PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

dokumen-dokumen yang mirip
PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

MENCIPTAKAN HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM

Pemerintah Republik Indonesia (Indonesia) dan Pemerintah Kerajaan Norwegia (Norwegia), (yang selanjutnya disebut sebagai "Para Peserta")

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

CATATAN IDE PROGRAM PENGEMBANGAN PENGURANGAN EMISI DI REPUBLIK DEMOKRATIK KONGO

MAKSUD DAN TUJUAN. Melakukan dialog mengenai kebijakan perubahan iklim secara internasional, khususnya terkait REDD+

Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar

Menuju Pembangunan Hijau Kabupaten Kutai Barat: Tantangan Deforestasi dan Peluang Mengatasinya

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur

Kepala Bidang Perkebunan Berkelanjutan Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

West Kalimantan Community Carbon Pools

Deforestasi merupakan penghilangan dan penggundulan hutan yang tidak

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

INDUSTRI PENGGUNA HARUS MEMBERSIHKAN RANTAI PASOKAN MEREKA

sumber pembangunan ekonomi dan sumber kehidupan masyarakat, tetapi juga sebagai pemelihara lingkungan global.

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

FCPF CARBON FUND DAN STATUS NEGOSIASI TERKINI

dan Mekanisme Pendanaan REDD+ Komunikasi Publik dengan Tokoh Agama 15 Juni 2011

BAB I PENDAHULUAN. sektor sosial budaya dan lingkungan. Salah satu sektor lingkungan yang terkait

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

Strategi dan Rencana Aksi Pengurangan Emisi GRK dan REDD di Provinsi Kalimantan Timur Menuju Pembangunan Ekonomi Hijau. Daddy Ruhiyat.

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

INDONESIA - AUSTRALIA FOREST CARBON PARTNERSHIP (IAFCP)

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif

REVITALISASI KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STANDAR BAKU BIAYA MAKSIMUM MEKANISME HIBAH KHUSUS

Risalah Konsep. 31 Juli 2013

FOKUS PROGRAM TFCA KALIMANTAN DI KABUPATEN BERAU (PKHB) DALAM RANGKA PENDANAAN HIBAH SIKLUS 3, 2015

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang

RENCANA KERJA 2015 DAN PENELITIAN INTEGRATIF

Komitmen APP dalam Roadmap menuju kepatuhan terhadap Kebijakan Asosiasi FSC (Policy for Association / PfA)

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

Menyelaraskan hutan dan kehutanan untuk pembangunan berkelanjutan. Center for International Forestry Research

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN LITBANG KEHUTANAN PUSAT LITBANG PERUBAHAN IKLIM DAN KEBIJAKAN

HUTAN HUJAN DAN LAHAN GAMBUT INDONESIA PENTING BAGI IKLIM, SATWA LIAR DAN MASYARAKAT HUTAN

TERM OF REFERENCE FASILITASI KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

BAB I PENDAHULUAN. peradaban umat manusia di berbagai belahan dunia (Maryudi, 2015). Luas hutan

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

Permasalahan hutan dan upaya penanganan oleh pemerintah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menguji Rencana Pemenuhan Target Penurunan Emisi Indonesia 2020 dari Sektor Kehutanan dan Pemanfaatan Lahan Gambut

Deklarasi New York tentang Kehutanan Suatu Kerangka Kerja Penilaian dan Laporan Awal

KERJA SAMA PEMERINTAH INDONESIA DAN JERMAN

PERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDEKATAN SERTIFIKASI YURISDIKSI UNTUK MENDORONG PRODUKSI MINYAK SAWIT BERKELANJUTAN

Kepastian Pembiayaan dalam keberhasilan implementasi REDD+ di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir, produk kelapa sawit merupakan produk perkebunan yang. hampir mencakup seluruh daerah tropis (RSPO, 2009).

