BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi syarat. Dilihat dari segi isinya, karya jenis tutur tidak kalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau studi-studi mutakhir

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. dasarkan bertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori, kajian pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tumpuan serta puncak keagungan bangsa adalah berupa

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. penelitian (Putra, 2010: 10). Novel Sentana Cucu Marep karya I Made Sugianto yang banyak

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan ide-ide, penggambaran hal-hal, atau benda-benda

BAB 1 PENDAHULUAN. karya sastra. Di zaman modern seperti sekarang ini, karya sastra sudah berkembang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB I PENDAHULUAN. namun hingga kini proses kreativitas penciptaan geguritan masih berlangsung

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pikiran sastrawan tentang kehidupan yang diungkapkan lewat bahasa (Sayuti,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. aspek-aspek kemasyarakatannya, baik yang berhubungan denga penciptanya, gambaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB 1 PENDAHULUAN. sastra mengambil isi sastra tersebut dari kehidupan sehari-hari yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mamak atau pulang ka bako (Navis,1984: ). Dengan kata lain dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Tutur merupakan salah satu jenis teks sastra tradisional yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. amanat, sudut pandang dan gaya bahasa yang saling berhubungan. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Universitas udayana. Beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu

BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan

Bab I Pendahuluan. pengarang yang berada dalam situasi setengah sadar (subconcius). Setelah memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa konsep, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB II LANDASAN TEORI. masyarakat itu sendiri. Akan tetapi, masyarakat itu sangatlah kompleks. Untuk menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka berfungsi untuk mengetahui faktor-faktor original atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Dengan demikian, melalui pengajaran sastra, peserta didik. memiliki kemampuan memahami dan menghargai seni budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

BAB 2 RESENSI DAN RESEPSI SASTRA

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TUTUR JATISWARA: ANALISIS BENTUK DAN FUNGSI. Program Studi Sastra Bali Fakultas Sastra dan Budaya Unud. * Corresponding Author

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut disusun telah diperhitungkan segi-segi pementasannya dan sewaktu

BAB I PENDAHULUAN. antara sastra Bali dengan kebudayaan Bali, di antaranya: Sastra Bali sebagai

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala. Kaitan tersebut dilakukan oleh peneliti berdasarkan observasinya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Refleksi Kehidupan Masyarakat Palestina dalam novel Sognando Palestina belum

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) ling gambaran

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam keutuhan bentuknya menyentuh seluruh kehidupan. manusia. Karya sastra dalam bentuknya memuat berbagai aspek dimensi

BAB I PENDAHULUAN. bukan hanya cerita khayal atau angan-angan dari pengarangnya, melainkan wujud

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan akar dari kebudayaan nasional. Keberadaan karya sastra dapat

TEKS GEGURITAN MALELEMESAN DALAM PUPULAN RARIPTAN KASAWUR KARYA KI JAKAWANA ANALISIS BENTUK DAN AMANAT

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya. Karya sastra diciptakan untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. diabstrakkan dari peristiwa konkret; gambaran mental dari objek atau apapun

SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

Judul : Struktur sastra dan aspek sosial novel toenggoel karya Eer Asura Nama : Umri Nur aini

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

Bagian 1 BATASAN SOSIOLOGI SASTRA Sajian Matakuliah Pengantar Sosiologi Sastra Dosen Pembina: Moh Badrih, S.Pd., M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan

BEBERAPA PENDEKATAN PENGKAJIAN SASTRA. Hartono, M. Hum. PBSI FBS UNY

BAB I PENDAHULUAN. referensial (Jabrohim 2001:10-11), dalam kaitannya dengan sastra pada

BAB I PENDAHULUAN. kerajaan, serta tindakan-tindakan penting lainnya (Kanta dalam Suarka, 1989: 1).

BAB I PENDAHULUAN. kesusastraan Bali adalah salah satu bagian dari karya sastra yang terdapat di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN. Suatu penelitian dapat mengacu pada penelitian-penelitian yang telah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Clarry Sadadalam

