COWOK RASA APEL Penerbit
COWOK RASA APEL Oleh: Noel Solitude Copyright 2012 by Noel Solitude Penerbit Spica Solitudia http://ceritasolitude.wordpress.com File e-book ini dibagikan secara cuma-cuma sebagai fitur dari novel Cowok Rasa Apel. Dilarang menggandakan atau memperbanyak tanpa seijin Penerbit. 2
- NOEL - 3
4
Sebuah Dinding... Capek juga jadi pengurus OSIS. Udah mau liburan malah banyak rapat. Makan aja sampai lupa. Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Sekarang capek dulu, yang penting liburan nanti pikniknya menyenangkan! We ll be going to Bali! Kubaca tulisan status di Facebook Erik. Dia baru menulisnya delapan menit yang lalu. Namanya juga pengurus OSIS, mana ada yang nggak sibuk? Atau minimal sok sibuk lah! Yah, aku yakin pasti ada yang jadi pengurus OSIS cuma buat ajang eksis, biar bisa sok keren nampang dan mondar-mandir keluar kelas di jam pelajaran dengan alasan tugas OSIS. Malah kayaknya sih kebanyakan pengurus OSIS memang anak-anak narsis macam itu. Paling tidak, itulah yang sering kulihat di sekolah. Tapi kalau Erik, aku masih percaya dia jadi pengurus OSIS bukan buat cari sensasi. Dia nggak perlu sok keren, karena dia memang udah... KEREEENNN!!! Di sekolahku, murid cowok kelas satu yang ditaksir bejibun cewek dari kelas satu sampai senior-senior kelas dua dan kelas tiga, siapa lagi kalau bukan Erik?! Pengurus OSIS berwajah tampan tanpa jerawat, berbadan atletis dan serba berbakat dari basket, main musik, sampai menyanyi...! Bahkan namanya sekarang juga mulai populer sampai ke sekolah lain. Aku rasa nggak berlebihan kalau aku menyebutnya sebagai idola di sekolah! Setelah membaca status Facebook-nya tadi, seperti yang biasa kulakukan, dengan semangat kukirim komentarku: Kalo nggak sempat makan nasi makan pisang aja buat stok tenaga. Keep the spirit! Baru beberapa menit lewat, sudah ada dua komentar yang mengekor di bawah komentarku... 5
Rico Seratuspersen Cute: Ciee... Dimas perhatian banget nih sama Erik...! Joni Selalu Bahagia: Dimas, ingat kamu tuh cowok, Erik juga cowok! Hiii...! Sialan...! Reseh banget dua orang norak ber-nickname superkatro itu?!! Memangnya salah ya kalau aku ikut menyemangati Erik?!! Kuketik balasanku dengan emosi: Wooiii! Aku kan cuma ngasih masukan ke Erik! Nggak boleh??? Nggak lama, langsung nongol balasan lagi...! Rico Seratuspersen Cute: Ngelunjak banget sih? Cuma ngasih saran gitu aja balasannya pingin masukin?! Hehehe... Dosa apa aku hari ini sampai harus menghadapi komentator busuk macam ini?!! Hatiku rasanya seperti kemasukan ulat bulu. Gatal dan panas! Naik pitam!!! Aku maklum sih kalo pikiranmu tujuannya ke selangkangan. Otakmu kan memang di situ...! Kuketik balasanku, segera kukirim! Tapi loading-nya kok lama gini...? Kutekan tombol refresh! Dan... Hahhh...?!! Kok tulisan statusnya Erik tadi udah nggak ada? Dihapus??? Kulihat di daftar chat, Erik masih online! Rik, statusmu yang tadi kamu hapus ya? aku langsung menyapa Erik di halaman chat. Aku hapus, jawab Erik nggak lama kemudian. Aduhh... Ternyata benar dia hapus! Jadi nggak enak nih sama Erik... Oo... Sorry ya, kalo bikin yang lain jadi reseh... balasku, dengan rasa menyesal. Nevermind... balas Erik. 6
Hyuhhh... Semoga Erik nggak marah. Tapi aku tetap ngerasa nggak enak sama dia. Perkara kecil yang menyebalkan! Gara-gara dua mahluk berkomentar busuk itu! Oke deh. Istirahat aja kalo memang kecapekan. Goodnight... akhirnya kuketik pesan penutupku. Tapi ternyata Erik langsung off lebih dulu...! Hffhhhh... Aku tahu biarpun Erik bisa bilang nevermind, tapi pastinya dia jengkel gara-gara perkara tadi. Euughhh... Aku juga ngapain sih tadi, harus meladeni para komentator nggak penting itu? Beginilah jadinya sekarang! Lagi-lagi salah...! Aku memang selalu serba salah! Sebenarnya masalah di FB seperti ini bukan cuma sekali ini terjadi. Beberapa hari kemarin juga terjadi hal yang sama. Komentarku yang sebenarnya cuma