PROPOSAL SKRIPSI. : Analisis Permintaan Konsumsi Sayuran di Jawa Tengah

dokumen-dokumen yang mirip
PROPOSAL SKRIPSI. : ANALISIS PERMINTAAN KONSUMSI SAYURAN DI JAWA TENGAH

Penerapan model Almost Ideal Demand System ( AIDS ) pada pola konsumsi pangan rumah tangga nelayan di Kecamatan Tambak Kabupaten Banyumas

KAJIAN PENGARUH HARGA DAN PENDAPATAN TERHADAP PROPORSI PENGELUARAN MAKANAN RUMAH TANGGA (PENDEKATAN MODEL LINIER PERMINTAAN LENGKAP)

ANALISIS KETERKAITAN ANTAR KOMODITAS PROTEIN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM (AIDS)

PROSIDING SEMINAR NASIONAL STATISTIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2013 ISBN:

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

Pola Pengeluaran dan Konsumsi Penduduk Indonesia 2013

VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Umum Cabai Merah

BAB I PENDAHULUAN. membantu pertumbuhan ekonomi kota Medan. Konsumsi rumah tangga Medan

Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

METODE PENELITIAN Desain, Sumber dan Jenis Data

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman cabai yang memiliki nama ilmiah Capsicum annuuml. ini berasal dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

I PENDAHULUAN Latar Belakang

Kata Kunci : Konsumsi Pangan Hewani, Almost Ideal Demand System (AIDS), Elastisitas, Konsumen Rumatangga.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. untuk jangka waktu tertentu yang akan dipenuhi dari penghasilannya. Dalam

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

ANALISIS POLA KONSUMSI DAN PERMINTAAN BUAH PADA TINGKAT RUMAH TANGGA DI PULAU JAWA PENERAPAN MODEL ALMOST IDEAL DEMAND SYSTEM (AIDS)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan proses kenaikan pendapatan perkapita

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2013

BAB VIII KEMISKINAN DAN KETAHANAN PANGAN DI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

BAB I PENDAHULUAN. memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional. Sektor ini berperan

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

PERMINTAAN BUAH-BUAHAN RUMAHTANGGA DI PROPINSI LAMPUNG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

ANALISIS ELASTISITAS TIGA BAHAN PANGAN SUMBER PROTEIN HEWANI DI INDONESIA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2009 MODEL PROYEKSI JANGKA PENDEK PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITAS PERTANIAN UTAMA

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki

V. DINAMIKA PANGSA PENGELUARAN PANGAN DI INDONESIA. pangan dan konsumsi individu di tingkat rumah tangga. Informasi tentang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2014

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN MARET 2012

BAB I PENDAHULUAN. oleh suatu bangsa dalam upaya meningkatkan kesejahteraan maupun taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang sangat mendukung untuk pengembangan agribisnis

Tahun Bawang

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi pangan hewani seperti daging, telur, susu dan ikan (Jafrinur, 2006).

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

BAB I PENDAHULUAN. (Allium ascalonicum, L) atau dikalangan internasional. menyebutnya shallot merupakan komoditi hortikultura yang tergolong sayuran

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun , yang pelaksanaan 5 tahunan (jangka menengah) tertuang dalam UU No.

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN DESEMBER 2015

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Masih banyak warga negara Indonesia yang bermata

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan sebagai proses untuk

Konsumsi Buah Dan Sayur Susenas Maret Dalam rangka Hari Gizi Nasional, 25 Januari 2017

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER

PEMETAAN STRUKTUR PASAR DAN POLA DISTRIBUSI KOMODITAS STRATEGIS PENYUMBANG INFLASI DAERAH

KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN

I. PENDAHULUAN. salah satu cara memperbaiki keadaan gizi masyarakat (Stanton, 1991).

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2007 SEBESAR 131,62 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

KOMODITAS HORTIKULTURA UNGGULAN DI KABUPATEN SEMARANG (PENDEKATAN LQ DAN SURPLUS PRODUKSI)