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan kegiatan mempelajari, memahami, dan mengutip berbagai teori, pandangan, pendapat, pernyataan dari para ahli yang diperoleh dari berbagai sumber. Sumber yang paling baik dari suatu kajian pustaka adalah hasil-hasil penelitian terdahulu (Gorda, 1997: 27). Pentingnya melakukan kajian pustaka adalah sebagai upaya menambah wawasan, pengetahuan dan pemahaman serta menjadi landasan atau pedoman bagi penelitian yang dilakukan, maka akan mengacu pada penelitian atau tulisan terdahulu, di antaranya: Sastrawan (2009) dalam skripsinya yang berjudul "Tutur Panugrahan Dalem: Analisis Struktur dan Fungsi". Pada penelitian tersebut Sastrawan mengungkapkan struktur dan fungsi yang terkandung dalam tutur tersebut. Di dalam penelitian Tutur Panugrahan Dalem ini fungsi yang terkandung di dalamnya menggunakan teori fungsi yang disampaikan oleh Ratna sebagai dasar acuan teori. Selain itu penelitian Sastrawan memiliki relevansi dengan analisis yang dilakukan terutama mengenai fungsi-fungsi yang terkandung dalam karya sastra tutur. Di dalam Tutur Panugrahan Dalem terdapat ajaran-ajaran agamanya. Penelitian tersebut memberikan inspirasi dalam analisis ini dikarenakan samasama menggunakan tutur sebagai objek penelitian yang di dalam Tutur Jatiswara juga berisi tentang ajaran-ajaran agama.

Kurniawan (2010) dalam skripsinya yang berjudul "Tutur Roga Sanghara Bumi Analisis Struktur dan Fungsi". Pada penelitian tersebut Kurniawan menggunakan teori fungsi untuk menganalisis Tutur Roga Sanghara. Di dalam penelitian ini fungsi yang terkandung dalam Tutur Roga Sanghara menggunakan teori fungsi yang disampaikan oleh Ratna sebagai dasar acuan teori. Bertujuan untuk mengungkap fungsi Tutur Roga Sanghara dalam lingkungan masyarakat serta ada juga pemaparan Teeuw mengenai teori fungsi. Penelitian tersebut memberikan inspirasi dalam analisis ini dikarenakan sama-sama menggunakan tutur sebagai objek penelitian. Selain itu penelitian Kurniawan memiliki relevansi dengan analisis yang dilakukan terutama mengenai fungsi-fungsi yang terkandung dalam karya sastra tutur. Menemukan fungsi yang terkandung dalam teks Tutur Jatiswara tidak bisa lepas dari bentuk karya tersebut. Angraeni (2014) dalam skripsinya yang berjudul "Teks Geguritan Malelemesan Dalam Pupulan Rariptan Kasawur Karya Ki Jakawana Analisis Bentuk dan Amanat". Pada penelitian tersebut Angraeni menggunakan teori struktural untuk menganalisis Teks Geguritan Malelemesan. Angraeni dalam penelitian ini yaitu mengungkapkan struktur Teks Geguritan Malelemesan baik dari segi bentuk maupun segi isi teks geguritannya. Struktur bentuk meliputi; kode bahasa dan sastra, ragam bahasa, dan gaya bahasa. Sedangkan dari segi isi teks meliputi; bagian awal dan bagian akhir mengenai isi teks Geguritan Malelemesan. Penelitian yang dilakukan Angraeni, memberikan inspirasi terhadap penelitian ini, karena mengungkap struktur bentuk dan struktur isi. Perbedaannya, penelitian yang dilakukan oleh Angraeni struktur bentuknya mengungkapkan tentang kode

bahasa dan sastra, ragam bahasa, dan gaya bahasa. Sedangkan pada penelitian terhadap Tutur Jatiswara untuk struktur bentuk hanya mengungkapkan ragam bahasa dan gaya bahasanya saja. Ketiga kajian tersebut sangat membantu dan memberikan inspirasi dalam melakukan analisis terhadap teks Tutur Jatiswara sebagai pembanding teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini. Sangat bermanfaat untuk membantu dalam menyusun kerangka pemikiran dan memberikan gambaran tentang masalah yang berhubungan dengan bentuk dan fungsi. 2.2 Konsep Departemen Pendidikan Nasional (2008: 725) menyatakan konsep adalah suatu gambaran mental dari objek, proses atau apapun yang ada di luar, bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Konsep merupakan arah pemikiran yang menuntun peneliti menentukan metode yang digunakan dalam penelitian. Menurut Koentjaraningrat, konsep adalah tafsiran mengenai pola-pola korelasi antara kelas-kelas fakta menuju ketingkat pengetahuan yang abstrak. Konsep merupakan unsur-unsur pokok dari suatu pengertian, definisi, batasan secara singkat dari sekelompok fakta, gejala, atau merupakan definisi dari apa yang perlu diamati dari proses penelitian. Adapun konsep yang digunakan dari Tutur Jatiswara sebagai berikut: konsep bentuk dan fungsi. 2.2.1 Bentuk Secara etimologis formal berasal dari kata forma, bahasa latin yang berarti bentuk, wujud (Ratna, 2004: 49). Metode formal adalah analisis dengan mempertimbangkan aspek-aspek formal, aspek-aspek bentuk, yaitu unsur-unsur