satu kalimat berbunyi kurang lebih, Semangat ya Rik, semoga lulus tesnya!, akhirnya juga berakhir di tombol delete! Kalimat penyemangat dariku saat Erik harus ikut tes susulan karena habis sakit, itu dihapusnya juga gara-gara jadi sasaran komentar dari orang-orang nggak penting yang hobi nyampah! Sekarang terjadi lagi! Kenapa sih, rasa perhatian itu bisa menjadi begitu salah...? Sedih dan dongkol bercampur aduk! Aku log out! Kututup pula browser-ku. Lalu shutdown, kututup laptopku! Kutinggalkan tempat dudukku dan segera menggelinding ke kasur. Kupeluk gulingku erat-erat. Huhhh...! Makan hati, makan pikiran, emosi ini bikin aku capek! Lupakan sejenak dinding yang tebal itu...! Aku mau tidur! 7
Aku Namaku Dimas. Aku akan berumur tepat tujuhbelas tahun di sebuah tanggal di bulan September nanti. Aku kelas satu SMA, dan sebentar lagi mau naik ke kelas dua. Aku tinggal di sebuah kota di Jawa Tengah, kota yang cukup ramai tapi juga nyaman! Solo, kota yang punya slogan: The Spirit Of Java! Dalam banyak hal aku nggak jauh beda dengan anak cowok lainnya yang seumuran. Aku punya enam hari buat berangkat ke sekolah tiap pagi, dan pulang di sore hari. Selain teman sekolah, seingatku aku nggak punya teman bergaul lainnya. Itupun aku jarang bergaul dengan mereka di luar sekolah. Ya, aku tergolong anak rumahan yang lebih banyak tinggal di rumah sehabis pulang sekolah. Aktivitasku di luar rumah selain sekolah, paling-paling cuma sekedar refreshing yang biasanya kunikmati sendiri. Entah itu jalan-jalan, lihat-lihat kota ataupun nonton film. Jadi, aku bukan anak gaul? Ah, predikat seperti itu sih nggak penting buatku! Di rumah, aku tinggal bersama kedua orang tuaku. Sebutanku buat kedua orang tuaku memang nggak ada kesan Jawanya sama sekali. Aku nggak memanggil mereka Bapak ataupun Ibu seperti lazimnya keluarga Jawa, tapi memanggil dengan sebutan Papa dan Mama! Karena, yahhh... mungkin kebiasaan dari kecil aja. Papa orang Jawa, asli dari Solo. Sedangkan Mama dulu tinggal di Jakarta, tapi aslinya campuran Sunda dan Manado. Mama lebih terbiasa pakai bahasa Indonesia daripada bahasa Jawa ataupun Sunda, Papa akhirnya juga begitu. Tapi bukan berarti kami nggak bisa bahasa Jawa ya! Cuma soal kebiasaan aja. Hehehe... Keseharian Papa, dia sibuk kerja di kantor dari pagi hingga sore bahkan kadang sampai malam. Kalau bisa pulang lebih awal, biasanya juga pilih tinggal di rumah aja. Sedangkan Mama kerja di 8
perusahaan asuransi, entah apa istilahnya, pokoknya sering berada di luar mencari nasabah. Buat membantu mengurusi pekerjaan sehari-hari di rumah, kami punya pembantu, Mbok Marni. Sudah setengah tua, tapi justru itulah, dia bukan tipe pembantu yang banyak tingkah. Sederhana, sabar, nggak norak, dan syukurlah dia juga nggak suka caper ke tetangga. Tipe pembantu rumah tangga yang baik lah...! Lalu aku? Tetap dengan aktivitasku sendiri, berangkat ke sekolah tiap pagi lalu pulang ke rumah sore hari. Sesekali bantu bersih-bersih rumah, menyirami tanaman, menyapu halaman, atau keluar dengan motor sekedar refrehsing. Begitulah, aku rasa nggak ada schedule yang istimewa dalam keseharianku. Apakah hidupku membosankan? Hmmm, aku memang punya orang tua yang cukup sibuk. Tapi aku bisa memaklumi kesibukan mereka. Lagipula aku bukan anak cowok yang cuma bisa bengong sepanjang hari di rumah sepulang sekolah. Sebenarnya, aku punya satu hal spesifik yang selalu bisa kukerjakan, sendirian... di kamar! Aktivitas dengan sebuah... LAPTOP! Baiklah, laptopku memang bukan seri termahal di merknya. Tapi dia bisa berfungsi optimal, buatku itu udah cukup. Malah berkat Papa yang mau berbaik hati memasang saluran internet di kamarku, itu lebih dari cukup! Dengan begitu laptopku ibarat teman yang selalu siap kapan aja, selama nggak lowbatt! Dia bisa jadi apapun yang kubutuhkan! Ehhmm, dia memang nggak bisa jadi hamburger kalau aku lapar, tapi dia bisa jadi bioskop kalau aku lagi