BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. Persepsi perawat dan orang tua terkait makna orang tua di dalam asuhan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. al., 2005; Hockenberry, 2005). Perpisahan dengan orang tua, kehilangan kontrol,

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan walau belum memenuhi standar. 2. Persepsi perawat terhadap motivasi lebih dari separuh memiliki motivasi

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang menuntut peran perawat yang lebih sejajar untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Banyak persepsi yang menganggap komunikasi itu hal yang mudah, yang menerima pesan dalam berkomunikasi (Suryani, 2015)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini telah menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan. Tanpa perawat, kondisi pasien akan terabaikan. dengan pasien yang dimana pelayanan keperawatan berlangsung

BAB I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini.

PERAN PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MEMPENGARUHI TINGKAT KEPUASAN KELUARGA PASIEN STROKE DI RSUD dr. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sakit maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang. Kesehatan menjelaskan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

PEMERINTAH KOTA PAYAKUMBUH PUSKESMAS LAMPASI. KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS LAMPASI NO. 445/ /SK-C/Pusk-LPS/I/2016

PERSEPSI PERAWAT TENTANG TERAPI BERMAIN DIRUANG ANAK RSUP DOKTER KARIADI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. mellitus (Perkeni, 2011). Secara umum hampir 80% prevalensi. diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia kesehatan semakin meningkat tajam, seiring dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat pesat menuju perkembangan keperawatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan program pembangunan kesehatan di Indonesia didasarkan pada

I. PENDAHULUAN. pelayanan pasien rawat inap, dimana fungsi utamanya memberikan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh berespons terhadap suatu perubahan yang terjadi antara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan salah satu bagian terpenting dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, lebih sadar akan hak dan hukum, serta menuntut dan semakin kritis

BAB I PENDAHULUAN. dalam strategi World Trade Organization (WTO) pada tahun 2010 Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara serasi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kolaborasi perawat-dokter adalah ide yang berulang kali dibahas

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebijakan manajerial, kebijakan teknis serta pengembangan standar dan

BAB I PENDAHULUAN. upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan (kuratif) dan pemulihan

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. Kecemasan merupakan bagian dari kehidupan manusia. Kecemasan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan di Indonesia saat ini masih dalam suatu proses. perawat Indonesia harus mampu memberikan asuhan keperawatan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,

BAB I PENDAHULUAN. Perawat sebagai profesi dalam bidang kesehatan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang paling lama kontak dengan pasien (Aditama, 2010). Kepala ruang memiliki peran sebagai first line manager di sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pelayanan kesehatan dihadapkan pada paradigma baru dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. karakteristik tersendiri dan dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit merupakan kinerja tim multidisiplin

BAB I PENDAHULUAN. terhadap hubungan antara tenaga kesehatan dan penerima layanan kesehatan. juga dapat menimbulkan aspek hukum.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada era globalisasi, pelayanan prima merupakan. elemen utama di rumah sakit dan unit kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. kemantapan, kemapanan, kesejahteraan, dan kepuasan. Bekerja bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Keperawatan menurut Virginia Henderson (1966) dapat didefenisikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengalaman rawat inap merupakan suatu hal yang traumatik dan

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Pada bab 5 ini, dijabarkan mengenai kesimpulan, diskusi, serta saran

BAB I PENDAHULUAN. tersebut yang disertai dengan perilaku mengamuk yang tidak dapat dibatasi

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seseorang menyampaikan dan mendapatkan respon. Terdapat lima kompenen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan saran dalam CSI (Customer Satification Indeks) rawat inap

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

PANDUAN MUTASI ATAU ROTASI TENAGA PERAWAT BAB I PENDAHULUAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN. spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Anak yang sakit. hospitalisasi. Hospitalisasi dapat berdampak buruk pada

BAB VI PENUTUP. 1. Karakteristik responden yang memberikan kontribusi pada penelitian ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. seseorang. Menurut Wexley dan Yukl (2005: 129) kepuasan kerja adalah cara

BAB I PENDAHULUAN. yaitu RS Umum dan RS Khusus (jiwa, mata, paru-paru, jantung, kanker, tulang, dsb)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. di bawah tiga tahun rata-rata mengalami 3 episode diare setiap tahun (Kosek

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan merupakan suatu upaya. pemeriksaan, pengobatan atau perawatan di rumah sakit.