karya sastra. Berkaitan dengan pemakaian istilah tersebut, maka dalam penelitian ini menggunakan istilah bentuk. Karya sastra sebagai sebuah bentuk merupakan sebuah bangunan yang terdiri atas berbagai unsur, satu dengan lainnya saling berkaitan dan disusun dengan pola-pola tertentu, berdasarkan konvensi yang mengikatnya. Unsur-unsur yang membangun teks Tutur Jatiswara terdiri dari struktur bentuk dan struktur isi. Struktur bentuk meliputi ragam bahasa dan gaya bahasa. Ragam bahasa merupakan variasi bahasa menurut pemakaiannya atau penggunaannya (Jendra, 1991: 49). Gaya bahasa adalah cara pengungkapan bahasa dalam prosa atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan suatu yang akan dikemukakannya (Karmini, 2011: 74). Isi merupakan unsur yang termuat dan terkandung dalam bentuk. Isi memiliki pengertian sesuatu yang ada, termuat, terkandung dalam sesuatu, apa yang ditulis di dalamnya, inti atau bagian pokok dari sesuatu (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1990: 388). Luxemburg, dkk (1990: 58) mengatakan bahwa teks memiliki bagian awal dan akhir. Dalam teks Tutur Jatiswara ini terdiri atas tiga bagian yaitu bagian awal, bagian tengah dan bagian akhir. Tutur Jatiswara merupakan sebuah teks yang di dalamnya berisi wejangan atau nasehat seorang ayah kepada anaknya, bila menghadap orang tua harus bertingkah laku yang baik, yang patut dilaksanakan di dunia. Karya sastra ini menguraikan tentang bagaimana Sang Hyang Jiwa yang menyebabkan manusia itu hidup. Orang yang menjelma menjadi manusia sangatlah utama, karena ia dapat mengangkat derajat hidupnya dari kesengsaraan dengan berbuat

baik. Sungguh-sungguh untuk belajar agama dengan baik, patuh terhadap orang tua dan selalu bersyukur kepada Sang Hyang Widhi kelak diberikan jalan yang terbaik. Setiap berbuat kebaikan pasti yang didapat baik pula, begitu sebaliknya jika berbuat yang tidak baik akhirnya akan menemukan kesengsaraan. Orang yang budiman akan selalu kukuh teguh melaksanakan dharma, karena itu sudah tersirat dalam sastra agama. Hormat dan tunduk pada diri sendiri terhadap orang lain, perbuatan itu dinamakan Laksana Dharma (perbuatan tanpa pamrih). Berbuat dharma pasti akan mendapatkan kekayaan dan kesenangan itu, bersyukur sudah diberi kesempatan menjelma menjadi manusia. Karena, tidak semua bisa seperti itu selagi diberi kesempatan manfaatkanlah dengan baik agar di kehidupan nantinya diberikan tempat yang baik di sana. Bila datang Sang Hyang Pati dan perginya Sang Hyang Urip maka disebut mati. Segala yang hidup pasti akan mati. Serta sebesar apapun nanti upacaranya tidak akan bisa mengubah hasil perbuatan kita semasa hidup. Maka berbuatlah yang baik selagi kita masih hidup. Agama merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengajaran agama diselenggarakan secara efektif bagi seluruh lapisan masyarakat terlebih-lebih lagi terhadap para intelektual agar jangan sampai para sarjana atau kaum intelektual tidak mengamalkan agama dalam kehidupannya (Suryani, 2009: 1). Agama adalah kepercayaan hidup yang merupakan ajaran suci yang diwahyukan oleh Tuhan (Suhardana, 2010: 3). Agama bukan saja mengajarkan soal hidup sesudah mati, tetapi juga apa yang harus diperbuat manusia selama hidupnya. Agama Hindu menetapkan etika atau susila sebagai peraturan atau pedoman bagi umat bermasyarakat. Karena, itu