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN FEBRUARI 2012

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017

Transkripsi:

PROPOSAL SKRIPSI Nama : Anindita Ardha Pradibtia Kelas : 4 SE 1 NIM : 09.5878 Judul Proposal : Analisis Permintaan Konsumsi Sayuran di Jawa Tengah Dosen Pembimbing : Dr. Hamonangan Ritonga M.Sc. LATAR BELAKANG Pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang mendasar. Terpenuhinya. pangan secara kualitas dan kuantitas merupakan hal yang sangat penting dan sebagai landasan bagi pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dalam jangka panjang. Perilaku konsumsi pangan merupakan salah satu indikator untuk menilai tingkat perkonomian rumahtangga maupun perekonomian secara nasional, bahkan menjadi salah satu indikator dalam menentukan Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index). (Rahmat et al. 1983; Soedjana,1996 dalam Jafrinur 2006) Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah dilihat sisi penggunaan, menunjukkan konsumsi rumah tangga masih menjadi komponen terbesar penyumbang pertumbuhan PDRB. Tingkat konsumsi rumah tangga di Jawa Tengah mempunyai kontribusi yang besar dalam distribusi PDRB menurut penggunaan. Dari tabel 1, dapat dilihat bahwa nilai konsumsi rumah tangga masih menjadi penyumbang terbesar dalam penggunaan PDRB Jawa Tengah

Tabel 1. Struktur PDB Jawa Tengah menurut penggunaan tahun 2008-2012 No Komponen Penggunaan 2009 2010 2011 2012 1 Konsumsi Rumah Tangga 256.411,8 285.498.0 320.409,0 355.895,5 2 Konsumsi Lembaga Non Profit 6.046,9 6.351.0 6.926,6 7.965,3 3 Konsumsi Pemerintah 48.170,3 50.690,6 56.133,9 61.523,1 4 Pembentukan Modal Tetap Bruto 77.408,7 85.331,5 92.102,4 109.221,2 5 Perubahan Stok 135,1-2.794,9 15.058,8 6.761,1 4 Ekspor 177.696,0 200.745,5 222.913,6 260.406,1 5 Dikurangi Impor 167.964,7 181.129,8 214.780,5 245.292,4 PDB 397.903,9 444.692,0 496763,8 556.479,9 Sumber: BPS (2009,2010,2011,2012), diolah Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, pendapatan masyarakat Jawa Tengah juga mengalami peningkatan. Menurut BPS (2011,2012), rata-rata pendapatan perkapita masyarakat Jawa Tengah pada tahun 2011 sebesar Rp 512.907.54,- meningkat menjadi Rp 587.671.6,- pada tahun 2012. Salah satu implikasi dari meningkatnya pendapatan perkapita masyarakat adalah perubahan pola konsumsi masyarakat secara umum, termasuk pola konsumsi pangan. Pengalaman di negara-negara maju menunjukkan perubahan pola konsumsi yang dicirikan dengan penurunan konsumsi karbohidrat. Sebaliknya, konsumsi pangan yang bersumber dari produk holtikultura, ternak, dan ikan semakin meningkat. (Sunarto, 2010 ; Savitri, 2010 ) Sayuran merupakan salah satu komoditas hortikultura yang akhir-akhir ini mendapat perhatian seiring meningkatnya pendapatan masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan. Masyarakat sudah cukup sadar bahwa sayuran tidak hanya sebagai hidangan menu harian rumah tangga, tetapi juga mempunyai beberapa peran strategis. Meningkatnya penduduk dari tahun ke tahun menyebabkan permintaan teradap sayuran semakin meningkat pula. Namun, jumlah produksi yang tidak menentu karena faktor cuaca maupun hama dapat menyebabkan harga beberapa sayuran bisa melonjak tajam. Selain itu, distribusi yang