pingin nonton film. Dia bisa jadi music player yang asyik kalau aku lagi pingin dengar musik. Dia bisa jadi studio foto kalau aku lagi pingin narsis, mengedit foto sendiri dibikin lebih cakep, tapi pastinya bukan gaya sok imut seperti anak-anak alay! Hahaha... Dengan fasilitas internet aku bisa bermain-main di situssitus yang menyenangkan, dari jejaring sosial, forum maya, situs pendidikan sampai situs entertainment! Ya, aku memang anak rumahan, tapi bukan berarti aku nggak tahu apa-apa soal realita di luar rumah! Kehidupan yang sebenarnya, bahkan yang ada di luar sana yang nggak bisa kutemui secara langsung, aku bisa mengintipnya lewat sebuah jendela bernama internet. Aku nggak 9
merasa ketinggalan jaman! Jadi sekali lagi, apakah hidupku membosankan? Aku rasa selama ini aku bisa menikmatinya, jadi aku harus jawab apa? Nggak kali ya...! Ngomong-ngomong soal internet, aku juga nggak akan munafik buat mengakui satu hal lagi. Buat anak cowok sepertiku, kayaknya udah rahasia umum kalau dunia maya itu selain buat mencari pengetahuan soal perkembangan jaman, juga merupakan sebuah tempat buat... ehemm... cuci mata! Hehehe... Ini abad 21! Seks dibicarakan dimana-mana termasuk oleh remaja-remaja usia belasan! Usia SMP atau bahkan SD! Terlepas benar atau salah, itu realita kan? Tapi mungkin kita semua juga faham, bahwa nggak semua orang yang berani bicara soal seks itu pernah melakukan langsung apa yang mereka bicarakan! Jaman sekarang, siapa anak SMA yang masih nggak tahu soal ML? Pasti sudah pada tahu, tapi mungkin sebagian besar belum sampai ke bagian prakteknya! Cuma pintar di teori saja, dan itu termasuk aku...! Hahaha... Di Indonesia, cowok umur tujuhbelas tahun yang mengaku belum pernah berhubungan seks masih dianggap wajar! Beda soal dengan di Amerika yang katanya sebagian besar anak usia SMA sudah pernah melakukan hubungan seks, di sana mengaku virgin hanya akan jadi bahan tertawaan! Katanya sih... Makanya, aku nggak malu buat mengakui bahwa aku termasuk orang yang baru tahu teorinya. Karena ini adalah Indonesia, bukan Amerika! Ya, internet mungkin adalah salah satu faktor utama yang mendongkrak revolusi pengetahuan, termasuk pengetahuan soal seks! Dengar cerita dari sana sini, katanya waktu jaman tahun 90-an dulu orang-orang yang berotak mesum udah bersyukur banget bisa lihat gambar porno stensilan. Sekarang, kalau mau, siapapun bisa nonton di layar dengan gambar yang bergerak! Kalau mau nonton filmnya, nggak perlu lagi selintutan malu-malu buat pinjam video porno jadul yang bentuknya mirip batu bata itu. Tinggal download aja di internet! Malah tinggal pilih, mau cari yang seperti apa! Aku sebagai generasi internet, perlu bersyukur nggak ya? Hahaha... Aku akui, aku memang bukan anak rumahan yang polos. Pikiranku sama mesumnya dengan anak-anak cowok seumuranku yang sedang lancar hormonnya, yang kadang merasa berdosa tapi 10
masih ogah tobat. Tapi paling tidak, aku masih tahu batas! Aku bukan maniak! Dan aku juga nggak akan melakukan hal privat di tempat umum! Aku masih cukup tahu moral untuk tidak mengotori meja warnet, apalagi meja di kelas! Yucchhh...! Begitulah. Internet memberi banyak pengetahuan yang nggak diajarkan di sekolah. Aku bisa mencari sendiri apa yang ingin aku tahu lewat dunia maya. Dan sejauh ini, aku menikmatinya. Baiklah, ada satu hal lagi yang harus kuakui tentang diriku. Oke, yang ini lebih serius, dan juga lebih sensitif. Soal jatidiri...! Di antara kesamaan umum dengan anak cowok lainnya, aku memiliki satu hal yang mungkin bisa dikatakan sangat berbeda dari kebanyakan orang. Mungkin sejak awal kali aku masuk SMP, aku sudah menunjukkan tanda-tanda itu, saat aku cenderung lebih suka mengamati orang-orang tertentu... Dan aku makin menyadarinya sejak aku intens berhubungan dengan dunia maya. Seringkali aku memang nggak bisa menghindari rasa penasaran untuk melihat sesuatu yang kupikir bisa menjadi sekedar pelepas