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

VISI ACEH YANG BERMARTABAT, SEJAHTERA, BERKEADILAN, DAN MANDIRI BERLANDASKAN UNDANG-UNDANG PEMERINTAHAN ACEH SEBAGAI WUJUD MoU HELSINKI MISI

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

APP melaporkan perkembangan implementasi pengelolaan lahan gambut

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

HARAPAN RAINFOREST RESTORASI EKOSISTEM DI HARAPAN RAINFOREST SEBUAH MODEL DALAM UPAYA PENGURANGAN LAJU DEFORESTASI DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mempunyai luas hutan negara berdasarkan Tata Guna Hutan Kesepakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK DUKUNGAN AUSTRALIA DALAM PENANGGULANGAN DEFORESTASI HUTAN DI INDONESIA TAHUN

Kebijakan Fiskal Sektor Kehutanan

PELUANG IMPLEMENTASI REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Degradation) DI PROVINSI JAMBI

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pemuda Asia Tenggara sebagai Pemersatu untuk Dunia Kita Inginkan

Avoided Deforestation & Resource Based Community Development Program

Studi Hutan SKT. dipresentasikan di. Seminar REDD+ Task Force. Arief Muria Perkasa Program Manager TFT

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

Update - Laporan Assurance KPMG Rencana Aksi Final

Kajian Sistem Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Sektor Kehutanan 2015

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

LAPORAN KELANGKAAN PERUSAHAAN KONSULTASI DAN JASA SERTIFIKASI UNTUK VERIFIKASI ASAL- USUL BAHAN BAKU (VLO)

Pidato kebijakan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhyono Bogor, 13 Juni 2012

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

Program Production and Protection Approach to Landscape Management (PALM) di Kalimantan Tengah

RENCANA STRATEGIS

Kebakaran di Konsesi APP/Sinar Mas Memperparah Kabut Asap Regional dan Mengancam Cagar Biosfir PBB yang Baru

FOKUS PROGRAM TFCA KALIMANTAN DI KABUPATEN BERAU DALAM RANGKA PENDANAAN HIBAH SIKLUS 2, 2014

LESTARI PAPER NO. 03 PERAN HPH DALAM MENJAGA KEBERLANJUTAN HUTAN ALAM. Nana Suparna

Solusi Bisnis: Mewujudkan Deklarasi Heart of Borneo

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

Transkripsi:

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 GAMBARAN SEKILAS Praktek-Praktek REDD+ yang Menginspirasi MEMBANGUN DASAR KERANGKA PENGAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DI INDONESIA Apa» Kemitraan dengan Ratah Timber, perusahaan logging lokal memungkinkan dikembangkannya beberapa metodologi baru untuk pengukuran, pemantauan dan pemeliharaan keanekaragaman hayati di hutan-hutan Kabupaten Kutai Barat dan Mahakam Ulu, Indonesia. Siapa» WWF» Ratah Timber» Kyoto University» Norwegian Agency for Development and Cooperation (NORAD)» Forest Investment Programme (FIP)» Forest Carbon Partnership Facility (FCPF) Dimana Kabupaten Kutai Barat dan Mahakam Ulu, Indonesia RINGKASAN KONTEKS Kapan 2010 sampai sekarang Tim Proyek Arif Data Kusuma WWF-Indonesia akusuma@wwf.or.id Yuyun Kurniawan WWF-Indonesia YKurniawan@wwf.or.id Zulfira Warta WWF-Indonesia zwarta@wwf.or.id Praktik REDD+ yang Menginspirasi ini menyoroti upaya membangun kemitraan dan metodologi yang diperlukan untuk mendukung kerangka pengaman keanekaragaman hayati REDD+ di kabupaten Kutai Barat, Indonesia. Proses ini melibatkan kerjasama dengan Ratah Timber, perusahaan logging lokal dengan konsesi yang sangat luas dalam membuat beberapa titik di wilayahnya guna membantu mencatat keberadaan keanekaragaman hayati berupa tanaman dan satwa-satwa dari waktu ke waktu. Pekerjaan ini memberikan pelajaran berharga tentang cara terbaik memonitor kesehatan hutan dan mengarahkan kemitraan sektor swasta bahwa monitoring memberi banyak pelajaran tentang praktikpraktik terbaik membangun kerangka pengaman keanekaragaman hayati di daerah yang berkembang dengan cepat ini. Hutan hujan tropis di Kabupaten Kutai Barat, Indonesia dan sekitarnya memiliki sebagian dari keanekaragaman hayati terbesar di dunia, termasuk beberapa spesies tanaman dan satwa yang tidak ditemukan di belahan bumi lain. Di sini, rusa dan babi liar hidup berdampingan dengan orangutan, serta beberapa spesies yang belum ditemukan atau diberi nama. Tapi kelimpahan kehidupan ini menghadapi ancaman deforestasi yang cepat. Indonesia kehilangan 1,17 juta hektar hutan per tahun salah satu tingkat deforestasi dan degradasi hutan yang tertinggi di dunia. Di Kabupaten Kutai Barat dan Mahakam Ulu, kabupaten tetangga yang baru terbentuk, hampir separuh kawasan dari 2,4 juta hektar hutan tropis rapat yang tersisa telah dialokasikan untuk pembangunan melalui onsesi-konsesi 1