kurang efisien juga dapat mempengaruhi kenaikan harga sayuran. Hal ini tentunya akan mempengaruhi jumlah permintaan dan pola konsumsi rumah tangga terhadap sayuran. IDENTIFIKASI MASALAH Tingkat konsumsi konsumen dipengaruhi oleh penawaran dan permintaan suatu komoditi. Penawaran berkaitan dengan ketersediaan sayuran di pasar dan biaya untuk memperoleh komoditas tertentu yang akan menyebabkan perbedaan perilaku konsumsi bagi setiap rumah tangga. Permintaan sayuran dipengaruhi tingkat harga, pendapatan, dan preferensi rumah tangga. Preferensi rumah tangga dalam hal makanan dipengaruhi oleh kharakteristik rumah tangga seperti jumlah anggota rumah tangga, kebiasaan, dan norma-norma budaya, serta selera rasa. Bagi rumah tangga yang mempunyai pendapatan berbeda akan memiliki tingkat preferensi yang berbeda pula, begitupula jika pendidikan anggota rumah tangga yang berbeda juga akan mempengaruhi gaya hidup seseorang. Pengeluaran rumah tangga untuk masing-masing sayuran dapat menggambarkan kecenderungan rumah tangga dalam mengkonsumsi. Perilaku konsumsi rumah tangga dapat dilihat dari tingkat konsumsi, pengeluaran, dan proporsi dari pengeluaran rumah tangga. Perilaku konsumsi rumah tangga sangat erat kaitannya dengan faktor social ekonomi. (Savitri, 2010) Pola konsumsi makanan penduduk merupakan salah satu indikator sosial ekonomi masyarakat yang sangat dipengaruhi oleh budaya dan lingkungan setempat. Misalnya masyarakat di daerah pegunungan cenderung lebih banyak mengkonsumsi makanan daripada ikan, berbeda halnya dengan masyarakat pantai yang umumnya mengkonsumsi ikan. Seringkali pola konsumsi makanan juga dikaitkan dengan kondisi kesehatan dan gizi masyarakat, padahal penyajian data-data hasil susenas hanya berkaitan dengan pola makanan yang dikonsumsi. (BPS, 2012) Menurut data Susenas 2010, rata-rata pengeluaran perkapita seminggu terbesar untuk konsumsi sayuran penduduk Indonesia adalah untuk bawang merah, bawang putih, cabai merah, cabai rawit, bayam, kangkung, kacang panjang, tomat sayur, mentimun, dan daun ketela pohon.

Tingginya pengeluaran untuk mengkonsumsi komoditas tersebut menggambarkan bahwa sayuran ini merupakan pilihan sebagian besar masyarakat di Jawa Tengah. 700 697 673 600 500 400 300 200 100 307 341 273 279 123 191 413 523 Jenis Komoditi 0 Sumber: BPS (2012), diolah Gambar 2. Rata-Rata Pengeluaran Per Kapita Tertinggi 10 Komoditas Sayuran dalam Seminggu Penelitian konsumsi atau permintaan komoditi pangan yang selama ini telah dilakukan mayoritas mengkaji komoditi bahan pangan pokok, seperti beras, jagung, kedelai, dan sebagainya. Penelitian-penelitian yang mengkaji permintaan produk hortikultura masih sedikit dilakukan. Jika ada pun penelitian tersebut dilakukan secara agregat yaitu tanpa merinci jenis komoditi hortikultura, padahal tentunya terdapat perbedaan tingkat konsumsi serta musim panen antara satu komoditi dengan komoditi lainnya. Penelitian ini menganalisis permintaan sayuran yang dikenal masyarakat sebagai sayuran pelengkap, yaitu bawang merah, bawang putih, cabai merah, dan cabai rawit. Pemilihan ketiga jenis komoditi tersebut didasarkan bahwa ketiga jenis buah tersebut merupakan kelompok sayuran yang memiliki tingkat konsumsi yang paling tinggi. Selain itu, ketiga jenis komoditi tersebut sangat sensitif terhadap terjadinya perubahan harga akibat adanya produksi yang tidak menentu maupun