stress. Saat aku melihat gambar-gambar sensual, menonton videonya, lama-lama... kondisiku ini makin terasa jelas! Di saat melihat adegan antara cowok dengan cewek, mataku selalu cenderung untuk fokus melihat si... COWOK...! Jujur, aku sangat resah! Merasa cacat, sakit, salah, dan sebagainya. Awalnya begitu... Tapi, seiring keakrabanku dengan dunia maya, aku juga belajar banyak hal yang mengimbangi kebingunganku. Aku bergabung di forum-forum termasuk forum gay di internet. Sebuah pengalaman sosial di dunia maya, mempelajari realita berdasarkan pengalaman-pengalaman orang lain yang punya kondisi sama sepertiku, mencari penjelasan-penjelasan ilmiah dan merenungkannya. Hingga akhirnya kutemukan sebuah kesimpulan atas diriku, bahwa aku rasa... aku memang seorang GAY...! Berbeda dengan pendapat orang-orang pada umumnya yang menyebut homoseksual adalah penyakit, sumber-sumber ilmiah yang kubaca mengatakan bahwa ilmu kedokteran sudah lama 11
meninggalkan anggapan itu. Jadi, homoseksual bukanlah penyakit! Ini adalah sebuah karakteristik, bukan untuk disembuhkan ataupun ditularkan. Pemahaman itulah yang melegakanku. Itu juga menuntunku pada kesimpulan bahwa... sebaiknya aku mulai berhenti menyangkal keadaanku! Aku memang belum pernah pacaran. Tapi, kalau kamu seorang cowok straight, kamu nggak perlu harus pacaran dengan cewek dulu agar bisa bilang bahwa kamu seorang straight! Untuk mengakui diri sendiri, dasarnya adalah apa yang kita rasakan dalam diri kita secara jujur. Bukankah begitu? Apakah dunia maya membuatku menjadi gay? Tidak. Aku rasa, dunia maya hanya mengungkap, seperti apa sebenarnya diriku. Dan sekarang aku mulai menerimanya. Aku tahu, gay masih sulit diterima oleh sebagian besar masyarakat. Termasuk di Indonesia. Jadi, biarpun aku bisa menerima diriku sendiri, bukan berarti aku akan coming out ke semua orang! Aku nggak senaif itu! Aku masih merahasiakannya, terutama di dalam keluarga ini. Karena bagaimanapun aku tahu resikonya! Entah, apa kelak aku akan bilang ke orang tuaku... Ahhh...! Aku nggak mau memikirkan itu dulu! Terlalu rumit. Masa muda cuma sekali, aku nggak mau menghabiskannya dengan menjadi anak stress! Inilah diriku. Aku ingin menerima dan berusaha menikmatinya...! Aku ingat sebuah pendapat yang berkata: Everybody is unique! After all, aku masih merasa normal meskipun aku berbeda. Aku masih realistis meski aku sering berhubungan dengan dunia maya. Ingin bukti? Aku punya cukup banyak kenalan di dunia maya. Kuakui di antaranya adalah cowok-cowok tampan, atau... yahhh, setidaknya foto yang mereka tunjukkan memang tampan meski nggak ada jaminan bahwa itu foto asli mereka. Di antara mereka ada yang berterus terang untuk mencari pacar, boyfriend. Bahkan sangat lugas menyatakan bahwa mereka mencari kepuasan seks! Tapi ada juga yang menyatakan cuma ingin mencari adik, dengan kriteria fisik yang bla bla bla...! Aneh kan, cari adik tapi melibatkan performa fisik? Nggak tulus banget, yang diakui adik cuma yang cocok dengan seleranya! Maaf deh, aku nggak percaya! 12
Yup, seindah apapun dunia maya tetaplah banyak hal yang menjebak di sana. Karenanya, soal cowok aku lebih berharap pada orang yang benar-benar aku kenal! Dan aku tahu siapa orang itu... Ya, aku suka dengan seseorang! Dia bukan model porno yang aku lihat di internet. Bukan juga kenalan dari dunia maya. Dia seorang cowok tampan yang satu sekolah denganku, dekat dengan lingkungan sehari-hariku! Seorang cowok yang... emmmhh, sebenarnya anak yang baik meski kadang agak sensitif. Cowok yang pernah beberapa kali menghapus komentarku dari Facebook-nya. Cowok yang jadi idola dan disukai cewek-cewek di sekolahku, dan mungkin cuma aku satu-satunya cowok yang menyukainya...! Erik. Ya, dialah orangnya. Tentang dia, aku selalu menulisnya di sebuah tempat di dalam laptopku. Di sebuah diary... Sekarang, aku jadi ingin membukanya lagi...! 13
