) saat air pada sumbu berada dalam kondisi kesetimbangan dengan uap air di udara. Gambar 9.2 Pendinginan karena evaporasi pada sumbu dengan kondisi awal drybulb temperature (T DB ) menyebabkan thermometer yang dililit sumbu pada kondisi kesetimbangan untuk mencapai wet-bulb temperature (T DB ) 9.1 Grafik Humiditi (Psychrometric) Grafik humidity atau secara formal disebut grafik psikometrik berhubungan dengan berbagai macam parameter yang termasuk di dalam neraca energi dan massa pada udara lembab.

Pada grafik humiditi, bagian sumbu vertical (pada bagian kanan) adalah specific humidity, sedangkan bagian sumbu horizontal merupakan dry-bulb temperature. Garis Wet-bulb (Persamaan) Wet-bulb temperature berdasarkan pada kesetimbangan antara laju energi ke pentolan (bulb) dan evaporasi air. Gambar 9.3 Koordinat utama grafik humiditi Gambar 9.4 Representasi proses wet-bulb pada grafik H(humidity)-T Sebagai contoh, pada proses wet-bulb dengan kondisi awal T DB (sepanjang garis horisontal) dan H DB (sepanjang garis vertikal) kombinasi kedua garis tersbut adalah titik A. Garis ditarik kearah kiri melalui wet-bulb line menuju kurva

saturasi (di titik B). Lalu dari titik B ditarik garis ke bawah sehingga diperoleh T WB (di titik C), dan ditarik garis ke samping arah kanan dari titik B sehingga diperoleh H DB (di titik D). Garis Pendinginan Adiabatis (Persamaan) Pendinginan adiabatic disebut juga humidfikasi seperti ditunjukkan pada gambar 9.5. Gambar 9.5 Proses Humidifikasi Adiabatis dengan Air yang di-recycle Pada proses ini, udara didinginkan dan dihumidifikasi (kandungan air naik) sedangkan sedikit air yang diresiskulasi diuapkan sehingga dibutuhkan makeup water. Pada kondisi kesetimbangan dan steady-state, temperature udara keluar sama dengan temperature air, dan udara yang keluar jenuh pada kondisi temperature ini. Catatan untuk garis dan kurva pada grafik humidity : 1. Relative humidity konstan diindikasikan dalam persen 2. Humid volume konstan 3. Garis pendinginan adiabatik dimana sama dengan wet-bulb atau garis psikometrik. 4. Kurva relative humidity 100% (contoh : kurva udara jenuh) 5. Entalpi spesifik per massa udara kering untuk campuran udara jenuh-uap air : H H udara H uapair(humidity )

Gambar 9.6 Kerangka Grafik humidity (psikometrik) menunjukkan hubungan temperature, dewpoint, wet- and dry-bulb temperature, relative humidity, specific humid volume, humidity enthalpy, adiabatic cooling/wet-bulb line.

Gambar 9.7 Grafik humidity (psikometrik) dalam satuan AE

Gambar 9.8 Grafik humidity (psikometrik) dalam satuan SI

Contoh 9.1 Menentukan Properti Udara Basah dengan Grafik Humiditi Tuliskan semua properti yang dapat Anda temukan di grafik humidity (satuan AE) untuk udara basah pada dry-bulb temperature 90 o F and wet-bulb temperature 70 o F. Dapat diasumsikan bahwa sesorang dapat mengukur dry-bulb temperature menggunakan thermometer raksa dan wet-bulb temperature menggunakan sling psychrometer. Penyelesaian : Penyelesaian dengan melihat grafik humidity satuan AE. Penjelasan grafik : Menentukan titik A dari dry-bulb temperature (90 o F) dan wet-bulb temperature (70 o F) dengan menraik garis ke atas dari T DB = 90 o F kemudian berpotongan dengan garis wet-bulb pada suhu 70 o F dan menarikanya ke kiri hingga mencapai saturated air line (100% relative humidity). Dari titik A, ditarik ke arah kiri sampai dengan garis humidity (H). Properti yang lain bisa ditentukan setelah titik A fixed, properti tersebut antara lain :

a) Dew Point Saat udara pada titik A didinginkan pada tekanan tetap (efeknya adalah humidity konstan) sehingga mencapai temperature dimana udara tersebut mulai terkondensasi. Proses ini dapat diketahui di grafik dengan menarik garis horizontal dari titik A ke kiri sampai berpotongan dengan saturated air line. Dew point ditunjukkan pada titik B yaitu pada suhu 60 o F. b) Relative humidity Diperoleh dengan menginterpolasi antara garis Relative humidity 30% dan 40%, sehingga dapat ditentukan relative humidity untuk titik A adalah sekitar 37%. c) Humidity (H) Humidity dapat diperoleh dengan menarik garis dari titik A ke kanan sehingga diperoleh nilai 0.0112 lb H 2 O/lb udara kering. d) Humid volume Melalui interpolasi antara garis humid volume 14.0 ft 3 /lb dan 14.5 ft 3 /lb, sehingga diperoleh humid volume sebesar 14.1 ft 3 /lb udara kering. e) Enthalpy Entalpi untuk udara jenuh pada kondisi wet-bulb temperature 70 o F adalah 34.1 Btu/lb udara kering. Deviasi entalpi ditunjukkan pada garis putusputus pada gambar 9.7. Pada keadaan kurang dari udara jenuh, entalpi adalah -0.2 Btu/ lb udara kering sehingga entalpi udara yang sesungguhnya pada relative humidity 37% adalah 34.1-0.2 = 33.9 Btu/lb udara kering. b. Aplikasi Grafik Humiditi Pada beberapa proses industri, dapat ditemukan beberapa properti yang terdapat dalam grafik humidity antara lain : a) Proses pengeringan (udara basah masuk dan udara dengan kandungan air lebih sedikit keluar pda proses). b) Humidifikasi (air liquid diuapkan menjadi udara basah). c) Pembakaran (udara basah masuk ke proses dan air tambahan ditambahkan ke udara basah tersebut dari hasil pembakaran). d) Air conditioning (udara bersih dipanaskan dan didinginkan)

Kondensasi (udara kering didinginkan di bawah suhu jenuhnya)