distribusi yang kurang baik. Cakupan daerah pada penelitian ini adalah Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan data yang digunakan adalah data SUSENAS tahun 2011 dan 2012. Data konsumsi dan pengeluaran dapat digunakan untuk penelitian penerapan hukum ekonomi. Salah satunya seperti yang diungkapakan oleh Ernst Engel, bahwa bila selera tidak berbeda maka persentase pengeluaran untuk makanan menurun dengan meningkatnya pendapatan. Oleh karena itu komposisi pengeluaran rumah tangga dapat dijadikan ukuran guna menilai tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk, makin rendah persentase pengeluaran untuk makanan terhadap total pengeluaran makain membaik tingkat perekonomian penduduk. (BPS, 2011) TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pola konsumsi dan pengeluaran konsumsi sayuran yang dikenal sebagai sayuran pelengkap pada berbagai kelompok rumah tangga 2. Mengetahui tingkat elastisitas dari berbagai komodi terhadap harga-harga komoditi baik yang bersifat substitusi maupun komplementer. 3. Mengetahui pengaruh tingkat pendapatan terhadap permintaan untuk berbagai komoditi sayuran pelengkap MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang bisa diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dalam kebijakan terkait pengaturan permintaan komoditi sayuran khususnya bawang merah, bawang putih, cabai merah, cabai rawit, dan tomat sayur.

2. Bagi penelitian berikutnya, menjadi salah satu referensi dalam mengidentifikasi masalah permintaan sayuran khususnya bawang merah, bawang putih, cabai merah, cabai rawit, dan tomat sayur. 3. Bagi peneliti, sebagai bahan pembelajaran dan penerapan ilmu statistik yang telah diperoleh selama di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik. LANDASAN TEORI a. Teori permintaan dan penawaran i. Permintaan Hukum permintaan menyatakan bahwa semakin rendah tingkat harga suatu barang maka semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut, Sebaliknya, semakin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. ii. Penawaran Hukum penawaran menyatakan bahwa dengan menganggap hal lainnya sama, kuantitas suatu barang yang ditawarkan akan meningkat ketika harga barang tersebut juga meningkat. Jadi, berdasarkan hukum penawaran tersebut, kuantitas barang yang ditawarkan juga merupakan fungsi dari harga barang tersebut. b. Elastisitas harga dan permintaan Tipe elastisitas lainnya adalah elastisitas pendapatan dari permintaan (income elastisity of demand) (eq,i). Konsepnya, elastisitas jenis ini merupakan persentase perubahan kuantitas suatu barang yang diminta sebagai respon atas perubahan pendapatan sebesar satu persen. Secara matematis, elastisitas pendapatan dirumuskan sebagai berikut :

Teori permintaan pasar dijelaskan sebelumnya melalui teori permintaan individu, mengingat adanya konsep bahwa permintaan pasar merupakan penjumlahan dari permintaan individu. Teori permintaan individu sendiri umumnya diturunkan dari teori perilaku konsumen, oleh karena itu pembahasan mengenai teori perilaku konsumen ini menjadi penting. Perilaku konsumen umumnya diterangkan dengan pendekatan fungsi kepuasan (utility function). Dalam teori ekonomi, seringkali rumah tangga dianggap sebagai unit pengambil keputusan yang terkecil. Dalam mengambil keputusan tersebut, terdapat asumsi pokok bahwa rumah tangga akan memaksimumkan apa yang seringkali disebut kepuasan (utilitas) mereka, kesejahteraan mereka, atau kemakmuran mereka (Lipsey, 1993). Jika rumah tangga tersebut dihadapkan dengan pilihan antara dua kelompok alternatif konsumsi, maka asumsinya rumah tangga tersebut akan memilih kelompok yang disenanginya, atau dengan kata lain rumah tangga tersebut menentukan pilihannya (preferensinya) dalam rangka memaksimumkan kepuasannya (utilitasnya). Pada penelitian Udoh (2010), yang berjudul The Structure of Food Demmand In Urban City Of Nigeria : An Application of a Linearized Almost Demmand System (LA/AIDS) yang meneliti pola konsumsi kelompok makanan yang mengandung karbohidrat, protein hewani, protein nabati, dan makanan berlemak dengan menyertakan variabel sosiodemografi seperti jumlah anggota rumah tangga, status perkawinan, pendidikan kepala rumah tangga, dan tingkat pendapatan. Hasil penelitian ini adalah kelompok makanan yang mengandung karboidrat dan protein hewani mempunyai elastisitas kurang dari nol, ini berarti kedua kelompok makanan tersebut termasuk bahan kebutuhan pokok (necessity). Sedangkan makan yang mengandung lemak dan protein nabati merupakan makanan mewah (luxuries)