Diary Namanya Erik. Aku tahu namanya dari tanda nama di seragamnya. Aku lihat dia pertama kali waktu upacara penerimaan siswa baru di SMA. Ya, beberapa hari yang lalu. Pandangan pertama, aku langsung suka dengannya. Hatiku rasanya seperti digerakkan oleh penampilannya yang PERFECT! Aku nggak peduli pendapat orang lain, yang pasti menurutku dia sempurna! Badannya memang nggak kekar, tapi cukup sporty. Lagian aku kan juga bukan penggemar atlet binaraga yang lengannya lebih besar dari leher orang sakit gondok! Badannya ramping tapi berisi. Jadi kalo aku ingin memeluknya, kedua tanganku pasti akan cukup buat melingkari tubuhnya. Misalnya dia yang memelukku, aku juga nggak akan sesak nafas dibuatnya, meski mungkin akhirnya aku tetap pingsan dan langsung mimpi indah. Hehehe... Wajahnya agak tirus. Berkulit putih. Hidung nggak mancung tapi juga nggak pesek. Matanya jernih dan punya sorot yang cerah, berpadu dengan alisnya yang hitam. Dia cakep tapi sangat jauh dari kesan metroseksual! Dia cakep natural, bukan menor! Pertama kali aku lihat dia waktu upacara, dia kelihatan berkeringat karena kepanasan. Di bawah sinar matahari seolah tubuhnya jadi berkilat-kilat seperti malaikat. Auranya benar-benar... aku sampai nggak bisa menggambarkannya! Ada pesona lain yang unik darinya. Rambutnya selalu disisir spike. Pastinya dia nggak naik motor, soalnya nggak mungkin rambutnya bisa seperti itu kalo dia selalu pakai helm! Mungkin dia naik mobil atau jalan kaki. Tapi melihat kulitnya yang putih bersih, kayaknya nggak mungkin kalo dia sering jalan kaki di bawah panasnya matahari. Pasti naik mobil! Entah mobil pribadi atau angkot. Tapi aku pernah berpapasan jalan dengannya, dan... My God... Baunya wangi dan segar! Kayaknya rada mustahil kalo dia 14
bisa naik angkot tiap hari tanpa membikin badannya jadi kucal dan bau asem! Kalo aku bisa dapat bajunya itu pasti akan aku simpan di lemari tanpa perlu mencucinya lagi! Jadi, dia naik mobil pribadi mungkin ya, diantar ortunya? Ahh... Sebenarnya nggak penting juga sih. Aku cuma... lama-lama makin penasaran aja...! Memang gini kali ya, kalo lagi suka sama seseorang? Selalu membayangkan dia. Selalu ingin tahu soal dia. Andai saja aku sekelas dengannya, pasti aku bisa dengan mudah kenalan dan akrab sama dia! Huhhh... Kami nggak sekelas, itu yang bikin aku kecewa! Tapi... Ah, cuma beda kelas! Nggak perlu terlalu kecewa! Pasti ada jalan buat bisa kenal dengannya. Anggap aja ini tantangan...! Kayaknya... Erik adalah cowok yang sudah bikin aku benar-benar... JATUH CINTA!!! Kubaca isi salah satu lembar diary digitalku itu. Salah satu lembar favorit yang sering kubaca sampai berkali-kali. Dan itu selalu bikin aku jadi tersenyum-senyum sendiri. Hahaha... Biarpun singkat, ungkapan pertamaku tentang Erik itu memang sangat berkesan. Yah, namanya juga first impression! Apalagi, aku menulis diary ini memang karena dia, ingin mengungkapkan apa saja yang kurasakan tentang dia! Aku buka lagi halaman lainnya yang aku suka. Ini dia...! Wowww...!!! Ternyata si rambut jabrik itu jago nyanyi! Tadi ada audisi buat personel band sekolah, dan ternyata Erik ikut mendaftar jadi calon vokalis! Dan aku lihat sendiri audisinya tadi, suaranya memang bagus!!! Moga-moga dia lolos!!! Kayaknya ini kesempatan buat aku juga! Mumpung audisi buat gitaris belum ditutup, aku harus ikut daftar! Ya Tuhan... Semoga kami berdua lolos! Kami bisa satu band! Aku bisa kenal lebih dekat dengannya! Inilah saatnya, aku harus berjuang!!! Hehehe... Berkesan juga membayangkan saat-saat itu lagi. Berusaha itu memang hal yang menyenangkan! Selain dapat 15