sangat penting bagi umat Hindu untuk mempelajari dan mendalami agamanya (Suhardana, 2010: 2). Agama mengajarkan kepada umatnya untuk percaya dan menyembah Tuhan. Di dalam (Çantiparwa 109, 10), yang berisi: Prabhawârthayâ bhȗt anâm dharmaprâwacam krt am yah syât prabawasamyuktah sa dharmah iti niçacayah (Segala suatu yang bertujuan memberi kesejahteraan dan memelihara semua, itulah disebut Dharma (Agama), segala sesuatu yang membawa kesentosaan kepada makhluk itulah Dharma (Agama) sebenarnya). Bila dikaitkan di dalam Tutur Jatiswara yang disebutkan dalam teks yakni sebagai berikut. Terjemahan: Yan munggwing sang parajnyan tuwuh anaké ané melaksana darma (darmika) dogén ané sungsung Ida bhaktinin Ida makadi ajum Ida, déning kabawosang darma dogén ané jati mamanggih kalédangan (Tutur Jatiswara, hal.7). Bagi orang yang budiman, orang teguh melaksanakan kebenaran yang dijunjung, disembah dan dipujinya, karena tegas dikatakan bahwa kebenaran yang akan mendapatkan kebahagian. Kesimpulannya yakni, segala yang dilakukan dengan tulus ikhlas tanpa pamrih akan selalu mendapatkan kebahagiaan. Sekalipun orang miskin atau orang yang berkecukupan saja bisa melakukan hal berbagi kepada sesamanya. Itu salah satu wujud orang yang sangat teguh dalam halnya berdharma. 2.2.2 Fungsi Fungsi merupakan hubungan yang aktif antara objek dan tujuan dipakainya objek tersebut (Endaswara, 2008: 71). Fungsi karya sastra bukan sebagai korespondem belaka yang jauh lebih penting adalah fungsi-fungsi sebagai

sistem komunikasi (Ratna, 2009: 130). Menurut Ratna (2009: 11) fungsi sastra berada dalam kerangka terikat karya sastra, selain itu fungsi sastra seharusnya lebih ditunjukkan kepada aspek-aspek kenikmatannya, kualitas estetisnya. Fungsi sebuah teks sastra harus dilihat dalam kerangka dialektika berpikir Horatius yaitu sifat utile dan dulce, bermanfaat dan nikmat sebagai tujuan dan fungsi karya sastra (Teeuw, 1984: 8). Wellek dan Warren (1990: 25) yang sependapat dengan dialektika berpikir Horace menyebutkan bahwa karya sastra berfungsi sebagai dulce (hiburan) dan utile (berguna atau bermanfaat). Konsep fungsi karya sastra juga dikemukakan oleh Robson (1978: 25) yang menyebutkan bahwa fungsi atau kegunaan karya sastra tradisional erat kaitannya dengan bidang; (a) agama, filsafat, mitologi; (b) ajaran yang bertalian dengan sejarah, etika; (c) keindahan alam atau hiburan. 2.3 Landasan Teori Sebagai salah satu bentuk kegiatan ilmiah, penelitian sastra memerlukan landasan kerja berupa teori. Teori berasal dari kata theoria (bahasa Latin). Secara etimologis teori berarti kontemplasi terhadap kosmos dan realitas. Dalam hubungannya dengan dunia keilmuan teori berarti perangkat pengertian, konsep, proposisi yang mempunyai korelasi, dan telah teruji kebenarannya (Ratna, 2004: 1). Penelitian sastra meliputi wilayah yang cukup luas, sehingga diperlukan pembatasan ruang lingkup pendekatan penelitian (kajian/analisis). Maka sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu harus menentukan landasan teori yang relevan dengan objek penelitian.

Setiap karya sastra pada dasarnya dapat dipahami melalui tiga aspek, yaitu setiap karya sastra memiliki bentuk, kemudian bentuk tersebut memiliki fungsinya masing-masing yang pada gilirannya akan memberikan makna tertentu. Teori yang digunakan dalam penelitian ini teori struktural dan teori fungsi. Teori struktural digunakan untuk membedah unsur-unsur yang berkaitan dalam karya sastra, dan teori fungsi guna melihat fungsi yang terdapat dalam karya sastra yang telah difungsikan dalam masyarakat, serta untuk mengetahui fungsi teks Tutur Jatiswara. 2.3.1 Teori Struktural Goldmann mengemukakan bahwa setiap karya sastra yang penting mempunyai structure significative, yang menurut Goldmann bersifat otonom dan imanen, yang harus digali oleh peneliti berdasarkan analisis yang cermat (Teeuw, 1984: 153). Analisis struktur merupakan suatu langkah atau alat dalam proses pemberian makna dalam kajian ilmiah. Langkah tersebut tidak boleh dihilangkan dan tidak boleh ditiadakan atau dilampaui. Teori struktural dimaksudkan untuk meninjau karya sastra sebagai kesatuan yang bulat, secara utuh, setiap karya sastra terdiri dari bagian-bagian yang memainkan peranan penting dan sebaliknya bagian-bagian itu mendapat makna sepenuhnya dan keseluruhan (Teeuw, 1984: 154). Analisis struktur adalah tahap penelitian sastra yang sulit dihindari, analisis struktur karya sastra akan diteliti dari manapun juga merupakan tugas prioritas pekerjaan pendahuluan. Apabila dilihat dari tujuannya, analisis struktur bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail dan

semendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984: 135). Luxemburg (1984: 38) dalam pandangannya mengenai struktur menyatakan bahwa struktur pada pokoknya berarti sebuah karya atau peristiwa yang di dalam masyarakat menjadi suatu keseluruhan karena ada relasi timbal balik antara bagian-bagiannya dan antara bagian dengan keseluruhannya. Meskipun analisis struktur dipandang mempunyai kelemahan namun untuk mengetahui bentuk suatu karya sastra penting hal ini dilakukan sebelum melakukan langkah selanjutnya. Analisis struktur bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, seteliti, semendetail, dan mendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang bersamasama menghasilkan makna menyeluruh (Teeuw, 1984: 135). Dan kemudian Ratna (2010: 122) menyimpulkan bahwa struktur mesti disempurnakan menjadi struktur yang bermakna, setiap gejala memiliki arti apabila dikaitkan dengan struktur yang lebih luas, demikian seterusnya sehingga setiap unsur menopang totalitasnya. Kajian terhadap teks Tutur Jatiswara menggunakan teori struktural karena teks Tutur Jatiswara sebagai karya sastra yang mempunyai unsur yang saling berkaitan. Teori struktural yang dipakai yaitu menurut Teeuw. 2.3.2 Teori Fungsi Fungsi berarti hubungan aktif antara objek dan tujuan dipakainya objek tersebut (Endraswara, 2008: 71). Apabila berbicara secara koheren tentang sastra, maka fungsi dan sifat sastra tidak dapat dipisahkan. Kemudian dalam kaitannya dengan karya sastra, Damono (1979: 4) menyatakan bahwa karya sastra berfungsi

sebagai pembaharu dan perompak, selain itu karya sastra harus mengajarkan sesuatu dengan cara menghibur. Fungsi utama karya sastra adalah untuk melukiskan, mencerminkan kehidupan manusia, sedangkan kehidupan manusia itu sendiri selalu mengalami perkembangan (Ratna, 2010: 73). Hubungan karya sastra dengan masyarakat merupakan kompleksitas hubungan yang bermakna, bertujuan untuk saling menjelaskan fungsi-fungsi perilaku sosial yang terjadi saat-saat tertentu (Ratna, 2009: 137). Selain itu peranan utama karya sastra adalah penertiban sekaligus pemberdayaan aspek-aspek rohaniah dengan cara menampilkan kualitas etis dan estetis, isi, dan bentuk, saran dan pesan (Ratna, 2004: 503). Berdasarkan pendapat tersebut, sastra merupakan bagian dari kebudayaan, merupakan milik bersama masyarakat, diturunkan dari generasi ke generasi, mempunyai peranan fungsi dalam masyarakat. Sastra mempunyai keterkaitan antara kenyataan dan seni, berfungsi dalam masyarakat (agama, sosial) khususnya sastra tradisional. Jadi karya sastra klasik memang berguna dan bermanfaat untuk dipelajari guna menyumbangkan sesuatu yang berharga bagi negara oleh mereka yang bangga pada prestasi-prestasi bangsanya. Karya sastra sebagai sebuah teks tentunya juga dapat dikaji lebih jauh mengenai fungsinya. Fungsi sebuah teks ialah adanya keterkaitan keseluruhan sifat-sifat yang bersama-sama menuju tujuan yang sama serta dampaknya (Luxemburg, 1984: 94). Karya sastra mencerminkan kehidupan manusia berarti hubungan karya sastra sangat erat dengan manusia atau si penciptanya, dengan itu teks Tutur Jatiswara sebagai salah satu karya sastra mempunyai fungsi dalam

masyarakat. Maka dari itu, teori fungsi digunakan untuk menjelaskan fungsifungsi teks Tutur Jatiswara di dalam kehidupan masyarakat. Berdasarkan beberapa pendapat di atas penelitian ini menggunakan teori fungsi yang disampaikan oleh Ratna dan Damono, keduanya dikombinasikan untuk menemukan fungsi karya sastra dalam masyarakat. Hal ini bertujuan untuk mengungkapkan fungsi Tutur Jatiswara.