WWF DAN MITRA KERJA TERKAIT MENGIDENTIFIKASI TANTANGAN, PELUANG DAN PRAKTIK-PRAKTIK TERBAIK UNTUK MENGUKUR DAN MELACAK KEANEKARAGAMAN HAYATI TANAMAN DAN SATWA DARI WAKTU KE WAKTU, SERTA UNTUK MENDAPATKAN DUKUNGAN DAN BANTUAN DARI PERUSAHAAN- PERUSAHAAN PEMEGANG KONSESI YANG SIAP MEMAINKAN PERAN KUNCI DALAM MASA DEPAN HUTAN. yang diberikan pemerintah. Tekanan dari penebangan hutan, pertambangan batubara, serta penyebaran perkebunan kelapa sawit dan serat kertas yang tidak berkelanjutan dalam wilayah ini masih menjadi penyebab hilangnya hutan. Melindungi keanekaragaman hayati di wilayah dengan tekanan-tekanan tersebut memerlukan kerangka pengaman yang dirancang dan dilaksanakan dengan baik. Dibutuhkan juga monitoring terus-menerus untuk mengukur dampak penebangan dan kegiatan pembangunan lainnya di hutan lokal dan untuk memastikan bahwa kerangka pengaman keanekaragaman hayati yang telah disepakati benar-benar dapat melestarikan kesehatan hutan. Pada tahun 2012, WWF bermitra dengan Kyoto University dan Ratah Timber, perusahaan logging bersertifikat Forest Stewardship Council dengan konsesi hampir 100.000 hektar di Kabupaten Kutai Barat, untuk menciptakan metodologi monitoring kesehatan hutan yang dapat berfungsi sebagai dasar untuk membangun kerangka pengaman keanekaragaman hayati REDD+. WWF telah menjalin kerjasama dengan Ratah Timber untuk memfasilitasi upaya pengelolaan hutan berkelanjutan dan sertifikasi FSC selama bertahun-tahun, dan melihat sebuah kesempatan unik dalam menemukan cara terbaik menerapkan kerangka pengaman keanekaragaman hayati dalam praktik dan konsesi yang sesungguhnya di lapangan. Melalui program percontohan ini, WWF dan mitra kerja mengidentifikasi tantangan, peluang dan praktik terbaik untuk pengukuran dan pelacakan keanekaragaman hayati tanaman dan satwa dari waktu ke waktu, serta untuk memperoleh dukungan dan bantuan dari perusahaan-perusahaan pemegang konsesi yang siap memainkan peran kunci dalam masa depan hutan. PERUBAHAN YANG DIHARAPKAN n Mengembangkan sebuah sistem model atau metodologi untuk memonitor keanekaragaman hayati dan kesehatan hutan di lokasi yang terkena dampak penebangan dan kegiatan lain, dalam rangka mendukung kerangka pengaman keanekaragaman hayati n Memperkuat kemitraan sektor swasta dan kapasitas mitra untuk memastikan bahwa kerangka pengaman keanekaragaman hayati berhasil dilaksanakan sebagai bagian dari pengelolaan hutan yang berkelanjutan n Mengidentifikasi praktik-praktik terbaik untuk monitoring dan pengembangan upaya perlindungan keanekaragaman hayati yang dapat menjadi dasar untuk kebijakan REDD+ regional dan nasional Arif Data Kusuma, Manajer Proyek WWF Kutai Barat berfoto bersama di konsesi PT Ratah Timber. 2