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

BAB 1. bagi semua bangsa Indonesia. Pandangan pencapaian kesehatan bagi semua ini sering

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perilaku pada seseorang. Selain itu, individu mengalami keterbatasan

KUESIONER PENELITIAN. Hubungan Penerapan Fungsi Manajemen Kepala Ruangan dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sayang Rakyat Makassar

BAB II TINJAUAN TEORITIS

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL KEPUTUSASAAN DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

yang mengetahui penyakitnya (Arbabi, 2014). Sebuah penelitian di Arab Saudi menemukan bahwa hanya 16% pasien kanker yang memperoleh informasi

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya serta

BAB I PENDAHULUAN. pada kesembuhan pasien, dalam berkomunikasi dengan pasien. dokter dan perawat menjadikan dirinya secara terapeutik dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keperawatan secara holistik akan memandang masalah yang dihadapi pasien melalui

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan. merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan masyarakat. Sistem Kesehatan Nasional (SKN) termaktub dalam UUD 1945 (Depkes RI, 1993).

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelayananan komunikasi terapeutik merupakan pelayanan komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. secara mandiri dan mengatur sendiri kebutuhannya sehingga individu. membutuhkan orang lain (Potter & Perry, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. keperawatan yang berkualitas akan semakin besar. Dinamika globalisasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan tatanan pemberi jasa layanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dan terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era global berdampak pada tingginya kompetisi dalam sektor kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terfragmentasi dan kebutuhan kesehatan masyarakat tidak terpenuhi. Tenaga

BAB I PENDAHULUAN. memberikan jasa pelayanan dibidang kesehatan. Sebagai salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. pada usia 6-12 tahun. Dimana anak ketika dalam keadaan sakit akan. masalah maupun kejadian yang bersifat menekan.

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk krisis atau stressor utama yang terlihat pada anak. Anak-anak sangat rentan

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini menjelaskan kesimpulan dari temuan penelitian yang telah dilakukan dan

Komunikasi dengan tenaga kesehatan lain. Lilik s

SETI YANINGSIH NIM : A

BAB 1 PENDAHULUAN. Sakit kritis adalah kejadian tiba-tiba dan tidak diharapkan serta

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. tentang diagnosa, melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Persepsi perawat dan orang tua terkait makna orang tua di dalam asuhan perawatan bedah anak menunjukkan pemahaman mereka bahwa orang tua merupakan aspek yang tidak terpisahkan dari kehidupan anak, sehingga ketika sedang mengalami kesakitan dan menjalani rawat inap di rumah sakit sekalipun orang tua tetap tidak absen dari proses tersebut. Perawat dan orang tua memiliki persepsi yang mutual terkait tugas dan peran orang tua selama mendampingi anak menjalani perawatan yaitu utamanya meliputi kegiatan pemenuhan ADL dan kebutuhan emosional pasien bedah anak selama dirawat, sedangkan tugas dan peran perawat lebih ditekankan pada perawatan yang membutuhkan keterampilan. Pemilahan tugas dan peran tersebut menjadi dasar perawat dan orang tua dalam menentukan sampai sejauh mana partisipasi orang tua dalam asuhan perawatan pasien bedah anak. Kerja sama antara perawat dan orang tua ditunjukkan melalui pemberian tindakan perawatan yang dilaksanakan secara bersama-sama. Orang tua menjadi rekan perawat untuk mengobservasi perkembangan kondisi pasien. Perawat bertanggung jawab mendampingi, mengawasi, memonitor, serta mengevaluasi pelaksanaan kerja sama tersebut sehingga tidak mencederai pasien bedah anak maupun anggota keluarganya. 106

107 Sejumlah hambatan ditemui dalam implementasi PBK oleh perawat dan orang tua dalam rupa penghambat dan pembatas penerapan PBK. Penghambat penerapan PBK paling utama berkaitan dengan masih kurangnya fasilitas yang disediakan rumah sakit untuk mendukung implementasi PBK dan keengganan dari orang tua untuk dilibatkan dalam perawatan anak. Pembatas penerapan PBK banyak berhubungan dengan keterbatasan yang dimiliki orang tua untuk berpartisipasi dalam asuhan perawatan anak serta sejumlah isu berkaitan persepsi orang tua terkait keterlibatan dalam asuhan perawatan. Hal di atas menunjukkan bahwa persepsi perawat dan orang tua tentang PBK pada umumnya konsisten dengan konsep PBK yang telah berkembang sejauh ini. Namun terlepas dari keyakinan yang kuat dari perawat dan orang tua terhadap konsep PBK dan pandangan bahwa konsep tersebut telah diimplementasikan dalam asuhan perawatan, penelitian ini menunjukkan masih terdapat sejumlah kesenjangan antara PBK dalam konteks sebenarnya dan PBK yang dipersepsikan perawat di dalam penelitian ini. PBK adalah asuhan yang memperhatikan kekuatan dan pilihan keluarga sampai sejauh mana mereka ingin terlibat di dalam asuhan perawatan anak. Kemitraan di dalam PBK, sebagaimana seharusnya dijalankan, menunjukkan suatu hubungan yang setara antara petugas kesehatan dan orang tua. Di dalam penelitian ini, kendati perawat melibatkan, mengikutsertakan, maupun berkerja sama dengan orang tua dalam memberikan asuhan, hal tersebut tidak serta merta memberikan otonomi dan kontrol pada orang tua. Sehingga hal tersebut membatasi orang tua untuk berpartisipasi secara aktif dalam pengambilan keputusan perawatan anak dan bukan hanya sebatas