pengalaman, juga meninggalkan kesan yang bikin hidup terasa lebih punya makna...! Dan rupanya nggak kelewatan juga kalau aku memuji Erik sampai segitunya. Soalnya terbukti kalau dia nggak cuma cowok yang menang tampang aja, tapi dia juga punya bakat! Suaranya bagus dan alami, vibratonya merdu nggak seperti artis-artis sinetron yang maksa jadi penyanyi itu! Dan pada akhirnya juga nggak cuma aku saja yang menilai. Orang lain juga, terutama cewek-cewek, dengan cepat Erik langsung jadi idola mereka! Penilaianku nggak salah! Tampan, berbadan bagus dan bersuara merdu, di Bank Sperma pasti jadi produk mahal! Hahahaha... Aku buka lagi halaman diary-ku. Halaman hari berikutnya... Saingan Erik banyak. Tapi dia lolos! Dia resmi direkrut jadi vokalis band sekolah! Dia kelihatan senang banget! Aku juga ikut senang lah! Berarti aku nggak boleh gagal! Soalnya Erik udah jelasjelas terpilih jadi vokalis, kalo aku juga lolos seleksi artinya aku bakal satu band dengannya!!! Gila nggak?!!! Besok giliran audisi gitaris, aku harus berhasil! Lagian sainganku cuma tiga orang. Si Erik aja yang saingannya delapan orang bisa lolos! Kalo aku nggak lolos, selain nggak bisa dekat sama Erik pastinya juga bakal malu sama dia...! Aku harus bisa!!! Lalu... Di halaman hari berikutnya... Aku lolos!!! Aku satu band dengan Erik!!! Terima kasih Tuhan yang baikkkkkk...!!! Hahaha... Waktu itu aku sampai guling-guling di kamar setelah pulang audisi, saking senangnya! Terus terang bukan bandnya yang bikin aku senang. Tapi jelas karena Erik! Akhirnya aku dapat kesempatan buat kenal sama dia! Hahaha... 16
Aku juga masih ingat, gimana senangnya waktu aku bisa ngobrol dengannya sehabis latihan pertama. Momen-momen yang menyenangkan itu juga kutulis di diary... Hari ini aku ngobrol sama Erik. Anaknya ramah, dengan gaya cool-nya itu ternyata dia juga humoris. Aku senang sekali. Bahagiaaaaa rasanya...! Lebay nggak? Hahaha... Aku juga jadi tahu lebih banyak tentang dia. Ayahnya dosen, ibunya pegawai di Pemda. Punya kakak dua orang cewek, dan satu adik cowok yang masih kecil. Zodiac-nya Cancer, ukuran sepatunya 42, ukuran bajunya M. Ukuran CD-nya berapa yaa...? Haiyah...! Nggak lah, masa aku mau tanya sampai segitunya sih...?! Biarpun sebenarnya..., pingin tahu juga... Hahaha... Yang pasti hari ini sangat menyenangkan. Biarpun latihannya bikin lelah, tapi nggak mungkin aku nggak semangat! Pasti aku akan terus semangat!!! Karena sekarang aku bisa dekat dengannya...! Thank God! Semoga semuanya akan semakin baik dan menyenangkan! Sejak itu, aku selalu semangat. Sampai sekarang pun aku tetap semangat. Ya. Meskipun... sekarang aku sudah nggak gabung di band itu lagi... Inilah momen yang akhirnya membuatku kecewa...! Rasanya berat buat menerima kenyataan seperti ini! Berita yang sangat buruk buatku. Aku dikeluarkan dari band...! Belum ada sebulan audisi, belum ada sebulan aku gabung. Tapi mereka udah main pecat! Katanya aku nggak bisa main gitar listrik. Oke, memang biasanya aku cuma main gitar akustik. Aku akui aku belum begitu pintar nge-set sound-nya, tapi aku mau belajar dan menurutku aku punya progres! Lagian secara teknis main gitar itu chord sama picking-nya kan sama aja! Nge-set sound kan aku juga terus belajar sambil jalan! Setelah repot-repot audisi dan mutusin aku lolos seleksi, gampang banget mereka bilang: Dimas, kamu nggak cocok main di band ini! Lalu mereka bilang kalo mereka 17
juga udah dapat penggantiku...! That s bullshit!!! Sebenarnya aku udah curiga dari kemarin. Waktu aku mau masuk ke ruang studio, aku sempat dengar dari luar. Mereka yang di dalam sedang membicarakan soal anak lain yang mainnya lebih bagus dari aku. Ah, ember!!! Ini namanya nggak fair! Kalo boleh asal comot player kenapa dulu pakai audisi segala? Lagian kalo gitaris baru itu niat buat ngeband, kenapa dulu nggak ikut audisi?!! Dan aku tambah kecewa lagi, karena Erik cuma diam saja. Dia nurut-nurut saja,dan nggak bilang apa-apa waktu aku dipecat. Aku dibiarkan keluar studio begitu saja setelah permintaan maaf basa-basi dari mereka. Aku juga nggak minta harus ada drama purapura ada yang mencegah aku pergi atau gimana, tapi... Huhhh... Harusnya mereka nggak melakukan seenak jidat mereka! Tapi okelah, aku terima. Aku nggak bisa ngeband lagi