PEMANGKU KEPENTINGAN PEMANGKU KEPENTINGAN LANGSUNG TERLIBAT DALAM MERANCANG PROYEK, MEMBUAT KEPUTUSAN, DAN MEMPEROLEH MANFAAT n WWF n Ratah Timber n Kyoto University PEMANGKU KEPENTINGAN STRATEGIS MENYEDIAKAN MATERIAL, SUMBER DAYA MANUSIA, DAN SUMBER DAYA LAINNYA n Kyoto University n Norwegian Agency for Development and Cooperation (NORAD) n Forest Investment Programme (FIP) n Forest Carbon Partnership Facility (FCPF) PEMANGKU KEPENTINGAN LANGSUNG PEMANGKU KEPENTINGAN TIDAK LANGSUNG PEMANGKU KEPENTINGAN STRATEGIS 3

AKAN LEBIH MEMUNGKINKAN BAGI PERUSAHAAN UNTUK MENGEMBANGKAN DAN MELAKSANAKAN KERANGKA PENGAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI JIKA DIPERSYARATKAN SECARA HUKUM, DAN JIKA PEMERINTAH MENYEDIAKAN INSENTIF YANG SESUAI UNTUK MENGURANGI EMISI KARBON, MAKA HAL TERSEBUT AKAN MELINDUNGI KESEHATAN HUTAN. KERANGKA WAKTU PERKEMBANGAN PROYEK 2009: Indonesia mengembangkan Rencana Aksi Nasional untuk Penanganan Perubahan Iklim, yang melibatkan negara ini dalam REDD+ dan membentuk Heart of Borneo dan, dengan demikian, Kutai Barat sebagai kawasan strategis daerah. 2010: Peningkatan Kapasitas masyarakat, pemetaan dan inventarisasi hutan dimulai dengan pembentukan kantor WWF Kutai Barat. 2010: Tim WWF Kutai Barat memulai kemitraan multi-tahun dengan Ratah Timber untuk memfasilitasi transisi perusahaan kayu ini untuk pengelolaan hutan lestari dan Sertifikasi FSC. 2011: Pemerintah Indonesia dan AS menandatangani perjanjian pertukaran debt-for-nature yang menghasilkan investasi USD 28.500.000 untuk membantu melindungi hutan Borneo, dengan Kutai Barat sebagai salah satu dari tiga kabupaten prioritas. 2012: Sebuah Strategi REDD+ Nasional untuk Indonesia diluncurkan; Pemerintah Kutai Barat dan WWF-Indonesia sepakat untuk merumuskan rencana program untuk mengurangi emisi dari deforestasi, degradasi hutan dan lahan gambut. 2012: Pada bulan Juni, WWF dan Ratah Timber memulai penelitian pemantauan dan kerangka pengaman keanekaragaman hayati dengan pelatihan dan bantuan dari Universitas Kyoto. Para mitra kerja tersebut membuat sejumlah titik seluas 0,12 hektar di seluruh konsesi yang luasnya hampir 100.000 hektar untuk karakterisasi dan monitoring vegetasi melalui pencitraan satelit dan evaluasi vegetasi di lapangan. Mereka juga memasang dan merawat setidaknya 100 kamera perangkap (pos dengan kamera tersembunyi untuk merekam kehidupan liar) termasuk memantau keanekaragaman hayati satwa yang ada. 2012: Pada bulan Desember, Pemerintah Indonesia menyetujui proposal untuk membagi Kabupaten Kutai Barat, menciptakan Kabupaten baru Mahakam Ulu. 2013: Pengujian percontohan kerangka pengaman dan monitoring keanekaragaman hayati berlanjut di lokasi konsesi Ratah Timber; metodologi dan temuannya dipublikasikan dalam jurnal Forest Ecology and Management. 2014: Kegiatan persiapan untuk melakukan duplikasi kerangka pengaman keanekaragaman hayati dan monitoring pada kawasan konsesi logging lain di Kabupaten Mahakam Ulu yang baru dibentuk. 4