Dalam penelitian Ki Budiwinarto, dengan Judul Penerapan Model Almost Ideal Demand System ( AIDS ) Pada Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Nelayan Di Kecamatan Tambak Kabupaten Banyumas menyatakan bahwa proporsi konsumsi pangan sebesar 80,76 %. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan masih belum membaik. Proporsi konsumsi pangan yang dominan adalah komoditas ikan laut sebesar 10,47%. Sedangkan elastisitas harga sendiri mempunyai tanda negatip, mengindikasikan bahwa komoditas itu adalah kebutuhan pokok. Elastisitas pendapatan bertanda positip, mengindikasikan bahwa komoditas itu adalah barang normal. Pada umumnya, elastisitas harga silang bertanda negatip, mengindikasikan bahwa antar komoditas pangan saling melengkapi. Hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah: 1. Kenaikan harga akan menurunkan tingkat konsumsi sayuran pada rumah tangga 2. Terdapat hubungan substitusi diantara sayuran, ika suatu omoditas tidak tersedia di pasar, maka komoditas tersebut dapat digantikan dengan komoditas lainnya 3. Sayuran termasuk barang normal, jika pendapatan meningkat maka permintaan sayuran akan meningkat 4. Jumlah anggota rumah tangga mempengaruhi permintaan sayuran 5. Respon masyarakat menurut tingkat pendapatan akan berbeda terhadap permintaan sayuran Kerangka Pikir Faktor Sosial, Ekonomi, Dan Demografi Harga Pendapatan Harga masingmasing komoditas Pengeluaran Rumah Tangga Model Permintaan bawang merah pada rumah tangga Demografi Jumlah ART

METODOLOGI a. Sumber Data Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang digunakan adalah data Susenas triwulanan tahun 2011 dan tahun 2012 yang berupa data crosssectional di Provinsi Jawa Tengah. Wilayah studi yang diambil dalam menganalisis pola konsumsi dan permintaan sayuran, bumbu pelengkap pada tingkat rumah tangga ialah Jawa Tengah. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa jumlah penduduk di Jawa Tengah cukup besar dan relatif heterogen dari segi tingkat pendapatan. b. Metode Penelitian Menurut Thomas (1987), ada dua pendekatan untuk menduga persamaan permintaan. Pertama, pendugaan persamaan tunggal yang mengkosentrasikan pada permintaan pangan tertentu. Pendekatan kedua, pendugaan sistem lengkap secara simultan yang berisi persamaan permintaan untuk setiap kelompok pangan yang dibeli konsumen. Kelompok pangan yang dikonsumsi rumah tangga bermacam-macam dan saling terkait satu sama lainnya. Sehingga salah satu model yang sesuai dengan fenomena tersebut adalah model Almost Ideal Demand System( AIDS ) yang dikembangkan oleh Deaton dan Meullbauer ( 1980 ) Pada analisis ekonometrik, biasanya koefisien yang diperoleh diterjemahkan dalam bentuk elastisitas yaitu besarnya elastisitas permintaan untuk pengeluaran, harga sendiri, dan harga silang. Beberapa komoditi yang diteliti dalam penelitian ini adalah komoditi bawang merah, komoditi bawang putih, komoditi cabai merah, komoditi cabai rawit, komoditi sayuran lainnya. Dengan menggunakan model AIDS dan memperhitungkan variabel jumlah rumah tangga (D), maka model yang akan dibentuk adalah sbb :