sama Erik, nggak apa-apa... Kami sudah saling kenal. Biarpun hari ini ada satu hal yang sangat buruk, tapi itu bukan alasan bagiku buat musuhan sama dia. Aku memang kecewa, tapi aku bukan pendendam. Goodluck aja lah buat mereka... Begitulah. Kecewa, tapi itu tak mengakhiri perasaanku padanya. Lagian akhirnya aku juga faham, Erik sendiri juga anggota baru di band itu jadi mungkin dia nggak bisa berbuat banyak buat membelaku. Aku bisa memakluminya. Dan lama-lama aku juga sadar diri, bahwa alasanku gabung di band itu memang karena ingin dekat sama Erik. Jadi, mungkin memang layak kalau aku dianggap nggak punya dedikasi yang sungguh-sungguh buat band itu. Ya, aku akui saja... Aku masih tetap baik dengan Erik. Aku selalu say hi tiap kali berpapasan dengannya, dan dia selalu membalas dengan baikbaik juga. Kadang kami juga ngobrol bareng kalau pas ketemu di kantin. Aku masih selalu melongok halaman FB-nya. Kalau dia lagi bete atau ada masalah, aku selalu kasih semangat. Yaaahhh, meskipun kadang harus berakhir dengan tombol delete. Tapi itu artinya, paling tidak dia udah baca tulisanku. Dia mungkin menghapusnya karena orang lain yang usil, tapi pasti dia tahu kalau aku... peduli dengannya, dan aku selalu ingin dia baik-baik saja... 18
Aku memang belum bisa berterus-terang. Ibarat timbangan, resiko terburuk masih jadi sisi yang lebih berat dibanding harapan-harapan yang indah di pikiranku. Aku cuma bisa memberi sinyal perhatian padanya... Sayangnya, selalu saja muncul orang-orang yang suka ikut campur, nyampah! Padahal aku selalu berusaha memberi perhatian yang wajar. Yahhh, walapun sering... Tapi apanya sih yang berlebihan kalau aku menyarankan Erik mengkonsumsi pisang buat jaga stamina? Apanya yang berlebihan kalau aku menyemangati dia saat ikut ujian susulan??? Aku nggak bisa menyangkal bahwa aku merasa peduli dengannya, tentunya bukan supaya orang lain mengolok-olok kami...! Sayangnya, itulah yang terjadi! Erik jadi sering kesal sama aku gara-gara komentar-komentar miring itu...! Kalau begitu, apakah berarti Erik sendiri sebenarnya juga mulai menebak arti sinyalku? Mungkin. Tapi dia nggak ngasih jawaban apa-apa selain kata nevermind, lalu log out dari Facebook tanpa permisi. Seolah dia ingin menghindar dariku...! Hmmhhh... Ya sudah lah. Kalau dia memang kesal, itu hak dia. Tapi aku juga berhak untuk tetap berharap, karena dia belum jadi milik siapa-siapa...! Memaksa Erik buat menyukaiku? Nggak juga. Berharap jadi boyfriend? Mungkin memang terlalu muluk, tapi siapa tahu...? Segala kemungkinan masih terbuka...! Kita harus berusaha, kalau tidak ya nggak bakal tahu apa yang layak kita dapatkan! pasti Mungkin aku memang perlu lebih bersabar. Tapi yang Belum saatnya untuk menyerah...! 19
Akhir Sebuah Semester Pagi ini sekolah benar-benar ramai! Nggak cuma oleh anak-anak yang berseragam sekolah, tapi juga rombongan orang tua yang harus mengambil raport anak-anak mereka. Ya, hari ini adalah hari pengambilan raport. Emperan ruang kelas penuh dengan murid-murid yang sedang menunggu orang tua mereka selesai mengambil raport. Ada wajah yang tenang-tenang saja, tapi tentu saja sebagian besar berwajah tegang! Soalnya ini nggak cuma mengambil raport, tapi juga pengumuman kenaikan kelas! Kulihat Mama baru keluar dari ruang kelasku sambil memegang raportku. Jantungku deg-degan! Gimana, Ma, raportku? dengan harap-harap cemas aku langsung menanyai Mama. pipiku. Wajah Mama rada angker... Aduhhh...! Pertanda buruk...?! Nih, jeblok! tukas Mama sambil menimpukkan raport ke Haaa?!! aku kaget ternganga. Langsung kubuka raportku, kulihat nilai-nilaiku. Iya sih, Matematika sama Fisika jeblok... Tapi kan yang lain bagus! seruku. Hoohhhh... Syukurlah aku masih bisa lega! Karena intinya adalah... Yang penting naik kelas! seruku girang. Tapi kelas dua dapat jatah kelas IPS tuh! tukas Mama sambil jalan. Memang aku sendiri yang ngajuin buat masuk IPS kok! Lagian memangnya kenapa kalo aku masuk IPS? Jangan pukul rata kalo IPS lebih jelek dari IPA dong, Ma! sanggahku sambil ngikut jalan di samping Mama. 20