PENCAPAIAN n Dengan pelatihan dan dukungan dari para peneliti hutan Universitas Kyoto, WWF dan Ratah Timber berhasil menciptakan metodologi yang dapat dipergunakan untuk mengevaluasi dan memonitor keanekaragaman hayati di lokasi konsesi. Mereka menggunakan data satelit untuk mengkategorikan jenis dan kondisi vegetasi menjadi enam kelas, sebuah langkah yang mengurangi keseluruhan biaya proses. Mereka kemudian membuat 60 titik (10 untuk masing-masing kelas) di tempat mereka melakukan evaluasi lapangan, mengidentifikasi jenis pohon dan mengukur pohon untuk mengevaluasi kesehatan hutan. Mereka juga membuat 10 pos-kamera dengan radius 1 kilometer per pos untuk memantau keanekaragaman hayati kehidupan liar di lokasi. Pendekatan multifaset ini memberi gambaran keanekaragaman hayati di lokasi yang terperinci, menyeluruh dan bermanfaat para peneliti, WWF dan Ratah Timber. n Program percontohan ini menghasilkan metodologi yang dapat berfungsi sebagai dasar untuk mengembangkan kerangka pengaman keanekaragaman hayati dan mengevaluasi efektivitasnya sebagai bagian dari strategi nasional REDD+. Kesederhanaan dan efektivitas biayanya berarti bahwa pendekatan ini dapat diterapkan dalam banyak lokasi misalnya, di hutan yang dikelola secara lestari dan di hutan yang tidak dikelola secara lestari dari waktu ke waktu untuk melacak perubahan dalam keanekaragaman hayati sebagai akibat dampak penebangan, dan untuk mengidentifikasi praktik-praktik terbaik yang dapat melestarikan keanekaragaman hayati. n WWF dan Ratah Timber berhasil bekerjasama untuk mendesain dan melaksanakan sebuah metodologi monitoring keanekaragaman hayati, mewujudkan model kemitraan sektor swasta yang dapat membuat REDD+ berjalan lebih efektif dan lebih jauh dampak jangkauannya. TANTANGAN n Koordinasi kegiatan pemantauan sulit dilakukan karena sejumlah tantangan logistik. Karena kantor Ratah Timber berlokasi jauh dari lokasi konsesi dan karena sebagian karyawan perusahaantidak menyadari kebutuhan program percontohan ini, memperoleh pemberitahuan terlebih dahulu dari perusahaan tentang kegiatan di setiap bagian dari areal konsesi tidak selalu mungkin untuk diperoleh, meskipun informasi ini tetap diperlukan untuk dimonitor dan peralatan mereka tetap aman. n Perusahaan logging seperti Ratah Timber memiliki kapasitas yang terbatas untuk melakukan kegiatan monitoring dan melaksanakan kerangka pengaman. Meskipun Ratah Timber terlibat penuh dalam proses dan berkepentingan dalam hasilnya, proses itu memang mengakibatkan biaya tambahan bagi perusahaan. WWF DAN RATAH TIMBER BERHASIL BEKERJASAMA UNTUK MENDESAIN DAN MELAKSANAKAN SEBUAH METODOLOGI MONITORING KEANEKARAGAMAN HAYATI, MEWUJUDKAN MODEL KEMITRAAN SEKTOR SWASTA YANG DAPAT MEMBUAT REDD+ BERJALAN LEBIH EFEKTIF DAN LEBIH JAUH DAMPAK JANGKAUANNYA. 5