1. Fungsi pangsa pengeluaran untuk komoditi ke-1 ( bawang merah ) : ( ) 2. Fungsi pangsa pengeluaran untuk komoditi ke-2 (bawang putih) : ( ) 3. Fungsi pangsa pengeluaran untuk komoditi ke-3 (cabai merah) : ( ) 4. Fungsi pangsa pengeluaran untuk komoditi ke-4 (cabai rawit) : ( ) Fungsi pangsa pengeluaran untuk komoditi ke-5 (tomat sayur) : ( ) Fungsi pangsa pengeluaran untuk komoditi ke-6 (sayuran lainnya) : ( ) dimana : Y = pendapatan setiap bulan ( dalam rupiah ) D = banyaknya anggota rumah tangga yang menjadi tanggungan kepala rumah tangga baik istri, anak dan saudara ( dalam orang )

P = indeks harga Stone p1 = harga agregat komoditi bawang merah ( dalam rupiah ) p2 = harga agregat komoditi bawang putih ( dalam rupiah ) p3 = harga agregat komoditi cabai merah ( dalam rupiah ) p4 = harga agregat komoditi cabai rawit ( dalam rupiah ) p5 = harga agregat komoditi tomat sayur ( dalam rupiah ) p6 = harga agregat komoditi sayuran lainnya ( dalam rupiah ) w1 = pangsa pengeluaran komoditi bawang merah w2 = pangsa pengeluaran komoditi bawang putih w3 = pangsa pengeluaran komoditi cabai merah w4 = pangsa pengeluaran komoditi cabai rawit w5 = pangsa pengeluaran komoditi tomat sayur w6 = pangsa pengeluaran komoditi sayuran lainnya Software yang digunakan dalam penelitian ini adalah software Microsoft Excel 2010, SPSS.20 dan SAS 9.1.

DAFTAR PUSTAKA Bank Indonesia. (2011). Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah Triwulan IV-2010. Semarang: Bank Indonesia BPS. (2010). Indikator Kesejahteraan Rakyat 2009. Jakarta: BPS BPS. (2011). Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia (Buku 1). Jakarta: BPS -----. (2011). Konsumsi Kalori dan Protein Penduduk Indonesia dan Provinsi 2011.Buku 2. Jakarta: BPS -----. (2011). Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia 2011. Jakarta: BPS -----. (2012). Konsumsi Kalori dan Protein Penduduk Indonesia dan Provinsi 2012.Buku 2. Jakarta: BPS -----. (2012). Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk Indonesia 2012. Jakarta: BPS Budiwinarto, Kim. 2003. Penerapan Model Almost Ideal Demand System ( AIDS ) Pada Pola Konsumsi Pangan Rumah Tangga Nelayan di Kecamatan Tambak Kabupaten Banyumas. Surakarta:Universitas Surakarta. Deaton, Angus S and Muellbauer, John. (1980). An Almost Ideal Demand System. American Economic Review 70:3, 316-326. Gujarati, Damodar.(2003). Basic Econometrics. Fourth Edition. The McGraw-Hill Companies. Jafrinur. 2006. Pengembangan Model Fungsi Konsumsi Untuk Komoditi Pangan Hewani (Kasus Kota Padang Provinsi Sumatera Barat). Savitri, Dewi. 2010. Analisis Permintaan Sayuran Hijau Di Pulau Jawa. Bogor: IPB Wardani, Tunjung Pawestri Kusuno. 2007. Analisis Pola Konsumsi Dan Permintaan Buah Pada Tingkat Rumah Tangga Di Pulau Jawa. Bogor: IPB