108 dilibatkan. Akan tetapi kurangnya partisipasi orang tua dalam perawatan tidak dapat dihindari ketika perilaku tersebut didukung oleh pengaruh kebudayaan lokal (Jawa) terhadap cara orang tua memandang konsep sehat sakit. Pandangan terhadap konsep sehat-sakit yang murni dianggap sebagai takdir seseorang pada masyarakat Jawa dari strata sosial ekonomi lebih rendah menimbulkan kepasrahahan dan keputusasaan mendalam. Sehingga hal tersebut mempengaruhi perilaku mereka untuk bergantung sepenuhnya pada petugas kesehatan dalam pengambilan keputusan terkait perawatan anak. B. Saran 1. Bagi Perawat Perawat adalah petugas kesehatan yang paling sering bertemu dengan anggota keluarga pasien bedah anak. Perawat sebaiknya selalu meningkatkan kemampuan komunikasi terapeutik agar mampu membina kemitraan dan bernegosiasi dengan orang tua terkait pengambilan keputusan maupun partisipasi orang tua. Perawat sebaiknya memahami harapan orang tua terkait pelibatan dan partisipasi mereka di dalam asuhan perawatan anak sehingga perawat dapat mengikutsertakan orang tua dalam perawatan anak tanpa membatasi otonomi dan kontrol orang tua maupun membuat orang tua menjadi terbeban karena pelibatan mereka. Perawat juga sebaiknya memberikan edukasi PBK kepada orang tua sehingga orang tua memahami harapan perawat terhadap peran orang tua dalam perawatan anak dan pentingnya peran tersebut terhadap proses kesembuhan pasien bedah anak.

109 2. Bagi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Dukungan manajerial dan fasilitas sangat diperlukan agar PBK dapat terlaksana dengan baik. Dukungan manajerial tersebut dapat diberikan dalam rupa perubahan cara memandang orang tua di dalam asuhan perawatan, yaitu orang tua bukanlah sekedar pendamping anak selama menjalani perawatan di rumah sakit, tetapi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses kesembuhan pasien sehingga kebutuhan mereka pun harus dipenuhi. Rumah sakit dapat membuat suatu prosedur operasional yang terstandarisasi dan jelas mengenai tahapan implementasi PBK. Rumah sakit perlu menyediakan fasilitas yang memadai, seperti akomodasi yang layak bagi keluarga sehingga kebutuhan keluarga yang menemani anak di rumah sakit tidak terabaikan. 3. Bagi Penyelenggara Pendidikan Keperawatan Sekolah-sekolah keperawatan hendaknya memberikan pendidikan yang memadai terkait konsep PBK dan bagaimana konsep tersebut diterapkan di lahan praktik nyata. Latihan keterampilan selama periode skills lab dapat menjadi sarana dimulainya penerapan PBK di dalam asuhan perawatan. Panduan latihan keterampilan sebaiknya dapat memasukkan keterampilan berkomunikasi terapeutik dengan anggota keluarga dan edukasi kepada keluarga terkait ekspektasi perawat terhadap peran meraka dalam asuhan perawatan anak. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Belum ada instrumen yang secara khusus dapat mengukur persepsi perawat dan keluarga terkait PBK di tatanan perawatan bedah anak. Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan instrumen pengukuran persepsi tersebut yang sesuai

110 dengan keadaan dan kebudayaan di Indonesia. Diperlukan juga eksplorasi mendalam terkait PBK di tatanan perawatan bedah anak dari pasien bedah anak sendiri. Pentingnya eksplorasi tersebut karena selama ini penelitian terkait persepsi PBK lebih banyak mengeksplorasi dari sisi perawat dan orang tua saja. Pentingnya eksplorasi pada pasien bedah anak akan memperluas konsep PBK dari sudut pandang yang berbeda.