100% DAUR ULANG PELAJARAN YANG DIPEROLEH n Kemitraan dengan sektor swasta sangat penting untuk keberhasilan REDD+. Mengembangkan dan melakukan pengujian metodologi untuk monitoring keanekaragaman hayati pada lokasi konsesi Ratah Timber hanya dimungkinkan karena perusahaan bersedia untuk terlibat dalam proses, memperoleh pelatihan yang diperlukan untuk membantu dalam pekerjaan ini, dan mengalokasikan waktu dan sumber daya untuk berpartisipasi dari awal sampai akhir. Kesediaan mereka tumbuh dari kolaborasi jangka panjang yang telah membangun rasa saling percaya, yang akan diperlukan untuk menerapkan strategi REDD+ yang melibatkan sektor swasta bersama dengan semua pemangku kepentingan lainnya dalam menentukan masa depan hutan. n Kerangka pengaman keanekaragaman hayati tidak akan efektif tanpa regulasi yang tepat dan insentif yang kuat. Kerangka pengaman keanekaragaman hayati saat ini tidak dimandatkan kepada perusahaan yang memegang konsesi di wilayah Kutai Barat, bahkan bagi mereka yang bersertifikasi FSC dan melaksanakan kerangka pengaman seperti itu dapat meningkatkan biaya operasional. Hal ini membatasi kemampuan dan kemauan perusahaan untuk mengalokasikan tambahan waktu, uang dan sumber daya yang dibutuhkan pelestarian keanekaragaman hayati. Perusahaan akan lebih mungkin mengembangkan dan menerapkan kerangka pengaman keanekaragaman hayati jika hal tersebut diwajibkan oleh undang-undang, dan jika pemerintah memberikan insentif yang sesuai untuk mengurangi emisi karbon dan melindungi kesehatan hutan. n Membangun investasi perusahaan yang cukup besar dalam kesehatan hutan merupakan hal penting. Ratah Timber bukan satu-satunya perusahaan yang beroperasi di wilayah Kutai Barat yang tertarik atau berinvestasi dalam kesehatan hutan. Beberapa perusahaan telah menyatakan keinginan untuk menjadi lokasi studi dan menerapkan metodologimetodologi yang serupa untuk memonitor keanekaragaman hayati di lahan mereka, tetapi tidak punya waktu atau sumber daya untuk melakukannya sendiri. Apabila ada peraturan dan insentif yang tepat, perusahaan-perusahaan ini dapat memainkan peran kunci dalam REDD+ dengan membuat kerangka pengaman keanekaragaman hayati sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari cara mereka menjalankan usaha. / wwf / wwfforestcarbon WWF Pemilik Merek Terdaftar 1986, WWF-World Wide Fund for Nature (dahulu World Wildlife Fund), Gland, Swiss panda.org/forestclimate www.panda.org/forestclimate dan keanekaragaman hayati dengan cara-cara yang transformasional. pembangunan ekonomi hijau yang bermanfaat bagi manusia, iklim konservasi hutan tropis sebagai simpanan karbon dijamin dengan Mengapa kami berada di sini Untuk menghentikan degradasi lingkungan alam planet ini dan membangun masa depan di mana manusia hidup selaras dengan alam VISI KAMI Program Hutan dan Iklim WWF bekerja untuk memastikan bahwa Foto dan gambar WWF atau digunakan dengan ijin. Teks tersedia dengan lisensi Creative Commons. MEMBANGUN DASAR UNTUK KERANGKA PENGAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DI INDONESIA FORESTCLIMATE@WWF.PANDA.ORG PANDA.ORG/FORESTCLIMATE 6