Ihhh, kamu ini! Kan buktinya kamu sendiri tuh, nilaimu jelek gitu! Mama masih ngedumel. Tuh, jadi berbelit-belit kan Mama! Yang jelek kan nilai IPA sama Matematika, itu juga nggak sampai merah! Lagian nilai IPA-ku jelek ya biarin! Memang tujuannya bukan mau masuk IPA! Ngapain musti maksa masuk IPA kalo memang nggak mampu? Yang bagus itu masuk sesuai bidangnya, Ma! balasku panjang, nggak mau kalah. Hiihhh, pasti gitu tuh, ngebales terus sama Mama! Ya udah, terserah kalo mau jadi anak IPS...! akhirnya Mama ngalah meski dengan muka cemberut. Mama mau langsung pulang. Kamu masih mau di sini apa ikut pulang? Nanti aja lah. Masih pingin kumpul sama teman-teman. Besok kan udah libur lama, tiga minggu...! Bakal jarang ketemu lagi... gumamku. Ya udah. Tapi nggak usah sampai sore pulangnya! pesan Mama sambil meneruskan langkahnya. Sippp! sahutku mantap, melepas Mama pulang duluan. Kumpul sama teman-teman? Ahh... biasa aja, nggak semangat-semangat amat. Itu kan cuma alasan basa-basi aja. Kalaupun mau libur tiga minggu kan nanti masih ada piknik bareng ke Bali! Terus nanti di kelas dua kan juga masih bisa melihat temantemanku lagi, meski mungkin beda kelas. Yang susah aku lepas saat ini, bukan momen perpisahan dengan teman-teman sekelas. Tapi tentu saja Erik si cute berambut spike itu! Selama liburan, aku bakal jarang bertemu sosoknya yang cakep dan keren itu! Apalagi dengar-dengar dia pilih masuk ke kelas IPA, jadi kandas semua harapanku buat bisa sekelas sama dia! Kulihat Erik baru saja menerima raport dari ayahnya. Aku amati dari agak jauh. Hingga akhirnya ayahnya pergi juga, dan untung Erik nggak ikut pulang! Ini dia, kesempatanku datang...! Aku lewati berisiknya anak-anak lain yang nongkrong di emperan ruang kelas. Dengan santai kuhampiri Erik yang sedang duduk-duduk di teras depan kelasnya. Kayaknya aku memang lagi mujur, nggak ada anak lain yang duduk di dekat Erik. Jadi, aku harus segera ambil duduk di sebelahnya sebelum keduluan yang lain...! 21
Dapat ranking nggak? sapaku sambil duduk di sebelahnya. Erik menoleh sejenak. Lalu kembali mamalingkan mukanya tanpa ekspresi. Ranking empat... jawabnya kalem. Wah, lumayan dong! sahutku tetap bersemangat. Baru saja membuka obrolan dengan Erik, ehhh... temantemannya mulai berdatangan...! Bukan teman kayaknya, lebih tepat disebut penggemar-penggemarnya! Cewek-cewek pemujanya! Hei, Rik...! Raportmu gimana? sapa si Kriting dengan suara melengking. Annoying! Ahh, kalau Erik udah pasti bagus lah...! Iya nggak sih? Hahaha...!!! si Kerempeng menyahut sambil tertawa cempreng. Nggak kalah berisik suaranya! Aduhhh, liburan bisa ketemu kamu nggak ya...? Kan nanti aku kangeeeennn...!!! yang satu ini malah pakai pegang-pegang lengannya Erik! Si Menor yang minta digampar sampai jontor! Aku yang udah duluan duduk di sini aja nggak pakai pegang-pegang! Kurang ajar!!! Pada ikut piknik kan? Nanti juga ketemu lagi lah... balas Erik dengan murah senyum. Ahhhhh, dasar...!!! Si Erik ini pakai senyum-senyum segala ke mereka! Giliran sama cewek-cewek aja ramah banget nih anak...! Tadi aja waktu aku yang menyapa, dia membalas nggak pakai senyum! Pilih kasih! Eh, geser dong duduknya! Cowok kok dekat-dekat sama cowok, toleransi dong sama yang cewek...! si Kriting menggusur dudukku, diikuti teman-teman capernya yang langsung ikut berjubal menyingkirkan aku dari samping Erik. Rrrrrggghhh...!!! Udah berisik, datang belakangan, langsung minta tempat istimewa! Bawa-bawa toleransi lagi?! Bukannya biasanya cewek tuh bawa-bawa emansipasi?! Kalau memang ini jaman emasipasi harusnya cewek juga berani antri! Dasar cewek-cewek nggak konsekuen! Cari enaknya aja! Bikin malu Ibu RA Kartini...! Hayoo, Dimas mau dekat-dekat lagi nih sama Erik? tibatiba ada yang lewat sambil menowel daguku... 22